Perselingkuhan, Fathan tak pernah menyangka jika perilaku tak bermoral itu akan dapat memangkas habis seluruh rasa cinta yang ia miliki untuk Sesilia.Bertahun-tahun mereka hidup berumah tangga, tak ada satu pun kesalahan yang tidak bisa Fathan maafkan, termasuk pula dengan sikap abai Sesilia terhadap anak-anak mereka. Ia selalu memberikan kata maaf— meski pada nyatanya, kata itu terkadang begitu sulit terlontar keluar dari mulutnya.Pemberian maaf itu Fathan lakukan demi untuk membuktikan rasa cintanya kepada Sesilia. Namun apa yang ia dapatkan sekarang? Sesilia kini justru membalasnya dengan sebuah pengkhianatan. Lucunya, wanita itu bahkan tak menghentikan perselingkuhannya dan malah semakin menjadi dengan menjadikan pria idaman lainnya sebagai dewa penolong dalam rusaknya rumah tangga mereka.Teruntuk perilaku impulsive sang calon mantan istri, Fathan benar-benar merasa berterima kasih. Keberadaannya sangat berperan sangat penting dalam pengungkapan bangkai busuk yang selama ini dis
Terdengarnya suara mesin mobil membuat bunda Keyla mau tak mau menuruni ranjang, tempat dirinya bersemedi sembari mencari kabar putri kesayangannya.Ia lalu melangkahkan kaki, mendekati jendela kamar yang tertutup rapi oleh tirai tak bercorak dengan warna abu-abu favoritnya.Awalnya, ia ingin menyibak tirai. Melakukan pengintaian dengan metode pengintipan guna mengetahui siapa gerangan, pelaku dibalik pemarkiran mobil yang saat ini mendiami ruas jalan di depan rumahnya.“Nggak mampir juga nggak apa-apa kok, Tan. Keyla bisa nangangin ini sendiri.”— Namun niat itu urung dilakukan, tepatnya setelah bunda Keyla mendengar suara putrinya yang masuk ke dalam indera pendengarannya.Kepulangan sang putri tak pelak membuat bunda Keyla berlari keluar dari ruangan pribadinya. Dengan raut khawatir yang kental menghiasi keayuannya, perempuan bernama Kamila itu membingkai wajah putri kesayangannya. “Sayang, kamu baik-baik aja kan, Nak?”“Kamu nggak diapa-apain sama Netizen kan, Key?”Sebagai seorang
Buagh!!Keyla melayangkan bogeman pada permukaan atas tembok yang didesain untuk menjadi pagar pelindung lantai dua rumahnya. Ia memekikkan umpatan, “anjing!” dan umpatannya itu menggema, hingga terdengar sampai ke lantai 1— lantai dimana orang-orang yang ia tinggalkan, belum juga membubarkan diri setelah kepergiannya.“Keyla?”“Nggak ada! Keylanya udah ke kamar, Yah!” sahut Keyla, membalas teriakkan sang ayah.Gadis itu kemudian menjatuhkan diri. Berjongkok dibalik pagar pelindung yang ia pikir akan mampu menyembunyikan kehadirannya.“Kalau masih mau gabung, ngapain pake ke atas segala, Key? Sini turun! Nggak usah nyumput-nyumput kayak gitu.” Panggil sang ayah supaya putrinya tak perlu sok-sokan bersembunyi dari mereka.“Enggaaaak! ini teh bukan Key, Yah.. ini khodamnya.”Tingkah konyol Keyla tak pelak membuat Fathan dan keluarganya tertawa. Memang aya-aya wae kelakuan gadis berbuntutkan 2 anak sambung itu.“Khodamnya naon, Key? Maung lain?” Saking gemasnya pada menantu perempuannya,
“Om gimana sih! Masa om kasih anaknya jadi istri kedua-nya Mas Fathan. Kayak nggak laku aja si Keylanya, Om!”Sebagai sahabat yang sedikit tidak baik, Agil jelas menyayangkan keputusan orang tua Keyla. Seharusnya mereka bersikeras menolak. Membantu anak mereka agar tidak merasakan keterpaksaan.“Mau sohib kentel kek, cair kek! Kalau Keylanya nggak mau, ya jangan dipaksa dong.”“Gil..” Panggil ayah Keyla, berharap dapat menghentikan cerocosan teman putrinya.“Bentar, Om. Agil belom kelar ngomongnya.” Balas Agil, merekahkan kelima jari-jari tangannya.“Diminum dulu es tehnya, Gil. Keburu nggak manis itu nanti.”“Makasih, Tante.” Angil pun mengangkat gelas berisikan es teh yang disajikan untuk dirinya.Hal itu membuat ayah Keyla kesa. “Kamu.. Giliran istri saya yang nyuruh aja, nggak pake ntar kamu, Gil!”Agil menyengir kuda setelah menyeruput minumannya. Pemuda itu meletakkan kembali gelasnya ke atas meja.“Emosian mulu si Om. Mirip amat sama anaknya.”Plak!“Adaaah!”Jerit kesakitan A
“Nggak jelas banget si Agil.” Oceh Keyla. Kepergian sahabatnya itu lantas membuat Keyla memindahkan pantatnya, tepat dihadapan si bungsu Nakula.“Keyla, Nak!”Wanita itu mendudukkan dirinya di atas meja. Ketika sang bunda memekik hendak menghardik perilaku tak sopannya, ia pun berkata, “bentar, Bunda. Ngomongnya emang harus adep-adepan gini biar afdol.”“Udah sih, Kam. Nggak apa-apa. Kayak yang baru aja si Keyla begini. Liat dia naikin meja juga udah pernah aku.” Bela Maya yang memang tidak satu dua kali melihat kebar-baran menantunya.“Terbang juga pernah ya, Mi.” Timpal papi Fathan, terkekeh karena teringat akan aksi heroik Keyla yang kabur dari kejaran ayahnya.“Mami terbang, Opa?” tanya Nakula, antusias.Opa anak itu menganggukkan kepala. “Mami Keyla waktu kecil pernah terjun payung dari atap mobil. Pas itu pake baju Superman kan ya?” tatapan matanya mengarah kepada sang besan dan dibalas dengan gerakan memonyongkan bibir.“Ada itu-nya kan, Kul. Jubah merahnya dibelakang. Nah, wak
Setelah tibanya sang pemilik perusahaan yang tidak lain merupakan paman Fathan, beberapa pengunjuk rasa pun ditunjuk untuk menjadi dewan perwakilan. Mereka lantas diboyong ke dalam ruang rapat agar dapat segera menyelesaikan masalah yang ada. “Ck! Apa deh.. yang begini-begini tuh asyiknya dimana sih?! Emang kalau saya turun, kalian-kalian bakalan bisa naik gitu buat gantiin saya?” “Kalau pun tidak setidaknya kami sudah membantu perusahaan untuk menjalankan manajemen yang bersih tanpa adanya KKN.” “Ya, benar itu Bu Keyla.” Seru empat orang lainnya yang mendukung pelengseran dirinya. Kris selaku Presdir belum juga menunjukkan kekuasaannya. Pria itu masih ingin melihat kinerja istri keponakannya dalam meredam keinginan massa. “Kami menuntut bukan semata-mata iri terhadap moncernya karier Bu Keyla. Hanya saja, jika bukan karena Pak Fathan, saya yakin karir Bu Keyla hanya akan diam ditempat sebagai staff dibawah kepemimpinan saya.”Sialnya Keyla tidak bisa membantah. Ucapan si botak me
Usai mendapatkan panggilan dari pihak dimana kedua putranya bersekolah, Fathan pun meraih dompet serta kunci mobilnya. Pria itu bergegas keluar dari ruangannya, lalu menghampiri meja kerja yang seharusnya terdapat sosok sang istri disana.“Bu Keyla kemana?” tanya Fathan pada sekretarisnya. Perempuan muda yang diangkat untuk sedikit menenangkan kegelisahan karyawan lain itu pun menghentikan pekerjaannya pada papan keyboard.Fani— nama gadis itu, menjawab. “Ibu sedang turun ke bawah, Pak. Kalau tidak salah tadi izinnya mau ghibah sebentar sekalian mencarikan makan siang untuk Bapak.”Fathan meringis. ‘Terang-terangan sekali istrinya ketika meminta izin.’ Padahal bisa loh Keyla tidak menyebutkan alasan pribadinya. Wanita itu cukup mengatakan bahwa dirinya turun untuk membeli makan siang.Pantas jika musuhnya ada diberbagai lapisan karyawan. Anaknya saja tidak bisa bermain cantik. Setidaknya, selain menguasai teknik bermuka dua, dia juga harus pandai merangkai kata.“Mau saya panggilkan,
Keyla membeku. Seumur hidup ia belum pernah membiarkan bibirnya ternoda— ternoda oleh pertemuan dua bibir antara pria dan wanita jelasnya.Sejak ia bertumbuh dari seorang bayi menjadi anak remaja, ia mungkin pernah mengecap indahnya momen berpacaran. Namun keindahan itu tak menyertakan kegiatan fisik ke dalamnya.Sebagai gadis bar-bar, alih-alih mengarungi romansa dengan kecup-mengecup, Keyla lebih suka diajak membuat keributan. Gaya berpacarannya dulu memang tergolong tak biasa. Status pacarannya hanya bentuk pelengkap untuk memperkuat kedudukannya sebagai penguasa sekolah.Jadi, dibandingkan berpacaran normal seperti bergandengan tangan, berpelukan dan kecup-kecup manja, ia dan kekasihnya justru lebih suka menyambangi kelas lain untuk membuat sebuah perhitungan.Agenda harian mereka adalah melumpuhkan anak-anak kurang ajar yang sukanya membully murid lema, lalu menikmati pengakuan bahwa merekalah rajanya siswa di sekolah.Untuk itulah, ia jadi enggan membangun sebuah hubungan saat us
“Gimana ini, Pah? Fathannya menghindar. Sesil nggak bisa hubungin dia.”Papa Sesilia mengacak rambutnya. Ia ikut frustasi. Dengan tingkah Fathan yang seperti ini, kemungkinan besar tali kekang sang putri atas diri pria itu sudah sepenuhnya terlepas.Sebelumnya, Fathan bahkan tak bisa hidup tanpa eksistensi putrinya. Pria itu akan berusaha menemui Sesilia, mengorbankan waktunya yang terbatas untuk sekedar melihat wajah istrinya.Pria yang seperti itu kini telah berubah dan penyebabnya, “semua salah kamu, Sil! Kalau aja kamu nggak berulah dan jadi istri yang baik, menantu kesayangan Papa nggak akan ninggalin kita.” Perilaku putrinya yang selalu mengabaikan keluarganya.“Kok Papa nyalahin aku? Fathan yang nalak aku, Pah.” Nyalak Sesilia, tak terima sang papa menyalahkan dirinya.“Terus karena siapa Fathan nalak kamu, Hah? Sadar. Kalau bukan karena perselingkuhan kamu, Fathan nggak akan sampai nalak kamu.”“Fathan nggak tau! Sampe detik ini dia nggak pernah bahas tentang perselingkuhan aku
Kala kedua kelopak mata Keyla terbuka, gadis muda itu mengerjap beberapa kali.Rasa kantuk dan lelah yang bersarang didalam dirinya, mengaburkan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul.Detik demi detik pun terlewati dengan Keyla yang masih bertahan dalam posisi berbaringnya.“Kok kayak ada yang beda?” gumamnya, mulai menyadari adanya perbedaan pada langit-langit kamarnya.Sejenak Keyla menutup kembali kelopak matanya. Sepertinya ia terjaga ke dalam mimpi yang lain. Mana mungkin ia tidur di rumah milik tetangganya. Ayahnya pasti akan membombardir dirinya dengan teror panggilan maut.Namun, dalam beberapa detik berikutnya, Keyla membangkitkan diri dengan kekuatan penuh.“Anjrot! Kok gue ada disini? Bukannya gue tidur di mobilnya Mas Fathan ya?” monolognya, setelah meneriakkan umpatan.Ia ingat sekali jika dirinya tengah melakukan perjalanan singkat untuk menghindari calon mantan istri suaminya. Rencananya mereka akan bertolak ke Bandung. Dari ingatan terakhirnya itu, Fathan meminta d
“Mas, kamu kayaknya harus ganti mobil deh.”“Kenapa? Kamu nggak suka sama mobil ini? Mau Mas beliin yang lain buat kamu?” lontar Fathan dengan santainya ditengah aktivitasnya dalam membelah jalanan Ibu Kota.Keyla mengeram rendah. Rasanya ia ingin menghantamkan kepalan tangan ke arah mulut Fathan. Terus-menerus dijadikan ATM berjalan istrinya tampaknya membuat otak Fathan konslet.‘Fu*ck! Dia nganggep gue cewek macem apa sih?’ batin Keyla, kesal. Ia tak suka disamaratakan dengan Sesilia. Ia bukan wanita matrealistis yang dalam setiap ucapannya mengandung kode-kode pengharapan.“Mas kelamaan diperdaya makanya gobloknya natural.” Cerca Keyla lalu, “buat buat aku! Buat anak-anak!” sentaknya, menyembur Fathan.Anak-anak memerlukan tunggangan yang nyaman, contohnya seperti Al to the Phard. Mobil itu memiliki ruang yang cukup luas. Meski nantinya akan digunakan untuk mobilitas di dalam kota. Setidaknya, disaat-saat tertentu seperti ini, anak-anak akan memiliki kendaraan yang dapat membuat m
“Udah semua? Nggak ada yang ketinggalan kan?” “Samlekom!” Pekik Keyla sembari memperagakan adegan silat. “Emang selain batang idung, kita bawa apa lagi ke Bandungnya?”Mereka saja tidak membawa apa pun selain nyawa dan anggota badan yang alhamdulillahnya masih lengkap menempel ditubuh. ‘Kok kadang-kadang pertanyaannya!’ gemas Keyla, membatin.“Ya maksud Mas tuh printilan yang kamu sama anak-anak bawa waktu keluar rumah tadi pagi, Key. Antisipasi. Daripada udah jauh, terus minta balik karena ketinggalan.”“Nggak ada!” nge-gas Keyla, kesal. Tertinggal juga tidak apa-apa. Memang apa pentingnya printilan sekolah si bocil? Mereka juga tidak akan bersekolah. Kalau itu menyangkut barang bawaannya, asalkan bukan ponsel yang tertinggal, dunianya akan tetap baik-baik saja.Gadis berbuntut dua anak tiri itu lalu meminta Dion dan Nakula agar segera naik ke dalam kabin mobil. Pembicaraan mereka pasti akan berujung dengan pertikaian jika tidak diputus secara sepihak.“Kita beneran mampir ke superma
Baiklah! Anggap saja Fathan pecundang. Tidak apa-apa. Demi kedua putra yang tengah coba ia lindungi kesehatan mentalnya, ia akan menerima julukan itu dengan seluruh kelapangan hatinya.Eksistensi Sesilia yang dulunya begitu mereka idam-idamkan, nyatanya sekarang berubah menjadi momok yang keberadaannya ingin sekali mereka hindari.Beruntung niat tersebut tidak terkendala oleh izin cuti yang Fathan ajukan kepada sang paman. Pria itu meloloskan pengajuan cutinya dengan syarat, ia dan Keyla dapat dihubungi sewaktu-waktu dengan bekerja secara mobile.“Kita beneran nggak pulang ke rumah dulu? Aku belom ngabarin orang rumah loh.”Ayahnya pasti akan khawatir jika dirinya tak pulang tanpa kabar. Meski sudah menikah, tapi kan pernikahannya tidak seperti pernikahan pada umumnya. Ia masih tinggal bersama orang tuanya layaknya gadis single lainnya.Selama ini dirinya juga tidak pernah pergi menginap. Meskipun lembur, ia akan tetap pulang dengan ayah atau bundanya yang menunggu kepulangannya. Maka
Kehadiran Sesilia dapat dipukul mundur setelah Fathan mengancam akan mengundang media untuk terlibat ke dalam kekacauan yang dibuat oleh wanita itu. Sebelum kepergiannya, Sesilia berkata jika dirinya akan menunggu kepulangan Fathan di rumah mereka. Kala mendengarnya, Fathan tergelak tanpa ekspresi di wajahnya. Ia tak mengira bahwa mantan istrinya masih mengingat kediaman itu sebagai rumah mereka.Lucu sekali bukan? Ia bahkan tidak lagi menganggap bangunan itu sebagai rumah yang hangat untuk ditinggali bersama kedua putranya.Baginya, rumah itu kini seperti bangunan usang yang ingin sekali ia robohkan demi untuk melupakan kenangan pahit di dalamnya.“Aku dibelakang ya sama anak-anak.” Ucap Keyla setelah membantu Dion dan Nakula untuk naik ke dalam kabin. Fathan tak memprotes. Ia tahu benar jika kedua putranya membutuhkan Keyla disisi mereka. Gurat keterkejutan masih tampak jelas di wajah keduanya. Melihatnya, amarah yang semula berhasil ia redam pun, kembali muncul memenuhi relung h
“Anak-anak aman, Bu. Untungnya si kakak pintar. Saat Mommy-nya hendak memaksa mereka untuk ikut, Dion dengan berani berteriak, meminta bantuan. Jadi pihak keamanan di gate depan langsung sigap mengevakuasi mereka.”“Duh! Kayak mereka korban bencana aja sih.”Ya-iya sih memang. Ibu kandung mereka tak ubahnya bencana. Dia dengan tidak tahu malunya menggunakan anak-anaknya untuk kepentingan pribadinya. Padahal aksi noraknya itu bisa membuat Dion dan Nakula trauma.Entah berada dimana otak wanita yang katanya artis papan atas itu— Keyla benar-benar tak habis pikir setiap kali memikirkan kelakuan mantan madunya. ‘Mbok ya main smooth gitu loh! Mereka diajakin baek-baek juga Bapaknya ntar ngintil!’Menikah bertahun-tahun rupanya tak menjanjikan seseorang dapat memahami karakteristik pasangannya. Contohnya saja Sesilia. Perempuan itu malah melakukan tindakan yang justru membuat Fathan semakin meradang.Ia yang tak kenal dekat saja bisa mengetahui jika anak-anak merupakan dunia daddynya. Jadi b
Keyla membeku. Seumur hidup ia belum pernah membiarkan bibirnya ternoda— ternoda oleh pertemuan dua bibir antara pria dan wanita jelasnya.Sejak ia bertumbuh dari seorang bayi menjadi anak remaja, ia mungkin pernah mengecap indahnya momen berpacaran. Namun keindahan itu tak menyertakan kegiatan fisik ke dalamnya.Sebagai gadis bar-bar, alih-alih mengarungi romansa dengan kecup-mengecup, Keyla lebih suka diajak membuat keributan. Gaya berpacarannya dulu memang tergolong tak biasa. Status pacarannya hanya bentuk pelengkap untuk memperkuat kedudukannya sebagai penguasa sekolah.Jadi, dibandingkan berpacaran normal seperti bergandengan tangan, berpelukan dan kecup-kecup manja, ia dan kekasihnya justru lebih suka menyambangi kelas lain untuk membuat sebuah perhitungan.Agenda harian mereka adalah melumpuhkan anak-anak kurang ajar yang sukanya membully murid lema, lalu menikmati pengakuan bahwa merekalah rajanya siswa di sekolah.Untuk itulah, ia jadi enggan membangun sebuah hubungan saat us
Usai mendapatkan panggilan dari pihak dimana kedua putranya bersekolah, Fathan pun meraih dompet serta kunci mobilnya. Pria itu bergegas keluar dari ruangannya, lalu menghampiri meja kerja yang seharusnya terdapat sosok sang istri disana.“Bu Keyla kemana?” tanya Fathan pada sekretarisnya. Perempuan muda yang diangkat untuk sedikit menenangkan kegelisahan karyawan lain itu pun menghentikan pekerjaannya pada papan keyboard.Fani— nama gadis itu, menjawab. “Ibu sedang turun ke bawah, Pak. Kalau tidak salah tadi izinnya mau ghibah sebentar sekalian mencarikan makan siang untuk Bapak.”Fathan meringis. ‘Terang-terangan sekali istrinya ketika meminta izin.’ Padahal bisa loh Keyla tidak menyebutkan alasan pribadinya. Wanita itu cukup mengatakan bahwa dirinya turun untuk membeli makan siang.Pantas jika musuhnya ada diberbagai lapisan karyawan. Anaknya saja tidak bisa bermain cantik. Setidaknya, selain menguasai teknik bermuka dua, dia juga harus pandai merangkai kata.“Mau saya panggilkan,