Bab 39. Ketegasan Alisya Melawan DevaDeva panik. Setengah berlari dia menuju kamar utama. Lega luar biasa, saat netranya menemukan Alisya masih terbaring di atas ranjang miliknya.Alisyanya ternyata tidak hilang. Namun, perih segera menelusup ke relung sukma. Teringat saat pipi dan jemari sang istri disentuh dan dikecup mesra oleh Fajar, mantan suaminya. Sakit. Sungguh dia tak bisa menerima kenyataan ini. Jangankan menyentuh pipi dan jemari, seujung kukupun dia tak sudi.Kemarahan kembali berkobar! Emosi membakar. Bayangan bahwa Fajar pernah tidur dengan Alisya mengaduk isi kepala. Itu jelas pernah terjadi, dulu, saat Alisya masih menjadi istrinya. Fajar mencumbu Alisya, menyentuh seluruh tubuh Alisya. Dan Rena adalah hasilnya. Selama ini Deva tak pernah memikirkan itu. Tak ada cemburu. Namun, setelah melihat foto-foto itu, Deva berubah total. “Kenapa mereka bertemu? Pasti Alisya merindukan masa lalunya. Kenapa Alisya merindukannya. Bangsat kau, Alisya …!” teriaknya tiba-tib
Bab 40. Alisya Menghajar SonyaTasya dan Rena sudah berangkat ke sekolah. Dadang, sang supir pribadi yang mengantarnya. Sonya akan segera pulang, namun dia harus mencuri perhatian Deva terlebih dahulu. Peluang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.“Mas, aku pamit, ya!” ucapnya mengetuk pintu kamar tamu.Terdengar langkah mendekat, pintu kamarpun terkuak. “Terima kasih karena kau sudah mengurus Tasya! Tapi, maaf, jangan pernah berharap untuk mengambil dia dariku!” ucap Deva menatap Sonya serius.“Baik, Mas. Aku paham. Dan aku juga turut prihatin tentang masalah Alisya,” jawab Sonya penuh perhatian.“Tolong jangan ikut campur urusan pribadiku! Silahkan pergilah! Aku juga mau mandi!” Deva menutup pintu.“Tunggu, Mas!” Sonya menahan pintu dengan tangannya. “Maaf, aku tak bermaksud ikut campur, aku hanya merasa ada ketidak adilan tentang cara Mas Deva menyikapi kami.”“Apa maksudmu?” Kedua alis Deva bertaut, dengan mata sedikit menyipit.“Dulu, saat Mas mencurigai aku selingkuh d
Bab 41. Rencana DevaDeva menatap nanar pakaian yang menumpuk di kakinya. Pakaian miliknya, yang telah dicampakkan dengan begitu hina oleh Alisya. Betapa dia ingin meneriaki wanita itu. Bagaimana bisa Alisya memperlakukan pakaiannya seperti seonggok sampah. Namun lidahnya seketika kelu, demi menyadari apa penyebab kemarahan Alisya.“Aku meminta Bik Iyah, kenapa kau yang mengambilnya?” selidiknya dengan nada begitu dingin kepada Sonya.“Aku sudah mencari Bik Iyah, Mas. Tapi, aku tidak melihatnya. Jadi, aku inisiatif mengambilnya sendiri karena khawatir Mas telat ke kantornya. Tapi ternyata, Alisya sudah gila. Dia menamparku, menjambak rambutku, sakit, Mas!”Bukan merasa bersalah, Sonya malah mencari kesempatan untuk mencuri simpati Deva.“Sekarang tolong pergi!” tegas Deva tetap dingin.“Mas! Kenapa kau tidak marah pada Alisya, dia menghinamu dengan melemparkan pakaianmu seperti sampah! Ini rumahmu. Siapa dia berani berbuat begitu kasar padamu? Dia tidak menghargaimu, Mas!” sergah
Bab 42. Kedatangan Ibu Mertua Alisya tengah menyuapi Adante. Meski dia tak diizinkan oleh Deva keluar rumah, wanita itu tetap berativitas seperti biasa di dalam rumah. Tak ingin mengurung diri di dalam kamar, apalagi menangis menyesali semuanya. Itu tak akan ada ujungnya.Selama Rena dan Adante masih bisa bersamanya, dia akan tetap bertahan. Seiring berjalannya waktu, dia pasti akan menemukan jalan. Mengakhiri pernikahan ini adalah tekatnya sekarang. Buat apa dipertahankan, kalau Deva tak pernah bisa berubah. Cukup sudah lima tahun dia berjuang. Alisya sudah sampai pada titik jenuh.Masalahnya sekarang adalah Deva sengaja menggantungnya. Entah apa maksudnya. Sedikitpun Alisya tak tahu kalau Deva sebenarnya masih sangat mencintainya. Tak ada sedikitpun niat pria untuk berpisah. Namun cemburu belum juga sembuh.Sebuah mobil mewah memasuki halaman. Alisya menoleh ke arah sana. Deg! Jantungnya seketika berdebar cepat. Itu mobil ibu mertuanya. Mau apa dia datang ke sini. Saat ini, set
Bab 43. Kesepakatan Alisya Dengan Alina“Apa? Kau … kau setuju berpisah dengan Deva?” Alina mengernyitkan kening tak percaya.“Hem, kita sepahaman,” sahut Alisya tetap tenang.“Apa maksudmu kita sepemahaman, ha?”“Maksud saya, saya juga mau berpisah dengan Mas Deva. Sudah bolak-balik saya meminta talak, tapi dia menolak. Mama mau membantu saya?”“Kau minta talak?” sergah Alina tak percaya.“Ya, sudah berulangkali.”“Artinya kau …. Astaga? Artinya kau mengaku kalau kau benar-benar selingkuh dengan mantan suamimu itu?”Alina kebingungan. Jelas dia tahu kalau Alisya sebenarnya tak pernah selingkuh dengan siapapun. Pertemuan Alisya dengan Fajar di dekat gerbang sekolah waktu itu adalah rekayasa Sonya yang bekejasama dengan Fajar. Tapi, kenapa Alisya tak membantah? Kenapa dia tak membela diri, atau membersihkan nama baiknya, misalnya?Perempuan itu justru meminta pisah. Kenapa? Bukankah seharusnya dia sangat takut berpisah dengan Deva? Bukankah dia sangat mencintai Deva? Atau jangan-jang
Bab 44. Kembali Pulang“Tiketnya sudah aku pesan! Tak perlu pesan lagi!”Alisya tersentak, wanita itu menoleh ke samping kiri. “Mas Deva,” lirihnya tak percaya.“Papa Deva?” Rena juga baru sadar akan kedatangan pria itu.“Papa jangan ikut! Nanti Kak Tasya marah! Kami mau pergi jauh, biar Kak Tasya enggak marahin Rena lagi. Rena sama Mama bukan pencuri. Kami gak nyuri Papa Deva, kok! Tapi, kalau Papa Deva ikut, Kak Tasya pasti tambah marah. Nanti dia bilang Rena dan Mama nyulik Papa Deva! Papa Deva jangan ikut, ya!”Ucapan Rena membuat kedua alis Deva saling menaut. Pria itu menatap Alisya penuh tanya, namun Alisya segera berpaling ke arah lain. Deva lalu berjongkok di hadapan Rena, menyamakan tinggi tubuh mereka.“Sayang, Rena dan Mama tak pernah mencuri Papa. Kak Tasya hanya bercanda, Sayang. Kita pulang sekarang! Kamu dan Mama tak akan pernah ke mana-mana!” ucap Deva mengelus kedua pundak Rena.“Enggak mau, Papa! Rena mau pergi aja sama Mama! Rena enggak mau pulang!” Rena berge
Bab 45. Perjuangan Sonya Untuk DevaAlisya masih mematung di ruang tamu, saat Sonya mengetuk halus pintu kamar tamu.“Mas, buka sebentar, ada yang mau aku sampaikan,” ucap wanita itu dengan suara lembut. Alisya terkesiap. Beraninya Sonya mengetuk pintu kamar suaminya. Apakah wajar seorang mantan istri mengetuk pintu kamar mantan suami? Andai saat ini situasinya bukan sedang perang dingin begini, pasti Alisya sudah menyeret perempuan itu keluar. Tapi apa daya, sedang pernikahan mereka pun sudah berada di ambang kehancuran, Alisya merasa tak perlu ikut campur.Yang penting sekarang baginya adalah, bagaimana cara membawa kedua anaknya keluar dari rumah ini. Bahkan hingga detik ini, Alisya tak punya jalan keluar.‘Apa yang harus aku lakukan sekarang?’ gelisah, batin wanita itu remuk redam. Perlahan dia bergerak menuju sofa, duduk lemas menatap putranya yang sedang tenggelam dengan permainan mobilannya.“Mas, buka bentar aja pintunya, aku mau nyampaikan pesan Pak Cahor tadi, lho, Mas.
Bab 46. Tawaran Sonya Untuk Fajar“Astaga! Kalian!” Alisya membeku di depan pintu menyaksikan pemandangan di sana. Sonya tengah meraba dada Deva. Sementara Deva terpejam, begitu menikmati sentuhan Sonya, yang dalam khayalannya adalah Alisya.“Alisya! Astaga! Ini … Sonya, kamu!” Deva tersentak kaget, spontan tubuh Sonya dia dorong kuat.“Mas!” protes Sonya lebih kaget dengan perlakuan Deva. Hampir saja tubuhnya terjerembab ke lantai. Untung dia segera berpegangan pada sudut nakas.“Terima kasih makanannya. Sekarang kamu pulang saja!” perintah Deva tegas.Alisya segera berpaling. Pikirannya campur aduk antara percaya, curiga, dan prasangka. Otaknya tak sanggup berpikir. Entah apa yang baru saja dilakukan oleh Deva dan Sonya.“Mammmmma …. mamma ….” Adante berjalan ke arahnya dengan dua buah mobilan di tangannya.“Adante? Sayang? Kamu dari mana?” Alisya menoleh.“Mobilannya meluncun jauh, Dante kejan, Ma. Mama … papa Bobok, ya?” Adante hendak masuk ke dalam kamar Deva.“Iya, Sayan