Sebuah biduk rumah tangga bisa diibaratkan dengan sepasang laki-laki dan perempuan yang sedang menaiki sebuah perahu kecil dengan masing-masing memegang dayung di tangannya. Mereka harus bekerja sama, mendayung ke arah yang sama dan dengan kecepatan yang sama agar perahu tersebut dapat melaju dengan aman.
Jika sang laki-laki mendayung ke arah depan sedangkan sang wanita mendayung ke arah belakang, bisa dipastikan kalau perahu itu tidak akan bergerak sama sekali. Begitu pula jika salah satu dari pasangan tersebut mendayung dengan cepat sedangkan salah satunya mendayung dengan lambat, sudah bisa dipastikan pula kalau diantara mereka tidak akan seimbang. Satu orang akan merasa lelah dan satu orang lagi akan merasa bosan. Bahkan tak jarang perahu tersebut akan mudah terjungkir karena tidak seimbang.
Namun terkadang ada juga yang lebih menyakitkan. Saat sepasang suami istri sudah melajukan perahu rumah tangga mereka sampai ke tengah laut, salah satu dari mereka harus
Tiga hari pun telah berlalu. Hari ulang tahun Umi Nayla berjalan dengan sangat lancar. Sebuah pesta kejutan yang sederhana namun sangat berkesan telah diciptakan oleh Dimas, Rania dan juga anak-anak panti yang lainnya. Reni juga ikut membantu. Dia bertugas mengajak sang kakak keluar rumah agar anak-anak bisa mendekor rumah panti dengan beberapa pernak-pernik hiasan. Nayla benar-benar sangat terharu dengan apa yang sudah mereka lakukan untuknya. Selama ini dia bukannya tidak mau menerima kenyataan atau tidak mau bersyukur atas apa yang dia punya saat ini, namun namanya juga manusia. Ketika dia sedang sangat merindukan seseorang yang dia tahu tidak akan bisa bertemu kembali dengannya, disaat itulah hatinya menjadi hancur. Nayla sadar kalau dirinya salah karena terkadang selalu larut ke dalam kesedihan secara berlebihan. Hingga dirinya melupakan kalau dia masih memiliki sebuah tugas yaitu mengurus para anak-anak panti yang kini telah menjadi tanggungjawabnya. Di
Tepat pukul 10 malam, mobil yang dikendarai oleh Dimas pun telah sampai di gerbang utama kota B. Sepanjang perjalanan selama 5 jam lamanya itu, mereka lewati dengan kesunyian. Baik Rania maupun Dimas tidak ada yang berbicara sama sekali. Semua terlalu asyik dengan pikiran mereka masing-masing.Dimas melihat tidak banyak yang berubah dari kota itu dari sejak kepergiannya waktu itu. Kota B masih tetap saja ramai walaupun tidak seramai kota J yang merupakan ibu kota negara. Sekilas Dimas melamun, membayangkan bagaimana riang dan menyenangkannya masa kecil dirinya di kota itu. Bermain bersama gadis yang kini sedang duduk di sampingnya ini, berjalan-jalan ke pasar malam bersama seluruh anak panti asuhan dan juga Kak Reni sebagai pengawas mereka. Ah, rasanya baru kemarin dirinya bersenang-senang tanpa beban. Kini semuanya sudah berubah. Mereka sudah tumbuh menjadi dewasa dan sudah memiliki permasalahan hidup masing-masing.Walaupun Dimas sudah lama tidak menginjakkan k
Sore itu keadaan di rumah sakit sudah sangat genting. Kondisi Yusuf turun drastis. Semua cara sudah dokter lakukan untuk bisa menyelamatkan sang pasien. Ibu Tyas sangat panik. Sudah beberapa kali dia mencoba menghubungi Rania akan tetapi ponselnya selalu saja tidak aktif. Ibu Tyas sudah bingung harus bagaimana. Dengan kondisi fisiknya yang seperti itu, lumpuh dan hanya duduk di kursi roda, membuat wanita paruh baya itu benar-benar putus harapan.Dokter dan para suster pun sudah berusaha semaksimal mungkin namun tetap saja Allah SWT yang menentukan. Tepat pukul 8 malam, Yusuf pun dinyatakan meninggal. Ibu Tyas benar-benar terpukul mendengar kabar kematian sang anak. Hatinya hancur, sangat hancur. Setelah dirinya kehilangan sang suami, sekarang dia juga harus kehilangan sang anak. Ibu Tyas tidak mengerti dengan takdir yang telah Allah ciptakan untuk dirinya. Dia selalu berdoa agar sang menantu tidak mengalami apa yang dia rasakan. Menjadi seorang janda beranak satu. Tapi sekara
Lantunan ayat-ayat suci Al-Quran kini terdengar nyaring di dalam rumah Rania. Semua warga yang datang, tidak sampai melewatkan mengaji di depan jenazah, mengirimkan doa untuk Yusuf. Begitu juga dengan Dimas. Laki-laki itu tidak langsung pulang. Dirinya lebih memilih duduk diantara kerumunan warga dan ikut melantunkan ayat suci Al-Quran. Dimas tahu dirinya tidak mengenal Yusuf, namun jauh di dalam lubuk hatinya dia berbicara pada laki-laki itu. Dia berterima kasih kepada Yusuf karena sudah menjaga Rania selama dirinya tidak ada. Sebenarnya saat itu ingin sekali dirinya berjanji untuk mengambil tanggung jawab Rania dan anaknya, akan tetapi dia tahu kalau itu tidak baik. Biarlah lihat kedepannya takdir seperti apa yang sudah dituliskan oleh Allah tentang Dimas dan Rania. Yang jelas untuk saat ini mungkin Dimas tidak akan dulu pulang kembali ke kota J, sebelum melihat Rania kembali pulih. Selang beberapa saat, tampak Rania keluar dari dalam kamarnya. Beberapa warga perem
“Weeewww.... Weeewwww... Rania gak punya orangtua.. Rania gak punya ayah... Rania gak punya ibu...”Seorang anak gadis berusia 7 tahun tampak sedang terduduk sambil menangis. Beberapa anak laki-laki mengelilingi gadis itu sambil terus menghina dirinya yang terlahir sebagai yatim piatu. Iya, dia Rania. Sejak dari kecil gadis itu tau kalau kedua orangtuanya bukanlah orangtua kandungnya. Seorang ibu-ibu tetangga pernah mengatakan hal itu kepadanya.“Hey Rania, kamu itu anak yang dibuang. Kamu itu hanya anak pungut. Kamu itu gak punya orangtua. Nayla dan Agung itu hanya memungutmu dari jalanan agar kamu gak mati kelaparan.”Masih terngiang jelas di telinga Rania saat tetangganya itu berkata demikian. Karena hal ini juga membuat gadis itu semakin terpuruk dan semakin pendiam. Nayla yang mengetahui kejadian itu juga ikut sedih, kenapa bisa tetangganya itu tega berkata seperti demikian kepada anak yang masih kecil. Nayla tau, kalau wanita itu ti
Di rumah keluarga Pratama, perasaan Luki yang semula sudah kembali ceria dan bersemangat, nyatanya sekarang kembali menjadi murung dan marah-marah kembali. Sebuah impian kerjasama dengan salah satu perusahaan yang paling bergengsi di negara ini nyatanya harus gagal karena sang anak dari kliennya itu tidak jadi datang. Hari itu sebenarnya Tuan Luki akan mengadakan kerjasama dengan perusahaan dari Pak Deni yang tidak lain adalah ayah dari Dimas. Iya, tujuan Dimas pergi ke terminal saat itu karena dirinya ditugaskan untuk membeli buah tangan bagi Irma, istri dari Luki yang merupakan sahabat dari sang ibu. Namun ternyata apa yang sudah direncanakan pun harus hancur begitu saja tanpa sisa karena pertemuan antara Luki dan juga Dimas gagal. Luki tidak pernah tau kalau anak dari kliennya itu adalah sahabat dari Rania, wanita yang sangat dia benci. Dan Dimas pun belum tahu kalau mitra kerja ayahnya itu adalah Paman dari Rania, wanita yang sangat dia cintai. “Sudah lah
Setelah berpamitan kepada sang ibu mertua, siang itu, Rania dan juga Rizky dibawa oleh Dimas pergi berjalan-jalan dengan menggunakan mobilnya. Rizki tampak sangat senang bisa naik ke dalam mobil. Terlihat dari pergerakan badannya yang tidak bisa diam. Terus melompat-lompat dalam gendongan sang Bunda.Rania dan Rizky pun duduk di kursi depan di samping kemudi. Ada rasa bahagia di hati Dimas melihat sang wanita yang selalu dicintainya itu kembali duduk di sampingnya. Ia sangat berharap kalau posisi seperti ini bisa ia lewati setiap hari. Tentu saja dengan status Rania sebagai istrinya dan Rizky sebagai anaknya. Dimas tak mempermasalahkan jika Rizky bukan anak kandungnya, bukan darah dagingnya. Dimas akan tetap menyayangi dan mengurus Rizky layaknya anaknya sendiri. Hanya saja satu hal yang masih berkecamuk di dalam pikirannya. Apakah Rania mau menerimanya atau tidak?Bukan hanya Dimas yang bahagia, Ibu Tyas pun sama senang melihat sang menantu mau keluar kamar dan pergi
Setelah beristiahat sejenak sekaligus mengenang masa lalu, Dimas dan juga Rania kembali melanjutkan perjalanan mereka. Mungkin kerena kekenyangan dan kelelahan, kali ini Rizky tertidur tenang di pangkuan sang Ibu. Sambil mengendalikan kemudi, sesekali tangan Dimas bergerak mengusap kepala Rizky yang baginya tampak sangat lucu.“Kamu sungguh beruntung bisa memiliki Rizky, Rania. Kamu tidak boleh menyia-nyiakan malaikat kecil yang sudah dititipkan oleh Allah kepadamu itu.”Mata Rania menatap wajah laki-laki itu yang masih fokus melihat ke arah jalan di depannya. Dalam hatinya Rania berfikir mungkin memang benar apa yang dikatakan oleh Dimas, jika selama ini apa yang sudah dilakukannya, terpuruk karena keadaan, sama halnya dengan tidak mensyukuri adanya Rizky di dalam kehidupannya. Akan tetapi kembali mengingat Yusuf sang suami yang selama ini selalu ada di sampingnya, selalu menjadi penguat dan penopang hidupnya, yang kini telah pergi meninggalkan dirinya unt
"Apa yang sedang kamu lakukan, sayang?" suara Dimas menginterupsi. Rania yang sedang mencari kalung tersebut langsung menoleh ke arah sang suami.Melihat raut panik di wajah sang istri, Dimas pun turun dari tempat tidurnya. Dia berjalan mendekati Rania lalu duduk di lantai di samping wanita itu."Ada apa sayang? Apa yang sedang kamu cari? Ini sudah malam loh," tanya Dimas dengan tangan yang membelai rambut sang istri."Aku… aku sedang mencari kalung, Kak," ucap Rania.Awalnya Rania memang berniat akan menghadapi segalanya sendiri tanpa harus melibatkan Dimas. Akan tetapi lambat laun dia juga berpikir bahwa apa yang dia lakukan ini tidak baik. Bagaimanapun juga Dimas adalah suaminya sekarang. Apapun yang terjadi kepadanya, sudah menjadi tanggung jawab Dimas. Lagipula Rania sendiri tak yakin apa dirinya sanggup untuk menghadapi kenyataan ini sendiri atau tidak. Oleh karena itu dia pun memutuskan untuk menceritakan semuanya saja kepada sang suami."Kalung? Kalung yang mana?" tanya Dimas m
"Nona, kita sudah sampai,” ucap Alman yang berhasil menyadarkan lamunan wanita itu. Pandangan Rania pun melihat ke arah luar. Ternyata benar, mereka telah sampai di tempat semula laki-laki itu menjemput Rania.Dengan sigap Alman langsung turun dari mobil tersebut dan membukakan pintu untuk nona besarnya itu. Perlahan Rania turun dan mulai melangkahkan kakinya untuk pulang menuju ke rumah kontrakanya.“Nona, tunggu sebentar!” ucap Alman dan berhasil membuat langkah Rania yang sudah beberapa meter menjauh darinya itu terhenti. Wanita itu pun kembali menoleh ke arah belakang.“Iya Tuan.,” ucap Rania.Alman langsung melangkahkan kakinya ke arah belakang mobil. Kedua tangannya membuka bagasi belakang mobil tersebut dan mulai mengeluarkan beberapa keresek besar berwarna putih. Laki-laki itu pun berjalan mendekati Rania dan memberikan semua bungkusan itu kepadanya.“Apa ini Tuan?” tanya Rania mengernyit keheranan.“Maaf nona. Tadi pagi
“Sebuah panti asuhan di sebuah kota kecil bernama Panti Asuhan Generasi Mandiri.”DEG...Panti Asuhan Generasi Mandiri? Bukankah itu adalah nama Panti Asuhan milik Umi Nayla dan Abi Agung. Tapi apa iya panti asuhan yang itu? Tidak! Nama Panti Asuhan Generasi Mandiri tidak hanya satu di kota ini kan? Pasti ada banyak panti asuhan yang memiliki nama yang sama. Pikiran Rania mulai dipenuhi dengan pertayaan-pertanyaan yang membuat kepalanya sedikit pusing.“Panti Asuhan Generasi Mandiri?” Rania yang sejak tadi hanya diam dan mendengarkan saja akhirnya mengeluarkan suara kecilnya. Kepala sang Kakek yang sejak tadi menunduk berubah terangkat ke atas dan menatap wajah Rania dengan sedikit tersenyum. Sang kakek pun kembali melanjutkan ceritanya.“Iya, Panti Asuhan Generasi Mandiri, milik Nyonya Nayla dan Tuan Agung,” tegas sang Kakek. Rania kembali terdiam di dalam kemelut hatinya sendiri.“Kakek tahu kalau kamu pasti berpikir kalau di negara ini atau bahkan mungkin di kota ini ada banyak se
“Nak, nama Kakek adalah Imam Sahara. Kamu bisa memanggil kakek dengan sebuatan Kakek Imam. Kakek adalah pemilik dari perusahaan besar di beberapa kota di negara ini juga di luar negeri, Perusahaan Sahara. Apa kamu pernah mendengarnya?” tanya sang Kakek sambil membalikkan badannya kembali menghadap Rania. Wanita itu menggelengkan kepalanya dan membuat sang Kakek tersenyum.Sang Kakek mengerti jika wanita di depannya itu belum pernah mendengarnya, karena selama ini Rania tinggal di sebuah kota terpencil dan selama kehidupannya dia tidak pernah berurusan dengan urusan bisnis. Sang Kakek pun kembali menjelaskan jika perusahaan Sahara adalah salah satu perusahaan raksasa yang ada di dalam negeri ini. Bahkan bisa dikatakan perusahaan nomor satu yang ada di negara ini.Walaupun Perusahaan Sahara adalah perusahaan ternama akan tetapi sang Kakek tidak pernah mengizinkan siapapun untuk meliput anggota keluarganya. Baginya apapun yang terjadi di dalam keluarganya adal
"Aku harus secepatnya pergi dari sini. Iya, aku harus secepatnya pergi dari tempat ini. Harus! Sebelum laki-laki itu datang dan berbuat yang tidak-tidak kepadaku," gumam Rania.Dengan cepat Rania bergerak menuju ke arah pintu. Namun sial saat tinggal beberapa langkah lagi menuju ke arah pintu, kedua mata Rania melihat gagang pintu yang bergerak dan sesaat kemudian pintu itu pun terbuka.Seorang laki-laki yang usianya sudah tidak muda lagi tampak sedang berdiri di depan pintu. Walaupun usianya sudah tua akan tetapi perawakannya masih tegap. Dengan berbalut kemeja putih dan jas hitam yang sangat bagus, laki-laki itu sungguh menunjukkan kalau dirinya memang bukan orang sembarang."Siapa laki-laki ini? Apa dia akan berbuat jahat kepadaku? Atau jangan-jangan dia adalah orang jahat yang suka menculik dan menjual wanita dan anak kecil untuk dijual ke luar negeri?" pikir Rania.Di dalam otak Rania terus berp
Setelah lama melaju, mobil itu pun berhenti di sebuah pelataran hotel mewah. Lamunan Rania kembali tersadar dan rasa takut itu pun kembali datang ke dalam tubuhnya saat dirinya melihat kalau mereka telah sampai di sebuah hotel. Sebenarnya siapa dia yang ingin bertemu dengan Rania? Dan kenapa harus di hotel?"Mari silahkan nona!" Ucapan Alman yang menyuruhnya untuk turun dari mobil berhasil membuat Rania membuyarkan lamunannya."I.. Iya.." Jawab Rania gugup.Dengan tangan yang masih menggendong sang anak Rizky, Rania pun perlahan turun dari mobil. Kedua bola matanya menatap sebuah gedung hotel yang begitu besar. Jujur saja ini adalah kali pertama dirinya menginjakkan kaki di tempat ini bahkan ini adalah kali pertamanya juga dia melihat tempat ini. Selama ini
Pagi itu, pagi-pagi sekali Dimas sudah pergi untuk kembali mencari sebuah pekerjaan. Semalam mungkin karena dirinya sangat lelah, laki-laki itu pun tidur dengan sangat nyenyaknya. Tanpa melakukan apapun bersama sang istri walaupun sebenarnya sebelumnya Dimas sempat menginginkannya. Akan tetapi rasa lelah dan juga kantuk ternyata bisa mengalahkan semuanya. Sepasang suami istri ini pun hanya bisa tidur sambil berpelukan saja.Di dalam setiap langkah yang diambil oleh sang suami dalam mengais rezeki dari Allah selalu ditemani oleh doa-doa dari sang istri. Rania selalu mendoakan suaminya ini yang terbaik. Dia tidak pernah memaksakan kehendaknya kepada Dimas karena dia menyerahkan segala keputusannya hanya kepada Allah SWT saja. Karena hanya Dia yang paling tahu apa yang terbaik bagi setiap hambanya.Pagi itu setelah suaminya
Mengapa terkadang ada beberapa orang tua yang selalu membeda-bedakan jenis kelamin anaknya sendiri. Kenapa terkadang mereka lebih menyukai anak laki-laki daripada anak perempuan. Mereka selalu berpikir jika anak laki-laki bisa menjadi penerus keluarga. Lalu apa anak perempuan tidak bisa dijadikan sebagai lambang kebanggaan dari sebuah keluarga?Di dalam sela waktu dirinya bercerita kepada sang kakak ipar, dengan tanpa disengaja Pingkan pun meneteskan air matanya. Sebenarnya di dalam hatinya yang paling dalam, dia selalu merasa iri melihat sang kakak Dimas yang selalu mendapatkan perhatian lebih dari kedua orang tuanya terutama sang ayah. Sedangkan dirinya hanya untuk meminta ditemani saja, mereka selalu menolak. Terkadang Pingkan juga selalu berpikir apa mungkin dirinya bukan anak kandung dari kedua orang tuanya?Mendengar semua perjuangan adik iparnya itu selama ini, membuat Rania pun ikut sedih. Dulu awalnya dia juga sering merasa sedih dan sangat kecewa kepada kedua
“Dan satu hal lagi. Bukankah Dimas menikah belum lama ini. Kalau tidak salah belum genap satu tahun lalu bagaimana mungkin dia memiliki anak berusia sekitar dua tahun? Apa kakak iparmu itu sudah menyerahkan semuanya kepada Dimas dari sebelum mereka menikah? Ohh, tidak. Jika seperti itu kejadiannya seharusnya anak itu masih berada di dalam kandungannya. Hmm, hanya satu yang sepertinya memang terjadi. Kakak iparmu itu berzinah dengan laki-laki lain sampai dia memiliki seorang anak. Dan karena membutuhkan banyak biaya maka wanita ini menggoda calon suamiku Dimas. Hmm.. tepat sekali. Iya, kakakmu Dimas, atau calon suamiku sudah terjebak leh wanita jalang seperti dia!” teriak Angela sambil menunjuk ke arah Rania.BUGH...Mendengar wanita gila itu terus menghina sang kakak ipar yang sangat dia sayangi dan juga dia hormati itu, benar-benar membuat Pingkan tak bisa menahan emosinya lagi. Sebuah gerakan cepat pun dilakukan oleh gadis muda itu. Saking cepatnya bahkan