Sejak dipersiapkan sebagai seorang direktur, Raden sudah terbiasa untuk selalu berpikir kemungkinan-kemungkinan yang terjadi ke depan atau penyebab sesuatu terjadi. Tentu dia tidak berpikir hanya dengan perasaan, melainkan akal sehat dan fakta.
Untuk kasus penyuapan pada seorang 'perwakilan' anak perusahaannya, Raden pun tidak asal saat menebak siapa pelakunya. Maka hingga detik ini, saat dia telah tiba di restoran yang menjadi tempat acara, belum dia tentukan siapa pelakunya.
Namun, yang pasti itu semua berhubungan dengan Cathleen.
Mengingat bagaimana si perwakilan itu menggunakan Cathleen sebagai paksaan dirinya untuk datang, wanita tersebut menjadi tersangka pertama walaupun tidak bisa dipastikan. Terlebih saat ini wanita itu juga datang ke acara. "Aku harus memastikan sendiri." Tekadnya cukup kuat sampai mendatangi Cathleen dan mengajak berbicara secara personal--hanya berduaan saja.
Di luar ruangan, sengaja Raden bawa Cathleen ke tempat yang tida
Keesokannyahackeryang dicarikan Laila sudah menemui Raden di pagi hari dan segera melakukan yang pria tersebut minta. "Berapa jam yang Anda butuhkan untuk bekerja?" "Karena kita sama sekali tidak tahu apa pun mengenai ponsel tersebut, setidaknya dalam tiga jam saya baru mendapatkan hasilnya," jawabhackertersebut dengan mantap. Raden mengangguk dengan puas. Sebenarnya melihat bagaimana penampilanhackeritu cukup rapi, tidak sekedar jaket dengan celana sederhana atau hanya memakai sandal sebagai alas kaki, Raden nyaris termakan stereotip televisi. "Baiklah. Saya akan tunggu sampai jam satu siang. Tidak masalah, kan?" "Sama sekali tidak masalah." Agar memudahkan komunikasi, Raden sudah mempersiapkan satu ruangan khusus di samping ruangan yang tak terpakai untuk orang tersebut bekerja. Semua hal yang orang itu akan butuhkan segera disiapkan dengan cepat. Agar tak ada yang tahu aktivitas ini, Raden seng
Sejak terakhir kali perkelahian di dalam ruang kerja Raden, Laila melihat bagaimana sang Bos tampak sangat kalut. Walaupun berusaha untuk bersikap profesional semaksimal mungkin, sangat terlihat jelas bahwa Raden tidak sefokus sebelumnya. Seringkali Laila melihat Raden melamun ketika mendekati jam pulang kantor. Selain itu, sepertinya Raden tidak melakukan apa pun lagi yang berkaitan dengan Cathleen. "Pak, ini adalah laporan terakhir untuk hari ini," ujar Laila sambil menyerahkan satu folder di atas meja atasannya. Dengan tangan yang memijat kening, Raden bergumam dan mengambil laporan tersebut. Setelah melihat isi, Raden pun mengakhiri pekerjaan hari ini. "Kamu boleh pulang. Terima kasih untuk kerja kerasnya hari ini." Laila mengangguk. Meski Raden berkata seperti itu, biasanya dia tidak akan pergi sebelum Raden pergi. Saat ini pun dia akan seperti begitu, tapi rupanya Raden memang sedang tak ingin ditemani. "Kamu pulang saja. Saya ingin melanjutkan
“Maafkan aku. Pasti berita mengenai hubungan kita juga sangat membebanimu, ya? Maaf, aku tidak peka," pinta maaf Cathleen. Melihat bagaimana Raden membicarakan begitu banyak masalah tanpa ujung, dia mulai perbuatannya cukup berlebihan. Dia kira Raden akan memberikan tatapan sinis. Terlebih semakin ia mabuk, sorot matanya semakin tajam. Namun apa yang terjadi ternyata berbeda dari ekspetasi. Dengan lembut, lelaki itu berbicara, “Tidak masalah. Justru aku sangat menghargai kehadiranmu hari ini. Padahal aku meminta secara mendadak dan sempat memarahimu, tapi kamu tetap menerima ajakanku.” Suara ketulusan itu tidak dibuat-buat sama sekali, Cathleen bisa rasakan itu. Dengan sabar, dia menunggu Raden menyelesaikan kalimatnya. “Sejak kecil, aku sudah tidak punya siapapun." Oh, Cathleen tahu cerita ini. Perjalanan Raden sebagai direktur utama memang tidak mudah karena dia sudah ditinggal pergi oleh keluarganya di umur yang sangat muda. Beruntung ada teman akrab
"Dapatkan rekaman suara atau video yang menyatakan mereka berdua sedang saling berbicara. Semua pembicaraannya harus jelas. Termasuk siapa nama pelaku sebenarnya—seandainya kamu benar-benar tidak berselingkuh." Semalaman Raden tak pulang sama sekali. Di dalam ruang kerjanya, dia terus memikirkan cara bagaimana agar bisa memberikan bukti kepada Anna. Dengan harapan bisa mendapatkan sedikit bukti audio, Raden menghabiskan satu jam untuk mengecek fail yang dimiliki ponsel Cathleen. Namun, hasilnya nihil. "Bagaimana ini ... Hacker saja pasti tidak bisa membantu banyak." Dilihat dari sikap Anna tadi siang, pasti dia menjadi selektif terhadap barang bukti. Kemungkinan dia akan lebih percaya pada rekaman terbaru. Akan lebih baik lagi jika bukti itu berupa rekaman telepon Cathleen dengan 'orang' tersebut. Sekali lagi matanya melirik ke arah isi ponsel Cathleen. Dari seratus lebih kontak yang tersimpan, hanya satu kontak yang tidak punya nama. Tante. "Sepertin
Jam tiga malam, saat Anna terbangun sendiri, ponselnya menyala dan menunjukkan notifikasi yang baru masuk. Ternyata dari Raden. Pria tersebut tak memberi kalimat pembuka atau penutup apa pun selain sebuah audio yang lamanya sepuluh menit lebih. Karena penasaran, Anna mencoba mendengar isinya. "Kenapa kamu menelepon Tante semalam ini, Cathleen?" "Tante Masya, kurasa aku tidak melanjutkan hubunganku dengan Raden. Aku ... menyerah mendapatkannya." "Huh? Apa maksudmu, Cathleen?" "Aku tidak akan mendekatinya lagi." Sepanjang mendengarkan audio, mata Anna terbuka lebar. Mulutnya bertingkah hal yang sama namun ditutupi oleh tangan kiri. Suara ini jelas milik Masya dan Cathleen. Di akhir telepon, ada suara Raden yang ikut mencampuri percakapan. Didengar dari nada suara saja Anna sudah membayangkan bahwa Masya sangat terkejut saat tahu Raden mendengar semuanya. Entah sekarang dia harus terkejut dan mera
Untuk kali pertama dalam hidup Anna, pagi bisa semenghangatkan ini. Tubuh rampingnya bergeliat sembari meringkuk, berusaha mencari posisi nyaman sebelum kesadarannya perlahan kembali. "Sekarang sudah jam setengah sebelas, sayang. Kamu masih mau tidur?" Huh? Sayang? Oh, tunggu sebentar, suara orang lain? Buru-buru Anna terbangun dari pulau mimpi dan melihat siapa orang yang baru saja berbicara. Benar, dia baru ingat bahwa subuh tadi sudah meminta agar Raden memeluknya ketika tidur. Pantas saja tidurnya jadi nyenyak. Tapi, tunggu. Barusan Raden memanggilnya apa? "Huh? Kamu bicara apa?" "Sekarang sudah jam setengah sebelas. Kamu masih mau tidur?" ulang Raden, sengaja menghilangkan satu kata. Dia mencoba menahan senyum ketika Anna menggaruk tengkuk dan memiringkan kepala. Pasti perempuan itu merasa ada yang kurang dengan perkataannya, tapi memutuskan untuk tak lanjut bertanya. "Hari ini--" Muka Anna seperti terkejut lagi, lalu cepat-cepat
Beruntung Anna tak melanjutkan pertanyaan mengenai sumber bukti sehingga mereka bisa tiba di kantor dengan tenang. Agar tak ada lagi kesalahpahaman atau candaan tak penting, Raden memutuskan untuk memberitahu status Anna ke para pegawai dan juga publik. Kini, di depan banyak pegawai, Raden membuka suara dengan lantang dan jelas, "Di samping saya, ada seseorang yang sudah menemani saya selama tiga tahun. Dalam pemberkatan, kami berdua sama-sama mengikat janji suci. Perkenalkan, wanita ini adalah Anna Jareina Setiawan, istri saya. Saya harap kalian mengingat ini semua." Ada sebagian pegawai yang merasa senang ketika tahu sang direktur ternyata diam-diam sudah memiliki istri, ada juga yang tak bisa menyembunyikan keterkejutan mereka. Namun, dari semua orang itu, Anna paling mengingat wajah kedua resepsionis yang sering menyambutnya. Kedua petugas resepsionis itu berbisik-bisik senang, mungkin bangga karena telah memperlakukan Anna dengan baik meski tak tahu siap
"Tidak apa-apa. Sekarang yang penting kamu ada di sisiku. Sebentar lagi aku akan berusaha sekeras mungkin untuk membalikkan semua ke keadaan semula.” -Raden. ----- Dengan harap-harap cemas Anna melihat pemandangan di luar kaca mobil. Sekarang dia akan pergi menuju rumah Raden. Di belakang mobilnya, ada truk khusus untuk mengangkat semua barang yang akan dipindahkan. Sesekali dia masih terhanyut dalam reaksi netizen yang semakin lama semakin memojokkan Raden. Walaupun lelaki itu tetap menelepon seakan-akan tak ada yang terjadi, Anna tetap merasa sesak. Wanita itu mengerti bagaimana rasanya disalahkan untuk sesuatu yang tak ia perbuat. Bagaimana perasaan menggerahkan saat ia tak diberi kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Terlebih ketika kesalahpahaman itu berimbas ke bagian lain. "Kenapa dia tetap bertindak seolah semua adalah hal sepele?" gumamnya, sedikit merasa sebal. Atau memang hanya Anna saja yang lebay? Tidak terasa, m
Setelah yang terjadi selama beberapa bulan, waktu terus berjalan. Perlahan namun pasti, semua orang telah beradaptasi pada lingkungan baru dan bisa beraktivitas seperti biasanya. Salah satunya adalah tokoh utama kisah ini, Raden dan Anna. Sebagai CFO, Raden terus membuat pencapaian baru dan bersama-sama keluarganya di Kusumagroup, perusahaan terus berkembang besar. Sedangkan di rumah, ada Anna yang mencari kegiatan lain untuk mengisi waktunya. Karena itu, akhir-akhir ini dia lebih sering menghabiskan waktu di dapur, gym untuk berolahraga, dan tempat manapun yang nyaman untuk menulis. Sekaligus untuk mendapatkan penghasilan sendiri, Anna membuka usaha katering bersama saudara-saudara perempuannya. Tidak sulit untuk mencari kostumer baru berkat koneksi yang dimiliki Elisa dan Ariel. Selain itu, perihal Masya sesudah Malik mendekam di penjara, dia tinggal sendiri di sebuah satu unit apartemen atas nama Anna di luar kota. Untuk menghindari keributan
Tibalah Elisa, Ariel, dan Erik yang berlebam-lebam di depan rumah Anna. Setelah menunggu konfirmasi, para satpam membukakan pagar untuk mobil mereka masuk ke dalam. Para pembantu yang menyapa mereka terkejut saat melihat Erik keluar. Kenapa ada anak laki-laki yang sedang terluka di antara mereka? Ketika Anna turun dari kamar untuk menyapa sang saudara, dia sama terkejutnya ketika melihat Erik. Cepat-cepat dia mendekati si bungsu dan menyuruh seseorang menelepon dokter. Untuk kali pertamanya dia melihat Erik ada di kondisi selusuh ini. "Apa apa ini? Kok kamu bisa terluka seperti ini?" "Dia bertengkar sama beberapa anak kelas sebelas." "Astaga, pantas saja memar seperti ini." Anna masih fokus pada luka-luka Erik dan mengomel tak seharusnya Erik mengalami luka separah ini. Tetapi dia lebih kaget saat mendengar Elisa berkata, "Lukanya tidak seberapa. Malah Erik sudah membuat tiga murid kelas sebelas dirawat di rumah sakit." "Serius?" Erik yang sel
Seusai memberitahu apa yang pernah terjadi di masa lalu, Masya berhasil dibawa pulang oleh Ariel dan Erik. Mereka berjanji akan mengawasi sang Ibu lebi ketat sehingga Anna tidak perlu takut kejadian tadi akan terulang. Sampai mobil adik-adiknya tak terlihat, Anna masih melamun. Raden berusaha mengajak Anna masuk dengan sangat hati-hati. "Ayo kita kembali masuk." Baru saja mereka melangkah dua kali, badan Anna sudah terhuyung dan nyaris jatuh jika Raden tidak sergap dalam menahan tubuh sang istri. Kemudian setetes air mata berhasil lolos dari mata wanita itu. Tidak mungkin bisa berjalan dengan kedua kaki ketika pikiran sedang di antah berantah, Raden memutuskan untuk menggendong Anna alabridal style. Para pembantu yang melihat kondisi Anna bisa berubah drastis jadi kebingungan sendiri. Apa yang telah terjadi? Raden hanya menyuruh mereka untuk mengantarkan minuman untuk jaga-jaga jika Anna sudah tidak sesyok ini. "Saya tunggu di kamar," kat
"Dasar anak haram tidak tahu diri!" seru Masya keras. Nafasnya sampai terengah-engah saking semangatnya untuk mengutuk Anna. Sedangkan Anna semakin tertegun. Anak haram? Apakah itu hanya umpatan asal atau ... memang seperti itu? Seandainya Masya tidak melanjutkan ucapannya, sudah pasti Anna hanya mengganggap sebagai angin lalu. "Tentu saja kamu tidak tahu kalau sebenarnya kamu ini anak di luar nikah, kan? Ibumu mengkhianati cinta suamiku saat itu dengan melakukan persetubuhan bersama Ayahmu dan berakhir memiliki dirimu. Seandainya kamu tak pernah ada, maka mungkin Malik tidak akan pernah tahu kalau Ibumu telah mengkhianatinya.” Kembali teringat ulang masa lalu, tanpa sengaja Masya kembali mengumpat yang bukan ditujukan pada Anna. "Dasar wanita jalang." Anna terkejut berat. Ibu kandungnya mengkhianati cinta Malik? Apakah dalam kata lain, Ibunya pernah melakukan perselingkuhan? “Bukankah wajar jika Malik sakit hati setiap kali melihat wajahmu?" Ma
Di pinggir teras ada seorang wanita yang berdiri dan memandangi langit biru. Mata cokelat gelapnya tak mampu beralih dari keindahan langit padahal masih ada hal yang harus dia lakukan. "Hari ini langitnya cantik." Ia pejamkan mata untuk beberapa detik, berusaha menfokuskan telinga untuk mendengarkan suara angin yang menerpa wajahnya serta kesejukan udara hari ini. Barulah ketika dia puas, dia turun ke dapur untuk membuat kopi instan dengan cepat. "Bu Anna mau makan apa?" tanya pembantu yang bertugas mengurus makanan di rumah itu. Anna hanya menjawab seadanya saja, "Terserah kamu. Yang penting bisa dimakan. Raden juga tidak akan pilih-pilih makanan." Kopi instan sudah siap jadi dan segera Anna bawa ke meja dekat sofa. Sekarang di pagi hari ini dia ingin bersantai dengan menonton sesuatu di televisi. Perasaannya berkata, ada sesuatu yang bagus jika dia membuka televisi. Remot hitam diambil dan salah satu tombol ditekan oleh ibu jari Anna. Layar hitam it
Noah sudah menerima kabar bahwa saat ini Malik sedang berurusan dengan polisi akibat kebocoran informasi yang menyebabkan seseorang bisa melapor. Sedikit dia merasa khawatir, tapi tidak benar-benar khawatir. Mungkin kekhawatirannya hanya sekitar sepuluh persen sebagai bentuk simpati. Selain dari itu, bukan urusannya sebab dia tidak pernah berurusan dengan harta benda Setiawan. Toh, meski sudah dua puluh tahun lewat dia dirawat suami istri tersebut, tetap Noah pernah menjadi seorang korban dari kejahatan mereka. Di sela-sela istirahatnya, sang sekretaris mengetuk pintu dan masuk untuk melaporkan bahwa Raden menyampaikan permintaannya untuk makan malam bersama Noah. Tentu saja alasan di baliknya tidak dijelaskan. "Jika Bapak mengiyakan, Bapak bisa menghubungi Pak Raden," beritahunya sebelum keluar lagi dari ruangan. Noah dibuat menerka-nerka dan lebih berhati-hati untuk mengambil langkah selanjutnya. "Apakah dia mengajakku bertemu untuk menyombongkan diri? Kare
"Kak, maafkan aku." Belum apa-apa, tiba-tiba Anna menerima telepon Ariel yang kemudian diisi dengan isakan tangis. Kebingungan, Anna berusaha bertanya selembut mungkin. "Ada apa, Ariel? Kenapa kamu nangis?" Sang adik terus mengatakan hal yang sama. "Maafkan aku." "Oke, oke. Aku akan memaafkan kamu asal kamu kasih tahu dulu, apa yang membuatmu menangis seperti ini?" Jelas pasti ada hal buruk yang menimpa adik keduanya. "Ayah dan Ibu ... Mereka tahu perbuatanku yang menipu para pekerja rumah. Terus mereka bertanya kenapa aku melakukan itu. Ayah sangat menyeramkan. Jadi ... mau tidak mau aku menyebutkan nama Kakak. Maafkan aku." Menipu pekerja rumah? Apakah ini berkaitan dengan hari di mana Raden berusaha memasuki ruang kerja pribadi Malik saat berada di tubuhnya? Kalau memang benar yang dimaksud adalah hari itu, artinya mereka sudah mendapatkan surat panggilan polisi dan sedang mencari tahu apa yang sudah mereka lewatkan. "Kurasa sehabis i
Siapa orang brengsek yang sudah menerobos masuk ruang kerja pribadi miliknya? Malik menghubungi pemimpin dari pengawal yang diam-diam dia sebarkan di sekitar rumah untuk menjaga keamanan. "Apakah ada seseorang yang masuk ke dalam rumah ini ketika tidak ada aku dan Masya?" Mustahil rasanya seseorang berhasil menerobos ruang kerja jika ada Masya. Sang istrinya tidak kalahstrictuntuk melarang siapapun masuk. Reaksi orang yang kali ini ditelepon cukup berbeda dengan orang-orang sebelumnya. Malik sudah berkali-kali mendapat jawaban tidak ada kebocoran apapun, sedangkan pemimpin pengawal kali ini memberitahu, "Saya tidak tahu--" Belum apa-apa Malik sudah mulai dibuat geram. "Tapi, memang ada sesuatu yang terjadi saat Bapak dan Ibu pergi ke luar negeri selama lima hari." "Maksudmu perjalanan bisnis yang terakhir ini?" "Iya. Saat itu, secara tiba-tiba semua pengawal diserang dan untuk beberapa jam kami tidak sadarkan diri. Lalu, s
Air sudah mendidih dan segera dituangkan di teko teh. Selama beberapa menit teh diseduhkan dan kemudian dituang kembali di cangkir keramik. Dengan hati-hati agar tidak tumpah, Masya berjalan menghampiri sang suami dan meletakkan teh di meja samping. Cuaca hari ini cukup bagus. Tidak terlalu panas ataupun hujan, bisa dibilang cukup sejuk bagi ibu kota. Hari ini terlalu damai. "Aku mendengar sesuatu dari Noah," celetuk Malik mendadak sambil menutup koran yang sudah dibaca selama lima belas menit. Setelah koran langganannya kembali terlipat rapi, ia lanjutkan pembicaraan barusan, "Raden hendak melakukan sesuatu padaku. Sudah beberapa minggu ini ada orang-orang di luar pegawai kantornya yang datang ke kantornya. Huh ... Tapi ini aneh. Raden terlihat seperti sengaja membuat kita dan Noah curiga." "Haish, Raden. Kenapa kita harus menikahkan Anna dengan dia, sih? Benar-benar menantu yang merepotkan. Kira-kira apa yang sedang dia rencanakan? Apakah Noah memberi