Kelvin mengendarai mobil dengan bermalas-malasan. Ia merasa kebingungan untuk pergi kemana lagi? Dengan cepat Kelvin mengingat salah satu temannya sewaktu duduk di bangku SMA. Kelvin memakirkan mobilnya di area Alfamart dan mengunjungi rekannya tersebut. Setelah berbincang-bincang, Kelvin pun memutuskan untuk pergi ke tempat diskotik yang jaraknya tidak jauh dari arena ia berada. Ketika sudah sampai, Kelvin langsung disambut oleh beberapa pemuda seusianya yang bernama Andi, Bima dan Berry. Andi dan Bima merupakan kawan SMA Kelvin namun Berry, Kelvin tidak pernah mengenalinya. Diantara kedua pemuda yang berada dihadapan Kelvin, terlihat Berry yang paling sepadan dengan Kelvin. Sepadan yang dimaksud adalah aura ketampanan dan Femes. Seandainya saja sewaktu SMA Berri dan Kelvin satu sekolahan, mungkin saja mereka akan saling bersaing menjadi idola di sekolah. “Bro... Akhirnya Lo datang juga!” seru Bima sembari merangkul pundak Kelvin sebagai tanda persahabatan.“Kan gw sudah bilang bak
“Permisi” seseorang sedang berada di depan pintu rumah Kelvin. Miranda yang sedari tadi duduk di sofa ruang tamu kini beranjak dari sana dan mulai berjalan menuju ke arah pintu depan. KREAGPintu pun telah dibuka dan orang pertama yang Miranda lihat adalah suaminya yang kini terlihat tidak berdaya. Miranda dengan khawatir ingin merangkul suaminya namun Kelvin dengan kasar menghempaskan tangan Miranda agar tidak menyentuh tubuhnya.“Jangan sentuh saya!” teriak Kelvin.“Mas, kamu kenapa? Apa kamu mabuk?” tanya Miranda khawatir.Kelvin tidak menggubris dan Berry pun angkat bicara. “Maaf, akan lebih baik Kelvin dibawa dulu ke dalam rumah” ujar Berry pada Miranda. Mereka membawa Kelvin masuk ke dalam rumah menuju ke kamar tidur. Setelah Kelvin dibaringkan ke kasur, Miranda mendekati Berry dan mengucapkan terimakasih kepadanya.“Terimakasih sudah membawa suamiku sampai ke rumah” ujar Miranda sopan.“Sama-sama, kalau begitu saya permisi dulu” ujar Berry.Miranda menganggukkan kepalanya seba
Setelah berminggu-minggu Joshua bercerai dengan Ima, dirinya tidak kuasa hidup seorang diri. Apalagi, pekerjaannya sebagai RT akan sulit baginya jika tidak ada yang mendukungnya dari dalam. Ada rasa bersalah pada hatinya karena telah menceraikan Ima waktu itu. Akan tetapi, mengingat kejadian perselingkuhan yang telah dilakukan istrinya dengan lelaki lain di rumahnya sendiri telah membawa luka mendalam terhadap Joshua.Semenjak Joshua menjadi duda, ada banyak para wanita yang ingin mendekatinya. Dimulai dari menyapa lalu main ke rumahnya, ada yang terang-terangan menyatakan cinta dan masih ada banyak lagi. Hal itu juga didukung atas ketampanan Joshua yang membuat kaum wanita meleleh ketika melihatnya. “Sayuuur”“Sayuuuur”teriak penjual sayur keliling yang kini berjalan hampir mendekati rumah Joshua. Para ibu-ibu pun berteriak dengan mengatakan bahwa mereka ingin berbelanja sehingga penjual sayur pun memberhentikan jalannya untuk mendorong gerobak tersebut tepat didepan pintu halaman
Sudah lebih satu bulan Yunita tinggal dirumah Kelvin. Padahal, baik dirinya maupun Kelvin sama sekali tidak memiliki hubungan darah. Para tetangga juga sudah mulai resah dan banyak ada gosip mulai menyebar kemana-mana. Gosip itupun sampai juga ditelingaku Miranda yang kini tengah hamil muda. Bukan hanya itu, bahkan beberapa tetangga secara terang-terangan menegurnya agar menjadi istri yang lebih tegas terhadap suami. Salah satunya adalah Maryam, wanita paruh baya yang terlihat cerewet. Kebetulan Maryam membuka kios sembako sehingga Miranda sering bertemu dengannya hanya demi membeli kebutuhan sehari-hari. Disaat itulah, Maryam menyempatkan waktunya untuk memberikan peringatan pada Miranda. Tepatnya hari ini, Miranda lagi-lagi harus bisa menahan rasa cemburunya ketika tengah dipancing oleh Maryam.“Tante bingung sekali sama kamu... Sudah banyak warga yang ngasih tahu kabar buruk sama si wanita itu... Eh kamu malah diam saja” ujar Maryam heran.“Aku yakin Yunita tidak seperti itu kok”
Semenjak Desi mengundang Joshua ke rumahnya, Joshua pun kini lebih membuka dirinya kepada Desi. Joshua merasa Desi adalah seorang janda yang menarik perhatiannya ditambah lagi Desi pandai memasak. Didalam kebimbangan itu, Joshua sempat terpikirkan bahwa ia dan Desi resmi menikah. Sama-sama khayalan nya mulai memudar ketika mendengar suara Somat yang seperti biasanya berjualan sayur keliling kompleks.“Sayuuur” teriak Somat sembari berteduh dipinggir jalan.Joshua pun keluar dari ruangan dan menghampiri Somat. Setelah dekat, Joshua pun membeli satu ikan berukuran besar. Beberapa emak-emak kompleks pun juga ikut berkerumunan di sekeliling dagangan Somat.“Aduuh, pak RT makin hari makin tampan saja” puji Lestari.“Jelaslah pak RT taman karena calon suamiku” celetuk Lisa.“Apa itu benar pak RT?” tanya Lestari yang merasa kecewa.Joshua menatap Lisa dan juga Lestari lalu membalasnya hanya semua senyuman kecil. Somat pun ikut memancing keadaan dengan mengatakan bahwa Joshua telah memiliki t
Berry memang bukanlah teman dekat Kelvin dan mereka juga baru mengenal satu kali. Namun, Berry lah pria satu-satunya yang kini mengetahui kehamilan Miranda. Meskipun Berry belum memiliki calon istri hanya saja dia tahu bagaimana cara memperlakukan wanita secara baik. Hingga Miranda dapat merasakan sosok pria yang sama persis dengan mantan kekasihnya dulu.“Jangan pernah berniat untuk mengugurkan kandungan. Sebab, dosanya sangat besar apabila nekat melakukan itu” ujar Berry.“Lantas, aku harus bagaimana lagi? Aku tidak tahan dengan perlakukan Kelvin terhadapku dan juga teman wanitanya yang tidak punya hati sebagai perempuan namun malah menyakitiku” ujar Miranda.“Ikhklaskan, tunggu hingga anak kamu lahir” ujar Berry.Berry yang tidak mau ikut campur kedalam urusan rumah tangga orang lain. Hanya saja dirinya ingin meluruskan agar Miranda tidak gegabah dalam memutuskan sesuatu apalagi hal yang begitu serius seperti ini. Seandainya saja Berry tidak bertemu dengan Miranda, mungkin saja Mir
“Apa kita yakin rencana ini akan berhasil?” tanya Lestari dengan hati tak percaya diri.“Awas ya kalau gagal” ujar Lisa.“Kalian ini cerewet sekali sih... Padahal tinggal diam dan ikuti instruksi” ujar Mylen.Mereka bertiga masuk ke halaman rumah Desi secara diam-diam. Mylen memandu mereka menuju ke arah belakang rumah. Ketiga wanita paruh baya tersebut mencoba mencari tahu letak arah jendela yang bisa membuat mereka masuk ke dalam rumah.“Ini ada jendela terbuka!” seru Lisa.Mereka masuk secara bergiliran dimulai dari Lisa, Mylen hingga Lestari. Terlihat rumah dalam keadaan sepi sehingga membuat mereka semakin leluasa untuk masuk. Setelah semuanya masuk, rupanya mereka kini terhubung ke jendela dapur. “Bau apa ini? Lezat sekali” ujar Lestari.“Itu bau nasi lemak” ujar Lisa dengan mata ngiler.“Loh... Loh kenapa tahu?” tanya Mylen pada Lisa.“Waktu itu aku pernah kesini ditraktir makan” ujar Lisa.Mereka terkejut, padahal seingat mereka Desi dan Lisa seperti dia emak-emak yang paling
Keluarga Somat sedang berduka. Imey yang sudah tidak tahan lagi menyaksikan penguburan putri bungsunya, mendadak Imey jatuh pingsan tak berdaya. Beberapa orang yang saat ini ada disampingnya dengan refleks menolong dan mengajak tubuh Imey ke tempat yang teduh. Somat dan kedua anaknya mendekati Imey, perlahan-lahan Imey terbangun dari pingsannya.“Mas, Laras mana?” tanya Imey dengan wajah memucat.“Ikhlaskan Laras, bu” ujar Somat dengan sedih.Tidak lama kemudian, Imey mengeluhkan pusing dikepalanya hingga kembali tidak sadarkan diri. Sedikit terlambat orang-orang membawanya ke puskemas terdekat karena saking paniknya hingga membuat Imey kehilangan nyawanya. Kedua anak Somat dan Imey, menangis histeris menyaksikan ibu mereka telah meninggal dunia. Dalam satu hari ini, Somat pun harus kehilangan istri dan putrinya. Setelah jenazah sudah dimakamkan dengan kayak, satu persatu orang pun meninggalkan Somat. Yang masih duduk termenung di kuburan sang istri. Anak sulung Somat yang bernama Di
Olivia nekat menemui mantan pembantu yang pernah bekerja di rumah Jessika. Dengan berharap ia akan menemukan jawaban yang bisa membebaskan Andra dari tuduhan-tuduhan yang tidak benar. Hanya saja, rumah yang dituju cukup jauh dari perkotaan tempat Olivia tinggal dan gak inilah yang menyebabkan Olivia tidak bisa mendampingi Andra selama proses persidangan berlangsung.Selama perjalanan yang berliku-liku itu akhirnya membuahkan hasil. Pembantu tersebut mengaku siap menjadi saksi mata tanpa dibayar sepeserpun. Pembantu itu pun bahkan mengaku telah menyimpan bukti rekaman cctv yang menangkap rekaman saat Olivia dan Andra terjebak dan di sekap di rumah Jessika.“Kalau begitu kita harus ke kota sekarang Bik. Kita harus tunjukkan bukti cctv ini” ujar Olivia dengan penuh harap.“Mohon maaf Non, bukannya saya tidak mau membantu tapi untuk saat ini saya belum bisa ke kota Non. Kemarin Mama saya meninggal dunia dan saya masih dalam suasana berduka” ujar si mantan pembantu Jessika.“Lalu kapan bisa
“Aku tidak bisa menceritakan ini sama kamu karena waktu kita tidaklah banyak! Olivia, aku telah berkorban untuk kamu dan sekarang kamu harus menuruti apa yang aku katakan. Sekarang, kamu harus pergi sejauh mungkin dan minta pertolongan pada orang lain. Lupakan aku, aku pasti akan kembali” ujar Andra sambil memegang jari tangan Olivia dengan erat. Seakan ia tak ingin dipisahkan dengan wanita yang sangat dicintai. “Tapi kamu berjanji akan menyusul aku Ndra?” tanya Olivia.“Aku berjanji” Andra menunjukkan jari kelingkingnya agar Olivia mempercayainya. Sembari menitikkan air mata, Olivia mencoba membalas dengan menunjukkan jari kelingkingnya dan kemudian Andra menghapus air mata yang telah membengkak kan mata Olivia. "Kamu tidak pantas menangis, kamu harus bisa melawan tangisan itu demi aku" pinta Adra.Olivia dengan berat hati meninggalkan Andre seorang diri. Hatinya sakit namun ini juga demi Andra. Andra memerintahkannya untuk pergi tanpa tahu alasan yang sebenarnya mengapa Andra tidak
Setelah berusaha keras untuk membuka gembok pintu akhirnya gembok itu pun terbuka. Miranda tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut untuk kabur dan menjauh sejauh mungkin. Bahkan ia belum sempat memakai sendal karena terburu-buru.Hujan badai turun membuat tubuhnya basah dan kedinginan. Tiada lagi tempat yang akan ia berteduh. Hingga seorang ojek online datang menghampirinya. Awalnya Miranda mengira orang itu adalah mata-mata dari Cleo namun setelah berkomunikasi, Miranda yakin bahwa orang itu adalah orang baik.“Tolong saya, antarkan saya ke kantor polisi” pinta Miranda.“Baik Bu, ayo duduk Bu” ujar ojek tersebut ketika sudah memberikan helm pada Miranda.Setelah Miranda duduk membonceng, ia pun bisa bernafas dengan lega. Ia telah ditolong oleh tuhan untuk bisa meloloskan diri. Tidak henti-hentinya ia berdoa agar bisa sampai di kantor polisi.“Bu, sudah sampai ini” ujar si ojek online. Miranda memberikan uang pada si tukang ojek lalu ia masuk ke dalam kantor polisi untuk melap
“Andra bangun!!!” teriak Jessika. Beberapa orang menyarankan Andra harus dibawa ke rumah sakit namun Jessika menolak. Ia yakin bahwa Andra pasti akan sadar sendiri.Selama beberapa detik Andra pingsan Andra pun sadar. Salah satu orang memberikan air putih kepadanya. Merasa lebih baik Andra meminta maaf karena ia mengaku tidak enak badan. Para tamu undangan pun telah pulang dan kini menyisakan kedua belah pihak yakni orang tua Andra maupun orang tua Jessika.“Jeng Siska, nanti putri Jeng Siska pasti akan saya jaga dengan kasih sayang di rumah saya” ujar Yunita yang kini telah resmi menjadi mertua Jessika.“Loh... Tidak perlu susah-susah seperti itu Jeng. Anak saya akan tetap tinggal di rumah ini yang ada si Andra sendiri yang pindah rumah dan tinggal di rumah ini” ujar Siska.Yunita tersentak kaget karena ia tidak diberitahu sebelumnya oleh Andra. Sementara ia sendiri tidak dapat protes karena tahu diri sama siapa ia berhadapan. “Andra, apa benar yang dikatakan Jeng Siska itu?” tanya Y
“Aku tidak bisa menikah sama kamu Jes. Kamu tahu sendiri bahwa aku tidak pernah memiliki perasaan lebih ke kamu” ujar Andra menegaskan.“Kamu tinggal pilih menikah dengan aku atau kamu harus melihat cewek ini akan merasakan kelaparan? Kalau memang kamu mencintai pacar kamu ini maka sebaiknya kamu harus tunjukkan itu dengan cara menikahlah denganku Sayang” ujar Jessika.Andra tertunduk ia tidak bisa menjawab. Jessika tersenyum lalu berkata, “Kamu tenang saja Andra, aku akan memberikan kamu kesempatan untuk memilih hanya malam ini saja kalian bisa merenungkan itu. Untuk besok pagi, aku akan ke sini lagi dan menerima jawaban kamu. Setelah itu aku tidak akan lagi kesini untuk memberikan kamu peluang untuk hidup”“Kamu sudah gila Jessika!!!” teriak Olivia.Jessika tidak menghiraukan teriakan Olivia karena sejujurnya Jessika sudah muak melihat wajah Olivia. Jessika pun keluar dari sana dan meninggalkan Olivia maupun Andra.“Andra, apa keputusan kamu? Aku yakin, kita bisa bebas tanpa harus k
“Apa maksud kamu Jessika?” tanya Olivia.Jessika tersenyum sumringah dan menyentuh rambut Olivia. Tindakan Jessika yang menyentuh rambut Olivia dengan cepat Olivia menghempaskan tangan Jessika dari rambutnya yang lurus.Jessika tidak marah namun ia semakin sumringah hingga tertawa terbahak-bahak. Dalam hati Andra, Jessika sudah tidak normal. Jessika pun memberhentikan tawaanya lalu menatap wajah Olivia dan Andra secara bergantian.“Apa kalian ingin aku menceritakan semuanya?” tanya Jessika dengan santai.Andra mengangguk sementara Olivia sudah hampir tersulut emosi. Syukurlah Andra berhasil menenangkan Olivia agar Olivia bisa lebih sabar lagi menghadapi sikap Jessika yang sudah tidak waras ini. Kini, raut wajah Jessika sudah tidak lagi sumringah karena kini raut wajahnya telah berubah menjadi sedih.“Aku benci sama kalian! Terutama kamu Olivia!!!” teriak Jessika.“Kamu... Sama Papa kamu sama saja! Kalian telah menyakiti hati aku yang rapuh ini khiks. Aku hanya ingin merasa dicintai,
Olivia terbangun dari tidurnya dan menoleh ke arah Andra. Ia terkejut ketika Andra sudah tidak ada di dalam mobil. Sontak Olivia khawatir dan mencoba menghubungi nomor handphone Andra. Lagi-lagi ponsel Andra ketinggalan di dalam mobil tersebut.“Astaga... Dimana kamu Andra?” air mata Olivia tidak sengaja keluar begitu saja. Ia tidak ingin kehilangan seseorang yang sangat ia sayangi untuk kesekian kalinya.Olivia berinisiatif untuk datang ke alamat rumah dan berharap Andra sudah lebih dahulu ada di sana. Olivia yang masih merasa lelah dan mengantuk tetap ia coba untuk fokus mengemudi.“Tuhan, tolong bantu aku untuk menyelesaikan masalah ini” gumamnya.Tidak ada satupun orang yang sudah terbangun jam segini. Ada perasaan takut namun rasa takutnya dikalahkan dengan rasa kekhawatirannya pada Andra. Ia ingin cepat ke lokasi dan membantu Andra yang mungkin sedang membutuhkan bantuannya. Secara logika, bekerjasama akan lebih optimal ketimbang berpencar-pencar seperti ini.Olivia akhirnya sam
“Apa! Ada yang memata-matai saya? Dasar sialan! Cepat bawa dia ke hadapan saya!!!” perintah seorang gadis yang terlihat cantik namun tidak dengan hatinya.Beberapa anak buah Jessika menarik paksa tubuh seorang lelaki dalam keadaan babak belur. Dia adalah mata-mata yang baru saja melaporkan informasi kepada Olivia. Berjalan dengan tegak ke arah dirinya yang bersimpuh tidak bertenaga.“Woi Om... Lo mau nyari apa di rumah gw!” bentak Jessika.“S... Saya ti... Tidak nyari apa-apa” ujarnya berbohong.“Ohhh begitu? Dasar pembohong!” seru Jessika yang kini tidak segan menendang pria itu hingga menjerit kesakitan.“Ampuuun tolong berhenti!” teriak pria tersebut.“Kalau Lo mau gw bebaskanlah maka kasih tahu ke gw, Lo itu mau ngapain!” bentak Jessika kembali.Pria itu menelan ludahnya dengan hati deg-degan. Dengan terpaksa ia pun menceritakan hal yang sebenarnya pada Jessika. Sontak Jessika marah besar karena Andra dan Olivia sudah lancar mencari keberadaannya. Jessika yang rupanya sudah menget
Sesampainya di rumah sakit Andra dan Olivia berlari menuju ke salah satu kamar rawat inap. Andra membuka pintu dan melihat mamanya sudah terbujur kaku. Andra menangis sejadi-jadinya sambil memeluk erat tubuh mama tercinta.“Mama... Jangan tinggalkan Andra hiks” Andra terus menangis. Olivia yang sudah lebih dulu melihat pemandangan yang menyakitkan ini saat Papanya sudah tiada. Ingin rasanya Olivia menyentuh bahu Andra namun ia masih kecewa dengan pemuda itu. Dengan menahan rasa rindu ia tidak menyentuh bahu Andra.“Mama kamu sudah tenang di alam sana. Kita hanya bisa ikhlas dan mendoakan yang terbaik” ujar Olivia.Andra tidak bisa memeluk mamanya terlalu lama karena pihak rumah sakit akan membawa mamanya ke kamar jenazah. Andra pasrah ketika selang infus yang terpasang di pergelangan tangan kiri mamanya sudah mulai di cabut oleh perawat. “Olivia, aku sudah sendirian. Mama meninggal dan Papa juga meninggal. Saat ini aku bingung harus mengasuh kedua adikku yang masih kecil, aku belum s