Ludwina hanya beralasan saat ia bilang ingin menenangkan diri dengan berbelanja. Sebenarnya ia kembali ke rumah sakit untuk mendapatkan pendapat kedua. Dokter onkologi kedua yang ditemuinya mengonfirmasi temuan Dr. Chou dan mereka memintanya untuk segera melakukan perawatan kemoterapi agar penyebaran sel kanker dapat diperlambat.
Sayangnya menurut dokter tidak ada jaminan bahwa kemoterapi akan menyembuhkannya dari kanker, hanya memperlambat pertumbuhannya. Sementara efek samping dari kemo akan membuat Ludwina lemah, kesakitan, dan rambutnya rontok..
Ia bergidik saat melihat beberapa pasien kanker yang didorong dengan kursi roda sehabis melakukan kemo... Mereka semua lebih terlihat seperti mayat hidup daripada manusia....
Ludwina tidak mau menyerah begitu saja. Ia segera memesan tiket ke Amerika dari ponselnya dan segera menghubungi beberapa rumah sakit di Amerika untuk mengadakan janji temu dengan dokter onkologi terbaik.
Sesampainya di rumah Ludwina sege
Andrea mengajukanresigndari perusahaannya sekarang dan segera mengurus proses untuk masuk ke perusahaan baru yang didirikan Joe. Dalam waktu dua minggu semuanya siap dan mereka tinggal memilih tanggal keberangkatan.Ia tidak pernah menyangka, setelah semua prosesnya hampir selesai, ternyata Ludwina menyatakan tidak bersedia ikut dengannya ke London."Kenapa kau tidak mau ikut, Sayang? Kau bilang aku boleh mengambil pekerjaan yang ditawarkan Joe...." tanyanya dengan nada putus asa. "Kalau kau bilang dari awal bahwa kau tidak mau ikut ke London, aku tidak akan menerima tawaran pekerjaan ini..."Ludwina yang sedang menyesap wine-nya hanya mengangkat bahu. Sikapnya kembali terlihat dingin."Aku tidak pernah mengatakan bahwa aku mau ikut ke London," jawabnya dengan nada datar, "Kau yang mengambil kesimpulan sendiri..."Andrea terduduk lemas di sofa di samping Ludwina. Ia menatap istrinya dengan pandangan tidak percaya.Ludwin
Andrea sangat terkejut ketika ia mendarat di Heathrow, London dan mencoba menelepon Ludwina, tetapi panggilannya sama sekali tidak diangkat oleh istrinya itu. Ia mencoba lagi ketika tiba di hotel, dan tetap tidak diangkat.Ia mengirim banyak SMS dan email tetapi tidak satu pun yang dibalas. Ia sangat takut terjadi apa-apa dengan Ludwina, sehingga akhirnya ia menelepon Johann.Dari Johann ia mengetahui bahwa ternyata Ludwina sedang berada di Sumba bersamanya.Ludwina mengurung diri sejak tiba dan terlihat sangat sedih, kata Johann.Andrea sadar bahwa Ludwina masih belum memaafkannya dan sengaja tidak mau menerima panggilan teleponnya ataupun membalas semua SMS atau emailnya.Ia hanya bisa terduduk sedih di kursi kamar hotelnya dan menangis pelan-pelan sambil membayangkan wajah perempuan yang selama empat tahun ini setia mendampinginya dan kini telah ia sakiti...Besar sekali keinginan Andrea untuk segera pulang ke Indonesia dan menjemput Ludw
Ketika Johann tiba, Andrea segera memperkenalkannya kepada Adelina dan Ronan."Adelina, perkenalkan ini Johann, kakak iparku. Dia seorang dokter spesialis penyakit dalam dan sedang ikut konferensi di sini." Andrea lalu beralih kepada Johann, "Ini Adelina, ibu dari anakku Ronan. Dan ini Ronan, anakku."Keduanya saling berjabat tangan. Suasana makan malam di antara ketiga orang dewasa dan seorang anak kecil itu berlangsung hangat dan cair. Tidak ada yang membicarakan tentang kesalahan masa lalu ataupun rasa sakit hati.Adelina bekerja di sebuah majalah lifestyle sebagai redaktur mode dan ia memang terlihat sangat modis dalam pilihannya berpakaian. Selain memiliki kecantikan alami yang sangat menonjol, ia juga tampil sangat elegan. Selera mode sang ibu juga terlihat pada Ronan yang terlihat mengenakan pakaian bermerek terbaik di Inggris.Dari penjelasan Adelina, Johann segera mengetahui bahwa gadis itu tidak menikah sampai saat ini karena ia fokus pada karie
Ludwina tidak mengira bahwa novel sejarah yang ditulisnya mendapatkan sambutan sangat baik. Ini membuatnya sedikit terhibur. Ia sudah tidak memiliki akun di media sosial, tetapi ia banyak membaca review positif di internet dan berbagai artikel yang memuji ceritanya. Hal ini membuatnya semakin bersemangat menulis.Setelah menenangkan diri di Italia, Ludwina memutuskan untuk ke Belanda untuk meneliti sumber-sumber sejarah untuk novel lain yang sedang ditulisnya. Ia sangat tertarik mengeksplor sejarah Indonesia pasca Perang Dunia 2 saat orang-orang keturunan Belanda, atau indo, dipaksa pergi dari Indonesia karena dianggap sebagai keturunan penjajah, padahal banyak dari mereka lahir dan besar di Indonesia, dan tak pernah mengenal negeri Belanda.Ludwina meminum banyak obat tetapi ia masih menolak kemoterapi karena ia tidak mau keluarganya mengetahui penyakitnya. Penampilannya setelah kemo akan sangat kentara dan ia tidak ingin mereka curiga karena tubuhnya akan menjadi san
Setelah enam bulan di London, Andrea masih belum menerima balasan dari email-emailnya. Ia tetap setia mengirim email setiap hari Minggu, tetapi kini ia sudah belajar untuk menerima kenyataan bahwa Ludwina tidak akan membalas.Kondisi perusahaan sudah stabil dan ia sudah bisa mengambil cuti. Andrea sangat tergoda untuk membeli tiket dan menyusul Ludwina di mana pun gadis itu sekarang berada. Ia menemukan akun instagram atas nama Ludwina dan setiap beberapa hari Ada foto yang menunjukkan keberadaan gadis itu. Mungkin sekarang Ludwina sudah kembali seperti Ludwina yang dulu, yang senang pamer foto travelingnya saat masih belum bersama Andrea.Kalau ia mengikuti keberadaan Ludwina dari akun instagramnya, ia tidak melanggar janjinya untuk tidak menguntit istrinya karena informasi yang dibagikannya di Instagram dibuat publik, demikian pikir Andrea meyakinkan dirinya sendiri"You want to take some leave(Kau mau ambil cuti)?" tanya Joe siang itu ketika An
SEPTEMBER 2018.Sudah setahun Ludwina dan Andrea berpisah. Andrea sudah mulai menerima kenyataan bahwa mungkin Ludwina tidak akan pernah memaafkannya, tetapi ia sungguh sangat ingin bertemu istrinya satu kali saja, untuk berusaha meyakinkannya...Email dari panitia international cyber security conference di Bali tiba pada suatu pagi. Mereka mengundang Andrea untuk menjadi salah satu pembicara di acara bergengsi itu. Ia sudah dikenal sebagai pakar security terbaik di Asia Pasifik dan panitia sangat bangga bahwa di acara mereka akan hadir seorang pakar dari Indonesia.Tanggalnya bertepatan dengan hari ulang tahun pernikahan mereka yang ke-5. Seharusnya bulan depan mereka mengadakan pesta, untuk memenuhi janji kepada Bu Inggrid yang dulu sangat ingin merayakan pernikahan mereka secara besar-besaran.Tiba-tiba kerinduan Andrea kepada Ludwina terasa menyesakkan... Ia hampir meneteskan air mata saat mengingat pernikahan mereka di Bali l
Suasana menjadi syahdu dengan hujan rintik-rintik di luar jendela. Andrea lalu mengeluarkan sebotol wine dan dua gelas serta segelas jus untuk Ronan. Ia menuangkan wine untuk dirinya dan Adelina. Ia menyerahkan gelas berisi wine kepada gadis itu. Adelina menerimanya dengan sepassang mata masih berkaca-kaca."Sore-sore begini pas sekali untuk minum wine. Lumayan bisa membuat suasana hati menjadi lebih baik." Andrea mendentingkan gelasnya ke gelas Adelina dan meneguk wine-nya. "Minumlah... biar kau merasa baikan."Adelina mengangguk dan menyesap wine-nya. Wajahnya yang suram perlahan-lahan tampak mulai cerah."Wine makes adulting bearable(Wine membuat orang dewasa bisa bertahan hidup)." katanya dengan senyum mulai menghiasi wajahnya. Keduanya tertawa kecil. Andrea mengangguk juga, membenarkan."Aku tahu kamu perempuan kuat, tapi kalau kamu merasa sedang sedih dan ingin berbagi, tempatku dan segelas wine selalu siap menunggu," kata Andrea kemu
Ludwina yang tiba di Hotel Hilton keesokan harinya mengira guest relation officer yang menemuinya juga mengenalinya sama seperti beberapa penggemar yang ia temui di Central Park. Ia mengikuti saja ketika staf itu membawanya ke kamar cantik menghadap laut yang ditinggali Andrea.Ia sebenarnya sudah check in di Hotel Kanawa milik ayahnya, sehingga ke Hilton hanya dengan membawa tas tangannya. Ia ingat bahwa hari ini adalah ulang tahun pernikahannya dengan Andrea. Mungkin ia akan menerima untuk makan malam bersama Andrea terakhir kalinya sebelum meminta dokumen perceraian itu dari suaminya dan mengakhiri pernikahan mereka.Ia melihat bunga dan prosecco dengan pita merah di kamar itu. Hatinya seketika terasa sakit, ia masih ingat dengan jelas malam itu ketika Andrea melamarnya. Ia melihat dua kemeja Andrea yang dibelikannya sebelum suaminya itu berangkat ke London dan pertahanannya runtuh.Ludwina kembali menangis untuk kesekian kalinya. Tadinya ia sudah mampu bersi