Alika sudah tak bisa berkomentar banyak ataupun menanyakan lebih dari itu,karena pikirannya sekarang adalah keberadaan orang tuanya itu.
"Pa kenapa sih harus ngutang,apa nggak ada cara yang lain lagi?" Sesal Alika dalam hati karena orang tuanya yang sedang ditahan.
Namun satu yang Alika sadari kini bahwa dirinya harus pergi kekampus,untuk menjalankan tugasnya sebagai mahasiswa.
Ia juga tahu pasti Ersan mencemaskan dirinya yang hilang tanpa kabar,lagian bagaimana mau memberikan kabar ponselnya saja kini masih berada ditangan Bastian.
Berbicara soal Bastian,pria itu kini sedang menghancurkan barang yang ada dalam kamarnya.Ia sangat emosi karena Alika pergi tanpa memberitahu dirinya,padahal Bastian ingin sekali menyapa dan lebih dekat dengannya.
"Apa aku nggak ada artinya kekamu sehingga harus berbuat seperti ini,kamu tega padaku,Sayang," lirih Bastian sambil terduduk dilantai.
Selama hidupnya baru kali ini ia begitu mencintai seorang wanita,ia
Alika yang sedang menuju kedalam kelas bersama Ersan sempat menoleh kebelakang kearah mobil Bastian.Dirinya merasa bersalah kepada pria itu karena sudah dengan sengaja mengacuhkannya,padahal dirinya ingin menyapa tapi tak berani melakukan dihadapan Ersan."Maafkan aku karena sudah mengacuhkanmu,hati juga sakit melakukannya," lirih Alika dalam hati.Wanita cantik itu juga bingung dengan perasaannya,entah mengapa ketika melihat Bastian tadi ia merasakan getaran yang aneh.Namun dirinya juga tak mungkin melupakan Ersan,yang sekarang merupakan kekasihnya .Ersan yang melihat wajah sendu Alika menjadi heran sendiri,apa tadi ia melakukan kesalahan sehingga Alika menjadi sedih."Sayang kamu kok mukanya jadi murung begitu,apa tadi aku salah karena terkesan seolah tak percaya dengan yang kamu katakan?" Tanya Ersan tak enak hati."Aku nggak papa kok mungkin karena terlalu banyak pikiran kali ya." Alika memberikan alasan takut Ersan bertanya lebih banyak lagi.
Vigo diposisi serba salah antara tak bisa bersikap kasar terhadap wanita hingga bosnya jadi mengamuk.Namun apa daya semua sudah terjadi tak bisa dielakkan lagi,yang ada hanya pasrah saja untuk terkena amukan Bastian.Sementara itu Abel tak terima dikatakan makhluk setengah jadi,padahal dirinya saat datang sudah berdandan seperfect mungkin."Sayang kamu kok tega bilang aku seperti itu." Abel merajuk.Vigo menatap jengah kearah Abel yang sepertinya tak takut bakal kena marah,apalagi melihat wajah tak bersahabat Bastian kini."Mati kau,"Apa tadi panggilanmu?" Tanya Bastian yang memastikan pendengarannya."Sayang." Sahut Abel semangat karena dipikirannya adalah Bastian sudah menerima dirinya."Tadi sebelum datang kesini,apa kau sudah bercermin?" Tanya Bastian dengan nada datar.Abel melambung tinggi mendengar pertanyaan Bastian,yang ada dalam pikirannya kini mungkinkah Bastian ingin memujinya."Ya pastilah aku bercermin kal
Alika yang sudah dalam perjalanan menuju rumahnya,merasakan debaran jantung yang seperti baru habis lari marathon.Dalam hatinya berpikir apakah ini semua karena orang tuanya yang sedang ditahan,atau karena alasan lain.Saat pulang sekolah ia berencana menemui kedua orang tuanya ditahanan,tapi karena tubuhnya merasa gerah ia memutuskan pulang dulu untuk membersihkan tubuhnya.Sementara itu Bastian sedang terlelap ditempat tidur Alika,bahkan tak sadar jika tempat yang ia tiduri adalah kamar anak gadis orang.Menyangkut jarak rumahnya yang tak jauh dari Kampus,membuatnya tak perlu memakan waktu lama untuk sampai dirumahnya."Aku pulang Bik," teriak Alika yang langsung lolong masuk kedalam tanpa sadar jika Bik surti sedang ingin mengatakan sesuatu."Aduh Non Lika kok main langsung masuk saja,didalam kan ada tuan muda nanti kalau non Alikanya marah gimana nih?" Cemas Bik Surti."Tadi kan tuan muda sudah kasih tahu,jadi sepertinya nggak masalah," sambun
Keduanya bahkan saling bertukar Salivanya tanpa merasa jijik sedikitpun,bahkan terdengar decapan keduanya didalam kamar itu.Alika bahkan meliukan tubuhnya erotis digendongan Bastian,yang mana membuat pria tampan tersebut tak bisa lagi mengontrol gejolak ditubuhnya itu.Tanpa melepas pagutan bibir keduanya,Bastian menidurkan Alika secara perlahan diatas ranjang.Keduanya bahkan melakukan hal itu dengan tak peduli keadaan diluar kamar.Bik Surti sedang bingung bagaimana cara menjelaskan kepada Ersan,yang kini sedang menunggu Alika diruang tamu.Ingin wanita paruh baya itu mengatakan kalau Alika ada dikamar,tapi dirinya ragu takut ada perang dunia ke4 dirumah itu."Gimana nih,apa aku bilang saja kalau non Alika sedang keluar?'tapi nanti kesannya aku berbohong lagi dong," gunam Bik Surti bingung."Lho Bik kok masih disitu,Alika-nya mana?" Tanya Ersan bingung."Eh itu,anu itu den,Bibik lupa kalau non Lika sedang keluar." Sahut Bik Surti gugup.Ers
Ersan sangat kesal kepada kedua orang tua Alika,yang sama sekali tak ada rasa kasihannya kepada putri mereka itu."Kalian adalah orang tua terlangka yang ada di dunia ini,seumur hidupku tak pernah kulihat orang yang dengan tega menyakiti perasaan putrinya sendiri," sindir Ersan sambil menatap sinis kearah mereka.Mendengar apa yang dikatakan Ersan barusan membuat Mira menatap tajam kearahnya,ia tak terima bocah ingusan seperti Ersan berani menasehati dirinya."Anak kecil seperti kamu tahu apa tentang hidup maka dengan beraninya menasehati kami seperti tadi," maki Mira kesal."Apa tidak salah bicara nyonya,anda mengajarkan ku soal hidup sedangkan anda sendiri tak menghargai hidup putri anda sendiri." Sahut Ersan tak mau kalah."Awas saja ya kamu,jangan pernah menampakkan batang hidungmu dihadapanku lagi atau kamu bakal terima akibatnya," ancam Mira."Aku juga tak sudi datang kesini." Sahut Ersan tak kala sengit.Alika yang tadi hanya m
Bastian dengan langkah yang tak bersemangat keluar dari rumah Alika,meskipun sudah mendapatkan nomornya tapi tetap saja yang dibutuhkan adalah objeknya langsung.Pria tampan itu sadar dan tahu jika Alika sekarang pasti sedang menikmati waktu berdua dengan Kekasihnya itu,sedang dirinya hanyalah bayangan semata."Bastian sadarlah jika kamu hanyalah orang ketiga diantara mereka,jadi jangan berharap lebih." Bastian mencoba untuk mensugesti dirinya agar tidak berlebihan dalam bersikap toh hasilnya tetap akan sama saja.Kini ia sedang mengendarai kuda besinya untuk pulang kerumah,karena yang dibutuhkannya sekarang adalah tidur dan memeluk guling.Entah mengapa malam ini dirinya merasa aneh,bisa bisanya sasaran kerinduannya adalah benda berbentuk panjang dan lonjong itu.Eits,tunggu dulu jika dibilang dia pria tak normal anda salah besar,karena bisa dipastikan saat main bola akan langsung cetak gol.Perjalanan yang dilalui kini harus menguras tenag
Bastian serasa berhenti bernapas bagaimana tidak sesuatu yang diharapkan kini datang sendiri.Namun dirinya tak ingin senang dulu,karena bisa saja pertanyaan itu hanya candaan semata."Kalau misalnya aku mau bagaimana?" Tanya Bastian balik."Besok temani aku ketemu Ersan dan menjelaskan semuanya," pinta Alika serius.DegSerasa jantungnya Bastian seakan hendak melompat dari tempatnya,karena ternyata perkataan Alika tadi adalah sebuah keseriusan."Sayang kamu yakin dengan perkataan tadi?" Tanya Bastian memastikan.Alika langsung melepaskan pelukannya dan menatap serius kearah Bastian,dibawanya tangan pria itu kearah pipinya dan sambil tersenyum ia meyakinkan."Aku bukan wanita gampangan,karena mau berkencan dengan dua pria.Aku juga bukan wanita yang suka mempermainkan kaum pria,yang kubutuhkan kini adalah sebuah sandaran untuk hidupku." Sahut Alika serius."Kalau boleh aku tahu apa alasannya kamu berkata seperti ini,dan t
Adam pusing setiap kali mendengar ocehan dari Mira,ia tak mengerti dengan jalan pikiran istrinya itu.Sebab wanita paruh baya itu sama sekali tak mengerti akan dirinya,yang juga tak ingin berada disini."Seharusnya sebelum mengatakan sesuatu kamu harus berpikir dahulu,kenapa sampai kita bisa berada disini," ujar Adam yang terdengar biasa saja tapi sangat menohok."Jadi maksudnya kamu menyalahkanku?" Tanya Mira ingin memperjelas opininya."Pernahkah kamu berpikir darimana kudapatkan semua uang itu hanya karena permintaan konyolmu.Aku selalu saja bekerja dan berusaha meminjam uang sana sini,hanya untuk memuaskan nafsu belanjamu itu.Perusahanku yang dulu kudirikan dari nol bersama Diana,harus hancur karena dirimu." Adam terpaksa harus mengeluarkan semua uneg uneg yang tertahan dalam hatinya.Adam sudah tak bisa berpikiran jernih lagi,karena saat berada disini Mira bukannya sadar malah bertambah saja kelakuan angkuhnya itu."Dasar pria tak berguna,bisa