“Sayang, mau apa?” lirih Arsyil, saat Azmya membuka isi kotak yang diberikan Azmya padanya, tadi. Azmya pun menyelimuti aset sang suami.“Kamu tau kan, kalau aku sangat suka strawberry? Jadi, aku membeli yang rasa strawberry!” pekik gadis itu, sebelum melahap kejantanan Arsyil yang berdiri kokoh.Azmya kembali mengeluarkan batang sang suami dari mulutnya, karena wanita itu merasa mual.“Bibir Kamu terlalu kecil, Sayang,” rintih Arsyil. “Punya Kamu yang terlalu besar!” cebik Azmya. Arsyil hanya menanggapinya dengan tersenyum kecil. Pria itu kembali menutup matanya, saat sang istri memulainya dengan sebuah jilatan. Bagai anak kecil yang menikmati es krim, Azmya menjilat dengan rakus, seluruh permukaan berlapis karet aroma strawberry itu. Arsyil hanya bisa mendesis. Menikmati sensasi lidah Azmya di permukaan kejantanannya. Walau memakai pengaman, tapi kulitnya masih sangat bisa merasakan belaian lidah sang istri.“Azmyaa ...,” rintih Arsyil, saat wanita itu mu
“Tuh kan, wanita itu sudah tak perawan saat menikah dengan Nak Arsyil. Kasihan sekali Nak Arsyil mendapatkan wanita yang sudah tak sempurna!”Seluruh mata kini memandang ke arah istri dari ketua RT itu, termasuk Azmya dan Arsyil. Sebuah senyum pun terulas dari wajah cantik Mutiara. Beruntung dirinya tak jadi beranjak dari sana. Jika tidak, pasti dia tak bisa menyaksikan Azmya dipermalukan oleh suaminya sendiri. Begitulah pikir Mutiara.Namun, senyuman di bibir gadis itu luntur seketika, tatkala pada video itu, Arsyil menyatakan dirinya lah yang telah merenggut kesucian sang istri.Pun dengan Indri. Wanita paruh baya itu menatap kesal pada Azmya yang kini tersenyum mengejek padanya.Arsyil berjalan menuju proyektor, dan menekan tombol power, hingga layar kembali berwarna putih dan tak lagi menampilkan video resepsi pernikahannya. “Sebenarnya saya mengadakan jamuan ini, bukan sekadar untuk merayakan ulang tahun saya. Jamuan ini sengaja saya buat, sekaligus un
“Sebentar ya, Mi. Bunda mau beli daun bawang. Tadi kelupaan. Mudah-mudahan tukang sayur masih ada di depan,” ucap Ninik. “Biar Mimi saja, Bun. Beli apa saja?”Setelah Ninik memberitahukan apa saja yang akan dibeli, gegas Azmya menghampiri tukang sayur.“Enak nih mertua datang ada yang masakin,” cebik Indri yang masih berada di sana. Azmya hanya tersenyum menanggapinya. “Harusnya menantu yang memasak. Jangan malah merepotkan mertua! Tidak tau diri itu namanya!” Indri seakan tak ada habisnya berucap sinis pada Azmya. Rasa kesal dan sakit hati karena Arsyil lebih memilih Azmya dibanding anaknya, membuat wanita paruh baya itu selalu saja mencari-cari kesalahan Azmya. “Iya, Teh Mia. Sebagai menantu, harusnya Teh Mia yang memasak. Ini malah dimasakin mertua! Malahan tadi Bu Ninik belanja sendiri. Kasihan kan orang tua disuruh-suruh jadi pembantu!” cebik Melisa.Dulu, janda kembang itu, begitu membenci Mutiara karena Melisa juga menyukai Arsyil. Tapi, s
“Kang Arsyil juga pernah mengatakan seperti itu, Bun. Katanya, pasti beruntung sekali, pria yang nantinya menjadi suami Tiara.”Azmya tak lagi dapat membendung air matanya. Tadi mertuanya yang memuji, dan ternyata sang suami juga pernah memuji Mutiara seperti itu. Tanpa mengeluarkan sepatah katapun, Azmya berlalu. Diikuti Arsyil yang melangkah dengan risau.“Maaf karena sudah membuat Kamu menjadi pria sial, karena menikahiku!” ketus Azmya, saat dirinya bersama sang suami sudah berada di kamar.“Sayang,” panggil Arsyil. Hati Arsyil selalu merasa perih, saat melihat Azmya bersedih. Ah, lagi-lagi dirinya merasa gagal menjadi seorang suami. Lagi-lagi dirinya membuat Azmya bersedih.Harusnya, dirinya tak perlu bersikap kekanak-kanakan saat Azmya lebih memerioritaskan ayah dan ibunya. Harusnya dirinya bisa bersikap biasa saja. Andai saja Arsyil tak bermalas-malasan dan membukakan pintu buat Mutiara, bisa dipastikan Mutiara tidak akan bisa bertemu dengan Azmya. A
“Mia, Sayang ... yuk makan siang,” ajak Ninik.“Tuh, Bunda sudah memanggil. Yuk kita makan siang,” ajak Arsyil.“Aku tidak mau! Kamu saja makan siang dengan gadis kesayanganmu itu! Kamu juga sudah lama kan, tidak makan masakan dia?!”“Aku tidak akan memakan masakan dia, Sayang. Yuk kita makan.” Azmya kembali menggelengkan kepalanya. Wanita itu bahkan kembali merebahkan tubuhnya.“Aku tidak mau!” “Kasihan Bunda, Mi. Dari tadi Bunda mengetok pintu terus. Bunda juga sudah memasak buat kita,” ucap Arsyil.“Makanya Kamu hampiri Bunda! Kalau Bunda menanyakan aku, bilang saja aku mengantuk dan sedang tidur,” pinta Azmya.Mengembuskan napas berat, terpaksa Arsyil menyeret langkah dan membuka pintu kamarnya. “Mana Mia?” tanya Ninik sembari mencuri pandang ke kamar Arsyil dan Azmya.“Ngantuk katanya, Bun.”Ninik menghela napas berat. “Mimi tersinggung dengan ucapan Bunda, ya Ars?”Arsyil hanya tersenyum. Tak mampu rasanya pria itu mengatakan
“Bisa saja berbohongnya. Kalau memang si Anak Kota itu bisa memuaskan Arsyil, mana mungkin sampai sekarang dia belum hamil juga!” cebik Indri setelah Ninik dan Edah berlalu.“Jangan-jangan perempuan itu, mandul!” ucap Melisa. Beberapa pembeli pun turut menimpali. Penjual sayur hanya bisa menggelengkan kepala mendengar celotehan para pembelinya yang semuanya adalah ibu-ibu.Pembicaraan mengenai Azmya yang mandul terus bergulir di desa itu. Hingga kabar itu sampai di telinga Arsyil.Entah apa salah dirinya, hingga sang istri terus difitnah sejak menikah dengannya? Arsyil merasa selalu bersikap baik dengan para warga sejak memutuskan untuk menetap dan membuka usaha di sana. Pria itu bahkan merekrut banyak warga yang tak memiliki pekerjaan tetap untuk membantunya di kebun dengan upah yang sangat layak. Lantas kenapa istrinya terus menerus di fitnah oleh warga?Arsyil menghela napas berat. Lagi, pria itu menyalahkan dirinya. Karena menikah dengannya, Azmya harus meninggalkan hidupnya yang
“Ars, apa aku ini hanya Kamu anggap sebagai pemuas nafsumu?! Apa pernah Kamu mengerti perasaanku sedikit saja?!”Arsyil sudah sangat paham dengan tabiat Azmya setiap kali datang bulan. Wanita itu menjadi sangat sensitif. Azmya mudah sekali tersulit emosi. Mudah marah, mudah menangis. Dan tiga bulan belakangan, Azmya malah bertambah sensitif di setiap menstruasi.“Maafkan aku,” lirih Arsyil. Pria itu sungguh tak mau berdebat. Terlebih Azmya tengah dalam masa sensitif. Biasanya, jika Arsyil sudah meminta maaf, Azmya akan diam dan kembali lembut padanya beberapa saat kemudian. Namun, tidak untuk hari ini.“Maaf untuk apa? Kalau Kamu tidak merasa bersalah jangan meminta maaf!”Arsyil menghela napas berat, kemudian hendak membawa Azmya ke dalam dekapannya. Tapi, wanita itu menepisnya dengan kasar.“Aku datang bulan, Ars! Itu artinya, bulan ini pun aku tidak hamil!”Lagi-lagi Arsyil menghela napas berat. pikirannya kembali melayang. Bagaimana jika Azmya menget
“Kalau begitu, ayo kita cek kesuburan! Warga desa mengira aku yang mandul, Ars! Padahal kan bisa saja Kamu yang tidak subur! Asal Kamu tau, jika menurut data, lebih dari lima puluh persen penyebab kemandulan justru datang dari pria!” cebik Azmya. Dengan mata menyala, Azmya mengatakannya.“Jadi, Kamu menuduh aku yang mandul, iya?!”Pria itu tersulut. Bagaimana tidak, sang istri menuduhnya tak subur. “Aku memang sangat mencintaimu, Azmya. Tapi bukan berarti Kamu bisa berbicara seenaknya seperti itu?!” Untuk pertama kalinya Arsyil berbicara Azmya dengan nada yang cukup keras. Seketika air mata Azmya menetes.“Sayang ... A- aku minta maaf,” ucap Arsyil seraya ingin kembali menghapus air mata Azmya yang menetes karenanya. Namun, tentu saja tangan pria itu ditepis oleh sang istri. Azmya bahkan menatap sinis padanya. Tersirat jika wanita itu tengah sangat membenci Arsyil, sekarang.“Bagaimana rasanya, jika dicurigai sebagai orang yang mandul, Ars? Padahal aku hany
Anggita begitu terkejut saat tiba-tiba kedua orang tuanya masuk ke dalam bilik ya dan mengatakan jika mereka baru saja menemui Arsyil. Bertanya-tanya dalam hati, apa yang diperbuat orang tuanya di kediaman pria yang dicintainya itu? Apa orang tuanya sudah mengetahui alasan yang sebenarnya, mengapa dia dipecat? Apa ayah dan ibunya akan memarahinya karena mencintai suami orang? Apa ayah dan ibunya akan murka karena dia sering menonton aksi Arsyil dan Azmya?Anggita pun menegakkan tubuhnya. Gadis itu bersiap akan cecaran orang tuanya. Tapi, kalimat pertama yang ditanyakan oleh ibunya, membuat Anggita terkejut.“Apa benar Pak Arsyil sering menggoda kamu?” tanya Mila. Dahi Anggita berkerut mendengar pertanyaan sang ibunda.Menggoda? Pria beristri itu tak pernah sekalipun menggodanya. Jangankan menggoda, pria itu bahkan tidak bisa untuk digoda. Kenapa kedua orang tuanya bisa mempunyai pikiran seperti itu?“Bapak dan ibu tadi bertemu dengan tetangganya. Katanya Pak Arsyil itu sering menggo
“Kenalkan, nama saya Indri. Saya istri dari ketua RT, tempat di mana Arsyil dan Azmya tinggal. Kebetulan rumah saya tepat di depan rumah mereka,” ucap Indri.“Ada apa dengan mereka?” tanya wanita itu. Mila pun tanpa ragu menyeritakan apa yang terjadi pada anaknya.“Mia memang seperti itu. Cemburuan gak jelas. Anak saya juga mengalami nasib yang tidak jauh beda. Padahal Arsyil itu naksir berat dengan anak saya tadinya. Tau-tau digoda oleh si Mia itu! Eh ... sekarang malah menuduh anak Ibu dan Bapak yang menggoda suaminya. Padahal saya yakin, pasti Arsyil yang lebih dulu menggoda anak Bapak dan Ibu. Arsyil itu sebenarnya jenuh sama istrinya yang tidak bisa apa-apa itu!”“Berarti Pak Arsyil itu mata keranjang ya?” tanya Mila. Wanita paruh baya itu menatap tak percaya.“Bukan Arsyil yang mata keranjang. Tapi, istrinya itu yang tidak becus dalam mengurusi suami. Mia itu kan tidak bisa memasak, tidak bisa mengurus rumah. Bahkan sudah tidak perawan saat menikah!”Mata Mila dan Jajang melebar
Mila dan sang suami memutuskan untuk berhenti di sebuah warung makan yang tak jauh dari kediaman Arsyil dan Azmya. Pasangan suami istri paruh baya itu masih begitu emosional. Ucapan Arsyil dan Azmya yang menuduh anaknya hendak menjadi orang ketiga bagi rumah tangga keluarga petani itu, membuat Mila dan sang suami meradang.Mereka tau betul sikap Anggita. Putri sulung mereka itu adalah seorang anak yang lemah lembut. Lakunya juga sangat baik. Anggita bahkan tak pernah terlihat berhubungan dekat dengan seorang pria. Bagaimana mungkin anak yang begitu lugu bisa menggoda seorang pria yang notabenenya adalah majikannya? Bahkan pria itu berusia jauh lebih tua dari anak mereka.“Saya yakin Pak. Pasti Bu Mia itu mengada-ada. Masa anak kita dituduh menggoda suaminya. Pasti dianya saja yang cemburuan. Atau ... jangan-jangan Pak Arsyil yang menggoda anak kita, tapi menuduh Anggi yang menggodanya, saat ketahuan oleh istrinya itu!” umpat Mila.“Menurut Bapak juga
Ibu kandung Anggita menghampiri rumah Arsyil yang berada di desa yang bersebelahan dengan desa tempatnya tinggal. Mila berangkat ke sana bersama sang suami. Sebenarnya pria itu tak mau menemani sang istri untuk mengemis sebuah pekerjaan untuk anaknya. Menurut pria itu, Anggita terlalu berlebihan. Harusnya, dengan pengalaman kerjanya selama mendampingi Arkana, anak gadisnya itu mampu mencari pekerjaan dengan lebih mudah.Namun, saat Anggita sama sekali tak menyentuh makanannya. Saat anaknya itu harus dipasangi selang infus karena tak mendapatkan asupan makanan dan cairan yang cukup, mau tak mau, pria itu mengikuti sang istri ke kediaman Arsyil dan Azmya.Sesampainya di sana, kedua orang tua Anggita memohon agar sang anak diperbolehkan untuk kembali bekerja di sana.“Kasihan Anggi sampai tidak mau makan dan minum, Pak, Bu,” ucap Mila. Wanita paruh baya itu, tanpa tau persolan yang menimpa anaknya, terus memohon pada Arsyil dan Azmya.“Mohon maaf, Pak. Saya tidak bisa menerima Anggi untu
Sementara itu, saat Azmya begitu menikmati permainan sang suami. Ada seorang gadis cantik yang terus menangis karena baru saja diberhentikan dari pekerjaannya. Gadis itu menangis bukan karena kehilangan pekerjaan. Dia menangis karena tak lagi bisa menatap pria pujaan hatinya lagi.Biasanya, setiap pagi gadis itu bersemangat karena akan kembali melihat seorang pria dewasa yang begitu perkasa. Menyapa pria itu, mendengar suara pria itu, bahkan menyaksikan tubuh atletis pria itu, sudah menjadi santapan sehari-hari Anggita. Arsyil Yudistira memang begitu memesona. Walau pria itu berusia tiga puluhan, tapi wajah tampan dan tubuh atletisnya, membuat Arsyil terlihat sangat menggairahkan bagi gadis-gadis seumuran Anggita.Gadis itu tak pernah menyangka jika dirinya akan jatuh cinta pada seorang pria yang berusia sepuluh tahun lebih tua darinya. Anggita merasakan getaran-getaran itu di hatinya, saat Arsyil mulai suka memujinya. Sejak saat itu, senyuman yang selalu ditampilkan oleh petani tamp
“Sepertinya beberapa hari belakangan, kamu cukup sehat,” ucap Arsyil saat dirinya bersama sang istri baru saja masuk ke kamar.“Iya. Rasanya tubuhku sudah mulai segar kembali. Apalagi tadi pagi sudah diurut dengan Ceu Edah. Tubuh ini jadi terasa tambah segar,” ungkap Azmya. Senyuman lebar terkembang di wajah Arsyil. Pria itu seketika menyergap Azmya. Memeluk erat sang istri dari belakang. Kini Arsyil sudah membenamkan wajahnya pada lekuk leher Azmya.“Sudah bisa melayaniku dong, kalau begitu.”Arsyil tak membutuhkan jawaban dari Azmya. Melihat kondisi tubuh sang istri begitu bugar, Arsyil pun tau jika Azmya sudah siap untuk melayaninya.Jemari pria itu kini telah menangkup salah satu benda kenyal milik Azmya. Arsyil memberikan pijatan-pijatan lembut di sana seraya memberikan jejak-jejak kepemilikan di leher sang istri.Azmya tentu saja mulai menikmatinya. Terlebih saat pria itu mulai menggesek-gesekkan bagian tubuhnya yang
Arkana sebenarnya tak lagi membutuhkan shadow teacher untuk mendampinginya belajar. Anak petani tampan itu sudah tak mengenyam pendidikan formal sejak tahun lalu. Begitu lulus dari sekolah taman kanak-kanak, Arsyil dan Azmya memutuskan jika sang anak melanjutkan pendidikan homeschooling.Azmya dan Arsyil langsung yang menjadi mentor bagi Arkana. Mereka memberikan banyak buku tentang pertanian dan robotik untuk Arkana. Arsyil bahkan mengajarkan Arkana yang baru berusia tujuh tahun itu untuk berselancar di internet, Deni memuaskan hasrat sang anak akan ilmu pengetahuan.Selama satu tahun setelah Arkana lulus dari taman kanak-kanak, Anggita hadir di sana, hanya untuk menemani Arkana jika Arsyil dan Azmya sedang sibuk dengan pekerjaan mereka.Dan kini, tanpa kehadiran Anggita, Arsyil harus benar-benar bisa membagi waktu antara mengurusi bisnis perkebunannya, mengurusi usaha yang dirintis oleh Azmya, serta menemani Arkana belajar.Sementara Azmya yang tengah hamil muda, hanya mampu terkula
“Kamu mengatakan ini agar aku melayanimu, kan, Ars?! Kamu kenapa sih, Ars? Sejak dulu, kalau menyangkut hal yang begituan, kamu selalu seperti anak kecil. Aku sedang tidak enak badan, Ars! Kalau aku dalam keadaan fit, aku juga tidak pernah menolak keinginan kamu!”“Mi ... Jangan teriak-teriak. Nanti, Arka dengar.”“Biar saja dia dengar. Biar dia tau kalau papanya begitu kekanakan! Hanya memikirkan dirinya sendiri!”“Anggi menawarkan diri untuk jadi istri keduaku!” ucap Arsyil.“APA?!”Azmya benar-benar terkejut dengan pernyataan yang baru saja terlontar dari bibir sang suami. Anggita menawarkan diri untuk menjadi istri kedua sang suami? Gadis itu secara terang-terangan mengatakan jika dia tertarik pada Arsyil. Yang benar saja!“Dia bilang, dia akan melayaniku dengan baik. Dia bahkan rela hanya dinikahi secara siri.”Lagi, Azmya terperangah. Bagaimana mungkin gadis yang begitu muda dan cantik, rela menyerahkan dirinya begitu saja pada seorang pria beristri? “Apa kamu pernah menjanjika
“Sayang ... Apa Arka masih membutuhkan seorang guru bayangan? Arka kan sudah tidak sekolah formal lagi?” tanya Arsyil saat pria itu baru saja mengantarkan Anggita ke depan pintu gerbang.“Ars ... Bisa tidak sih, kalau kamu tidak menganggu aku. Sebentar saja, Ars. Aku sedang merasa sangat lelah, pusing, mual, seluruh badanku rasanya tidak enak,” keluh Azmya.Baru saja dirinya terlelap. Sang suami sudah kembali mengganggunya. Padahal beberapa menit yang lalu, dirinya baru saja berpesan jika dia tak ingin diganggu.“Aku baru saja memecat Anggi.”Dahi Azmya berkerut. Wanita itu seketika menegakkan tubuhnya. Azmya tentu saja bingung karena sang suami tiba-tiba memecat seseorang yang sudah banyak membantu mereka. Sudah hampir dua tahun gadis itu menemani Arka. Arsyil bahkan bersikap begitu baik pada Anggita. Hingga Azmya kerap mendapati percikan cemburu di hatinya.“Memecat? Kok bisa? Dia berbuat apa? Ketahuan mencuri? Dia mencuri, iya? mencuri apa? Perabotan rumah? Uang? atau apa?”Arsyil