Dua hari berselang, setelah pertemuannya dengan sang Chairman. Akhirnya Salim berhasil menemukan alamat Kinanti bekerja. Dan malam itu pun ia langsung mendatangi Klub malam tersebut, untuk menyelidiki apakah gadis yang dicintai putra Chairman Yazid adalah wanita genit yang suka menggoda pria kaya atau sebaliknya.
"Selamat malam, Tuan. Mau pesan apa?" Tanya seorang gadis cantik yang berpenampilan sederhana dan bersahaja. Saat pria berusia empat puluh tahun itu baru saja mendudukkan bokongnya di kursi meja tengah.
Salim menatap gadis yang sedang berdiri di depan nya saat itu. Dari sekian pekerja yang ada, hanya gadis ini lah yang terlihat paling sopan dan sederhana. "Apakah dia gadis itu?" batin Salim terus mengamati gadis tersebut dari ujung rambut hingga ujung kaki tanpa berkedip.
"Ah, mana mungkin Tuan muda Zain, menyukai gadis sederhana seperti dia," batin Salim secara tidak sengaja mencibirnya.
"Tuan, mau pesan apa?" Tanyanya membuyarkan la
Keesokan harinya, Salim menghubungi Chairman Yazid. Perihal penyelidikannya tentang Kinanti. Dan pagi itu Yazid secara langsung mengundang Salim untuk datang ke kediamannya. Hal yang sama juga, sepertinya dilakukan oleh Mikal, keponakan Retno.Mobil kedua pria yang secara tidak sengaja datang bersamaan, tengah memasuki halaman Mansion. Berjalan beriringan. Salim dan Mikal, sama-sama keluar dari dalam mobil. Mikal menatap sinis pria yang tengah berjalan di sampingnya. Sementara di balik kacamata hitam nya, Salim menatap wajah Mikal, yang seolah tidak asing baginya. Bodyguard bayaran Chairman Yazid itu pun mengerutkan dahi. Berusaha mengingat di mana ia pernah bertemu. Seketika ingatannya tertuju pada obrolan semalam di Klub."Bukan kah itu pria semalam yang sedang berbicara dengan Bartender, sedang apa dia di sini" batin Salim.Yazid dan Retno kebetulan tengah duduk berdua di teras depan, sang Chairman yang terkenal dingin dan sangat
Selepas kepergian Salim dari kediamannya, Yazid segera masuk ke dalam. Masih penasaran dengan apa yang di dengar oleh telinganya beberapa saat barusan. Saat dirinya memasuki ruang tamu, kedua manusia yang tengah berdebat, diam seketika."Kenapa kalian diam? Ada apa ini Mikal?" Selidik Yazid mengintimidasi."Maaf, Om!" Ucap Mikal mulai bercerita tentang apa yang pernah Retno perintahkan kepadanya."Mama juga, bukan kah Papa bilang jangan gegabah. Mama tahu, kenapa Papa undang Salim ke mari?" Suara Yazid terdengar penuh kemarahan.Retno dan Mikal masih ambigu. Dan Yazid pun akhirnya terpaksa bercerita. Perihal kedatangan Salim beberapa saat lalu."Papa sengaja menyuruh Salim, untuk mencari informasi tentang Gadis itu. Salim bilang, Mikal ada di sana juga. Mikal, katakan! Apa benar dia bukan Wanita genit dan penggoda!" Perintah Yazid masih diliputi emosi suaranya."Iya, Om. Benar! Dia memang Gadis yang berbeda dari lainnya. Bukan type Wanita pe
Hari terus berganti, dan tanpa terasa perjalanan bisnis yang dilakukan oleh Zain Abraham sudah menginjak hari ke lima. Sepertinya sang Chairman telah mempersiapkan rencana yang sudah ia pikirkan matang-matang selama dua hari terakhir. Tentang kelanjutan asmara terlarang sang putra, menurutnya. "Ya, aku harus melakukan ini. Mungkin dengan menyibukkan Zain di London, perlahan dia akan melupakan gadis itu," tandas sang Chairman bergumam. Pria paruh baya itu terlihat sedang melakukan video call dari laptop, di ruang kerjanya. Sengaja Yazid merahasiakan semua rencananya ini dari sang istri. Karena jika sudah berhubungan dengan wanita itu, tidak akan berjalan dengan baik. Yang ada hanyalah emosi dan kekerasan. Sebab bagaimana pun juga ia seorang manusia yang mempunyai hati nurani. Tidak mungkin memisahkan sang putra dengan gadis yang dicintainya secara terang-terangan. Yang ada hanya akan menimbulkan kekecewaan dan gejolak mental yang teramat dalam. "Tolong
Setelah menempuh perjalanan dari bandara, taksi yang ditumpangi Kinanti, akhirnya sampai di depan Klub, tempatnya bekerja. Gadis itu keluar dan kembali menyodorkan uang warna biru kepada sopir taksi.Taksi pun pergi dan Kinanti berjalan hendak masuk dari pintu samping Klub, namun langkahnya tiba-tiba terhenti. Saat sebuah mobil mewah berhenti tepat di sampingnya.Seorang pria tampan yang sebaya Zain Abraham keluar dari mobil tersebut, dan membuka kaca mata hitamnya. Membuat gadis yang langkahnya terhenti, kaget seketika."Tuan Mikal!" Gumamnya kaget.Si pemilik nama yang disebut oleh Kinanti, tersenyum penuh antusias. Berjalan mendekat ke arah Kinanti."Selamat siang, Cantik!" Sapa Mikal berusaha menarik tangan Kinanti untuk dicium punggung tangannya. Namun sayang, Kinanti langsung menepis tangan Mikal. Membuat pria itu menyeringai gemas akan sikap gadis di hadapannya."Aku ingin mengajakmu ke luar, sampai nanti malam!" celetuk Mikal tiba-ti
Hari berganti hari dan waktu terus bergulir, dan malam itu tepat dua pekan ketidak hadiran CEO Zain Abraham di sisi Kinanti. Seperti biasanya Kinanti dan para pekerja lainnya, mulai bersiap untuk bekerja. Meski sebenarnya bagi Kinanti hari-hari yang dijalaninya tanpa kehadiran CEO Zain Abraham di klub tersebut, terasa hampa.Setiap kali ia menoleh ke arah pintu dan berharap wajah sang kekasih lah yang muncul di sana. Tapi sayangnya tidak begitu, gadis itu kembali kecewa karena bukan Zain yang datang."Sudah jangan manyun gitu wajahnya, Kin. Semangat dong, masa iya kekasih CEO Zain Abraham wajahnya ditekuk begitu." goda Lala, menepuk pundak Kinanti yang berdiri mematung, menatap arah pintu."Eh, Kak Lala ngagetin saja," jawab Kinanti tersipu. Kemudian kembali berjalan ke arah meja bartender. Di mana tamu pertama baru saja memasuki Klub malam tersebut.Satu per satu pengunjung mulai berdatangan. Suara jedak jeduk alunan musik DJ terdengar kencan
"Brukk....!"Sebuah tinju dari dua orang pria tiba-tiba menghampiri wajah Danil dan Mikal secara terpisah. Saat kedua pria ini baru turun dari mobil yang ditumpanginya. Sementara tubuh lemah Kinanti akibat pengaruh obat bius, masih tergolek di bangku belakang mobil Danil."Dasar, Bajingan!""Berani-beraninya kalian mengusik dan menyentuh wanitaku. Di saat aku tidak ada."Zain mengumpat sembari terus melayangkan tinju ke wajah Danil. Sementara Alex memberi andil pada Mikal juga memukulinya hingga babak belur."Milikmu? Ha ha ha ha....""Tuan, Zain yang terhormat. Tolong Anda catat baik-baik! Seliruh wanita yang bekerja di tempat itu, semuanya adalah sampah!"Ujar Danil yang mulai terhuyung karena menahan sakit di perutnya. Akibat tinju yang Zain berikan. Dan menatap CEO Zain dengan tatapan nanar."Brukk..., Brukk...., Brukk....!"Mendengar ucapan Danil, pria yang pernah memberinya luka di punggung beberapa waktu lalu. Emo
Flashback on....Setelah hampir dua pekan di London. Kerinduan Zain untuk sang kekasih sudah tak bisa lagi dibendung. Tanpa berpamit lagi, karena merasa seluruh tugasnya di sana sudah selesai. Maka siang itu juga Zain melakukan penerbangan dengan jet pribadinya, kembali ke tanah air. Orang pertama yang ingin dilihatnya adalah wajah sang kekasih."Honey, aku kembali," batin Zain, tersenyum sendiri seraya menatap layar ponselnya yang terpampang wajah dirinya dan Kinanti saat foto bersama di pulau 'Kaledupa."Pastikan kita tiba di sana malam hari. Aku ingin memberi kejutan kepada kekasihku."Perintah Zain kepada Co-pilot yang sedang membawa jet pribadi miliknya."Pasti Nona Kinanti akan senang sekali, Tuan," sahut Co-pilot yang tengah fokus dengan pandangannya ke depan."Entah, sengaja dua pekan ini aku tidak memberinya kabar, bahkan kepulangan ku ini."Lama keduanya berbincang di atas ketinggian awan. Dan setelah menem
Setelah berhasil membuat kedua pria yang telah berani membawa Kinanti pergi dari tempatnya bekerja. Kini, Zain menghampiri mobil Danil. Di mana Kinanti tergolek lemah di sana. Akibat obat bius yang diberikan oleh Danil."Honey, bangun, Honey!"Zain terlihat cemas dengan keadaan sang kekasih, malam itu. Berkali-kali iaenepik pipi Kinanti. Berharap segera sadar. Sementara Alex juga menghampiri majikannya, seusai menggebuki Mikal."Apa sebaiknya kita bawa Nona ke rumah sakit, Tua" tanya Alex yang terlihat khawatir."Tidak usah, cepat nyalakan mobil. Aku akan membawanya pulang. Biar aku yang merawat nya."Balas Zain, seraya membopong tubuh kekasihnya menuju mobil yang sudah dinyalakan oleh Alex. Dan Zain menidurkan tubuh Kinanti di jok belakang, tepat di sampingnya, ia duduk.Alex mengemudikan mobil sport warna biru itu menuju mansion sang Chairman. Jalanan malam itu mulai diguyur oleh rintik gerimis yang membasahi bu