Bab 28. Mertuaku Mulai Mengacau
******
Bagaimana mungkin aku membelikan mereka mobil baru? Mas Ray! Ini pasti kerjaannya Mas Ray.
“Makasih, ya, Embun, kamu memang menantu yang sangat baik. Udah lama kami pengen memiliki mobil. Baru sekarang terlaksana. Makanya kami sangat takut kalau rumah tangga kalian kenapa-napa. Jangan sampai ada orang yang merusaknya, contohnya pengasuh anakmu tadi malam.”
“Iya, Ma. Dia sudah dipecat, kok. Rika berbeda, dia tidak akan berbuat seperti itu,” ucapku pelan.
“Terserah, tapi kami akan tetap di sini, memantau semuanya!”
“Baik, maaf, saya mau ke kamar dulu, silahkan Mama dan Papa juga istirahat!” ucapku seraya berdiri.
Tiba-tiba kepalaku terasa pusing. Darah menggelegak. Mas Ray berhasil membuatku stress sekarang. Setelah mengantarkan Radit kepada Rika, a
Bab 29. Kutangkap Basah******Dasar keluarga keturunan para biadap.Tetapi, ternyata malah aku duluan sampai di kantor dari pada Mas Ray, ke mana dulu dia singgah, coba? Oh, aku ngerti sekarang. Benar laporan Liza, Mas Ray tiap hari ngantar jemput perempuan itu. Enak, ya dia? Lebih-lebih seorang ratu.Ok, sepertinya ini moment yang sangat tepat untuk mencari info tentang hubungan mereka. Ponsel, yap. Aku harus berterima kasih kepada penemu benda pintar ini. Karena saat ini, aku sangat membutuhkannya untuk mengumpulkan barang bukti.Kuraih benda itu di dalam tas tanganku, mengusap layar, menurunkan volume suara hingga nol, lalu menekan tombol perekam video. Ok, sekarang aku harus berjingkat ke luar dari toilet ini, bersembunyi di balik lemari cabinet, di belakang meja Mas Ray. Ya, posisi yang sangat tepat. Rekaman di mulai.“Lagian, ngapain sih, d
Bab 30. Kupecat Suami Durjanaku*****“Rahasia, dong! Masa aku mau ngasih tahu kamu, enggak mungkin, kan?”“Embuuuun! Apa sebenarnya maumu?”“Mauku? Bagus kalau kau tanya mauku sekarang. Aku mau kau sekarang pulang!”“Apa?” Mas Ray terbelalak.“Pulang! Aku memecatmu!”“Kau! Kau! Siapa kau berani memecatku, Nona? Mikir pakai otak!”“Kau belum kenal siapa aku? Aku Embun. Embun Putri Mentari. Kau tahu siapa Mentari? Pemilik perusahaan ini. Detik ini juga, kau kupecat!”“Kau!”“Ya, tunggu apa lagi? Keluar! Dan tunggu polisi datang menangkapmu, karena sepertinya aku akan meperkarakan dirimu masalah penggelapan uang perusahaan. Uang yang kau belikan mobil untuk Pap
Bab 31. Kupecat Papaku Dengan Elegan****“Maaf, Pa? Bagaimana keputusan Papa? Pulang sekarang, atau tunggu lima hari lagi?” tanyaku menatap Papa, tanpa menghiraukan teriakan Mas Ray.“Embuuun, sebenarnya, ada apa, sih, ini? Apa yang kalian rahasiakan dari Papa? Tadi si Ray yang kau pecat, sekarang, kau malah mau mecat Papa, Nak?” lirih Papa terlihat lemas.“Kami hanya bertengkar kecil tadi di rumah, Pa. Karena merasa belum kelar, dia kejar saya ke sini, sampai di sini marah-marah gak jelas kek gini, malah nuduh saya dan Sandra selingkuh,” Lelaki itu mendahului aku bicara. Mengarang yang tidak benar, apa maksudnya?“Embun, benar begitu, Nak?”Aku menghela napas dalam-dalam. Berpikir keras akan semua kemungkinan yang bakal terjadi. Sepertinya Mas Ray masih menjaga kondisi kesehatan Papa. E
Bab 32. Rahasia Besar Sandra*****“Mobil Papamu? Hemh, terus, apa hubungannya, ya, dengan Pak Robin, maneger Penjualan? Hehehe ….”Mas Ray tercekat. Tatapan dialihkannya ke arah Sandra. Si betina mengkerut dengan wajah pucat.“Ok, jadi, kalau kau tak mau berurusan dengan polisi, atau melibatkan juga papamu, segera kau serahkan mobil, berikut surat-suratnya! Aku gak akan peduli, meski papamu ikut mendekam di dalam penjara, karena terlibat penggelapan uang perusahaan! Keluar sekarang, Mas!”“Awas kau!” Lelaki itu mengancam dnegan menggebrak meja dengan kencang. Lalu melangkah dengan wajah merah padam.“Saya ikut, Pak!” Sandra mengejarnya.“Berhenti! Kau tidak boleh pergi!” teriakku.“Aku gak mau kerja kalau engg
Bab 33. Kutemukan Buku Harian Mama*****“Bu! Di mana rekaman itu? Itu enggak benar, Buk! Maaf, itu hanya karangan saya aja!”“Cukup! Aku enggak butuh kata maaf! Sekarang juga, silahkan kau bawa mantan Kakak iparmu ini, kau tunjukkan semua file-file perusahaan padanya. Serahkan laptop, beserta seluruh kunci-kunci, kode untuk login, dan segalanya tentang perusahaan ini, padanya! Kau paham!”“Tapi, saya dimaafkan, kan, Buk?”“Kau kerjakan perintahku! Sekarang!”Liza menatapku, sepertinya dia masih bingung dengan keputusanku.“Kau kuterima bekerja di kantor ini, Za! Selamat bergabung! Pelajari semua tugasmu dari Sandra! Lapor aja padaku, kalau ada yang dia sembunyikan, mengerti!” ucapku menepuk bahunya.“Makasih, Bu Embun,” lirihnya berkaca-kac
Bab 34. Rahasia Besar Mama*****Mungkinkah karena mama membenci Papa, sehingga dia anggap papa sudah almarhum? Tapi, menjaga perusahaan demi amanat? Maksudnya apa? Papa tak pernah peduli dengan perusahaan, jadi ini papa yang mana?Apakah masih ada papa yang lain? Tidak! Saat aku menikah tiga tahun lalu, Papa yang menikahkan aku, bukan wali hakim. Tapi, kenapa mama menulis seperti ini?Kulanjutkan membaca kalimat berikutnya.[Mas Irvan, aku sudah berusaha. Semoga kau tenang di alam sana! Seperti permintaanmu, jangan pernah mengatakan pada Embun, kalau dia sudah tak berayah. Aku melakukannya, Mas. Aku penuhi permintaanmu, untuk menikah dengan adik sepupumu, meski tak ada cinta sedikitpun di hati ini. Demi kebahagiaan Embun, Aku rela, Mas. Aku rela dinikahi, meski tak dicintai. Semua demi Embun.]Irvan? Adik sepupu? Papaku dengan si Irvan ini sepupuan? Kenapa b
Bab 35. Cinta Lama Darry Belum Kelar******“Maaf, Bu Embun, itupun karena kebetulan saya membaca scedul, makanya saya seret dia ke sini untuk melapor,” ungkapku kesal.“Aku bukan sekretaris lagi di sini! Jadi urus sendiri semuanya! Kapok, kan? Sok-sok an mecat Pak Ray! Biasanya Pak Ray yang membereskan semuanya! Sekarang rasain!” Sandra terlihat sangat puas.“Sandra! Dengar, kuberi kau waktu lima hari ini untuk membimbing Liza, sampai dia menguasai seluruhnya! Kau tak bisa lepas semuanya sekarang! Ingat, kalau kau macam-macam, kupastikan kau akan membusuk di penjara! Tapi, kalau kau menunjukkan etiked baikmu, mungkin aku hanya memecat saja, tak sampai ke tangan yang berwajib! Camkan itu!”Perempuan itu mendengkus, lalu berlalu meninggalkan kami, kembali menuju meja semula.“Maaf,
Bab 36. Ancaman Mama SiskaPOV Embun“Ok, silahkan turun! Aku akan terus memantau perkembangan perusahaanmu! Karena nilai mata kuliahmu, aku ambil dari kemampuanmu mengelola perusahaan ini, paham!” tegas Mas Darry begitu menepikan mobilnya di depan gedung megah, di mana kantorku berada.“Baik, terima kasih atas bantuan Bapak! Berkat Bapak, meeting tadi berjalan dengan lancar,” ucapku menatapnya melalui kaca spion di depannya.“Aku tidak sedang membantumu! Justru aku sedang menilai kemampuanmu mempraktekkan materi kuliahku,” sanggahnya menghindari tatapanku, meski sempat beradu sesaat tadi.“Mereka setuju bekerja sama dengan perusahaan kita. Kita yang akan memasok besi di mega proyek yang sedang mereka jalani. Keuntungan yang akan kita peroleh sangat besar, saya akan memberi bonus buat Bapak, karena telah berjasa menggolk