“Kalau begitu, ayo kita cek kesuburan! Warga desa mengira aku yang mandul, Ars! Padahal kan bisa saja Kamu yang tidak subur! Asal Kamu tau, jika menurut data, lebih dari lima puluh persen penyebab kemandulan justru datang dari pria!” cebik Azmya. Dengan mata menyala, Azmya mengatakannya.“Jadi, Kamu menuduh aku yang mandul, iya?!”Pria itu tersulut. Bagaimana tidak, sang istri menuduhnya tak subur. “Aku memang sangat mencintaimu, Azmya. Tapi bukan berarti Kamu bisa berbicara seenaknya seperti itu?!” Untuk pertama kalinya Arsyil berbicara Azmya dengan nada yang cukup keras. Seketika air mata Azmya menetes.“Sayang ... A- aku minta maaf,” ucap Arsyil seraya ingin kembali menghapus air mata Azmya yang menetes karenanya. Namun, tentu saja tangan pria itu ditepis oleh sang istri. Azmya bahkan menatap sinis padanya. Tersirat jika wanita itu tengah sangat membenci Arsyil, sekarang.“Bagaimana rasanya, jika dicurigai sebagai orang yang mandul, Ars? Padahal aku hany
“Seandainya itu benar, Mi. Seandainya aku benar-benar Arsyil tak subur?Membayangkan hal itu saja Azmya tak pernah. Pria itu terlalu perkasa untuk seseorang yang didiagnosa tak subur. Tapi, mengapa Arsyil berkata seperti itu? Apakah sang suami sudah memeriksakan kesuburannya lebih dulu tanpa memberitahu dirinya? Apakah ini adalah alasan, mengapa Arsyil tak mau diajak memeriksakan kesuburan mereka?Apa benar Arsyil yang mandul?“Bagaimana Mi? Bagaimana seandainya jika aku mandul. Apa Kamu akan pergi meninggalkan aku?” tanya Arsyil sekali lagi. “Kamu bicara apa sih, Ars?! Pertanyaan Kamu tidak lucu sama sekali!” ketus Azmya.“Tolong jawab, Mi. Aku butuh jawaban darimu.”Azmya menghela napas panjang. Ditatapnya sang suami yang terlihat sendu. Dalam hati wanita itu terus bertanya-tanya mengenai kebenaran itu. Apa benar Arsyil mandul?“Jawab Mi. Apa Kamu akan meninggalkan aku, jika aku tak bisa memberikanmu ke
“Aku tidak mau hidup terpisah Ars! Bisa makin heboh desa ini jika itu terjadi. Tetangga depan akan mencari kesempatan untuk menarik perhatianmu! Aku tidak mau hal itu terjadi!” ketus Azmya.“Aku tidak akan pernah tergoda dengan wanita manapun, Azmya-ku. Kamu tidak memercayai aku?”“Pokoknya aku tidak mau memberikan celah sekecil apapun pada penggemar-penggemar Kamu di desa ini. Ku tak mau kita hidup terpisah. Titik, tidak pakai koma!!”Arsyil mengulas sebuah senyuman. “Aku juga tak sanggup jika berlama-lama jauh darimu, Azmya-ku,” ucap Arsyil yang sudah membawa Azmya ke dalam dekapannya.“Bisa-bisa aku kurang gizi nanti,” lanjut Arsyil. Jemari pria itu bahkan sudah mulai meremas salah satu gundukan indah sang istri. Seolah gundukan itulah yang membuat bobot tubuhnya semakin hari semakin bertambah. Azmya tentu saja membiarkan jemari-jemari sang suami menari di sana. Wanita itu sudah terbiasa. Arsyil memang selalu seperti itu. Jemarinya tak pernah pasif jika berad
Hari demi hari bergulir. Rumor mengenai Azmya yang mandul semakin santer terdengar. Mutiara dan Melisa semakin senang mendengarnya. Seolah kemandulan Azmya adalah sebuah keberkahan untuk mereka. Kedua wanita yang begitu terpikat oleh Arsyil itu semakin berharap agar pernikahan pria itu berantakan, hingga mereka memiliki kesempatan untuk menggantikan posisi Azmya.Beberapa kali Mutiara menitipkan masakannya untuk Arsyil, kepada pamannya yang bekerja di kebun pria itu. Namun, tentu saja Arsyil tak menerimanya. Hingga akhirnya makanan itu dibagikan kepada para pekerja di kebun. Mutiara tentu tak mengetahui hal itu. Gadis itu mengira Arsyil sudah mencicipi masakannya,Sementara Melisa, setiap ada kesempatan, wanita itu selalu mendekati Arsyil. Bersikap manja dan menggoda pria itu. Bahkan dengan alasan kekaguman akan tubuh atletis Arsyil, Melisa mulai berani membelai lengan, bahkan dada pria itu. Azmya bahkan pernah memergoki sikap Melisa.“Aku sudah menghindar, Sayang.
Waktu berlalu begitu cepat. Azmya belum juga dianugerahi makhluk kecil di dalam rahimnya. Wanita itu tak lagi merengek-rengek pada Arsyil, agar sang suami mau menjalani pemeriksaan kesuburan. Azmya sudah pasrah. Wanita itu tak lagi memikirkan perihal momongan. Selain melayani hasrat sang suami yang tak kunjung berkurang walau pernikahan mereka sudah memasuki tahun ketiga, kesehariannya hanya disibukkan dengan mengurusi laporan keuangan usahanya.Semakin hari, usaha yang dirintis Azmya semakin berkembang. Omset yang diperolehnya bahkan tak terlalu jauh berbeda dengan omset perkebunan Arsyil. Azmya juga sudah mengembalikan seluruh modal yang diberikan oleh sang suami, saat dirinya baru memulai usaha.Perekonomian warga desa benar-benar terbantu oleh usaha Azmya dan Arsyil. Hampir seperempat penduduk desa, menjadi pegawai sepasang suami istri itu. Bahkan, ada beberapa pegawai yang berasal dari desa tetangga. Arsyil bahkan sudah membeli lahan baru yang lebih luas, untuk men
“Anak kita sudah lahir, Sayang. Anak kita sudah lahir!” pekik Aldi. Dengan antusias pria itu melangkah, menghampiri bayi yang baru saja keluar dari rahim sang istri.Seketika Aldi terjatuh.Pingsan.Suasana ruang bersalin menjadi tegang. Dokter dan bidan masih membantu persalinan Vani. Bayi itu baru saja dikeluarkan. Plasenta (ari-ari) bahkan masih belum keluar dari tubuh wanita itu.Dokter masih harus meminta Vani mengejan untuk mengeluarkannya plasenta itu, memotong tali pusat bayi. Bidan juga masih harus membersihkan bayi dan meletakkan bayi yang baru dilahirkan itu pada dada Vani untuk melakukan inisiasi menyusui dini (IMD).Dokter juga harus menjahit sedikit robekan yang terjadi saat proses kelahiran. Tapi, sekarang, dokter, bidan dan perawat yang harusnya masih sibuk dengan proses kelahiran bayi Vani, harus menambah keruwetan itu dengan mengurusi Aldo yang tiba-tiba pingsan saat melihat banyak darah bersimbah.Bahkan, Vani yang harusnya rileks
“Tolong izinkan ya, Al. Karena aku tidak tau, apakah suatu saat aku bisa mendengar seorang anak memanggilku dengan sebutan bunda? Andai aku tak memiliki anak, setidaknya ada Dio yang memanggilku dengan sebutan bunda.”Mendengar penuturan sang istri, ada rasa nyeri menjalar di hati Arsyil. Hatinya bertambah nyeri, saat melihat berulangkali Azmya menyeka air matanya sembari tersenyum kepada Dio— bayi mungil yang baru berusia tiga jam itu.Bukan hanya Arsyil yang dapat merasakan kepedihan Azmya. Vani dan Aldo pun sama. Vani bahkan terus meneteskan air mata. Suara ketukan pintu membuat lamunan kesedihan kami semua, buyar.“Jam besuk sudah habis ya, Pak, Bu. Yang boleh menemani pasien hanya satu orang saja,” ucap perawat yang sudah berdiri di ambang pintu.Mendengar hal itu, Azmya mengembalikan Dio kepada Vani. Arsyil dan Azmya pun berpamitan.“Besok pagi, aku boleh ke sini lagi kan, Van?”“Boleh dong, Bunda Mimi,” jawab Aldo. Bibir Azmya melengkung semp
Sepanjang perjalanan Azmya menutup rapat mata dan bibirnya. Sebenarnya wanita itu tak tidur. Azmya hanya berpura-pura tidur untuk menghindari dialog dengan sang suami. Azmya merasa kesal dengan Arsyil karena wanita itu merasa sang suami tak mengerti dengan apa yang dia rasakan saat ini.Perasaan iri dan dengki, baru kali ini dirasakan oleh wanita itu. Sejak dulu hingga beberapa jam lalu, Azmya adalah orang yang selalu bersyukur dengan apa yang sudah dimilikinya. Tak pernah sekalipun Azmya merasa iri terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain, walaupun dirinya belum memiliki hal itu.Tapi kali ini, Azmya tak dapat menguasai dirinya. Azmya merasa kesal karena dia merasa iri dengan seseorang. Terlebih itu adalah sahabatnya.Kenapa dirinya tak kunjung hamil?Padahal dirinya tak henti berharap dan berdoa. Tapi, setelah tiga tahun menikah, kenapa janin itu juga belum tumbuh di rahimnya?Walau berkata sudah mengikhlaskan, walau tak lagi memikirkan, tapi, saat
Anggita begitu terkejut saat tiba-tiba kedua orang tuanya masuk ke dalam bilik ya dan mengatakan jika mereka baru saja menemui Arsyil. Bertanya-tanya dalam hati, apa yang diperbuat orang tuanya di kediaman pria yang dicintainya itu? Apa orang tuanya sudah mengetahui alasan yang sebenarnya, mengapa dia dipecat? Apa ayah dan ibunya akan memarahinya karena mencintai suami orang? Apa ayah dan ibunya akan murka karena dia sering menonton aksi Arsyil dan Azmya?Anggita pun menegakkan tubuhnya. Gadis itu bersiap akan cecaran orang tuanya. Tapi, kalimat pertama yang ditanyakan oleh ibunya, membuat Anggita terkejut.“Apa benar Pak Arsyil sering menggoda kamu?” tanya Mila. Dahi Anggita berkerut mendengar pertanyaan sang ibunda.Menggoda? Pria beristri itu tak pernah sekalipun menggodanya. Jangankan menggoda, pria itu bahkan tidak bisa untuk digoda. Kenapa kedua orang tuanya bisa mempunyai pikiran seperti itu?“Bapak dan ibu tadi bertemu dengan tetangganya. Katanya Pak Arsyil itu sering menggo
“Kenalkan, nama saya Indri. Saya istri dari ketua RT, tempat di mana Arsyil dan Azmya tinggal. Kebetulan rumah saya tepat di depan rumah mereka,” ucap Indri.“Ada apa dengan mereka?” tanya wanita itu. Mila pun tanpa ragu menyeritakan apa yang terjadi pada anaknya.“Mia memang seperti itu. Cemburuan gak jelas. Anak saya juga mengalami nasib yang tidak jauh beda. Padahal Arsyil itu naksir berat dengan anak saya tadinya. Tau-tau digoda oleh si Mia itu! Eh ... sekarang malah menuduh anak Ibu dan Bapak yang menggoda suaminya. Padahal saya yakin, pasti Arsyil yang lebih dulu menggoda anak Bapak dan Ibu. Arsyil itu sebenarnya jenuh sama istrinya yang tidak bisa apa-apa itu!”“Berarti Pak Arsyil itu mata keranjang ya?” tanya Mila. Wanita paruh baya itu menatap tak percaya.“Bukan Arsyil yang mata keranjang. Tapi, istrinya itu yang tidak becus dalam mengurusi suami. Mia itu kan tidak bisa memasak, tidak bisa mengurus rumah. Bahkan sudah tidak perawan saat menikah!”Mata Mila dan Jajang melebar
Mila dan sang suami memutuskan untuk berhenti di sebuah warung makan yang tak jauh dari kediaman Arsyil dan Azmya. Pasangan suami istri paruh baya itu masih begitu emosional. Ucapan Arsyil dan Azmya yang menuduh anaknya hendak menjadi orang ketiga bagi rumah tangga keluarga petani itu, membuat Mila dan sang suami meradang.Mereka tau betul sikap Anggita. Putri sulung mereka itu adalah seorang anak yang lemah lembut. Lakunya juga sangat baik. Anggita bahkan tak pernah terlihat berhubungan dekat dengan seorang pria. Bagaimana mungkin anak yang begitu lugu bisa menggoda seorang pria yang notabenenya adalah majikannya? Bahkan pria itu berusia jauh lebih tua dari anak mereka.“Saya yakin Pak. Pasti Bu Mia itu mengada-ada. Masa anak kita dituduh menggoda suaminya. Pasti dianya saja yang cemburuan. Atau ... jangan-jangan Pak Arsyil yang menggoda anak kita, tapi menuduh Anggi yang menggodanya, saat ketahuan oleh istrinya itu!” umpat Mila.“Menurut Bapak juga
Ibu kandung Anggita menghampiri rumah Arsyil yang berada di desa yang bersebelahan dengan desa tempatnya tinggal. Mila berangkat ke sana bersama sang suami. Sebenarnya pria itu tak mau menemani sang istri untuk mengemis sebuah pekerjaan untuk anaknya. Menurut pria itu, Anggita terlalu berlebihan. Harusnya, dengan pengalaman kerjanya selama mendampingi Arkana, anak gadisnya itu mampu mencari pekerjaan dengan lebih mudah.Namun, saat Anggita sama sekali tak menyentuh makanannya. Saat anaknya itu harus dipasangi selang infus karena tak mendapatkan asupan makanan dan cairan yang cukup, mau tak mau, pria itu mengikuti sang istri ke kediaman Arsyil dan Azmya.Sesampainya di sana, kedua orang tua Anggita memohon agar sang anak diperbolehkan untuk kembali bekerja di sana.“Kasihan Anggi sampai tidak mau makan dan minum, Pak, Bu,” ucap Mila. Wanita paruh baya itu, tanpa tau persolan yang menimpa anaknya, terus memohon pada Arsyil dan Azmya.“Mohon maaf, Pak. Saya tidak bisa menerima Anggi untu
Sementara itu, saat Azmya begitu menikmati permainan sang suami. Ada seorang gadis cantik yang terus menangis karena baru saja diberhentikan dari pekerjaannya. Gadis itu menangis bukan karena kehilangan pekerjaan. Dia menangis karena tak lagi bisa menatap pria pujaan hatinya lagi.Biasanya, setiap pagi gadis itu bersemangat karena akan kembali melihat seorang pria dewasa yang begitu perkasa. Menyapa pria itu, mendengar suara pria itu, bahkan menyaksikan tubuh atletis pria itu, sudah menjadi santapan sehari-hari Anggita. Arsyil Yudistira memang begitu memesona. Walau pria itu berusia tiga puluhan, tapi wajah tampan dan tubuh atletisnya, membuat Arsyil terlihat sangat menggairahkan bagi gadis-gadis seumuran Anggita.Gadis itu tak pernah menyangka jika dirinya akan jatuh cinta pada seorang pria yang berusia sepuluh tahun lebih tua darinya. Anggita merasakan getaran-getaran itu di hatinya, saat Arsyil mulai suka memujinya. Sejak saat itu, senyuman yang selalu ditampilkan oleh petani tamp
“Sepertinya beberapa hari belakangan, kamu cukup sehat,” ucap Arsyil saat dirinya bersama sang istri baru saja masuk ke kamar.“Iya. Rasanya tubuhku sudah mulai segar kembali. Apalagi tadi pagi sudah diurut dengan Ceu Edah. Tubuh ini jadi terasa tambah segar,” ungkap Azmya. Senyuman lebar terkembang di wajah Arsyil. Pria itu seketika menyergap Azmya. Memeluk erat sang istri dari belakang. Kini Arsyil sudah membenamkan wajahnya pada lekuk leher Azmya.“Sudah bisa melayaniku dong, kalau begitu.”Arsyil tak membutuhkan jawaban dari Azmya. Melihat kondisi tubuh sang istri begitu bugar, Arsyil pun tau jika Azmya sudah siap untuk melayaninya.Jemari pria itu kini telah menangkup salah satu benda kenyal milik Azmya. Arsyil memberikan pijatan-pijatan lembut di sana seraya memberikan jejak-jejak kepemilikan di leher sang istri.Azmya tentu saja mulai menikmatinya. Terlebih saat pria itu mulai menggesek-gesekkan bagian tubuhnya yang
Arkana sebenarnya tak lagi membutuhkan shadow teacher untuk mendampinginya belajar. Anak petani tampan itu sudah tak mengenyam pendidikan formal sejak tahun lalu. Begitu lulus dari sekolah taman kanak-kanak, Arsyil dan Azmya memutuskan jika sang anak melanjutkan pendidikan homeschooling.Azmya dan Arsyil langsung yang menjadi mentor bagi Arkana. Mereka memberikan banyak buku tentang pertanian dan robotik untuk Arkana. Arsyil bahkan mengajarkan Arkana yang baru berusia tujuh tahun itu untuk berselancar di internet, Deni memuaskan hasrat sang anak akan ilmu pengetahuan.Selama satu tahun setelah Arkana lulus dari taman kanak-kanak, Anggita hadir di sana, hanya untuk menemani Arkana jika Arsyil dan Azmya sedang sibuk dengan pekerjaan mereka.Dan kini, tanpa kehadiran Anggita, Arsyil harus benar-benar bisa membagi waktu antara mengurusi bisnis perkebunannya, mengurusi usaha yang dirintis oleh Azmya, serta menemani Arkana belajar.Sementara Azmya yang tengah hamil muda, hanya mampu terkula
“Kamu mengatakan ini agar aku melayanimu, kan, Ars?! Kamu kenapa sih, Ars? Sejak dulu, kalau menyangkut hal yang begituan, kamu selalu seperti anak kecil. Aku sedang tidak enak badan, Ars! Kalau aku dalam keadaan fit, aku juga tidak pernah menolak keinginan kamu!”“Mi ... Jangan teriak-teriak. Nanti, Arka dengar.”“Biar saja dia dengar. Biar dia tau kalau papanya begitu kekanakan! Hanya memikirkan dirinya sendiri!”“Anggi menawarkan diri untuk jadi istri keduaku!” ucap Arsyil.“APA?!”Azmya benar-benar terkejut dengan pernyataan yang baru saja terlontar dari bibir sang suami. Anggita menawarkan diri untuk menjadi istri kedua sang suami? Gadis itu secara terang-terangan mengatakan jika dia tertarik pada Arsyil. Yang benar saja!“Dia bilang, dia akan melayaniku dengan baik. Dia bahkan rela hanya dinikahi secara siri.”Lagi, Azmya terperangah. Bagaimana mungkin gadis yang begitu muda dan cantik, rela menyerahkan dirinya begitu saja pada seorang pria beristri? “Apa kamu pernah menjanjika
“Sayang ... Apa Arka masih membutuhkan seorang guru bayangan? Arka kan sudah tidak sekolah formal lagi?” tanya Arsyil saat pria itu baru saja mengantarkan Anggita ke depan pintu gerbang.“Ars ... Bisa tidak sih, kalau kamu tidak menganggu aku. Sebentar saja, Ars. Aku sedang merasa sangat lelah, pusing, mual, seluruh badanku rasanya tidak enak,” keluh Azmya.Baru saja dirinya terlelap. Sang suami sudah kembali mengganggunya. Padahal beberapa menit yang lalu, dirinya baru saja berpesan jika dia tak ingin diganggu.“Aku baru saja memecat Anggi.”Dahi Azmya berkerut. Wanita itu seketika menegakkan tubuhnya. Azmya tentu saja bingung karena sang suami tiba-tiba memecat seseorang yang sudah banyak membantu mereka. Sudah hampir dua tahun gadis itu menemani Arka. Arsyil bahkan bersikap begitu baik pada Anggita. Hingga Azmya kerap mendapati percikan cemburu di hatinya.“Memecat? Kok bisa? Dia berbuat apa? Ketahuan mencuri? Dia mencuri, iya? mencuri apa? Perabotan rumah? Uang? atau apa?”Arsyil