Pagi jam 08.00 sebelum aku berangkat ke kantor aku gedor pintu tempat tinggal mantan suamiku dan istri barunya.Saat dia membuka pintu, seperti biasa lelaki itu selalu menunjukkan binar mata yang berbeda, binar senang saat melihatku berdiri di ambang pintunya. Harapannya sudah kuketahui, keinginan hatinya bahwa suatu saat aku akan memaafkan dan menerima pernikahan tersebut. Tapi sayang, itu tidak akan terjadi."Ada undangan dari Tante Hana dan Om Jaki, mereka meminta kita untuk datang beserta anak-anak."Aku tahu bukan ide bagus untuk kondangan bersamanya lagi tapi karena ini adalah undangan keluarga, maka aku harus menyampaikan padanya."Acara apa?""Tunangan anaknya. Mereka tidak tahu kalau kita akan bercerai jadi mereka mengundang kita namun aku tidak akan memaksamu untuk pergi bersamaku atau aku ikut denganmu. Karena itu adalah pamanmu sebaiknya kau saja yang pergi dengan istri barumu.""Tidak membawa Fanny ke acara tersebut akan menciptakan polemik tersendiri, keluarga akan heb
"apa yang kamu siapkan untuk sidang minggu depan?""Tidak ada," jawabku, padahal aku sudah menyiapkan pengacara andal untuk mengantisipasi siapa tahu dia menuntut dan menyulitkanku."Aku terus berharap bahwa kau mencabut gugatan dan kita bisa hidup dengan damai.""Apa kau berharap kita bisa damai dalam rumah itu tanpa ada konflik sedikitpun? Apa kita akan menghabiskan seumur hidup dalam rumah itu sementara anak-anak kita akan tumbuh dan melihat kalian sebagai suami istri baru? Lalu apa kabar diriku yang dicampakkan?""Aku tidak pernah mencampakanmu, kaulah yang membuatku terpaksa mengambil keputusan sulit dan membuat pernikahan kita hancur. Andai malam itu kau bisa lebih tenang tanpa memanggil RT dan keluarga, mungkin semuanya akan berbeda."Aku tertawa sambil memperbaiki rambutku."Aku tidak yakin kau akan bertobat Mas,.sebab sebelum-sebelum itu, aku selalu memancing kejujuranmu, tapi kau tidak pernah punya itikad baik untuk mengaku. Bayangkan jika aku tidak pernah tahu tentang perm
Pukul dua malam, Samar-samar aku mendengar suara ketukan di pintu kaca, karena posisi kamar tidur kami berada di lantai 2 dan suara ketukan cukup tersamarkan dari lantai bawah, maka aku tidak begitu yakin.Tring!Ponselku berdiri dan itu adalah nomor dari ayahnya Davin. Untuk memastikan bahwa aku tidak terlalu lihat sekali lagi aku mengerjakan mata dan menguceknya. "Ada apa, lelaki itu menelponku di jam 02.00 pagi." Aku bersenandika."Halo," jawabku."Ah, maaf aku menelpon, aku hanya ingin bertanya, apa kau dan fani bertemu malam tadi?" "Memangnya kenapa Mas?""Aku tidak menemukannya di dalam rumah, aku menghubungi ponselnya tapi nomornya mati, apa terakhir kali kau tidak dengar suara apapun dari dalam rumah.""Tidak.""Kalau dia pergi atas keputusannya, aku tidak akan terlalu khawatir, tapi kalau dia ternyata diculik atau apa....""Diculik? nggak mungkin lah Mas, orang pintu gerbang selalu tertutup.""Tapi dia ke mana?""Kenapa kau tanyakan itu padaku? emangnya aku tahu apa?""Ah,
"berikan jawaban Nak," ujar ibunya Mas Fahri sambil mengguncang tanganku."Tolong cabut gugatanmu dan bertahan sedikit saja. Jika kamu mau bertahan maka ibu sendiri yang akan membawa Wanita itu pergi.""Bagaimana kalau dia tidak mau. Aku dan dia tahu persis, bahwa jika seseorang pindah dari rumah ini maka kami akan sulit saling mengontrol.""Mau sampai kapan bermusuhan dan saling julit satu sama lain. Kalian tidak akan menemukan ketentraman jika terus seatap seperti ini. Jika kau bertahan sebentar saja Ibu berjanji akan membawanya pergi hari ini juga.""Apa ibu yakin?""Ibu yakin 100% kalau Fahri tidak akan betah dengannya, dia pasti akan kembali padamu, Nak, jadi, mohon jangan bercerai dulu. Masa depan den kenyamanan anak-anakmu tergadai dengan keputusan itu, mereka pasti merasa sangat hancur saat tahu kau mengajukan gugatan cerai.""Iya itu betul, tapi aku sudah berusaha menata hati anak-anak.""Jika kamu membatalkannya, maka mereka akan bersukacita. Anak anak pasti senang, Fahri p
Alhamdulillah, hari berikutnya setelah kepergian wanita itu aku melepas sekat dinding dan pembatas halaman, aku merayakan bersama para tetanggaku dengan bikin mie dan makan-makan bersama untuk menikmati kepergian wanita itu dari dalam rumah kami."Alhamdulillah jeng, Wanita itu sudah menyingkir dari tempat ini.""Iya," jawabku."Kehadirannya benar-benar meresahkan tetangga dan kami semua benci sekali," ujar Ibu tetangga lain."Sekarang rumah ini dan mobilnya akan 100% jadi milik Mbak Arimbi. Kami semua kagum karena Mbak Arim sabar dan tidak serta-merta mengambil keputusan untuk segera hengkang dari rumah ini. Kami pikir kamu akan segera mengusirnya tapi ternyata kesabaranmu membuahkan hasil.""Zaman sekarang, main cantik itu sangat diperlukan, ibu-ibu," jawabku. Mereka tertawa sambil menyendokkan mie ke dalam piring masing-masing."Bagaimana tanggapan keluarga Mbak Arimbi atas keputusan ibu mertua Mbak?" "Mereka menyerahkan semua pilihan padaku. Jadi, untuk sementara waktu aku aka
Dua hari setelah percakapan konyol dengan orang yang tidak tahu apakah masih pantas disebut suami ataukah sudah mantan ...Kami dipanggil oleh ibu mertua untuk datang ke rumahnya. Aku dan anak-anak diundang di sore hari untuk datang dan menemui mereka.Kupikir kami hanya akan berjumpa, mengobrol dan minum teh kasual seperti hari Minggu sebelum-belumnya. Tapi ternyata ada banyak anggota keluarga di sana yang mencakup keluarga ayah mertua dan saudara ibu mertua.Melihatku datang, mereka menatapku. diantara orang-orang yang sudah berkumpul itu aku merasa canggung seakan-akan hendak disidang oleh mereka.Surat duduk di sana Mas Fahri dan Fani juga."Rupanya ramai," ujarku lirih."Kami menunggumu.""Ada apa kiranya Ibu.""Aku sudah membicarakan dan mempertimbangkan ini pada ayahmu dan keluarga kita, jadi, sudah aku putuskan untuk menghibahkan sebagian harta kami bagi cucu-cucu kami.""Tapi, ibu juga punya anak lain.""Ya, mereka juga dapat, aku sedang menyoroti bagian Fahri. Aku tidak jad
Setelah keributan yang diciptakan Keenan, yang berhasil dipisahkan oleh keluarga. Kini situasi rumah mertua jadi begitu hening meski masih ada banyak orang.Pemuda tampan yang bernama Kenan itu, adalah keponakan dari adik ibu mertua, ia pemuda berusia 30 tahun yang bekerja sebagai pegawai bank dan sampai saat ini belum menikah. Kabarnya pemuda itu sangat cerdas dan punya banyak prestasi, sehingga karirnya meliji dengan cepat dan dia punya posisi strategis di tempat kerjanya. Dari awal aku menikah dengan mas Fahri, sepupu yang paling santun dan ramah kepadaku. Dia juga sering mengunjungi rumah dan mengajak anak-anakku untuk main ke taman hiburan serta memberi mereka uang jajan. Kurasa dia memperlakukan diriku seperti kakak kandungnya sendiri jadi saat Mas Fahri tiba-tiba mendatangkan wanita baru dia tidak bisa menahan dirinya untuk menyinggung mantan suamiku. "Sekarang kau sebut apa lelaki itu Mbak, suami atau mantan suami?""Dia sudah menjatuhkan talak tapi ibu mertua meminta kami
Aku tertawa bahagia, bahkan kebahagiaan itu lekat sampai dalam perjalanan pulang kembali ke rumah. Anak-anak sampai heran dan bertanya kenapa aku harus terus tertawa dan senyum-senyum sendirian. Mereka tidak tahu bahwa aku baru saja terhibur dengan kata-kata nenek mereka yang menghinakan ayahnya.Kupikir mas Fahri masuk surga setelah pindah ke rumah ibunya. Kupikir dia bebas bermanja dan menggantungkan hidup kepada wanita tua pensiunan dokter itu. Ya, ternyata ekspektasi tidak sesuai dengan kenyataan. Meski ibu mertua sangat kaya dan punya banyak uang tapi dia tidak serta-merta memanjakan Mas Fahri dan Fani.Aku tertawa lagi mengingat, bahwa ibu mertua menegaskan kepada Mas Fahri agar membuat dirinya berguna, meski dengan melakukan tugas rumah tangga dan cuci piring.Jelas saya, perlakuan ibu mertua bukan tanpa alasan, dia kecewa pada anaknya yang telah mempermalukan keluarga dan menghadirkan wanita yang tidak diinginkan olehnya. "Luar biasa, mereka terjebak sekarang. Aku yakin bu
Di dunia ini hukum alam selalu berjalan, ada pertemuan dan perpisahan, ada pernikahan dan penyatuan lalu ada kematian yang memisahkan atau perpisahan dengan cerai hidup. Dinamika kehidupan terus berputar dan berulang-ulang seperti pola alam yang teratur. Sebagai wanita yang normal, seorang wanita dewasa yang punya dua anak, aku sadar betul bahwa aku tidak bisa hidup sendirian terus-menerus. Mungkin aku butuh pendamping dan teman untuk menemani di saat sakit dan sedih atau jadi penghibur kesepianku di hari tua nanti. Kuputuskan untuk menerima lamaran, bukan karena aji mumpung atau ingin pamer pada mantan suamiku kalau aku juga bisa menikah, ini sebagai bentuk realistisnya diri ini pada kenyataan hidup. Lagipula ada pria baik baik yang mau meminang diri ini, mau menyayangi dan melindungi anak-anak serta bertanggung jawab, maka aku tak akan menolak jodoh pemberian Tuhan.**"Cantik sekali anak Ibu," ucap ibu saat beliau mendekat ke arah kaca rias dan memandang pantulan diri ini y
Di dunia ini hukum alam selalu berjalan, ada pertemuan dan perpisahan, ada pernikahan dan penyatuan lalu ada kematian yang memisahkan atau perpisahan dengan cerai hidup. Dinamika kehidupan terus berputar dan berulang-ulang seperti pola alam yang teratur. Sebagai wanita yang normal, seorang wanita dewasa yang punya dua anak, aku sadar betul bahwa aku tidak bisa hidup sendirian terus-menerus. Mungkin aku butuh pendamping dan teman untuk menemani di saat sakit dan sedih atau jadi penghibur kesepianku di hari tua nanti. Kuputuskan untuk menerima lamaran, bukan karena aji mumpung atau ingin pamer pada mantan suamiku kalau aku juga bisa menikah, ini sebagai bentuk realistisnya diri ini pada kenyataan hidup. Lagipula ada pria baik baik yang mau meminang diri ini, mau menyayangi dan melindungi anak-anak serta bertanggung jawab, maka aku tak akan menolak jodoh pemberian Tuhan.**"Cantik sekali anak Ibu," ucap ibu saat beliau mendekat ke arah kaca rias dan memandang pantulan diri ini y
Tiga hari sebelum aku menuju jenjang pernikahan. Tiba-tiba ada tamu yang tak diharapkan kedatangannya berdiri di hadapan pintu rumah. Saat itu aku dan beberapa teman sedang mengemasi souvenir.Rencananya pernikahan hanya akan dilangsungkan di lingkungan keluarga dan para sahabat terdekat saja jadi aku tidak akan mengadakan pesta besar, namun, menyediakan souvenir kenang-kenangan adalah hal yang ingin kulakukan untuk mengesankan para tamu undangan. Wanita itu dan suaminya tertegun melihat 4 orang temanku sedang sibuk meletakkan gelas kaca cantik ke dalam kotak souvenir. Dia berdiri dan tertegun di sana. Sedih Sudah lama tak bertemu membuatku seolah tidak mengenal gadis itu, sudah banyak perubahan di wajahnya tubuhnya berubah jadi kurus wajahnya pucat dan cekungan bola matanya menunjukkan kalau dia memang sedang sakit."Assalamualaikum." Wanita itu berucap dengan suara pelan, lirih nyaris tidak terdengar."Walaikum salam." Aku juga berdiri dan terpaku, bingung bagaimana harus memper
"Penting menegaskan pada mantan suamimu agar dia berhenti mendatangi kalian," ujar Mas Seno di mobil."Ya, Kami sudah sepakat untuk tidak bertemu lagi tapi dia datang untuk pinjam uang.""Lantas saat kau tidak mampu membantunya Kenapa lelaki itu malah murka dan berusaha menyakitimu?""Entahlah, mungkin cemburu Mas," balasku."Cemburu seakan kau tidak pantas berbahagia dan berteman dengan orang lain, begitukah?""Ya, bisa jadi.""Tapi bukankah dia sudah punya istri dan konom istrinya hamil?""Ah, dia keguguran, masuk rumah sakit dan minta bantuan biaya 2 juta dariku. Dia merasa berhak minta karena aku mewarisi sebagian besar harta gono gini.""Tapi pembagian itu bukankah adalah hak kalian dan anak-anak?""Mungkin dia merasa masih berhak memintanya.""Astaga sungguh tidak punya perasaan.""Ah, entahlah Mas.""Sepertinya kau harus pindah ke tempat di mana dia tidak menemukanmu.""Dia pasti akan menyusuri tempat tinggalku karena merasa bisa bertemu dengan anak-anak.""Kalau begitu kembali
Dua hari berikutnya sangat krusial, kudengar kabar keadaan bahwa Fanny kehilangan kesadaran, dia drop di rumah sakit karena pendarahan yang parah, menderita, kesakitan, menangis, depresi dan terguncang. Kudengar kabar itu dari salah satu temanku yang berprofesi sebagai petugas kesehatan.Dia tahu tentang peristiwa yang menimpa kehidupanku dan bagaimana wanita itu merebut suamiku, jadi dia berdiri di pihak diri ini untuk selalu memberiku kabar-kabar terbaru tentang perkembangan yang terjadi.(Dia drop, dia dirawat di ruang intensif.)(Bagaimana dengan Fahri?)(Tentu saja lelaki itu kebingungan dengan biaya... tidak lagi memiliki asuransi kesehatan, membuat lelaki itu harus membayar biaya rumah sakit dengan tarif umum. Kau tahu kan, wanita pasca abortus, dia harus mengalami operasi pembersihan dan biayanya cukup mahal belum lagi biaya rawat inap dan obat-obatan.)(Astaga....)(Aku yakin ibu mertuamu yang mantan seorang dokter harus repot menggelontorkan dana yang lebih besar, dia juga
Demi kebaikan segalanya aku memutuskan untuk mengambil keputusan dan menyuruh anak-anak untuk menegaskan keputusan mereka agar Mas Fahri tidak lagi datang dan mengganggu ketentraman hidup kami.Sore itu kuantar mereka bertemu dengan papanya di rumah neneknya, kebetulan neneknya sedang keluar ke pengajian jadi hanya ada dia di sana.Melihat kami berdiri di ambang pintu gerbang lelaki itu terlonjak bahagia. Dia berlari dan hendak menyambut kami dengan penuh sukacita tapi melihat ekspresiku dan anak-anak yang datar-datar saja lelaki itu langsung menghilangkan senyum di wajahnya."Aku sudah menunggu kalian dari pagi.""Mana istrimu? Kudengar dia hamil.""Dia di rumah.""Oh, baguslah, berarti kita bisa bicara dengan leluasa saat ini.""Apa maksudmu?"Lelaki mulai terlihat khawatir dan menelan ludah."Anak anak...." Aku memberi isyarat pada anak-anak untuk bicara secara langsung pada ayah mereka. "Papa, kami tidak ingin papa mengganggu kami lagi, kami tidak ingin papa datang tanpa member
Pukul empat sore, Mereka semua pamit dari rumahku setelah menyalami dan mereka mengucapkan terima kasih atas hidangan dan keramahan tuan rumah, aku mengantarkan mereka ke mobil."Terima kasih atas makanannya ya masakanmu benar-benar enak ucap Rika sambil merangkul dan menepuk bahu kanan ini."Sering sering main ya, agar aku tidak terlalu merasa kesepian.""Eh, sekarang kan ada Seno, Jadi kalian bisa share waktu dan hari Minggu kalian berdua.""Betul itu," jawab Mas Seno sambil berkedip padaku, entah kenapa dia tiba-tiba begitu berani dan gamblang menunjukkan godaannya.Mungkin karena tadi kami sudah bicara panjang lebar tentang keinginan dan harapan masing-masing, jadi pria itu mulai merasa akrab denganku. "Aku harap kalian cocok berteman," ucap suami Rika."Iya, Mas, makasih udah dikenalin.""Mudah mudahan berjodoh," lanjutnya sambil masuk ke mobil."Apa hanya mereka yang diantarkan mobilnya dan aku tidak?" tanya pria berjas abu abu itu. Aku tergelak dan mengarahkan tangan ke mobil
"Mari masuk, Saya sudah menunggu sejak tadi dan telah menyiapkan hidangan kecil-kecilan di meja makan," ujarku memecah kecandungan diantara kami dan tatapan mata lelaki bernama Seno yang lekat.Dia nampak terkesan dengan diriku tapi aku tidak mau terlalu over percaya diri, mungkin itu hanya bentuk penghargaan pada wanita yang baru ia temui.Ku arahkan pada tamuku ke arah meja makan di mana makanan yang masih hangat terhidang di sana, ada opor ayam, gulai ikan, sate lilit, dan urap sayur terhidang di sana. Tak lupa lalapan dan sambal. "Saya menyukai makanan khas Indonesia jadi saya menghidangkannya untuk kalian.""Kami juga suka, wah, sepertinya enak," ujar Rika."Langsung saja Mas, langsung dicicipi," ujarku pada suami sahabatku. Tak lupa aku bersilakan Seno juga untuk duduk dan kupanggil anak-anak untuk bergabung di meja makan. Kulayani tamu dengan baik, dengan cara memberikan pelayanan yang baik di meja makan, mendekatkan makanan dan menuangkan minuman, serta mengajak mereka bic
"Ciee janda, cantik kali perubahannya." Itu ucapan temanku menggoda diri ini saat aku tiba di kantor dengan penampilan baru dan parfum beraroma lebih segar, para sahabatku itu menatap diri ini dengan decak kagum dan mulai saling melirik satu sama lain."Alhamdulillah aku merdeka.""Tapi sampai hari ini aku tidak percaya bahwa kalian bercerai mengingat betapa harmonis dan mesranya kalian sebelum ini," ucap Mbak Vira salah seorang teman dekat Mas Fahri."Yang namanya kehidupan, bisa saja berbalik dalam satu tepukan, Mbak Vir," jawab Rika sahabatku."Sedih aja sih, meski akhirnya kalian mengambil keputusan untuk menjalani hidup masing-masing tapi aku tetap menyayangkan itu.""Mari kita hargai saja keputusan yang diambil oleh Arimbi dan Mas Fahri, aku rasa mereka pasti sudah membicarakan ini matang-matang.""Ya, semoga saja, semoga ini yang terbaik untuk anak anak," balasnya."Ayolah teman teman, saya baik baik saja, anak-anak saya baik-baik saja, tempat tinggal kami cukup layak, kendaraa