Langkah kaki Stefany Rowland terhenti di batas undakan tangga depan Houston Public Library. Dia melayangkan pandangannya ke langit sore yang menurunkan bulir-bulir salju putih dengan deras. Memang akhir tahun memasuki winter season yang nyaris setiap hari turun hujan salju. "Kingcat Edu, kau tetaplah di dalam ransel. Terlalu dingin bila berjalan menapaki lapisan es tebal di tengah hujan salju, okay?" ujar Stefany kepada kucing berbulu oranye yang kepalanya menyembul di bagian atas ransel milik gadis itu.Raja Edward Forester mengerti kekuatiran Stefany, kedinginan akan membuatnya terkena flu kucing. Dia pun tak ingin merepotkan pacar barunya yang begitu perhatian. Dan tak ingin disuntik oleh dokter hewan juga tentunya. Dia lalu menjawab, 'Okay, kembangkan payungmu. Jangan sampai kau juga jadi terkena flu karena berhujan-hujanan, Stefy Darling!'"Ohh ... perhatian sekali, Pacar Baruku. Ide bagus, sebentar kuambil payung kecilku dulu. Kuharap kamu tetap hangat di dalam ransel, Kingcat
"CKIIIITTTTT!" Suara rem sepeda motor yang diinjak kencang itu terdengar mengerikan dan menggasak aspal jalan perumahan Stefany. 'Awas, Stefy!' teriak Kingcat Edu dalam benaknya yang hanya terlontar menjadi suara meongan nyaring.Namun, untungnya pengendara sepeda motor besar itu bisa menghentikan kendaraannya tepat waktu. Sorot lampu depan yang menyilaukan mengarah ke wajah Stefany. "Hey, Bocah ... lain kali jangan berlarian di jalan kalau masih ingin berumur panjang!" teriak emosional suara pria yang nyaris menabrak Stefany tadi."Mister Jeff Harrison?! Maaf, Anda yang seharusnya tidak mengebut di jalan perumahan, itu membahayakan orang lain!" tegur Stefany dengan berani sambil menghampiri sepeda motor pria gondrong bercambang lebat itu.Namun, Jeff berdecak kesal malas mengakui kesalahannya. Belum cukup di situ saja, ada hal lain yang harus disampaikan oleh Stefany terkait rekaman CCTV rumah Mister Johannes Moore. "Oya, Sir. Kucing Anda; Mojo, Belvin, dan Ufo telah merusakkan ta
"Apa kamu tahu bagaimana menggunakan mantra-mantra di dalam buku ini, Kingcat Edu?" tanya Stefany sambil menemani Raja Edward Forester membaca halaman di buku tebal di hadapan mereka.'Kita coba saja, Stefy. Aku paham caranya!' balas kucing oranye itu dengan bertelepati. Kemudian dia melompat turun dari tempat tidur ke lantai di samping ranjang.'Reimago Humanus!' teriak Raja Edward Forester sambil membayangkan sosok dirinya sebagai manusia normal sebelum dikutuk menjadi kucing.Kilauan cahaya kehijauan berkabut menyelimuti kucing berbulu oranye yang semakin berubah sosoknya menjadi seorang pria. Stefany yang melihat retransfigurasi itu nampak syok karena seorang pria bercambang tipis dengan tubuh tinggi tegap berdiri menjulang di hadapannya."Hello, Stefy. Kita bertemu lagi dalam bentuk manusia, bagaimana menurutmu?" sapa Raja Edward Forester dengan senyum geli di wajahnya yang rupawan.Stefany bangkit dari tempat tidurnya lalu dia mengulurkan tangannya untuk menyentuh badan pria dew
"Ohh, Bu, taksinya sudah datang. Jaga diri di perjalanan ya. Merry Christmas, aku ingin mengucapkannya langsung karena kita tak akan bertemu ketika hari Natal tiba!" Stefany berpelukan dengan Nyonya Victoria Rowland di ruang makan. Wanita paruh baya itu menitikkan air mata meninggalkan putri tunggalnya tinggal sendirian di Houston untuk pertama kalinya. "Merry Christmas, Darling. Kamu sekarang sudah besar, Stefy. Kuharap segalanya akan baik-baik saja sampai kita berjumpa kembali di awal tahun baru nanti!" pesannya sebelum berpisah."Tenanglah, Bu. Ada Kingcat Edu yang menjaga dan menemaniku ke mana-mana. Dia bisa diandalkan!" jawab Stefany dengan bangga.Namun, Nyonya Victoria mendengkus serasa tak percaya dengan ucapan Stefany. Dia pun berkata kepada kucing oranye itu, "Hey, Kingcat Edu, jaga putriku selama kutinggalkan ke Michigan, okay? Aku akan membuatkan steak Salmon lezat untukmu sepulang dari libur panjang kalau kau melakukan tugasmu dengan baik!""Meeoongg!" sahut kucing oran
"Pohon Natalnya sedikit berdebu, Edu. Kita sebaiknya membersihkannya di gudang saja dulu baru membawanya ke perpustakaan!" ujar Stefany setelah membuka plastik penutup enam pohon Natal imitasi masing-masing setinggi tiga meter di hadapannya. Raja Edward Forester pun menuruti perkataan gadis itu dan membersihkan semuanya dengan mantra sihir lalu tersenyum puas dan berkata, "Dengan sedikit sentuhan ajaib, pohon-pohon Natal ini sempurna, bukan?" "Wow ini keren, Edu. Lantas apa kamu bisa membawanya sendiri dari gudang ke ruang baca perpustakaan? Ini kelihatan berat sekali!" lanjut Stefany bertolak pinggang sedikit putus asa. "Tenanglah, aku bisa. Serahkan saja padaku, Darling. Lebih baik kamu menyiapkan hiasan pohon-pohon Natal ini saja, okay?" sahut Raja Edward santai.Mereka berdua pun mengerjakan tugas masing-masing. Tanpa diduga oleh Stefany, pria bertubuh jangkung itu berhasil memindahkan keenam pohon Natal sesuai dengan tempat yang seharusnya di ruang baca perpustakaan."Tugasku
"Ouch ... pinggangku serasa mau patah, Edu!" seru Stefany sambil merenggangkan otot-ototnya setelah menyelesaikan dekorasi tiga pohon Natal bersama Raja Edward Forester hingga pukul 18.00 waktu Houston."Duduklah di sini, aku akan memijatmu, Dear Stefy!" Pria bertubuh tegap itu mempersilakan Stefany duduk di bangku panjang tanpa sandaran yang ada di depan pohon Natal dekat jendela ruang baca.Gadis itu melangkah gontai seakan tubuhnya seperti melayang-layang karena terlalu kelelahan bekerja. Dia duduk di samping Raja Edward lalu menoleh bersitatap dengan pria dengan wajah bercambang tipis yang nampak seperti berusia awal tiga puluhan itu. "Kita pulang sebentar lagi ya, Edu," ajak Stefany sambil bersandar di dada pacarnya. Bahu dan lehernya dipijat pelan oleh Raja Edward. "Biarkan aku menggendongmu sampai ke rumah, Stefy. Ayo ambil tas ranselmu di loker!" ajak Raja Edward sembari menarik tangan Stefany agar berdiri.Gadis itu menganggukkan kepalanya lalu menyeret dirinya menuju loker
"Wow, keren sekali pohon Natalnya!" seru seorang bocah perempuan berusia enam tahun di depan salah satu pohon Natal yang dihias oleh Raja Edward dan Stefany selama tiga hari."Claudia, ayo ke marilah untuk berfoto bersama Piet Hitam dan Rudolph si rusa berhidung merah!" Seorang wanita berbaju merah dengan rambut cokelat bersanggul sederhana melambaikan tangan memanggil putrinya di ruang baca Houston Public Library.Gadis manis berkepang dua itu berlari menghampiri ibunya seraya menjawab penuh keceriaan, "Yes, Mommy, coming!"Tanggal 24 Desember, perpustakaan terpopuler di kota Houston, Texas itu mengadakan acara meriah untuk merayakan hari Natal. Lagu-lagu bertema Natal seperti Jinggle Bells, White Christmas, Joy to The World, Silent Night, dan lain sebagainya diputar tiada henti di ruang baca yang biasanya dilarang orang berisik."Stefany, apa penampilanku sudah mirip Santa Claus?" tanya Raja Edward Forester dalam baju merah dengan bulu-bulu putih di bagian kerah dan manset lengan ba
"Hey, Stefy. Aku ingin membeli kue yang itu!" tunjuk Raja Edward Forester ketika mereka melewati etalase sebuah bakery. Stefany menghentikan langkahnya lalu menoleh ke etalase di samping kanannya. "Itu Red Velvet Cake, kamu suka, Edu? Ayo kita tanyakan ke penjualnya apa bisa dibeli atau hanya sekedar kue imitasi!" sahut gadis itu lalu menggandeng lengan pacarnya memasuki toko kue Clairmont."Selamat malam, Ma'am. Apa Red Velvet Cake yang ada di etalase depan bisa kami beli?" Stefany menunjuk ke arah kue berdiameter 20 sentimeter di rak pajang yang bersebelahan dengan Opera Cake berukuran sama."Selamat malam, Nona. Tentu saja bisa, kebetulan sekali kue yang kamu inginkan baru saja matang dua jam yang lalu dari dapur kami. Akan kuambilkan dan kubungkus terlebih dahulu, sebentar ya!" jawab Mrs. Ludwina Rotellio, seorang wanita berdarah Italia yang tinggal menetap bertahun-tahun di kota Houston dan membuka bakery di dekat perpustakaan tempat Stefany bekerja.Sambil membungkus kue yang d
Cuaca siang itu di Centurion Land cerah dan mentari bersinar terik di atas langit yang biru terang dihiasi gugusan awan putih. Stefany mengangkat telapak tangannya untuk menghindari sinar yang menyilaukan matanya. Kemudian Raja Edward Forester mengucap mantra kreasi pembuat payung dengan tangannya. "Wow, keren sekali, Edu!" Stefany bertepuk tangan lalu mengecup bibir suaminya yang menudungi kepala mereka berdua dengan payung buatan sihir."Perjalanan kita berkeliling negeri masih jauh, Dear Stefy. Kereta kencana ini akan melaju ke Pantai Karang Bernyanyi, ada ritual menabur garam untuk memberi tahukan kabar bahagia pernikahan pemimpin kerajaan ke penguasa beserta penghuni lautan!" tutur sang raja seraya menyelipkan anak rambut yang terlepas dari penjepit riasan kepala ke balik daun telinga Stefany.Ratu muda itu pun bertanya penasaran, "Lantas apa penghuni lautan itu akan menemui kita nanti?" "Maaf, aku tak bisa menjawab pertanyaanmu ini, Sayang. Pernikahan kerajaan baru terjadi sek
Pengaturan pernikahan mendadak yang dikehendaki oleh Raja Edward Forester dipimpin oleh Perdana Menteri Andres Wilbur. Seisi Istana Palazzo Vrindavan diliputi aura kebahagiaan, tak ada satu pun yang pernah menduga raja mereka tercinta akan menikahi seorang gadis setelah hidup berabad-abad tahun lamanya melajang.Sahabat sang raja yaitu Lord Estefan Riddler tersenyum lebar ketika mengobrol mengenai acara pernikahan yang akan digelar pemberkatan janji sucinya di Basilica Thousand Angels Sing. Situs suci yang berlokasi di tepi Sungai Ademarine itu dikelilingi hutan pohon Cherry blossom sehingga nampak sangat elok dengan warna merah muda bunganya dari kejauhan. Sayangnya tak sembarang pasangan pengantin yang diizinkan menikah di tempat suci itu. "Paduka, sejak semalam seisi istana begadang mempersiapkan acara pernikahan termegah setelah berabad-abad berlalu. Kudengar kabar burung, ribuan rakyat berjalan kaki menuju ke basilica hanya untuk melihat kereta kencana lewat membawa calon mempel
"BLAZZTT!" Kilatan cahaya putih menyilaukan melesat cepat ke arah Raja Edward Forester. Semua ksatria menatap cemas dan berharap raja mereka dapat lolos dari serangan berbahaya dari Amaraca.Sang raja terbang di atas punggung Alamus Eldoran menuju ke atas angkasa menjauhi istananya. Amaraca mengejar dari belakang dengan cepat. Setibanya mereka di balik awan, segera kedua musuh bebuyutan itu melancarkan serangan masing-masing.Cahaya berbagai warna berpendar di langit karena pertarungan sihir tingkat tinggi itu, sungguh mereka berdua tak ada yang mengalah. Baik Amaraca maupun Raja Edward merapal mantra sihir dengan tenaga alam semesta yang bertabrakan kekuatannya."DUAARRR!" "ZIIINGGG!" "BLAAZTT!""BUUUMM!" Cahaya-cahaya dari atas langit tertangkis hingga melesat ke permukaan bumi di atas samudera luas dan juga ke pegunungan tinggi."Tunetul universului!" Raja Edward meneriakkan mantra untuk melawan kekuatan mematikan yang datang.Angin kencang berpusar di sekeliling Raja Edward de
Severus Serpentine berbagi raganya yang berwujud naga merah bersama majikannya yaitu Amaraca. Sosok hewan sakti itu bertubuh monster naga besar dengan dua sayap terbentang lebar dan tubuh panjang berotot kekar dibalut sisik merah berkilauan. "Yang Mulia Amaraca, bagaimana cara kita memasuki Istana Palazzo Vrindavan?" tanya Celestial, salah satu penyihir sakti pengikut setianya.Amaraca pun menatap kristal es yang memantulkan sinar matahari sore yang menyilaukan matanya. Dia lalu berkata, "Lelehkan satu titik untuk jalan masuk kita ke istana dengan sihir bersama-sama. Ayo kita coba sekarang!"Sekitar lima puluh penyihir sakti merapal mantra dan menyerang satu titik yang disepakati. Cahaya merah, hitam, dan ungu membaur menjadi satu. Lapisan kristal es tebal yang dibuat beberapa ksatria pelindung Centurion Land mulai menipis dan meleleh oleh panas yang dibuat sihir gerombolan penyihir yang dipimpin Amaraca."Distruge stratul de gheață!!" seru Amaraca seraya melepaskan mantra penghancur
"Stefy Darling, kau sangat mempesona!" ucap Raja Edward Forester terkesima menatap penampilan kekasihnya yang sangat berbeda setelah didandani selayaknya seorang putri. Sepasang mata beriris hitam senada warna rambut gadis itu berbinar indah seiring senyuman yang terkembang di bibir Stefany. "Kamu juga sangat gagah dan tampan, My King!" balasnya seraya menekuk lututnya memberi tanda hormat di hadapan penguasa Centurion Land.Raja Edward sedikit jengah karena perlakuan berbeda dari gadis pustakawati itu. Mungkin karena para penghuni istana yang mengajarinya cara memberi hormat demikian. Apa pun selama itu tidak membuat kekasihnya repot, dia akan menerimanya dengan senang hati."Ayo kita ke ruang makan istana, Stefy. Ada para ksatria di sana dan para petinggi kerajaan juga. Aku akan memperkenalkanmu secara resmi, okay?" ujar Raja Edward sembari menggandeng tangan kekasihnya di lekuk lengan kekarnya."Baik, Edu. Kuharap aku bisa mengingat nama mereka sekalipun mungkin tidak semuanya bil
Entah berapa lama pasangan kekasih itu melayang-layang dalam pusaran lorong waktu yang seakan tak berujung. Stefany terkadang bangun dari tidur lelapnya masih dipeluk erat oleh Raja Edward. "Apa masih jauh perjalanan kita, Edu?" tanya gadis itu dengan jarak wajah berdekatan."Tidak dapat dipastikan, Stefy. Bersabarlah, mungkin tak lama lagi kita sampai di tujuan!" jawab Raja Edward yang merasa lorong waktu itu semakin berubah warna menjadi lebih terang dibanding ketika mereka berangkat dari Houston di masa depan.Stefany mengecup bibir sang raja, dia bahagia bisa berada di dekapan pria yang dirindukannya selama setahun lebih belakangan. Pantulan permukaan air dari bejana porselen ajaib miliknya tak cukup mengobati setiap rasa rindu itu menyerang. Kini dia dapat menyentuh serta mencium Raja Edward, itu sebuah mimpi yang menjadi kenyataan.Sang raja pun memiliki perasaan cinta yang menggebu-gebu untuk Stefany dalam hatinya sekalipun pembawaannya sangat kalem dan tenang. Dia akan memast
Sepulang dari pekerjaannya di Houston Public Library, Stefany telah ditunggu kekasih tampannya. Raja Edward Forester duduk di bangku kayu yang ada di taman samping perpustakaan. Banyak muda mudi dan juga lansia berkumpul di sana mengobrol maupun bermain skateboard. "Edu!" panggil Stefany seraya berlari-lari kecil melambaikan tangan kanannya sementara tangan kirinya memeluk boneka Tedy Bear dan buket bunga pemberian sang raja.Pria bertubuh tegap itu segera bangkit dari bangku kayu taman dan menyambut Stefany dengan pelukan erat. "Menunggumu membuatku rindu, Darling!" ujar Raja Edward lalu mengecup bibir kekasihnya."Senang bisa memeluk dan menciummu lagi, Edu. Rasanya masih seperti sedang bermimpi setelah setahun ini kulalui sendirian tanpamu!" ujar Stefany seraya mendongak menatap wajah Raja Edward yang berada di atas kepalanya."Kita tak akan terpisahkan lagi, Dear Stefy. Oya, ke mana kita pergi sekarang? Langsung pulang atau ingjn jalan-jalan sebentar?" Raja Edward merangkul bahu
"Permisi, Sir. Saya ingin bertemu dengan Miss Stefany Rowland!" ujar Raja Edward Forester yang membawa buket bunga mawar pink, sekotak cokelat berbentuk hati, dan boneka Tedy Bear putih yang imut. Dia menghadap petugas sekuriti di pos jaga depan pintu masuk Houston Public Library.Mister Benigno Kunis menatap pria di hadapannya dari atas ke bawah. Keningnya berkerut seraya menjawab, "Hmm ... apa kamu seorang kurir pengantar barang atau pacarnya Stefany, Sir? Siapa nama kamu? Akan saya panggilkan ke dalam!""Saya Edu, pacar Miss Stefany Rowland. Terima kasih, Sir!" jawab Raja Edward lalu menunggu satpam itu masuk ke dalam perpustakaan untuk memanggilkan gadis kesayangannya.Tak lama setelahnya, Stefany melangkah lurus menuju Raja Edward dengan mulut terperangah. Dia pun tertawa riang. "Astaga, Edu. Bagaimana kamu bisa mendapatkan kado yang romantis ini?" serunya terheran-heran sambil menerima ketiga hadiah Valentine dari pacarnya."Itu rahasia, tapi yang terpenting adalah kamu senang d
"Stefy, kenapa para pemuda itu membawa karangan bunga dan kotak hadiah warna merah muda untuk pacar mereka?" tanya Raja Edward Forester yang telah berubah wujud dari kucing menjadi seorang pria tampan di dinding belakang perpustakaan yang terlindung dari pandangan orang lain yang mungkin lewat di dekat sana.Stefany mengikuti arah pandangan mata Edu dan tertawa kecil, dia menjawab, "Mungkin karena ini hari kasih sayang atau lebih populer disebut Valentine's Day. Biasanya pasangan kekasih saling memberi kado yang manis seperti bunga, cokelat, atau bingkisan lain untuk menyenangkan kekasih mereka sebagai perwujudan ungkapan cinta!"Sang raja baru mengetahui ada hari semacam itu. Dia pun bertanya, "Tanggal berapa hari ini, Stefy? Apa perayaan hari kasih sayang itu diperingati rutin setiap tahun?" "Ya, selalu diperingati setiap tanggal 14 Februari, Edu. Memangnya ada apa? Sepertinya kamu tertarik!" balas Stefany sembari melangkah bersebelahan dengan kekasihnya menuju pintu masuk Houston