Share

OSIS

Author: QurratiAini_
last update Last Updated: 2021-09-16 22:25:25

Melly sebenarnya tak peduli dengan kelakuan anak kelas yang bising karena targetnya saat ini adalah Eva. Tapi telinga cewek itu panas sendiri mendengar lirik lagu yang dinyanyikan Iqbal. Maksudnya ingin menyindirkah? Kenapa pula Melly iri pada orang miskin? Lucu!

"Diem lo!" Salsa melotot pada cowok itu membuat Iqbal bersama teman-temannya menaikkan alis menatap cewek itu aneh.

"Lah? Suka-suka kitalah, orang kita mau nyanyi," tukas Iqbal mewakili suara teman-temannya. Memang senang sekali rombongan cowok di kelas ini memancing emosi geng Qotsa. Apalagi ada Iqbal di sini. Selaku ketua kelas cowok itu berani saja pada anggotanya. Kenapa takut? Orang tuanya juga pebisnis kaya raya.

"Jangan! Jangan iri! Jangan iri dengki!"

Hampir semua cowok di kelas ini bernyanyi dengan lirik seperti itu seraya berteriak. "Azeek!!"

Tangan Salsa mengepal keras memandang mereka semua yang makin jadi. "Kampungan lo pada!" bentaknya emosi.

Eva menutup mulutnya dengan punggung tangan berusaha menahan tawa. Ia geleng-geleng kepala. "See? Anak kelas juga tau kalo kalian iri sama gue," ucap Eva angkuh seraya menaikkan dagunya. "Kalo iri gak usah dipamerin bangetlah. Keliatan gak mampunya."

Dina melotot murka mendengar hal itu. "Lo?!" geramnya menunjuk wajah Eva dengan emosi. Terlebih Melly yang wajahnya kian memerah padam.

"Gue kasih tau ya, biar lo sadar! Anak kampungan dan introvert yang minim sosialisasi kayak lo gak pantes jadi ketua OSIS. Lo pikir lo siapa bisa pegang jabatan itu hah?! Asal lo tau, gak ada satu pun murid TB yang milih lo. Lo dapetin jabatan itu karena ditunjuk langsung sama bu Rani. Jadi gak usah sok berkuasa di sini!" bentak Dina menggebu-gebu.

"Dasar introvert!! Anak rumahan gak bisa bersosial sok-sok an mau jadi ketua OSIS. Dipikir gampang? Lo kira lo mampu?!" bentak Salsa.

Lucu sekali. Padahal Eva hanya diam saja, tapi mereka sudah tersulut emosi sendiri. Ketika Eva belum menjabat sebagai ketua OSIS, Eva dan geng Qotsa itu seperti tak saling kenal dan tak pernah peduli satu sama lain. Setelah Eva diangkat menjadi ketos, mereka seperti sengaja mencari masalah. Jadi dipikirnya selama ini Eva diam melihat kelakuan mereka yang sok berkuasa itu karena Eva termasuk anak-anak yang takut pada mereka? Mimpi saja sana!

Melly menyilangkan tangan di depan dada. Tatapannya merunduk guna memandang Eva yang duduk di bangkunya. "Kayaknya bangga bet lo jadi ketos sampai berani ngelawan gue."

Eva mendengus remeh. Tak tanggung-tanggung dengan sekali hentakan Eva menghantam mejanya menggunakan modul Fisika yang tepat berada di atas meja hingga menimbulkan bunyi gebrakan nyaring sampai mengagetkan beberapa orang. Bibir Eva tertarik menciptakan senyuman miring melihat tiga cewek sok berkuasa ini tampilkan raut syok yang tak dapat ditutupi.

Eva berdiri dari kursinya dan menyingkirkan benda itu menjauh dari jamahannya. "Sejak kapan gue takut sama lo hah? Nggak pernah!!"

Pandangan yang mulanya terarah pada Melly, kini berpindah pada Salsa. Eva menyorot tajam cowok itu. "Dan lo?! Gak usah nyimpulin sesuka hati lo tentang orang-orang yang punya kepribadian introvert! Gak bisa hidup saling menghargai kepribadian masing-masing hmm? Kalo mau cari sensasi gak usah sebegininya setan! Kalo gue bilang anak esktrovert kayak jablay keluar rumah terus—"

Eva menjedanya guna menetralkan napas yang berderu hebat karena tersulut emosi. "Gimana perasaan lo?" lanjutnya lagi, tetapi kali ini intonasinya meredup.

Sentuhan lembut pada lengannya Eva rasakan. Sudah pasti Uma yang melakukannya. Gadis itu berbisik pelan menyuarakan nama Eva berharap emosi sahabatnya itu dapat mereda. Namun sayangnya Eva menepis tangan itu. Ia merunduk dengan kedua tangan bertumpu di atas meja. Tatapan tajamnya menghunus retina Dina yang berdiri tepat di depannya.

"Lo pikir gue mau jadi ketos? Udah tau gue ditunjuk langsung sama bu Rani!" Eva bersuara lelah. Sudah terlalu muak mendapati tatapan orang-orang yang seakan-akan menyalahkannya ketika Eva menjadi ketua OSIS. Mereka pikir Eva mau? Bahkan Eva sendiri saja tak tahu kenapa tata letak jabatan antara dirinya dan Adam bisa berubah.

"Paham nggak sih?!!" jeritnya lagi penuh frustasi.

Eva menelan salivanya dengan susah payah. "Gila hormat banget sih kalian. Kalo ngerasa mampu jadi ketos, dengan senang hati gue kasih bekas jabatan gue ini biar disegani sama seluruh murid TB. O, ya. Biar sekalian bisa caper sama anak Kompeni," tukasnya seraya menaikkan sebelah alis.

Semua orang juga sudah tahu Melly memang tergila-gila pada sosok Arta. Cewek itu menyimpan rasa suka bahkan sejak menjadi murid baru. Mungkin alasannya selalu cari sensasi dan haus perhatian begini supaya dia bisa populer agar dapat setara ketika bersanding dengan Arta yang merupakan cowok paling terkenal dan paling ditakuti di Taruna Bangsa.

Meyaksikan mereka yang terdiam dengan wajah memerah padam serta tangan mengepal membuat Eva menyemburkan tawa. "Pertanyaannya lo mampu gak, Bos?" Makin sengaja menekan setiap kata dalam pertanyaannya.

"Bacot banyak alasan lo!" Seorang cowok di kelas ini menyahut sinis. Sudah tak dapat menahan diri menonton pedebatan mereka sedari tadi. Namanya Bima. Cowok itu adalah OSIS bidang keamanan dan merupakan friendzone Salsa. "Kalo emang lo nggak mau, lo bisa nolak 'kan? Dasar munafik!"

Senyuman Salsa merekah mendengar ia mendapat pembelaan. "Bima!" panggilnya dengan gaya centil. Sesaat ekspresi gadis itu murung. "Gimana bisa dia nolak? Dia kan babu sekolah."

Ucapan yang baru saja dilontarkan Salsa disambut gelak tawa hampir oleh seisi kelas. Melly mengangguk setuju akan hal itu. "O, iya, lupa gue. Anak beasiswa kan emang jadi babu sekolah. Gak mampu bayar sih!!"

Hinaan itu membuat mata Eva mamanas seketika. Ia begitu sensitif jika dihina soal ekonomi seperti ini. Karena itu semua di luar kendalinya. Menjadi yatim bukanlah keinginannya. Memiliki takdir sebagai seorang anak janda penjual kue bukan keinginannya. Prestasi bisa Eva usakan. Tapi soal ekonomi? Eva tak bisa apa-apa selain menerima hidupnya seperti ini untuk sekarang.

Berakhir Eva mengepalkan tangan sekuat tenaga, melampiaskan seluruh emosionalnya untuk ini. Menahan air matanya yang hendak mengucur. Hingga sebuah suara menginterupsi dan berhasil alihkan atensi seisi kelas.

"Permisi! Seluruh OSIS yang ada di kelas ini diharapkan untuk kumpul semuanya di ruang OSIS. Sekarang!"

Dia Adam, wakil ketua OSIS yang digadang-gadangkan sebagai ketua OSIS sebelumnya. Bahkan hampir seluruh murid TB mendemo pihak pengurus saat pelantikan resmi dilaksanakan. Mereka bersikeras ingin Adam menjadi ketua OSIS, sayangnya keputusan bu Rani tak dapat diganggu gugat. Beliau sudah bulat menunjuk Eva sebagai ketos.

Cowok itu masuk jajaran most wanted dari kelas 11. Perawakan yanh rupawan juga wajah yang tampan serta merupakan anak dari pebisnis sukses membuatnya memiliki segudang fans di real life maupun sosial media.

⋆•・ั⋆ᩡ🌸ꦿᩡ⋆・ั•⋆

Ini kalinya melakukan rapat perdana oleh OSIS masa abdi 2021/2022. Tentunya bersama bu Rani selaku guru pembimbing organisasi tersebut, juga beberapa kakak OSIS tahun sebelumnya. Isinya memberi arahan dan kiat-kiat bagaimana menjadi OSIS yang baik dan bertanggung jawab. Tak lupa membangun forum sharing dan diskusi menciptakan suasana lebih seru karena ada timbal balik. Ada yang bertanya, ada yang menjawab. Semuanya bebas mengeluarkan pendapat tanpa diejek, dihina, dipermalukan, apalagi dimarahi.

Eva merasa, meski dirinya dibenci karena jabatan ketua OSIS ini, di samping itu banyak juga pelajaran dan pengalaman yang didapat dari organisasi tersebut. Mungkin tak apa mempertahankan jabatan ini selama ujaran kebencian yang ia terima masih dapat ditoleransi. Walau begitu, jujur saja sangat menyesakkan ketika ada orang yang mengatainya sebagai 'babu sekolah'.

Sudah cukup ia merasa rendah diri mengendarai sepeda ke sekolah ketika teman-teman yang lain menggunakan mobil.

Merasa rendah ketika teman-teman dapat membanggakan ayah mereka sebagai pebisnis atau pun pengusaha sukses yang kaya raya.

Sementara ia? Ayahnya sudah tiada, berada tenang di sisi tuhannya.

Sudah cukup ia merasa rendah berdiri di antara orang-orang yang lebih dari dirinya. Haruskah ada lagi kata 'babu sekolah' untuk kembali membuatnya semakin merasa rendah berdiri di sini?

Related chapters

  • Ketua OSIS   Arta

    "Va!" "Eh?" Eva tersentak kaget dan segera menoleh ke arah sumber suara. Berdiri Yana di sebelahnya. "Dih, ngelamun lo? Dipanggi dari tadi juga." "Gak denger," sahut Eva pelan. Kepalanya celingukan memandang ke dalam kantor. "Udah selesaikah?" Baru saja Eva menemani Yana ke kantor urusan perbendaharaan. Pastinya cewek itu menerima uang yang sangat fantastis untuk segala project dan kegiatan OSIS. "Iya. Yuk balik ke kelas. Gue laper bangett tauuuu. Tadi gegara lo ribut sama geng Qotsa jadinya gak sempet makan keburu dipanggil rapat." "Ih, gue lagi!" Eva berseru tak terima. "Mereka duluan yang mulai." Yana memutar bola matanya mala

    Last Updated : 2021-09-16
  • Ketua OSIS   Shy

    Perlahan dari kepala hingga mengalir sampai kaki. Cowok itu menghabiskan satu botol air untuk membalas perbuatan Eva tadi padanya. Menumpukan tangan pada lutut hingga posisinya sedikit merunduk dan wajahnya kini berada tepat di depan wajah Eva yang hanya setinggi dadanya saja. Eva memejam erat. Ingin kabur pun rasanya itu adalah pilihan konyol yang semakin membuat malu. Karena pastinya nanti sia-sia dan dengan mudahnya Arta akan mendapatkannya lagi. "Gue belum puas balesnya. Masih kesel," ujarnya. Botol kosong itu digunakan untuk menepuk kepala gadis di depannya ini. Tidak kuat, kok. Hanya pelan karena ia tahu, baru disiram air begini saja sudah mau menangis. Apalagi Arta memukulnya 'kan? Namun, jujur saja ia masih kesal dan belum puas membalasnya hanya seperti ini. Tangannya gatal ingin menonjok orang. Bugh! "Aaaa!" Eva menjerit. Berjongkok dengan kedua tangan menutupi telinga tak ingin mendengar apap

    Last Updated : 2021-09-16
  • Ketua OSIS   Mangsa

    Akhirnya Eva bersama teman-temannya dapat menikmati bekal istirahat kali ini tanpa takut diganggu oleh hantu Qotsa lagi. Mereka memakan dengan lahap lauk seadanya tersebut. Sesekali bertukar lauk satu sama lain hingga sangat banyak sekali beraneka ragam lauk di atas piring. Mengenai air minum Eva yang habis dipakai untuk menyembur Melly tadi, ia menggantinya dengan mengambil air galon yang ada di ruang OSIS. Bersama Ana pergi ke sana yang ternyata air cewek itu hanya tinggal setengah dan ingin dipenuhi lagi. "Ehm. Lain kali kita bisa kali ya bikin video mukbang bareng hahaha. Liat nih makanannya banyak banget," celetuk Riska sambil menggigit sotong yang ada di tangannya. "Eh, iya ya?" Uma mengangguk setuju. Gadis manis itu meminum minumannya sebelum

    Last Updated : 2021-09-16
  • Ketua OSIS   Gosip

    Jum'at pagi kali ini awan mendung, cuaca pun sedikit berkabut. Namun kegiatan yang biasa berlangsung tetap terlangsung. Yakni Jumsih, alias Jum'at bersih. Eva selaku ketos menghimbau goro untuk bagian barat. Sisanya ia tak tahu menahu lagi. Boleh bayangkan sebesar apa Taruna Bangsa? Eva tak akan sanggup menanganinya seorang diri. Ada banyak anggota inti OSIS yang lainnya. Biarkan mereka memilih kawasan masing-masing. Di ujung lapangan, masih kawasan kelas 10. Segerombolan cewek duduk santai di taman kelas mereka. Bergosip ria dengan tangan sok sibuk memungut daun yang nyatanya nanti mereka buang lagi ke situ, lalu mereka pungut lagi. Begitu saja terus diulang-ulang. "Sumpah!! Gue masih gedek kalo inget kejadian kemarin!" Cewek berbanda army mengenakan kalung pas yang melingkari leher jenjang putihnya itu bersuara. Rautnya tampak menahan emosi dengan bibi

    Last Updated : 2021-09-26
  • Ketua OSIS   Claim

    Seharusnya saat ini wayah ekskul Matematika. Eva serius mengikutinya dalam satu tahun terakhir karena ia berambisi ingin mewakili TB dalam ajang OSN tingkat nasional. Namun, hari ini ia merelakan jadwal ekskul terbengkalai hanya karena masalah baru yang muncul. Siapa bilang Eva akan santai setelah diancam beasiswanya dipertangguhkan? Tentu saja ia sangat kepikiran. Bahkan waktu seminggu yang diberi rasanya sangat singkat sekali untuk bertemu pada deadline. Yakinlah, tanpa beasiswa itu ia tidak akan bisa tembus bersekolah di TB. Sekelas sekolah elite kota Jakarta yang mayoritas murid-muridnya adalah dari anak para pengusaha dan pebisnis kaya raya. Eva berselonjor kelelahan. Ia sudah mencari di seluruh ruangan kelas 12 IPS 2 namun nihil. Bahkan Eva sudah mencari dengan kelelangan kelas tanpa ada orang lain lagi selain dirinya.

    Last Updated : 2021-09-26
  • Ketua OSIS   Kekal

    Berdiri sendiri di bawah pohon bintaro hiasan parkiran, Eva meremas tali tas ranselnya dengan pandangan mengitari SMA TB yang luas ini. Bahkan ketika anak-anak ekskul Matematika telah pulang pun, Eva tetap masih konsisten berada di kawasan sekolah mencari absen guru yang nyatanya tak kunjung ditemukan hingga saat ini. Helaan napas kasar, campuran antara rasa lelah dan kesal entah pada siapa. Tergopoh-gopoh seorang satpam sekolah menghampiri Eva hingga gadis itu tersadar dari ketercenungannya. "Neng! Kenapa belum pulang? Sekolah sudah sepi, guru-guru juga sudah pulang semua. Tinggal Neng sendiri aja." Pak Satpam itu berucap dengan raut yang harap-harap cemas. Eva menghela napas dibuatnya. Saat ini pikirannya saja masih kusut memikirkan absen guru yang tak kunjung ketemu. Bayangkan beasiswanya akan dipertangguhkan d

    Last Updated : 2021-09-26
  • Ketua OSIS   Nasi VS Tempe Orek

    Kendaraan mewah terparkir secara acak tak beraturan di pekarangan rumah Arta yang luas. Semua itu karena ulah teman-temannya. Memang dasar mereka itu selalu sembarangan. Bahkan dirinya di sini masih mengutak-atik ponsel, mereka sudah masuk lebih dulu dan caper pada maminya. Arta abai. Biarkan saja mereka berbuat semaunya. Setelah rampung sedikit urusan dengan anggota Kompeni dari kelas 10 tadi, ia beranjak turun dari mobil dan ternyata ada Reza yang masih menunggunya. Tak salah menjadikan Reza wakil untuknya. Cowok itu patuh dan sangat setia. "Hai, Tan. Makin cantik aja." Belum apa-apa Yoyon langsung menggoda Zahra, mami dari bosnya itu. Yoyon tebak ketika masa sekolah dulu Zahra ini adalah primadona sekolah. Sudah tua begini saja masih kinclong, padat, dan cantik. Berbetulan dengan Zaki yang berjalan keluar bersa

    Last Updated : 2021-09-26
  • Ketua OSIS   Moment

    Sabila berenang ke pinggiran kolam. Ia naik ke atas dan sudah ada Rehan di sana. Cowok itu bertelanjang dada karena ikut berenang mengiringinya tadi. Rehan naik duluan dan memeriksa ponsel. Ada panggilan tak terjawab dari Yoyon. Ia menaruh kembali benda pipih itu ketika Sabila datang menghampirinya. "Gampang banget," ucap gadis itu mendengus remeh. Ia meraup wajahnya sendiri dengan jemarinya yang mungil. Menggemaskan sekali di mata Rehan. "Itu kan airnya cuma sepinggang lo, Dek." Rehan meledeknya, suka sekali melihat wajah comel itu memberengut kesal. Terbukti bahwa setelah itu bibir mungil Sabila mengerucut dengan mata menyipit. Ia menghentak-hentakkan kakinya tak suka. Jelas-jelas ia berenang betulan tadi, tinggi air pastinya tak berpengaruh. Mau tinggi atau rendah

    Last Updated : 2021-09-26

Latest chapter

  • Ketua OSIS   Night

    Tristan adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Kedua saudara perempuannya tidak tinggal serumah dengan orang tuanya. Tertinggal hanya Tristan yang masih duduk di bangku kelas 12 di SMA Garuda, salah satu SMA unggulan di Bandung. Kakak pertamanya menikah dengan seorang prajurit nasional yang bergabung dengan angkatan laut. Dia saat ini sedang mengandung keponakan pertama Tristan. Sedangkan adik keduanya sedang menjalani semester akhir pendidikan kedokteran di Spanyol."Kak Keinara belum lahir? Aku belum pernah mendengarnya," ucap Eva merasakan betapa sepinya rumah sepupunya.Betapa tidak, Tristan yang kerap berada di markas karena menjabat sebagai ketua geng motor membuat orang tuanya harus selalu menyendiri di rumah. Beruntung om Abian dan tante Azka bekerja di bidang yang sama. Mereka sukses membuka cabang restoran yang mereka kelola di pusat kota setiap provinsi di Indonesia. Bahkan untuk rencana ke depan, mereka akan memperluasnya hingga ke luar negeri.“Tujuh bulan lagi, Eva,” uc

  • Ketua OSIS   Savage

    Baru saja pikiran Eva terganggu karena sikap Bima yang tetap jahat padanya padahal Eva sudah berbesar hati hendak berdamai dengan cowok itu, kini Eva dikejutkan kembali dengan keadaan kelasnya yang jauh dari kata baik-baik saja.Kursi di sebelahnya, artinya tempat duduk teman sebangkunya. Telah habis diorat-oret menggunakan tinta hitam hingga tampak kotor sekali. Pelakunya adalah seorang cheerleader Taruna Bangsa. Tahu? Merusak satu aset saja milik Taruna Bangsa maka akan dikenakan denda yang tak main-main. Mungkin bagi mereka para anak orang kaya ini, hal itu bukanlah sesuatu yang dipermasalahkan karena mereka sangat mampu. Namun Uma? Bisa saja mereka yang merusak, tapi justru Uma yang diwajibkan membayar denda karena bangku ini adalah bangku Uma.Eva sangat tahu persis bagaimana sulitnya ekonomi sahabatnya itu. Membayar sekolah saja sudah mati-matian bahkan sering tak bawa uang jajan. Sering melihat Uma setiap hari membawa bekal ke sekolah? Itu karena dia tak bawa uang. Ingat dia p

  • Ketua OSIS   Markas Liondrak

    Baik Arta maupun Tristan, keduanya sama-sama membatu dan saling melempar tatapan tak menyangka satu sama lain. Bagaimana mungkin Arta baru mengetahui bahwa Eva adalah adik Tristan? Ternyata ada banyak informasi tentang Eva yang Arta belum ketahui. Ia pikir Eva hanyalah siswi miskin biasa yang kebetulan menjadi ketua OSIS. Rupanya Eva tidak sesederhana itu."Lo temen adek gue?" kelakar Tristan tak dapat menutupi rasa terkejutnya."Dia adek kelas gue," ralat Arta segera sembari menunjuk Eva yang hanya setinggi bahunya itu dengan dagunya. "Nyokap Eva nitipin Eva ke gua," lanjutnya kemudian dengan aura keposesifan yang sangat kental. Selebihnya agar Tristan tidak salah paham saja, kenapa adik kelas dan kakak kelas bisa sedekat ini.Mendengar hal itu Tristan semakin terkejut. "Oh lo deket sama adek gue?" berondongnya pada Arta seraya menatap Eva bangga. Pintar juga adiknya ini cari circle. Sementara Eva menyengir polos merespon tatapan abangnya."Kak Arta!" panggil Eva pada Arta, membuat ke

  • Ketua OSIS   Dinner In Restaurant Luxury

    Eva menyukai suasana sejuk dan tenang di malam hari. Ia baru saja selesai mandi. Masih dengan gulungan handuk di kepala, merasa lebih segar dan lebih baik. Mabuk di dalam bus selama perjalanan benar-benar menguras tenaga. Eva lemas sekali dibuatnya.Eva duduk di pinggiran kasur dengan tangan aktif menggosok-gosokkan handuk pada rambut agar cepat kering. Dalam satu kamar ini terdapat empat orang anak OSN, termasuk Eva sendiri.Mereka duduk berkumpul di sofa seraya memakan berbagai macam cemilan yang Eva sendiri ngiler melihatnya. Tentu saja perutnya lapar keroncongan. Seharian ia hanya makan satu gembung pemberian Arta di bus tadi. Namun, untuk minta Eva malu. Dirinya tidak dekat dengan mereka. Pun hendak ngumpul bareng, Eva segan sendiri. Akhirnya ia sok sibuk dengan rambutnya."Gue ada hairdryer tuh di dalam tas kalo mau make," celetuk Cia salah satu teman sekamar Eva di hotel ini.Eva tersenyum kaku. Eva tahu bahwa itu adalah alat untuk mengeringkan rambut. Namun, Eva tidak tahu car

  • Ketua OSIS   Peringatan

    Aurel bersama dua adik kelasnya, Eva dan Uma saling bersenda gurau dan membicarakan hal random untuk mereka bahas. Hingga di mana Selin beserta dua temannya datang memasuki kantin dan duduk di salah satu bangku kosong yang berada di pojok kiri, Eva langsung melirik Aurel memberikan isyarat lewat tatapan mata. Aurel mengangguk pasti menanggapinya. Dia berdiri sembari membawa gelas minumannya yang masih terisi setengah. Tentu saja tindakannya itu diikuti oleh Eva. Sementara Uma yang tidak tahu apa-apa hanya menatap kedua orang itu dengan mata mengerjab bingung. Pada akhirnya ia hanya ikut-ikutan Aurel dan Eva saja menuju bangku di mana Selin bersama dua temannya itu berada. "Hai, Aurel!" sapa salah satu teman Aurel dengan senyum manis tetapi penuh manipulatif. "Are you wanna join here?" tanyanya sok asik. Sayangnya sapaan basa basi tersebut tidak mendapat gubrisan apapun dari Aurel. Justru Aurel mendengus remeh memandang ketiga orang itu dengan tatapan jijik yang sangat kentara. Aurel

  • Ketua OSIS   Menandai

    Jika hendak menganalisa akun lambe turah masing-masing sekolah favorit di Jakarta Selatan ini, maka sudah pasti Taruna Bangsa akan menjadi miss dalam mencari sensasi. Followers dan jumlah upload-nya nyaris sebanding, terus bertambah setiap hari karena pasti selalu ada saja hal-hal mengejutkan yang diposting oleh adminnya. Diketahui bersama pula bahwa admin akun gosip SMA ternama tersebut tidak hanya segelintir orang saja, tetapi hampir seluruh siswi dari kelas 12. Oleh karena itu sulit bagi mereka yang tidak punya kekuasaan untuk mencari tahu dalang yang sebenarnya jika terjadi sesuatu.Tak peduli hanya kabar burung yang belum pasti kebenarannya seperti separuh video yang dapat mengundang salah paham bahkan menciptakan kontroversi, yang mereka tahu hanya memposting itu semua dan menyebarkannya untuk menarik perhatian para netizen! Mungkin salah satu penyebabnya adalah karena gila kepopuleran sehingga berbagai cara dilakukan sampai kehausan sensasi!Usai menenangkan Eva yang bersedih,

  • Ketua OSIS   Terbongkar

    Wajah Eva muram karena buku diary-nya tak kunjung ketemu hingga sekarang. Eva menelungkupkan wajahnya di meja makan. Menghela napas berusaha mengingat-ingat kembali dengan otaknya yang mungil itu di mana buku diarynya, kenapa tidak ditemukan di manapun juga."Mama liat diary aku nggak?" tanya Eva penuh harap kepada mamanya yang baru datang ke dapur."Terakhir kamu taruh di mana emangnya?" jawab Vina tenang dengan mata yang sudah menyorot barang-barang anaknya yang diletakkan begitu saja di atas meja.Eva menghela napas lelah. "Seinget aku terakhir aku taruh di dalam tas. Tapi aneh banget bisa nggak ada!" Tak kunjung mendapat respon dari mamanya, Eva kesal berakhir menelungkupkan wajahnya di lipatan tangan dan mulai menangis. Eva kesal, sangat. Siapa yang sudah mengambil barang rahasianya itu?"Eh, kamu bawa apa nih?" Vina segera mengambil duduk di samping putrinya, berupaya mengalihkan perhatian Eva agar tak bersedih lagi.Eva berdecak kasar karena keadaan hatinya yang buruk. Namun ka

  • Ketua OSIS   Gifts

    Eva membingkai kotak kado dari Arta. Bungkusnya menggemaskan dengan dihiasi pita-pita kecil. "Ini siapa yang ngebungkus, Kak? Gemoy banget bungkusannya!" celoteh Eva dengan senyum lucu terpatri di bibirnya."Sabila," jawab Arta singkat sembari memperhatikan Eva yang mulai membuka bungkus kado darinya tersebut.Mata Eva membulat kaget. "Seals!" jeritnya tertahan membekap mulutnya sendiri. Eva sampai mengerjab menoleh pada Arta berulang kali.Sebuah boneka anjing laut berwarna cream dengan bentuk yang sangat menggemaskan masih terbungkus plastik sudah berada di tangan Eva sekarang. Ini adalah boneka yang sama persis Eva lihat ketika pergi ke pasar bersama mamanya maupun ketika pergi ke mall bersama Arta kemarin.Hati Eva menghangat melihat tatapan lembut yang Arta berikan padanya. Arta baik sekali sampai bisa mengerti Eva sejauh ini. Eva benar-benar merasa terharu. Pasalnya di umur yang ke-17 tahun ini Eva belum pernah mempunyai boneka. Eva ingin memilikinya walaupun hanya satu. Namun h

  • Ketua OSIS   Go To School

    Berjejer rapih moge di parkiran markas Kompeni. Arta bersama rekan anggota inti yang lainnya sudah duduk siap di atas motor mereka masing-masing. Saat ini mereka akan pergi ke sekolah untuk latihan basket sebagai persiapan lomba nanti. Tak ada yang berhak untuk pergi mendahului sebelum ketua mereka pergi. Karena Arta masih sibuk mengutak-atik ponselnya, yang lain pun hanya duduk diam di atas motor masing-masing menunggu Arta selesai dengan urusannya.Sebelum melajukan motornya, Arta menelpon Eva lebih dulu menanyakan kondisi cewek itu sekarang. Apakah masih sibuk dengan urusan rumah tangganya itu atau sudah selesai. Hari pun sudah siang, sesuai dengan perjanjian Arta pada Eva sebelumnya bahwa ia akan datang ke rumah Eva sekarang ini.Saat panggilan terangkat, terdengar suara malu-malu Eva yang menyapanya. Arta tersenyum mendengar itu. "Lo hari ini ke sekolah nggak buat latihan atau belajar gitu untuk olimp MTK besok?"Di sana Eva mengernyit bingung Arta menanyakan hal itu padanya. "N

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status