Varsha yang tengah berdiri di ruang bilas itu menyambar sabun, membersihkan tubuh dari banyaknya hal kotor yang hampir sepanjang malam itu dilakukan.
Sisa-sisa peluh dan cairan tak senonoh yang kini menjadi bagian dari hidupnya.Ia menyikat gigi kuat-kuat. Membersihkannya dari mulut yang sudah meraup bagian intim wanita dengan serakah. Tanpa terasa bagian gusinya berdarah karena terlalu kuat menyikat. Varsha meludah, menarik napas panjang karena semua bertentangan di dalam personanya.Perangai Varsha kini perlahan-lahan berubah, ia benar-benar seperti nyawa yang hidup dalam raga lain. Tatapan matanya yang dulu penuh kesedihan, kini berubah menjadi tatapan yang tajam dan siap memangsa siapapun di hadapannya.Benaknya teralih pada kenangan masa lalu. Kenangan yang mungkin tidak ingin diingatnya. Masa dimana ia benar-benar berada di titik terlemah.Masa-masa profesinya menjadi sales parfum. Sebenarnya itu bukan profesi rendahan jiHari Sabtu. Varsha hampir lupa hari karena terlalu sibuk. Ia menggeliatkan tubuhnya, dan menyadari bahwa ponselnya terus saja berbunyi."Ck, siapa yang membangunkanku sepagi ini!" umpat Varsha dengan mata yang setengah terpejam.Layar ponsel itu menunjukan nama "Keyhan" sebagai penelefon. Varsha memencet tombol hijau dan mengangkatnya."Ya?" Varsha menggaruk kepalanya."Kakak, kau terlambat untuk sarapan pagi bersama! Ayah marah!" tegur Keyhan sambil setengah berbisik.Varsha terperanjat. Jam menunjukan pukul sembilan pagi."Im sorry for that, Key. Aku akan segera kesana!" Varsha mematikan ponsel.Ia bergegas mandi, nampak Frans sudah masuk dan menyiapkan pakaian untuk Varsha."Tuan, anda bisa sarapan terlebih dahulu." Tutur Frans.Varsha yang tengah menyikat gigi menyembulkan kepalanya."Apa Tuan Giandra akan marah besar?" tanya Varsha.Frans tersenyum dan menggeleng.
Varsha menatap Pak Beno sambil tersenyum. Ia mulai paham peran pengusaha besar bagi tokoh politik di Indonesia sangat besar.Jadi, mulai saat ini kepemipinan sebuah daerah pun menjadi kuasanya juga? Varsha tertawa kecil, betapa mudahnya jari rapuh itu akan menunjuk sesuatu."Kupertimbangkan, Pak Beno." Varsha menyesap minuman yang disuguhkan.Pak Beno menyeringai penuh arti. Beliau menyodorkan sekotak cerutu mahal yang entah dari negara mana beliau mendapatkannya."Kau sangat menyukai cerutu bukan? Ambillah, ku berikan special untukmu." Pak Beno menyodorkan.Varsha tidak tahu bagaimana rasa cerutu. Ia mengambil sambil tersenyum."Sogokan anda terlalu murah, Pak." Varsha yang mulai terbiasa itu terkekeh.Pak Beno tertawa terbahak-bahak."Anak pintar! Bahkan kini Suryakancana Group benar-benar menyokong Tuan Diran agar menjadi Menteri Kesehatan. Kekuatan dua group besar telah membawa perubahan besar
Varsha bisa melihat jelas bahwa itu adalah sosok adiknya yang tengah dijambak perempuan tua. Ia hendak membantu, namun teringat akan posisinya sebagai Fabian.Dan terakhir, ia membantu adiknya namun berujung petaka."Dimana harga dirimu wanita miskin?! Kubunuh kau!!!" teriak wanita tua itu.Alvia terlihat menangis. Namun tidak ada yang melerai. Varsha hanya menggenggam tangannya erat- erat menahan segala macam emosi yang memenuhi raganya."Fabian, aku tidak nyaman. Bisakah kita pergi dan mencari tempat lain?" tanya Syahna.Varsha mau tidak mau mengiyakan. Ia adalah Fabian sekarang, jangan sampai adiknya tahu!Syahna bergegas membayar bakso, sementara Varsha menatap ke arah kerumunan. Nampak, adiknya itu tengah disoroti kamera dan juga ditampar oleh wanita tua tersebut."Ayo...!" bisik Syahna.Varsha berusaha mengenyahkan perasaan khawatir itu. Ia pergi meninggalkan kios bakso bersama Syahna.
Keyhan melepaskan coat sambil menatap lurus ke arah jendela kamarnya. Jendela kamar yang dulu diisi untuknya duduk dan bermain gitar, kini sudah lama tempat itu hanya menjadi tempat tinggal para tanaman dan juga hiasan-hiasan taman.Keyhan menghela napas. Tubuh tampannya itu membuka kancing pakaiannya satu persatu. Hingga nampak tubuhnya yang atletis itu terpampang."Alen Dimitri!" panggil Keyhan pada ajudannya.Seorang pria muda menghampiri Keyhan dan menganggukkan badannya."Selamat sore Tuan Keyhan, adakah yang bisa saya bantu?" tanya Alen.Keyhan membalikkan badannya, menatap Alen seksama."Bawakan aku gitar dan beberapa sound system. Jangan lupa sambungkan pianoku pada sound." Keyhan memberi perintah.Alen mengangguk."Segera kami siapkan, Tuan."Sebenarnya Keyhan cukup stress berat. Di usia semuda itu, ia sudah banyak sekali mengerjakan urusan perusahaan.Karena ia pewaris tahta
(Bab ini mengandung adegan 21+ diharapkan kebijakan dalam membaca terhadap adegan yang disajikan. Selamat membaca.)"Sejak kapan kau menyukai Fabian?" tanya Tuan Diran pada Syahna.Syahna tersenyum dan menyelipkan rambutnya yang terurai. Memang kedekatan yang terjalin antara Ayah dan anak itu cukup intim."Ayah tak mengapa jika aku menyukainya?" tanya Syahna.Tuan Diran tersenyum, ia menengadahkan kepalanya keatas sambil menghela napas."Perasaan suka itu bisa muncul kapan saja Syahna, Ayah juga dulu suka pada Ibumu sejak pertama kali bertemu!" Tuan Diran terkekeh.Syahna mengangguk, ia tahu betul bagaimana perjalanan cinta kedua Orangtuanya yang rumit. Ia kemudian menatap Ayahnya."Jika aku menyukai pria yang bukan kalangan Orang kaya, bagaimana?" tanya Syahna.Tuan Diran menaruh gitarnya, menangkupkan kedua tangannya."Lelaki miskin tak mengapa, asal ia benar-benar berusaha mengubah hidupnya!
Fabian membelakkan matanya saat mendapati Alvia pulang dalam keadaan babak belur.Apa yang terjadi pada adik Varsha itu? Apa ada sesuatu yang menyebabkannya seperti itu?"Kenapa lu?!" tanya Ibu.Alvia menangis sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat."Ibu... lelaki itu memiliki isteri!" Alvia menangis tersedu-sedu.Fabian telah menduga gadis itu jual diri. Memang, tidak adakah pekerjaan lain yang lebih layak untuk keberlangsungan hidup? Kenapa wanita merendahkan dirinya sendiri hanya demi harta?"Otak lu dimana Via?! Jelas-jelas pria itu tua bangka. Masih aja lu pacarin! Lihat diri lu!" bentak Ibu."Aku gak tahu Bu, dia mengaku duda!" Alvia meringis menahan memar yang sakit. Bahkan sekujur tubuhnya menerima cakaran.Fabian benar-benar iba. Adik Kakak itu sama-sama mengalami perundungan! Apakah ia malaikat, atau iblis untuk mereka berdua?"Lebih baik sembuhkan luka Alvia dulu Bu, kemudian m
"Siapa yang saling jatuh cinta, Alindra?" tanya Varsha sambil menatap lekat-lekat Alindra."Apa?!" Alindra menautkan kedua alisnya.Kata-kata cinta Fabian semalam itu, apa? Kenapa ia menuturkan kata-kata cinta yang sudah membuat Alindra berharap banyak?!"Cinta harus ada kata saling, dan antara kita berdua hanya kau yang jatuh cinta." Varsha menyeringai dengan tatapan tajam.Iris Alindra terbelalak. Tidak, pasti Fabian tengah berbohong di hadapan Orangtua mereka! Alindra yakin itu supaya mereka baik-baik saja!"Kau tidak perlu menyembunyikan apapun lagi, Fabian! Kita saling mencintai!" Alindra menekan nada bicaranya.Varsha menyeringai, ia menatap Alindra lekat-lekat."Kau terbawa perasaan karena kita tidur bersama ya? Dengar, laki-laki bisa tidur bersama dengan siapa saja tanpa perasaan. Dan... kau bukan satu-satunya wanita yang sudah kutiduri...." Varsha terkekeh, menikmati penderitaan Alind
"Bagiku, kau tetap anakku...," ujar Tuan Giandra dengan nada lirih.Varsha menguping sambil merasakan kupingnya berdenyut karena sakit. Ia memegang telinga dan menekannya kuat-kuat.Darah! Rupanya, setelah dipukuli Varsha kehilangan banyak darah.Tapi, ia berusaha menahan semuanya demi mendengarkan penuturan Tuan Giandra. Tidak ada yang boleh dilewatkannya agar lebih mudah menjalani peran tersebut."Fabian, memang benar aku mengambilmu dari panti asuhan." Tuan Giandra menatap sendu ke arah Fabian. "Maaf sudah menyembunyikan semua ini darimu!"Fabian kemudian menangis. Ia tidak menyangka pada hari itu harus mendengar penuturan menyakitkan. Ambisinya untuk merebut dua perusahaan hancur sudah. Karena ia bukan siapa-siapa!"Fabian, bagaimanapun kau tetap anakku! Kau berhak atas Triasono Group dan tidak ada yang bisa mengubah keputusan itu. Jangan khawatir, jangan memikirkan kata-kata Nyonya Keiyona tadi! Kau tetap memilik
Han berdiri di depan jendela besar yang menghadap ke halaman belakang rumah besar yang dulunya merupakan milik ayahnya, Tuan Giri. Taman itu, yang dulu dipenuhi dengan bunga-bunga eksotis dan air mancur yang gemericik, kini tampak layu dan tidak terurus. Begitulah kondisinya, sama seperti bisnis keluarga mereka, Suryakancana Group, yang jatuh ke tangan orang lain. Meskipun Varsha adalah sepupunya, akan tetapi tetap saja semuanya terasa menyedihkan karena perusahaan tidak jatuh di tangannya sebagai pewaris utama.Langkah kaki terdengar di belakangnya, lembut namun berwibawa. Han tahu siapa yang datang bahkan tanpa berbalik. Nyonya Keiyona, istri kedua almarhum ayahnya, berjalan masuk dengan anggun. Wanita itu masih tampak mempesona meskipun usianya sudah tidak lagi muda, wajahnya yang selalu tampak tenang kini terlihat lebih serius."Han," panggil Nyonya Keiyona lembut namun tegas, menghentikan Han dari lamunannya.Han berbalik, menatap wanita yang sudah lama dianggap sebagai bagian da
Di sebuah gedung pertemuan megah di tengah kota, para eksekutif dan tokoh-tokoh penting berkumpul dengan penuh antusias. Ruangan itu dipenuhi oleh suara bisik-bisik tentang berita besar yang akan disampaikan hari ini. Di depan mereka, berdiri seorang pria muda dengan tatapan penuh keyakinan, Varsha Suryakancana. Ia adalah pemimpin baru yang akan mengubah wajah bisnis di negeri ini.“Terima kasih atas kehadiran kalian semua,” suara Varsha mengalun tegas di mikrofon. "Hari ini, saya dengan bangga mengumumkan penggabungan antara dua kekuatan besar, Triasono Group dan Suryakancana Group, menjadi satu entitas yang akan kami sebut Suryakancana Group. Dengan ini, kita menjadi salah satu perusahaan terbesar yang membawahi banyak sektor, mulai dari energi, infrastruktur, hingga teknologi.”Suara tepuk tangan menggema di ruangan, tapi di antara tepukan tangan itu, ada juga wajah-wajah yang penuh keterkejutan. Pasalnya, yang ia rebut adalah perusahaan milik sang Paman dan jelas-jelas masih ada k
Han duduk di kursi ruang kerjanya, matanya terpaku pada jendela yang memandang keluar gedung Suryakancana Group. Di luar, langit mendung seolah mencerminkan kekacauan yang sedang ia alami. Perusahaan ini bukan hanya sekadar bisnis baginya, tapi warisan keluarga yang telah dibangun dengan darah, keringat, dan air mata oleh kakek dan ayahnya. Suryakancana Group telah menjadi simbol kejayaan keluarga mereka, sesuatu yang tak ternilai harganya.Namun kini, semuanya perlahan-lahan runtuh. Skandal perselingkuhan, krisis ekonomi perusahaan, dan ketidakmampuan Han mengendalikan situasi telah membuat posisinya semakin terancam. Setiap hari, ia merasakan tekanan yang semakin berat. Divisi-divisi perusahaan mulai kehilangan arah, bahkan beberapa telah melakukan pemutihan karyawan besar-besaran, membuat para pekerja marah dan menggelar demonstrasi di depan kantor pusat.“Han, kita tidak bisa terus seperti ini,” ujar Mona, istrinya, yang tiba-tiba masuk ke ruang kerjanya. Wajahnya yang cantik tamp
Suryakancana Group, yang dulu merupakan salah satu perusahaan terkuat di industri, kini perlahan-lahan runtuh dari dalam. Frans, yang selama ini bergerak di balik layar, dengan hati-hati meluncurkan rencananya. Ia mulai mendekati bawahan-bawahan Han, sang CEO, dengan janji manis dan iming-iming keuntungan. Beberapa di antara mereka, yang telah lama merasa kurang puas dengan kepemimpinan Han, perlahan-lahan mulai beralih kesetiaan mereka kepada Frans.Di ruang rapat utama perusahaan, suasana tegang menggantung di udara. Beberapa eksekutif saling bertukar pandang dengan raut cemas, sementara yang lain berbisik-bisik, membicarakan gosip yang mulai menyebar. Di tengah-tengah kekacauan ini, Han tetap berdiri tegar, meskipun ia tahu ada sesuatu yang salah. Suryakancana mulai kehilangan arah, dan divisi-divisi kunci dalam perusahaan mulai berantakan."Han, kita harus bicara," suara berat Nyonya Keiyona, menggema di ruangan itu. Dia melangkah maju, matanya menatap tajam ke arah Han. "Apa yan
Setelah mengetahui bahwa Archy Prameswari akan menjadi adik iparnya, Varsha merasakan kecemasan yang semakin mendalam. Dia duduk di ruang kerjanya, memandang ke luar jendela dengan pikiran yang berputar tak menentu. Kehadiran Archy di dalam keluarga akan mengubah segala perhitungan yang telah ia buat. Archy bukanlah orang sembarangan—dia adalah pewaris sah Suryakancana Group, dan pernikahannya dengan Reyhan akan semakin memperkuat posisi Archy dalam keluarga. Hal ini membuat Varsha merasa terancam, dan setiap langkah ke depan harus diperhitungkan dengan cermat.Ia harus mendapatkan Archy apapun caranya.Suara lembut namun tegas dari Frans, ajudannya, memecah kesunyian ruangan. "Tuan Varsha," kata Frans, sambil menundukkan kepala sedikit, "Saya rasa kita harus mulai mempertimbangkan langkah-langkah untuk mengamankan posisi Anda."Varsha menoleh, matanya menyipit sedikit. Kira-kira apa yang akan Frans katakan?"Kau pikir aku belum mempertimbangkannya? Archy akan menjadi adik iparku. In
Enam bulan berlalu.Varsha menatap kosong berkas-berkas di hadapannya, tangannya bergetar halus saat merapikan kertas-kertas itu. Suryakancana Group, perusahaan besar yang sekarang berada di bawah kendalinya, terasa semakin jauh dari prediksinya. Dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk menaklukkan dewan direksi, tetapi semua itu terasa sia-sia.Sejak menikahi Syahna, putri pemilik saham terbesar, Varsha berharap posisinya di perusahaan akan lebih kuat. Namun kenyataannya, pernikahannya dengan Syahna tidak membawa pengaruh besar. Han sekarang jauh lebih gemilang dalam mengelola perusahaan dibanding sebelumnya.“Bagaimana mungkin aku bisa menguasai Suryakancana Group kalau setiap langkahku terus-menerus ditolak oleh mereka?" gumam Varsha, mengacak-acak rambutnya frustrasi.Syahna, istrinya, tampak masuk ke dalam ruang kerja dengan langkah tenang. Dia bisa melihat tekanan yang dirasakan suaminya dari tatapannya yang lesu."Varsha, kamu tidak bisa terus-menerus memaksakan kehendakmu. Dewan
"Pernikahan antara Tuan Varsha Suryakancana dengan putri Direktur Rumah Sakit Suryakancana resmi digelar."Pemberitaan media massa telah menyebarkan berita bahagia itu ke seluruh penjuru. Varsha nampak sangat tampan dengan tuxedo hitam serta kemeja putih sebagai dalamannya. Lelaki itu menyambut Syahna di atas altar, meminta gadis itu berjanji supaya mau menemaninya sepanjang hidup. Syahna yang tengah mengandung delapan minggu itu datang kepada Varsha dengan gaun pengantin cantik hingga menambah kecantikan dirinya yang menonjol. Walau Varsha sudah tidak memiliki perasaan terhadap Syahna, akan tetapi ia harus menghormati Syahna sebagai istrinya."Tuan Varsha, selamat atas pernikahan anda!" Seluruh orang bersuka cita dengan acara pernikahan sang penguasa tersebut. Akan tetapi, sudut hati Varsha tetap merasakan kesunyian dan kepedihan yang masih membekas dalam ingatannya. Ada rasa trauma acapkali melihat altar pernikahan, ia selalu teringat peristiwa berdarah di mana ia kehilangan sosok
"Apa kabar Tuan? Sudah lama rasanya saya tidak mengunjungi Tuan. Maaf atas kesombongan saya." Varsha menyesap teh yang disajikan kemudian menaruh kembali cangkir itu di atas meja.Tuan Diran yang duduk di hadapan Varsha itu terlihat pucat. Beliau nampak menghela napas panjang kemudian memandangi Varsha seksama."Ah, kau sangat sibuk. Tidak usah repot dengan pria tua di hadapanmu ini." Tuan Diran tersenyum.Varsha tertawa kecil menanggapi itu semua, ia mendesah pelan kemudian melirik ke arah Reyhan yang juga menghampiri dirinya di ruang tamu."Apa kabar? Lama sekali tidak berjumpa." Reyhan menyalami Varsha dengan senyuman ramah."Ah, kau juga tengah sibuk dengan Rumah Sakit Hewan yang kau kelola bukan? Aku dengar banyak sekali pasien menengah ke atas yang datang ke sana." "Klinik, tidak usah dilebih-lebihkan sebagai Rumah Sakit." Reyhan tertawa kecil. "Kebanyakan orang datang ke Pet Shop. Namun, aku bersyukur orang mempercayakan semuanya pada klinik kami.""Ya, kau sangat apik dalam m
"Pilihlah apa yang kau inginkan, tidak usah bertanya padaku. Karena aku bukan kekasihmu." Varsha mempersilakan Gadis itu mencari sepatunya sendiri.Gadis itu tertegun, entah karena bagi dirinya mahal ataukah memang tidak tahu harus memilih yang mana. Nampak pelayan Toko tersebut menunggu Gadis itu memilih dan Varsha memilih untuk menunggu. Nampak beberapa pengawalnya ada di depan Toko tanpa mengganggu Varsha sama sekali.Varsha menatap Gadis itu dari cermin toko. Gadis tersebut sangat cantik, ia jadi penasaran kira-kira seperti apa pekerjaan yang akan ia lakukan?"Aku hanya butuh sepatu kets biasa, jangan yang mahal, ukuran 40." Gadis itu mendeskripsikan apa yang ia cari."Belilah dua pasang, atau tiga. Manusia tidak bisa hidup dengan satu sepatu saja." Varsha memberi saran."Saya akan membelinya dengan gaji saya nanti, untuk saat ini saya hanya akan mengenakan satu saja." Gadis itu tersenyum. "Mbak yang ini saja."Bahkan sepatu yang dipilih Gadis itu cukup sederhana. Mengapa ia tidak