Berry memang bukanlah teman dekat Kelvin dan mereka juga baru mengenal satu kali. Namun, Berry lah pria satu-satunya yang kini mengetahui kehamilan Miranda. Meskipun Berry belum memiliki calon istri hanya saja dia tahu bagaimana cara memperlakukan wanita secara baik. Hingga Miranda dapat merasakan sosok pria yang sama persis dengan mantan kekasihnya dulu.“Jangan pernah berniat untuk mengugurkan kandungan. Sebab, dosanya sangat besar apabila nekat melakukan itu” ujar Berry.“Lantas, aku harus bagaimana lagi? Aku tidak tahan dengan perlakukan Kelvin terhadapku dan juga teman wanitanya yang tidak punya hati sebagai perempuan namun malah menyakitiku” ujar Miranda.“Ikhklaskan, tunggu hingga anak kamu lahir” ujar Berry.Berry yang tidak mau ikut campur kedalam urusan rumah tangga orang lain. Hanya saja dirinya ingin meluruskan agar Miranda tidak gegabah dalam memutuskan sesuatu apalagi hal yang begitu serius seperti ini. Seandainya saja Berry tidak bertemu dengan Miranda, mungkin saja Mir
“Apa kita yakin rencana ini akan berhasil?” tanya Lestari dengan hati tak percaya diri.“Awas ya kalau gagal” ujar Lisa.“Kalian ini cerewet sekali sih... Padahal tinggal diam dan ikuti instruksi” ujar Mylen.Mereka bertiga masuk ke halaman rumah Desi secara diam-diam. Mylen memandu mereka menuju ke arah belakang rumah. Ketiga wanita paruh baya tersebut mencoba mencari tahu letak arah jendela yang bisa membuat mereka masuk ke dalam rumah.“Ini ada jendela terbuka!” seru Lisa.Mereka masuk secara bergiliran dimulai dari Lisa, Mylen hingga Lestari. Terlihat rumah dalam keadaan sepi sehingga membuat mereka semakin leluasa untuk masuk. Setelah semuanya masuk, rupanya mereka kini terhubung ke jendela dapur. “Bau apa ini? Lezat sekali” ujar Lestari.“Itu bau nasi lemak” ujar Lisa dengan mata ngiler.“Loh... Loh kenapa tahu?” tanya Mylen pada Lisa.“Waktu itu aku pernah kesini ditraktir makan” ujar Lisa.Mereka terkejut, padahal seingat mereka Desi dan Lisa seperti dia emak-emak yang paling
Keluarga Somat sedang berduka. Imey yang sudah tidak tahan lagi menyaksikan penguburan putri bungsunya, mendadak Imey jatuh pingsan tak berdaya. Beberapa orang yang saat ini ada disampingnya dengan refleks menolong dan mengajak tubuh Imey ke tempat yang teduh. Somat dan kedua anaknya mendekati Imey, perlahan-lahan Imey terbangun dari pingsannya.“Mas, Laras mana?” tanya Imey dengan wajah memucat.“Ikhlaskan Laras, bu” ujar Somat dengan sedih.Tidak lama kemudian, Imey mengeluhkan pusing dikepalanya hingga kembali tidak sadarkan diri. Sedikit terlambat orang-orang membawanya ke puskemas terdekat karena saking paniknya hingga membuat Imey kehilangan nyawanya. Kedua anak Somat dan Imey, menangis histeris menyaksikan ibu mereka telah meninggal dunia. Dalam satu hari ini, Somat pun harus kehilangan istri dan putrinya. Setelah jenazah sudah dimakamkan dengan kayak, satu persatu orang pun meninggalkan Somat. Yang masih duduk termenung di kuburan sang istri. Anak sulung Somat yang bernama Di
Beberapa hari ini, Berry sering berkunjung ke rumah Kelvin. Beberapa hari ini juga Kelvin sengaja jarang pulang ke rumah yang memang di sengaja. Mau tidak mau, Miranda pun tetap menyambut Berry dengan ramah karena bagaimanapun tamu memang harus dihormati. Akibat kemunculannya Berry, muncullah beberapa gosip dari emak-emak yang memang melihat pria asing tengah berada di teras rumah Miranda. Mereka mulai berpikiran buruk tentang mereka terlebih lagi Miranda seperti kelihatan wanita yang tidak baik-baik. Miranda juga belum sempat menceritakan kehamilannya pada Kelvin dan hanya diketahui oleh Yunita. Namun, Yunita bukanlah wanita baik, dia seperti duri dalam rumah tangga Miranda dengan Kelvin. Terlebih lagi, Yunita dapat mendengar percakapan Berry dan Kelvin pada waktu yang lalu di salah satu kafe terdekat. Yunita tersenyum sumringah mendengarnya dan ia sangat yakin bahwa Miranda pasti akan terusir dari rumah Kelvin dan dirinya akan menggantikan posisi Miranda dikemudian hari.Kelvin pun
Keesokan harinya, para warga setempat dengan berbondong-bondong datang ke rumah Kelvin. Saat ini juga, kebetulan di rumah itu ada banyak orang yakni ada Kelvin, Miranda, Berry dan Yunita. Setelah itu, salah satu warga menggedor-gedor pintu gerbang rumah Kelvin sambil sesekali berteriak memanggil Miranda maupun Kelvin.Orang yang ada di dalam mendengar teriakan itu dan mereka pun menuju ke arah pintu gerbang dan membukakannya.“Ada yang ini kalian ribut-ribut?” tanya Kelvin yang merasa para warga tidak sopan memanggil mereka.Ujang, salah satu warga mewakili yang lain dan dirinya pun mengatakan bahwa Miranda sudah benar-benar meresahkan. Mendengar hal itu, seakan Kelvin lupa akan rencananya dan malah berbalik memelototi Miranda seperti ingin menyergapnya hidup-hidup.“Apa yang kamu lakukan!” teriak Kelvin pada Miranda yang membuat Miranda gelisah.Sementara itu, Yunita mencoba untuk memanfaatkan kesempatan ini. Dia memilih untuk diam dan membiarkan Miranda terlebih dahulu memberikan kla
Sepanjang perjalanan, Berry merasa sangat bersalah. Bahkan dirinya tidak berani menatap wajah Miranda untuk saat ini. Miranda hanya menangis tanpa suara hal itu Berry ketahui lantaran Miranda seringkali menghapus air matanya yang keluar sedari tadi. Karena tidak tahu harus membawa Miranda kemana? Berry yang kebingungan dengan terpaksa menanyakan isi pikirannya itu langsung kepada Miranda.“Miranda, Maaf... Kamu mau tinggal dimana?” Berry berkata sangat hati-hati agar Miranda tidak sensitif terhadap dirinya. Miranda menggelengkan kepalanya tanpa berkata apa-apa.“Kalau gitu apa perlu aku sewaan kontrakan untuk kamu?” tanya Berry yang baru teringat bahwa dirinya akan dibayar oleh Kelvin sesuai perjanjian.“Tidak. Aku baru teringat dengan ibuku, tolong antar aku ke rumah ibu yang ada di desa A” ujar Miranda pelan.Berry mengangguk namun sebelum mengantarnya ke desa, Berry harus meminta izin terlebih dahulu dengan ibunya yang masih sakit. “Kita ke rumah ibuku dulu, aku mau meminta izin” u
Setelah berunding dengan pihak keluarga lain Joshua pun memutuskan untuk menikahi Desi. Hingga mereka melaksanakan pernikahan di hari Senin depan. Desi sudah terlihat berbunga-bunga karena dia hampir berhasil mendapatkan ketus RT yang begitu di idolakan banyak emak-emak. Lisa merasa kecewa namun tidak tahu harus berbuat apa? Hanya kekecewaan tanpa balasanlah yang saat ini ia rasakan. Malam ini, Miranda sudah sampai di rumah Desi. Berry sempat mengobrol dengan Miranda namun dia harus segera pulang karena khawatir dengan keadaan ibunya.“Terimakasih sudah mengantar aku ke rumah ibu” ujar Miranda.“Sama-sama Miranda, aku pulang dulu soalnya ibu aku sendirian di rumah” ujar Berry.“Iya, Berry... Hati-hati dijalan” ujar Miranda.Berry pun pergi dari sana menuju ke kota. Ada perasaan kasihan yang kini dirasakan olehnya. Setelah memastikan Berry sudah tidak ada, Miranda pun mengetuk pintu rumah dengan beberapa kali. Dari dalam rumah, Desi terlihat sedang merias wajah di kamar tidur. Sesekali
Acara pernikahan Desi dengan Joshua terbilang cukup menarik perhatian para warga setempat. Selain karena status Joshua sebagai RT, pengaruh Desi yang begitu terkenal membuat orang lain tertarik untuk hadir di pernikahan tersebut. Desi merasa senang karena banyak tamu tak di undang datang ke rumah Joshua. Melihat itu, semakin sombong Desi terhadap dirinya. “Dasar kalian tidak ada apa-apanya buatku” gumam Desi dalam hati. Miranda yang baru keluar dari kamar tidur berjalan menuju ke arah Desi. Dirinya merasa heran sekaligus takjub dengan ramainya orang-orang di rumah tersebut. Karena keheranan, Miranda pun mengatakan bahwa dirinya merasa senang atas pernikahan ibunya dengan Joshua. “Ibu, banyak tamu yang turut mendoakan pernikahan ibu sama paman Joshua” ujar Miranda.“Kamu tahu tidak? Joshua itu paling di idamkan kaum emak-emak yang murahan. Eh malah Ibu yang dapatkan Joshua” ujar Desi.“Iya, Ibu. Aku turut bahagia melihat Ibu juga bahagia” ujar Miranda.Tidak lama kemudian, Joshua me
Olivia nekat menemui mantan pembantu yang pernah bekerja di rumah Jessika. Dengan berharap ia akan menemukan jawaban yang bisa membebaskan Andra dari tuduhan-tuduhan yang tidak benar. Hanya saja, rumah yang dituju cukup jauh dari perkotaan tempat Olivia tinggal dan gak inilah yang menyebabkan Olivia tidak bisa mendampingi Andra selama proses persidangan berlangsung.Selama perjalanan yang berliku-liku itu akhirnya membuahkan hasil. Pembantu tersebut mengaku siap menjadi saksi mata tanpa dibayar sepeserpun. Pembantu itu pun bahkan mengaku telah menyimpan bukti rekaman cctv yang menangkap rekaman saat Olivia dan Andra terjebak dan di sekap di rumah Jessika.“Kalau begitu kita harus ke kota sekarang Bik. Kita harus tunjukkan bukti cctv ini” ujar Olivia dengan penuh harap.“Mohon maaf Non, bukannya saya tidak mau membantu tapi untuk saat ini saya belum bisa ke kota Non. Kemarin Mama saya meninggal dunia dan saya masih dalam suasana berduka” ujar si mantan pembantu Jessika.“Lalu kapan bisa
“Aku tidak bisa menceritakan ini sama kamu karena waktu kita tidaklah banyak! Olivia, aku telah berkorban untuk kamu dan sekarang kamu harus menuruti apa yang aku katakan. Sekarang, kamu harus pergi sejauh mungkin dan minta pertolongan pada orang lain. Lupakan aku, aku pasti akan kembali” ujar Andra sambil memegang jari tangan Olivia dengan erat. Seakan ia tak ingin dipisahkan dengan wanita yang sangat dicintai. “Tapi kamu berjanji akan menyusul aku Ndra?” tanya Olivia.“Aku berjanji” Andra menunjukkan jari kelingkingnya agar Olivia mempercayainya. Sembari menitikkan air mata, Olivia mencoba membalas dengan menunjukkan jari kelingkingnya dan kemudian Andra menghapus air mata yang telah membengkak kan mata Olivia. "Kamu tidak pantas menangis, kamu harus bisa melawan tangisan itu demi aku" pinta Adra.Olivia dengan berat hati meninggalkan Andre seorang diri. Hatinya sakit namun ini juga demi Andra. Andra memerintahkannya untuk pergi tanpa tahu alasan yang sebenarnya mengapa Andra tidak
Setelah berusaha keras untuk membuka gembok pintu akhirnya gembok itu pun terbuka. Miranda tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut untuk kabur dan menjauh sejauh mungkin. Bahkan ia belum sempat memakai sendal karena terburu-buru.Hujan badai turun membuat tubuhnya basah dan kedinginan. Tiada lagi tempat yang akan ia berteduh. Hingga seorang ojek online datang menghampirinya. Awalnya Miranda mengira orang itu adalah mata-mata dari Cleo namun setelah berkomunikasi, Miranda yakin bahwa orang itu adalah orang baik.“Tolong saya, antarkan saya ke kantor polisi” pinta Miranda.“Baik Bu, ayo duduk Bu” ujar ojek tersebut ketika sudah memberikan helm pada Miranda.Setelah Miranda duduk membonceng, ia pun bisa bernafas dengan lega. Ia telah ditolong oleh tuhan untuk bisa meloloskan diri. Tidak henti-hentinya ia berdoa agar bisa sampai di kantor polisi.“Bu, sudah sampai ini” ujar si ojek online. Miranda memberikan uang pada si tukang ojek lalu ia masuk ke dalam kantor polisi untuk melap
“Andra bangun!!!” teriak Jessika. Beberapa orang menyarankan Andra harus dibawa ke rumah sakit namun Jessika menolak. Ia yakin bahwa Andra pasti akan sadar sendiri.Selama beberapa detik Andra pingsan Andra pun sadar. Salah satu orang memberikan air putih kepadanya. Merasa lebih baik Andra meminta maaf karena ia mengaku tidak enak badan. Para tamu undangan pun telah pulang dan kini menyisakan kedua belah pihak yakni orang tua Andra maupun orang tua Jessika.“Jeng Siska, nanti putri Jeng Siska pasti akan saya jaga dengan kasih sayang di rumah saya” ujar Yunita yang kini telah resmi menjadi mertua Jessika.“Loh... Tidak perlu susah-susah seperti itu Jeng. Anak saya akan tetap tinggal di rumah ini yang ada si Andra sendiri yang pindah rumah dan tinggal di rumah ini” ujar Siska.Yunita tersentak kaget karena ia tidak diberitahu sebelumnya oleh Andra. Sementara ia sendiri tidak dapat protes karena tahu diri sama siapa ia berhadapan. “Andra, apa benar yang dikatakan Jeng Siska itu?” tanya Y
“Aku tidak bisa menikah sama kamu Jes. Kamu tahu sendiri bahwa aku tidak pernah memiliki perasaan lebih ke kamu” ujar Andra menegaskan.“Kamu tinggal pilih menikah dengan aku atau kamu harus melihat cewek ini akan merasakan kelaparan? Kalau memang kamu mencintai pacar kamu ini maka sebaiknya kamu harus tunjukkan itu dengan cara menikahlah denganku Sayang” ujar Jessika.Andra tertunduk ia tidak bisa menjawab. Jessika tersenyum lalu berkata, “Kamu tenang saja Andra, aku akan memberikan kamu kesempatan untuk memilih hanya malam ini saja kalian bisa merenungkan itu. Untuk besok pagi, aku akan ke sini lagi dan menerima jawaban kamu. Setelah itu aku tidak akan lagi kesini untuk memberikan kamu peluang untuk hidup”“Kamu sudah gila Jessika!!!” teriak Olivia.Jessika tidak menghiraukan teriakan Olivia karena sejujurnya Jessika sudah muak melihat wajah Olivia. Jessika pun keluar dari sana dan meninggalkan Olivia maupun Andra.“Andra, apa keputusan kamu? Aku yakin, kita bisa bebas tanpa harus k
“Apa maksud kamu Jessika?” tanya Olivia.Jessika tersenyum sumringah dan menyentuh rambut Olivia. Tindakan Jessika yang menyentuh rambut Olivia dengan cepat Olivia menghempaskan tangan Jessika dari rambutnya yang lurus.Jessika tidak marah namun ia semakin sumringah hingga tertawa terbahak-bahak. Dalam hati Andra, Jessika sudah tidak normal. Jessika pun memberhentikan tawaanya lalu menatap wajah Olivia dan Andra secara bergantian.“Apa kalian ingin aku menceritakan semuanya?” tanya Jessika dengan santai.Andra mengangguk sementara Olivia sudah hampir tersulut emosi. Syukurlah Andra berhasil menenangkan Olivia agar Olivia bisa lebih sabar lagi menghadapi sikap Jessika yang sudah tidak waras ini. Kini, raut wajah Jessika sudah tidak lagi sumringah karena kini raut wajahnya telah berubah menjadi sedih.“Aku benci sama kalian! Terutama kamu Olivia!!!” teriak Jessika.“Kamu... Sama Papa kamu sama saja! Kalian telah menyakiti hati aku yang rapuh ini khiks. Aku hanya ingin merasa dicintai,
Olivia terbangun dari tidurnya dan menoleh ke arah Andra. Ia terkejut ketika Andra sudah tidak ada di dalam mobil. Sontak Olivia khawatir dan mencoba menghubungi nomor handphone Andra. Lagi-lagi ponsel Andra ketinggalan di dalam mobil tersebut.“Astaga... Dimana kamu Andra?” air mata Olivia tidak sengaja keluar begitu saja. Ia tidak ingin kehilangan seseorang yang sangat ia sayangi untuk kesekian kalinya.Olivia berinisiatif untuk datang ke alamat rumah dan berharap Andra sudah lebih dahulu ada di sana. Olivia yang masih merasa lelah dan mengantuk tetap ia coba untuk fokus mengemudi.“Tuhan, tolong bantu aku untuk menyelesaikan masalah ini” gumamnya.Tidak ada satupun orang yang sudah terbangun jam segini. Ada perasaan takut namun rasa takutnya dikalahkan dengan rasa kekhawatirannya pada Andra. Ia ingin cepat ke lokasi dan membantu Andra yang mungkin sedang membutuhkan bantuannya. Secara logika, bekerjasama akan lebih optimal ketimbang berpencar-pencar seperti ini.Olivia akhirnya sam
“Apa! Ada yang memata-matai saya? Dasar sialan! Cepat bawa dia ke hadapan saya!!!” perintah seorang gadis yang terlihat cantik namun tidak dengan hatinya.Beberapa anak buah Jessika menarik paksa tubuh seorang lelaki dalam keadaan babak belur. Dia adalah mata-mata yang baru saja melaporkan informasi kepada Olivia. Berjalan dengan tegak ke arah dirinya yang bersimpuh tidak bertenaga.“Woi Om... Lo mau nyari apa di rumah gw!” bentak Jessika.“S... Saya ti... Tidak nyari apa-apa” ujarnya berbohong.“Ohhh begitu? Dasar pembohong!” seru Jessika yang kini tidak segan menendang pria itu hingga menjerit kesakitan.“Ampuuun tolong berhenti!” teriak pria tersebut.“Kalau Lo mau gw bebaskanlah maka kasih tahu ke gw, Lo itu mau ngapain!” bentak Jessika kembali.Pria itu menelan ludahnya dengan hati deg-degan. Dengan terpaksa ia pun menceritakan hal yang sebenarnya pada Jessika. Sontak Jessika marah besar karena Andra dan Olivia sudah lancar mencari keberadaannya. Jessika yang rupanya sudah menget
Sesampainya di rumah sakit Andra dan Olivia berlari menuju ke salah satu kamar rawat inap. Andra membuka pintu dan melihat mamanya sudah terbujur kaku. Andra menangis sejadi-jadinya sambil memeluk erat tubuh mama tercinta.“Mama... Jangan tinggalkan Andra hiks” Andra terus menangis. Olivia yang sudah lebih dulu melihat pemandangan yang menyakitkan ini saat Papanya sudah tiada. Ingin rasanya Olivia menyentuh bahu Andra namun ia masih kecewa dengan pemuda itu. Dengan menahan rasa rindu ia tidak menyentuh bahu Andra.“Mama kamu sudah tenang di alam sana. Kita hanya bisa ikhlas dan mendoakan yang terbaik” ujar Olivia.Andra tidak bisa memeluk mamanya terlalu lama karena pihak rumah sakit akan membawa mamanya ke kamar jenazah. Andra pasrah ketika selang infus yang terpasang di pergelangan tangan kiri mamanya sudah mulai di cabut oleh perawat. “Olivia, aku sudah sendirian. Mama meninggal dan Papa juga meninggal. Saat ini aku bingung harus mengasuh kedua adikku yang masih kecil, aku belum s