Share

Pergi Dari Rumah

Author: Jannah Zein
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bab 20

Pergi Dari Rumah

"Dan kamu tentu tahu alasanku, mengapa aku membawa Kayla dan Keisha ikut dalam pertemuan tadi malam...."

"Tapi sayangnya mantan suami Nona Kayla malah hadir," sahut Evan.

"Ini memang di luar dugaan, Van."

"Aku juga tidak menyangka jika ternyata Gilang menjadi salah satu orang yang menjadi perwakilan perusahaan travel itu. Aku pikir yang datang hanya orang yang berada di level direktur, tapi ternyata Gilang malah ikut, bersama selingkuhannya itu pula." Ibra menghembuskan nafas.

"Tapi saya lihat tadi malam mantan suami Nona Kayla itu sangat kepanasan." Pria itu seketika terkekeh. Tentu saja Evan mengamati ekspresi wajah Gilang yang bak kepiting rebus meski di sisinya ada Anggi yang berusaha menenangkannya.

"Tentu saja. Gilang selalu berpikir jika Kayla akan terpuruk setelah keluar dari rumah itu dan bercerai. Tapi nyatanya tidak, kan? Mereka akan segera bercerai secara resmi dan aku bisa segera membawa Kayla kepada Ummi dan Abi...."

Sorot mata Ibra terlihat send
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
pasti si ibra
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Tetaplah Di Sisiku, Kay

    Bab 21Tetaplah Di Sisiku, Kay"Kenapa aku bisa berada di sini? Tempat apa ini? Bukannya aku tengah tertidur di mobil? Atau, jangan-jangan aku sedang bermimpi?!"Aku mencubit pergelangan tanganku berkali-kali. Namun tetap saja terasa sakit. Aku mulai mempercayai jika ini adalah nyata. Aku menatap sekeliling, ruangan yang indah dengan ranjang besar yang kini menjadi tempat tidurku. Ada meja rias dengan lemari pakaian yang sangat besar.Belum sempat tuntas aku mengagumi keindahan ruangan ini, mendadak pintu terbuka."Kamu sudah bangun, Kayla?" Suara yang sangat kukenal. Suara dari sosok lelaki yang ingin aku hindari saat ini "Mas Ibra?" Aku beringsut hingga punggungku menyentuh kepala ranjang."Kamu tidur nyenyak sekali, Kayla. Sampai tidak menyadari jika aku memindahkanmu ke apartemen ini." Senyum lelaki itu terbit, mungkin lantaran melihatku yang tengah kebingungan."Apartemen?" Bibirku bergerak saat langkah-langkah pria itu semakin mendekat. Jarak diantara kami sudah kurang dari sat

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Ikuti Ke Almeera Hotel

    Bab 22Ikut Ke Almeera Hotel Baru saja Ibra merebahkan tubuhnya di kasur mendadak dia harus bangkit kembali manakala mendengar ponselnya menjerit-jerit. Telepon dari ibunya, Azizah.Pria itu mendesah. Ini pasti masih ada kaitannya dengan pemberitaan itu. Benar-benar menyebalkan."Apa benar kamu pernah liburan bersama dengan Fahda?" Pertanyaan itu lebih bernada sebuah tuduhan."Jadi Ummi lebih percaya dengan pemberitaan itu, ketimbang denganku? Bukankah hal seperti itu sudah biasa terjadi dan dilakukan oleh keluarga kita untuk membentuk opini publik?" sahut Ibra kesal. Dunia seolah tidak berpihak kepadanya dan ia hanya sendiri menghadapi keluarga Al-Ahdal."Ummi hanya ingin memastikan, Nak." Suara Azizah merendah. "Sebab ada yang lebih Ummi cemaskan, mengingat kalian yang sudah sama-sama dewasa. Ummi tidak mau mendapatkan cucu dadakan.""Cucu dadakan dari Hongkong?" Ibra terkekeh."Ummi pikir saja deh, memangnya aku dan Fahda berani mempertaruhkan nyawa? Apa Ummi lupa dengan hukum y

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Kabar Dari Icha

    Bab 23Kabar Dari Icha"Ada apa, Sayang?" Rupanya pria itu pun turun dari mobil dan mungkin mengamati raut wajahku yang terlihat muram."Rumah Mama Kumala." Aku menunjuk kepada tulisan itu dan ditanggapi oleh Mas Ibra dengan sebuah anggukan.Dia meraih tanganku dan memberi isyarat agar aku segera kembali ke mobil. Aku menurut. Setelah mendaratkan bokongku di jok, mobil kembali meluncur, meninggalkan bangunan yang pernah menjadi kebanggaan mantan mertuaku itu.Ada apa ini? Kenapa rumah mama Kumala malah disita? Bukankah selama ini tidak pernah terdengar jika mantan mertuaku itu terlilit hutang? Apalagi sikap jumawanya selama ini sampai ke ubun-ubun dan aku selalu menjadi pihak yang direndahkan.Pikiranku segera berkelana mengingat pertemuan terakhir kami dan juga mas Gilang yang akhir-akhir ini selalu menguber-uberku soal rujuk. "Apa ini berarti mereka semua kini tinggal di rumahku yang dulu?" Dibenakku penuh pertanyaan."Kalau kamu ingin mengetahui kenapa rumah mantan mertuamu itu d

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Naik Level

    Bab 24Naik LevelMerasa tidak leluasa untuk mengobrol lewat telepon, aku meminta Icha untuk datang ke apartemen, tentunya setelah meminta izin terlebih dahulu dengan mas Ibra. Bagaimanapun, dia adalah pemilik tempat itu dan aku hanya sekedar menumpang.Icha datang tepat saat kami bertiga sampai di apartemen. Tampaknya wanita muda itu sudah tidak sabar ingin melihat tempat tinggal baruku. Icha datang bersama dengan Gian, putranya."Gimana ceritanya kamu bisa tinggal satu atap sama Mas Ibra? Kamu nggak ngapa-ngapain, kan sama dia?" Sorot mata wanita itu begitu menyelidik."Nggak lah." Aku tergelak. "Kami tidur di kamar masing-masing dan nggak ada ceritanya anu anu...."Icha tertawa terpingkal-pingkal sembari matanya liar menatap sekeliling.Ruang tamu ini begitu nyaman dengan satu set sofa. Ada lampu kristal yang menggantung di tengah-tengah, memberikan kesan mewah. "Tapi serius nih, Kay. Aku sangat senang dengan pencapaian kamu. Kamu ini sedang naik level, sama persis seperti cerita-

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Kulepas Mas Gilang Untukmu, Anggi

    Bab 25Kulepas Mas Gilang Untukmu, AnggiSemakin aku mendekat, semakin jelas terlihat pemandangan yang membuatku geleng kepala. Gita menyerahkan sebuah kartu kepada pengunjung pria. Bukan cuma itu yang membuatku terbelalak, tapi caranya menyerahkan kartu itu. Gita menyerahkan kartu itu sembari mengelus telapak tangan sang pria dengan gerakan sensual. Tubuhnya sengaja dicondongkan sehingga membuat dua gundukan kenyal itu semakin terekspos dan menjadi santapan gratis mata pria itu."Gita...."Gadis itu menoleh saat sang pria pengunjung itu pergi dari hadapannya."Mbak Kayla? Kenapa Mbak ada di sini? Bukankah katanya Mbak sudah keluar?"Aku melangkah semakin mendekat dan berdiri di bibir meja. Kebetulan sudah tidak ada lagi pengunjung yang harus Gita layani, sehingga aku bisa leluasa menatap wajah gadis itu. Riasan di wajahnya kurasa terlalu tebal, yang membuat Gita bahkan lebih tua dari usia yang sebenarnya. Gita baru berusia 19 tahun, tetapi dandanannya mirip dengan wanita yang sudah b

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Jangan Pergi

    Bab 26Jangan Pergi"Kay, dua minggu lagi Abi, Ummi, Nenek Fathia dan Fahda akan kemari....""Dan itu berdekatan waktunya dengan digelarnya pertemuan tingkat dunia, dimana Indonesia akan menjadi tuan rumah. Almeera Hotel akan ambil bagian menjadi tempat menginap para petinggi negara masing-masing." Lagi-lagi perkataan itu sukses membuatku tak bisa lepas dari menatapnya."Mereka...." Aku tak kuasa melanjutkan ucapanku. Lidahku terasa kelu."Iya, Kay. Jadi sebelum acara itu digelar, mereka akan terlebih dahulu menggelar acara pertunanganku dengan Fahda di sini, di Almeera Hotel." Pria itu mendesah. Aku tahu mas Ibra tengah frustasi. Dia ingin menolak. Namun mempertahankan seorang Kayla yang bukan siapa-siapa, apakah bisa?"Kalian akan bertunangan disini?"Runtuh sudah pertahananku. Aku benci dengan air mata ini, tetapi tak bisa menahannya. Dua titik bening itu akhirnya jatuh, bahkan jatuhnya mengenai piring yang berada di hadapanku. Selera makanku lenyap seketika. Padahal malam ini per

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Janji Ibra

    Bab 27Janji IbraIbra mendesah. Matanya nyalang menatap langit-langit kamar, berusaha mencerna kejadian barusan. Kemarahan Kayla dan penolakannya.Diam-diam pria itu tersenyum."Kayla benar-benar perempuan terhormat meski berasal dari kalangan biasa. Memang ini yang aku cari, kan? Tak cuma itu. Senyumnya pun sama seperti Shakila. Senyum seorang wanita yang tidak silau oleh harta dan kemewahan hidup.""Senyum seperti itu pula yang mungkin membuat kakek Ali jatuh cinta kepada nenek Fatimah. Meski sebelum menikah dia hanya seorang asisten, tetapi dia sama sekali tidak silau oleh harta dan kemewahan. Nenek Fatimah lebih rela meninggalkan harta dan kemewahan yang didapatkannya selama menikah dengan kakek Ali, hanya demi mempertahankan prinsipnya sebagai seorang wanita yang tidak mau di madu. Benar-benar luar biasa."Sejarah keluarganya yang memang rumit. Dulu, kakeknya syekh Ali Al-Maliki menikahi seorang wanita asli Indonesia

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Menemui Calon Mertua (Perjuangan Dimulai)

    Bab 28Menemui Calon Mertua (Perjuangan Dimulai)Meski sebenarnya tidak terlalu berharap, tetapi tak ada salahnya aku memberi kesempatan kepada pria itu untuk membuktikan ucapannya. Namun, mengingat kejadian malam itu, aku mulai menjaga jarak dengan mas Ibra, tak ingin hal yang mengerikan menimpa padaku. Kami memang tinggal satu apartemen, tetapi tak terlalu banyak tegur sapa. Mas Ibra pun rupanya paham dan ia lebih sering mengobrol dan bercengkrama dengan Keisha dibandingkan dengan diriku.Di balik itu, aku tetap menjalankan kegiatanku seperti biasa. Mengurus apartemen, memasak dan merapikan tempat ini, kecuali kamar Mas Ibra. Aku tidak pernah memasuki kamar itu, meskipun mas Ibra sudah mengizinkanku untuk memasuki kamarnya. Seminggu kemudian."Kay, bersiap-siaplah. Sore ini kita akan terbang ke Banjarmasin untuk menemui ayah kandungku sekaligus ziarah ke makam kakekku," ujarnya saat kami sarapan bersama pagi ini."Bertemu ayah kandung?" ulangku."Ya. Aku ingin kita bertemu dengan

Latest chapter

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Kejutan 2

    Bab 146 "Kejutan apa itu, Mbak?" Benakku langsung membayangkan suasana di apartemen. Mungkin lantaran merasa rindu dengan kami, asisten rumah tangga kami ini berinisiatif mengadakan pesta penyambutan kecil-kecilan dengan memasak masakan kesukaan kami. "Rahasia dong! Kalau saya bilang, berarti bukan kejutan lagi dong!" Perempuan itu tersenyum jahil dan aku tak lagi berniat untuk mendesak. Toh, sebentar lagi kami akan sampai dan aku akan segera tahu apa yang disiapkan oleh asisten rumah tangga kami ini. Mobil perlahan memasuki basement dan akhirnya berhenti. Aku dan mas Ibra keluar dari mobil dan berjalan menuju lift menuju lantai unitku berada. "Tara... kejutan!' seru mbak Ranti setelah ia menekan tombol password di pintu apartemenku. "Mas Gilang, Gita!" Aku sangat kaget, dan refleks menatap mbak Ranti dan bik Jum bergantian. Namun, kedua asisten rumah tanggaku itu malah tersenyum, bahkan ketika aku menatap mas Yanto, pria bertubuh kekar itu juga tersenyum. Ada apa ini? Aku menat

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Tetap Bersyukur

    Bab 145Aku membiarkan Kania digendong oleh Rihanna. Menyaksikan binar matanya yang nampak begitu menyayangi putriku, aku tidak tega untuk mengambilnya. Akhirnya aku memilih mengayunkan kaki menuju kamarku.Biarkan saja Kania bersama dengan Rihanna. Jika putri kecilku haus, Rihanna pasti akan segera mengantarnya kepadaku."Ada sedikit masalah di dalam rahimnya, makanya sampai sekarang Rihanna belum punya anak, padahal kami semua sangat menginginkan keturunan yang berasal dari rahim adikku," ujar mas Ibra ketika aku tanya. "Kalau menang Rihanna ingin bersama dengan Kania selama ia berada di sini, biarkan saja. Rihanna itu sepertinya sosok yang keibuan dan penyayang anak-anak, hanya saja kebetulan memang belum rezeki." "Terima kasih atas pengertiannya, Sayang. Kita berdoa saja semoga disegerakan punya keponakan baru." Pria itu mengecup pelipisku berkali-kali, lalu membimbingku menuju tempat tidur.Ruangan ini sungguh luas. Kamar hotel tipe presiden suite saja masih kalah mewah dengan

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Menantu Keluarga Salim Al-Maliki

    Bab 144Aku tidak bisa berbuat atau berbicara apapun lagi, selain menatap jalanan sembari memangku Kania. Sementara mas Ibra memangku Keisha. Kami memang tidak membawa baby sister dalam perjalanan kali ini untuk alasan kepraktisan, bahkan kami tidak membawa pengawal, kecuali pengawal yang dibawa oleh ummi Azizah dari Mekkah.Kesakitan yang ummi Azizah rasakan menular juga kepadaku, tetapi aku tidak berdaya, hanya mampu menatap suamiku yang dengan segera mengedipkan matanya. Setelah mobil sampai di bandara, kami pun segera berpindah ke pesawat pribadi milik keluarga Salim Al-Maliki. Sudah lama pesawat pribadi itu ada. Sebelumnya, pesawat pribadi dimiliki hanya keluarga Al-Maliki secara umum, tetapi kini Abi Emir sudah membeli pesawat khusus untuk keluarga Salim Al-Maliki, sehingga sedikit demi sedikit mereka mulai melepaskan ketergantungan dengan keluarga itu dan juga Almeera Oil Company.Keterikatan ummi Azizah terhadap perusahaan minyak itu sebatas dia adalah pemegang satu persen sa

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Pengakuan Ummu Fathia

    Bab 143Perempuan tua itu menoleh. Dia mengurungkan niatnya untuk melangkah menuju pintu, tetapi berbalik menghampiri perempuan tua yang duduk santai di sebuah sofa di salah satu sudut ruangan.Ruang tamu khusus laki-laki ini memang sangat luas, memiliki beberapa sofa disusun dari ujung ke ujung, karena seringkali menerima tamu dengan jumlah yang banyak. "Sejak Abi meninggal dunia, aku merasa Ummu, Khaled, dan Waled berubah, kecuali Wafa," ucap ummi Azizah tanpa menuruti permintaan ibu tirinya untuk duduk kembali ke sofa di dekat perempuan tua itu duduk."Itu hanya perasaanmu saja, Azizah," balasnya."Tapi aku merasa dipermainkan di keluarga ini. Keluarga yang kupikir bisa memberikan secercah harapan, tapi ternyata hanya kepalsuan yang kudapatkan. Orang yang benar-benar menyayangiku hanya Abi, hanya syekh Ali yang benar-benar menyayangiku dengan tulus, dan juga adik kecilku, Wafa." Ummi Azizah menjeda ucapannya dengan sentakan nafasnya yang berat. "Namun kalian dengan begitu kejam

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Pengkhianat

    Bab 142Raut wajah pria itu seketika menegang. Tampak sekali ia tengah menahan emosinya. Namun kurasa ia tidak sedang memarahiku, karena kulihat mulutnya bergerak-gerak."Aku tidak tahu, Sayang. Tapi yang jelas, aku harus mengusut semua ini. Sayang sekali di ruangan kerjaku dan di ruangan pribadi itu tidak ada kamera CCTV. Mas juga tidak tahu bagaimana caranya Nona Barbara merekam adegan itu. Mas benar-benar tidak tahu karena Mas tengah tertidur.""Tapi... tunggu Mas!" Otakku segera mencerna kejanggalan yang terjadi, karena bagiku tidak ada alasan untuk tidak mempercayainya. Jika memang Mas Ibra bisa tertidur sampai seperti orang pingsan, apa jangan-jangan ada orang yang memasukkan obat tidur ke dalam minumannya?"Aku rasa ini sudah tidak wajar, Mas. Walaupun Mas sedang tidur, tapi kalau ada orang yang menggerayangi, biasanya Mas akan terbangun, seperti biasanya saat kita sedang bersama," ujarku mengingatkan. Pria itu tampak tercenung sejenak."Omonganmu masuk akal juga, Sayang." Pri

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Bukan Perselingkuhan

    Bab 141"Ya Tuhan!" Aku memekik, refleks jemariku menyentuh layar. Dan adegan demi adegan itu membuat perutku seketika mual. Tubuhku lemas dan akhirnya luruh ke lantai dan tanpa sadar menjatuhkan ponselku yang masih menyala layarnya."Kenapa kamu tega melakukan ini sama aku, Mas? Bahkan aku baru saja melahirkan anak kamu." Aku duduk sembari memeluk betisku. Tangisku pecah seketika.Siapa perempuan itu sebenarnya? Kenapa ia bisa bersama dengan mas Ibra di dalam satu ruangan, bahkan satu ranjang?Aku masih saja merapatkan wajahku dengan lutut, meski terdengar suara ketukan dibalik pintu sampai akhirnya pintu pun terbuka."Ibu kenapa? Ada apa?" Mbak Ranti terlihat kaget saat aku mengangkat wajahku yang bersimbah air mata."Papanya Kania selingkuh, Mbak," lirihku."Selingkuh?" Bibir wanita itu bergerak-gerak. Namun hanya kata selingkuh yang terucap dari bibirnya. Aku menubruk perempuan itu lalu memeluknya. Tangisku kembali pecah. Aku menangis dalam pelukan mbak Ranti. "Kenapa dia begitu

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Memulai Permainan

    Bab 140Ibra tidak menyadari jika dari balik pintu ruang kerjanya muncul sesosok tubuh yang tadi sempat pamit keluar.Sementara itu, pintu ruangan peristirahatannya pun terbuka."Dia sudah tak sadar, Ghazi?" tanya sesosok perempuan yang tepat berdiri di depan pintu ruangan peristirahatan Ibra."Aman, Nona. Dia tidak akan sadar selama beberapa jam dan Nona bisa melakukan apapun," jawab pria itu sembari menyeringai."Bagus. Kerjamu sungguh bagus. Bayaranmu akan segera kamu terima, berikut bonusnya.""Terima kasih, Nona. Sekarang apa yang bisa saya lakukan lagi?""Bawa pria itu ke tempat tidur. Setelah itu kamu boleh keluar. Jangan lupa kunci ruang kerjanya. Nanti jika semuanya sudah selesai, aku akan hubungi lagi. Tetaplah stand by di tempatmu," titah perempuan itu yang ternyata adalah Barbara.Perempuan itu tersenyum manakala menatap pria yang tengah digendong oleh Ghazi. Sebentar lagi rencananya akan terwujud. Ghazi merebahkan Ibra dengan hati-hati ke pembaringan, kemudian segera per

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Tuhan Maha Tahu

    Bab 139Meski penuturan sang paman tidak membuat Ibra terlalu terkejut, tetapi tak urung matanya tetap membulat sempurna. Dia bahkan refleks menjauhkan tubuhnya dari pria tua itu. Ibra berdiri, lalu pindah tempat duduk sehingga kini posisi mereka menjadi berhadapan."Dan Paman pikir aku menerima tawaran itu?" sinisnya."Paman pikir kamu hanya perlu menikahinya sebentar, setelah itu menceraikannya. Lagi pula dia hanya memintamu untuk menjadi suaminya sebentar saja. Pernikahan ini pun juga hanya akan dilaksanakan secara siri," bujuk pangeran Khaled. Dibenaknya tentu deretan angka-angka yang akan segera masuk ke perusahaan jika pernikahan ini benar-benar terjadi.Pria itu pun sebenarnya tidak ingin keponakannya menikahi wanita itu. Namun perusahaan mereka masih dalam kondisi terguncang. Tidak mudah mendapatkan investor kelas kakap seperti Tuan Wiliam.Apa salahnya jika menyuruh keponakannya untuk menikahi wanita itu? Toh, istrinya Ibra berada di Indonesia dan tidak akan tahu jika suaminy

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Syarat Dari Tuan Wiliam

    Bab 138Meski cukup banyak perempuan yang tidak memakai jilbab di kota metropolitan Arab Saudi ini, tetapi Ibra merasa cara berpakaian Barbara cukup berani, padahal dia hanya seorang tamu di negara ini.Meski kemungkinan perempuan ini non muslim, tapi seharusnya ia tahu diri dan mengerti situasi, mengingat ia berkunjung ke sebuah negara yang mayoritas penduduk wanitanya harus mengenakan pakaian tertutup.Namun, Ibra tidak menangkap itikad baik dari Barbara, justru perempuan itu bersikap seolah-olah restoran ini berada di negaranya yang menganut paham kebebasan. Lagi-lagi ia mengibaskan rambutnya, sehingga harum helaian itu terendus oleh Ibra dan membuat pria itu seketika menghembuskan nafas."Anda terlalu berlebihan, Nona. Saya hanya orang biasa. Kebetulan saja dua orang pria tua yang telah berbicara dengan ayah anda itu adalah adik dari ibu saya," sahut Ibra. Dia menurunkan tangannya dari meja, lalu menangkupkan telapak tangannya di pangkuannya."Tentu. Saya pun mengenal ibu anda yan

DMCA.com Protection Status