Beranda / Romansa / Ketika Istriku Minta Talak / Bab 160. Diusir Kakak Ipar

Share

Bab 160. Diusir Kakak Ipar

Penulis: Helminawati Pandia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bab 160.  Diusir Kakak Ipar

“Kamu memang ganjen! Kamu pikir aku gak tahu, suamiku sering lirik-lirikkan sama   kamu! Iya, aku akui kamu memang cantik, Layla! Semua laki-laki di kampung ini tertarik sama kamu. Anak gadis saja kalah dengan kecantikanmu. Tapi,  para lelaki  itu gak akan tergoda kalau kau tidak duluan menggodanya!”

“Aku gak ada menggoda siapapun, Kak!”

“Kini baru kau  sadari, kan? Ternyata memiliki wajah cantik dan tubuh indah sempuna itu tidak selamanya menguntungkan!”  Kak Ambar menoyor kepalaku.

“Apa maksud, Kakak?” sergahku.

“Kau buktinya! Liat, suamimu gak pernah bisa hidup tenang, karena wajah dan tubuh seksimu itu! Bagaimana bisa tenang, setiap detik ada aja laki-laki  di kampung ini yang  jelalatan matanya nengokin parasmu. Eh, tapi enggak salah laki-lakinya, di

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
sugiati anting rohyuni
ceritanya makin ga jelas, tokoh yg baru masuk malah punya porsi yg banyak diceritakan. kecewa
goodnovel comment avatar
Nina Merlina
ceritanya kemana-mana...kok ujug2 ada toko layla....tambah rumit ini cerbung nya....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 161. Ceker Ayam Pemberian Kakak Ipar

    Bab 161. Ceker Ayam Pemberian Kakak Ipar“Irfan! Temani Kak Diyah, ya, Nak!” teriakku mempercepat langkah. Irfan tengah bermain dengan teman sebayanya di halaman samping rumah Kak Ambar.“Eh, iya, wawak juga butuh kamu, sini, ikut sekalian!” Kak Ambar langsung mencekal tangan kecil anak keduaku itu.“Biar dia nemani kakaknya, Kak! Siapa tahu, Diyah butuh apa-apa,” ujarku menghentikan langkah, seperti halnya dia.“Aku perlu tenaganya! Nanti kukasih upah, deh!” sergahnya menarik tangan Irfan sambil berjalan lagi.Aku terpaksa mengalah, mengikuti masuk ke rumahnya melalui pintu dapur.“Bang! Ini Layla! Tapi dia enggak bisa lama-lama! Si Ikbal masih demam!” Kak Ambar memanggil suaminya.“Oh, iya. Kalau begitu cepat tangkap ayam itu, Layla!” p

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 162. Kematian Bang Doni

    Bab 162. Kematian Bang DoniPOV Layla=====Sebegini hinakah aku, hingga abang iparku sendiri tega menerobos masuk ke dalam gubuk tempatku dan anak-anak berteduh ini. Dosa apa yang telah kuperbuat, hingga aku begitu tak berharga di mata mahkluk yang namanya laki-laki.Tidak! Aku bukan perempuan hina. Aku masih punya hati untuk sekedar bertahan. Hinaan ini bukan untuk kunikmati, tak perlu kusesali lalu menangis pasrah. Aku masih bisa bertahan. Aku punya harga diri, meski mereka tetap menganggap aku sampah. Demi suamiku, demi anak-anakku, aku akan berusaha tetap bertahan.“Layla, jangan menolak! Besok Doni bebas dari penjara. Suamimu akan pulang. Itu semua berkat perjuanganku, bukan? Aku yang telah bernegosiasi dengan juragan Sanusi. Suamimu akan kembali, wajar bukan kalau aku minta pamrih, iya, kan?”Napasnya mulai memburu, menerpa kasar kulit wajah dan le

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 163. Ikbal Demam Tinggi

    Bab 163. Ikbal Demam TinggiSudah enam jam kami menunggu. Anak-anak sepertinya mulai bosan. Mungkin mereka juga sudah mulai lapar. Tadi pagi aku hanya mampu memberi mereka sarapan bubur. Beras di kaleng tinggal segenggam, itu kuolah menjadi bubur.Rencanaku, siang ini aku akan meminjam uang pada Kak Siti, kakak kandung suamiku. Bila adiknya sudah keluar dari penjara, aku yakin, dia akan mau meminjami aku uang. Karena Bang Doni esoknya sudah bisa bekerja di kebun milik mereka. Begitu rencanaku.Sebuah sepeda motor berhenti di dekat kami. Seorang pegawai kantor desa. Anak-anak yang berselonjor di tanah karena kelelahan berdiri, kini langsung berdiri. Ikbal masih di dalam gendonganku.“Maaf, Bu Layla. Ibu dan anak-anak sebaiknya pulang saja!” titah lelaki itu.“Kenapa, Pak? Bang Doni sebentar lagi pulang. Anak anak su

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 164. Kado Misterius

    Bab 164. Kado MisteriusPOV Embun==“Terima kasih, Sayang.” Mas Darry mengecup keningku sekali lagi, saat aku mengantarnya sampai depan. Dia harus mulai bertugas lagi hari ini. Lusa adalah jadwal para mahasiswa mengikuti Ujian Akhir Semester, termasuk aku. Sebagai dosen, dia harus menyetorkan tugas akhirnya juga. Sebenarnya dia bisa saja mengirimkannya via e-mail. Tetapi, Mas Darry memilih menyerahkan secara langsung saja.“Hati-hati, Mas!” pesanku sekali lagi.“Hem, kamu juga, hati-hati di rumah! Jaga baik-baik semua milikku ini, ya! Aku titip sebentar!” titahnya seraya membelai seluruh tubuhku dengan tatapannya.“Iya, udah, berangkat sana!” ucapku mendorong tubuhnya menuju mobil.“Ini perintah, lho! Awas kalau ada yang berubah!”&ld

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 165. Tamu Misterius

    Bab 165. Tamu Misterius “Hem, coba bibik ingat-ingat, kado itu lain dari yang lain, bukan? Bibik ingat enggak kira-kira siapa yang membawa kado itu?” tanyaku sambil masih berpikir keras. Bik Las mengernyit. Keningnya sampai berkerut tajam. “Kenapa enggak liat di rekaman CCTV aja, Buk! CCTV yang di depan pagar, dan di ruangan resepsi, kan kliatan siapa yang bawa kado itu!” “Oh, iya. Bik Las memang pinter! Panggil Satpam ke sini!” “Ke kamar ini!” Bik Las Mengernyit lagi. “Ke ruang tengah atau ke teras, Bik Las! Masa di suruh masuk kamar!” “Iiiya, Buk. Maaf!” == “Saya, Buk!” lelaki itu menatapku sesaat lalu langsung menunduk sopan. “Saya minta rekaman CCTV di hari pernikahan saya. Kirim ke ponsel saya segera!” titahku. “Siap,

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 166. Kalung Layla Ada di Tanganku

    Bab 166. Kalung Layla Ada di Tanganku“Saya tidak apa-apa, Dok. Maaf, Suster, saya titip anak saya sebentar, ya! Saya akan menjual kalung ini, lalu menyelesaikan administrasi rumah sakit ini, biar cepat pulang, boleh, ya Suster?” pintanya kepada perawat yang menemaniku VISIT.“Perawat lain mungkin bisa, Bu. Saya bertugas menemani Dr Danu keliling ruang pasien. Nanti saya panggilkan teman saya untuk jaga anak Ibu, ya,” jawab Perawat itu ramah.“Tidak usah, Bu Layla. Saya akan menyelasaikan semua administrasinya. Bu Layla tenang saja. Yang penting Ibu siap-siap, setelah saya kelar tugas, saya jemput Ibu, kita pulang,” tawarku menengahi.“Tidak, saya tidak mau merepotkan Dokter lagi. Maaf, saya tidak bisa,” tegasnya tetap berkeras.“Atau begini, Ibu tak perlu keluar untuk menjualnya, Saya saja yang mmebelinya, bagaima

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 167. Masa Lalu Ridha Mentari

    Bab 167. Masa Lalu Ridha Mentari“Oh, maaf, saya sempat kaget. Saya kira Embun, habis mirip banget. Kenalin, Kak, saya Diva, adiknya Mas Danu,” ucap Diva mencairkan suasana.“Terima kasih sudah menerima anak-anak saya di sini, Mbak Diva. Saya berutang budi pada kalian.”“Enggak, enggak apa-apa, kok. Kita makan siang bareng, ya! Saya udah masakin. Tapi, maaf, saya gak pinter masak. Kalau kurang enak, maklumin, ya.” Diva menggandeng tangan Layla menuju meja makan.Layla terlihat sangat sungkan, tetapi syukurlah dia tak menolak. Berbeda dengan Diyah dan Irfan, mereka bersikap sudah seperti di rumah sendiri.“Kak Layla, lanjut makannya, ya! Saya biar suap si kecil ini.” Diva membawa Ikbal ke teras depan. Jujur aku curiga dengan sikap Diva. Kulihat dia mengeluarkan ponsel dari sakunya

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 168. Pertemuan Embun Dengan Layla

    Bab 168. Pertemuan Embun Dengan LaylaPOV EmbunKumasukkan mobilku ke dalam halaman rumah Dokter Danu. Halaman sempit itu membuatku kesulitan, apalagi sedang banyak tamu sepertinya. Dua orang anak kecil hampir saja tersenggol olehku. Segera saja kuhentikan mobil. Sulit bila dilanjutkan lebih ke dalam. Aku harus minta maaf pada ibu anak-anak itu, karena aku tak sengaja hampir menyenggol kedua bocah itu.Membuka pintu mobil, lalu aku gegas turun. Namun, belum tegak berdiri tubuh ini, netraku menangkap sosokku sendiri. Ya, perempuan yang sedang menggendong bayi itu persis seperti aku. Memang Dian mirip denganku, tapi tidak sepersis ini. Wajah orientalnya persis milikku. Bibir ranumnya, itu bibirku. Mata besarnya, alisnya, keningnya, hidungnya, itu semua milikku.Bedanya hanyalah, wajah itu terlihat kusam, kotor dan tak terawat, juga pakaian yang dikenakannya. Daster l

Bab terbaru

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 206. Tamat

    Bab 206. Tamat Mas Ray berjalan dengan hati-hati. Kubawa memutar dari halaman samping, agar tak usah masuk ke dalam rumah. Waspada harus tetap kujaga. Meski dia bilang sudah bertobat, namun rasa khawatir belum juga bisa sirna sepenuhnya. “Itu suara celoteh mereka?” lirihnya menghentikan langkah, seolah-olah menajamkan pendengaran. “Ya, Raya sudah enam tahun, Radit empat tahun. Mereka sehat dan cerdas. Ayo, kita lihat!” Kulanjutkan langkah. Mas Ray mengikutiku. “Di sini saja!” perintahku menghentikan langkah. “Itu mereka?” gumamnya menatap ke arah kolam renang. Matanya meredup, tetiba mengembun. Beberapa butir air bening luruh di kedua sudut cekungnya. “Ya, itu Raya dan Radit.” “Raya sudah tidak celat lagi sepertinya kalau berbicara?” “Ya, dia sudah bisa berbicara dengan la

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 204. Kunjungan Suami Pertamaku

    Bab 205. Kunjungan Suami PertamakuTiga tahun kemudian“Ada Pak Ray, Buk!” Bik Anik berjalan tergopoh-gopoh mendatangi aku dan anak-anak di halaman samping.Rika sedang sibuk menyuapi Dava, anak bungsuku dengan bubur bayi. Raya dan Radit tengah berenang. Aku harus membantu Rika mengawasi mereka.Aku dan Rika saling tatap, demi mendengar laporan Bik Anik. ‘Pak Ray’. Nama itu sudah sangat asing terdengar di rumah ini. Anak-anak bahkan tak mengenalnya. Tiga tahun sudah sejak kami sah bercerai, selama tiga tahun itu pula dia tak lagi pernah hadir di dalam perbincangan kami. Raya dan Radit sama sekali tak mengenalnya. Meski dia adalah ayah biologis mereka. Bagi anak-anak, Mas Darry adalah satu-satunya sosok ‘Papa’.“Ibuk, gimana?”Aku tersentak. Bik Anik masih terlihat panik.&nbs

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 204. Sambutan Calon Mertua Layla

    Bab 204. Sambutan Calon Mertua LaylaPOV Embun=====“Kakak yakin mau usaha di kampung aja?” tanyaku sekali lagi meyakinkan Kak Layla.“Yakin, Dek. Kakak gak bisa di kota besar ini. Mau kerja apa Kakak di sini, coba? Di kantor, kakak gak punya ilmu apa-apa, gak ada bakat juga. Bekal pendidikan Kakak juga gak memadai. Suntuk Kakak tinggal di kota besar ini.”“Serius Kakak mau buka ternak di bekas rumah kakak itu? Gak kasihan sama ipar kakak?”“Mantan, dia bukan iparku lagi.”“Trus Kakak mau tinggal di mana, dong? Di bekas rumah juragan Sanusi?”“Tidak, rumah itu terlalu menyakitkan bagi Kakak untuk ditinggali. Banyak kesakitan yang akan selalu melintas di benak. Seperti mengenang luka saja.”“Trus?”“Kala

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 203. Akhir Cinta Liza Bermuara Bahagia

    Bab 203. Akhir Cinta Liza Bermuara BahagiaLelaki itu meraih kunci mobilnya dari saku sambil berjalan. Tanpa menoleh lagi, kakinya melangkah menuju teras, langsung ke halaman, di mana mobilnya terparkir. Kaki ini serasa tertancap, begitu berat untuk digerakkan. Mulut ini terasa kaku, lidah pun kelu, tuk mengucap sekedar sepatah kata, untuk mencegahnya pergi.Benak dipenuhi bimbang. Bagaimana sebenarnya perasanku pada dokter itu. Benarkah rasa pada Mas Ray mengalahkan rasaku untuknya? Hey, berfikirlah Liza! Berfikirlah cepat?Bagaimana bisa seorang durjana, seorang narapidana, bahkan kini mengalami gangguan jiwa, bisa menjadi rival bagi seorang pria seperti Dokter Indra? Di mana logikanya? Dokter Indra yang begitu baik, sopan, serius, tak pernah menyakiti hati meski tak sengaja. Tak pernah, sama sekali tidak pernah.Mungkin sikapku te

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 202. Ektrapart Liza (Dillema Berakhir Juga)

    Bab 202. Ektrapart Liza (Dillema Berakhir Juga)====Aku tersentak kaget, saat Deo memberitahu tentang kondisi terakhir Mas Ray. Jujur, hati teramat sakit mendengar berita ini. Bagaimana bisa aku sanggup mendengar kabar tentang deritanya? Tidak, aku tidak sanggup sebenarnya. Pria itu kini dirawat di rumah sakit jiwa.Aku memang perempuan bodoh. Berkali disakiti, dikhianati, bahkan di injak-injak harga diri ini. Namun, rasa di hati tak pernah sungguh-sungguh mati. Rasa itu tetap ada, meski tak bersemi lagi. Rasa itu telah memilih tempat yang dia ingini. Di sini, di relung hati ini.Mas Ray adalah cinta pertama bagiku. Untuk pertama kali aku mengenal yang namanya laki-laki, itu adalah Mas Ray. Awalnya terasa begitu indah, cinta tumbuh subur di hati, berurat dan berakar tanpa penghalang, bahkan kami telah merencanakan pernikahan. Hari lamaran pun ditentuka

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 201. Mas Ray Terpaksa Di Bawa Ke Rumah Sakit Jiwa

    Bab 201. Mas Ray Terpaksa Di Bawa Ke Rumah Sakit Jiwa“Maaf, Raya dan Radit masih sangat kecil, tak bagus bagi mereka berada di lokasi tahanan itu, saya juga gak mau psikologis Raya terganggu, saat melihat papanya di dalalm kurungan. Maaf sekali, saya tidak bisa mengizinkan.” Itu jawaban Kak Embun. Papa dan Mama hanya bisa pasrah.Mas Ray menemui kami dengan dengan diantar oleh seorang petugas lapas. Sama sekali dia tidak mau menatap wajah kami. Berjalan menunduk, lalu duduk di depan kami, masih dalam keadaan menunduk. Tubuh kurusnya membuat hati miris, begitu besar perubahan penampilan abangku ini.“Ray, kamu sehat, Nak?” Mama memulai pembicaraan.Diam membisu. Tak ada jawaban dari mulutnya. Wajah dengan tulang pipi menonjol itu masih menunduk menekuri lantai.“Kamu mikiri apa, Ray. Masa tahananmu hanya beberapa t

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 200. Rencana Lamaran Papa

    Bab 200. Rencana Lamaran Papa “Saya disuruh nanya Bapak dan Emak, kata Bapak, mau datang.” “Papa mau datang ke rumah Bik Las?” Wanita itu mengangguk. Menunduk malu-malu. “Papa mau ngelamar Bik Las?” cecarku lagi. “Maaf, Buk.” “Kok minta maaf? Saya malah bangga. Saya lega benar, akhirnya kalian sepakat juga.” “Makasih, Buk. Jadi, Buk Embun setuju?” “Sangat setuju.” “ Makasih, kalian memang anak-anak yang baik.” “Kalian? Maksudnya?” tanyaku terperangah. “Anu, Buk Embun dan Buk Layla. Kalian anak-anak yang sangat baik,” jawabnya tersipu. “Kak Layla juga setuju?” “Ho-oh, kemarin ditelpon Bapak.” “Apa kata Kak Layla?” “Kata Buk Layla, di

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 199. Embun Hamil?

    Bab 199. Embun Hamil?“Raya, Sayang! Om Dokter mau ngobrol sebentar ya! Raya main sana sama Kak Diyah!” bujukku kemudian.“Ya, Mammma. Oom danan puyang duyu, ya! Nanti tita main tuda-tudaan!” pintanya memohon pada Dokter Danu.“Iya, Sayang. Nanti kita main.” Dokter Danu mengelus kepalanya.“Dadah Om Dokten!”Raya beringsut turun dari pangkuan Dokter Danu, lalu berlari kecil menuju ruang tengah, di mana Diyah dan yang lain sedang berkumpul.“Ada apa ini, tumben datang berdua ke sini, ini udah hampir malam, lho?” tanyaku berbasa basi.“Anu, aku … mau minta maaf, kejadian tadi pagi,” jawab Dian terbata-bata.“Oh, gak perlu minta maaf, apalagi pakai acara datang ke sini segala! Tadi aku memang a

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 198. Asmara Di Dalam Mobil

    Bab 198. Asmara Di Dalam MobilWajah Mas Danu semringah, senyumnya terlihat samar di bawah penerangan lampu mobil yang temaram. Aku bahagia melihat senyum kebahagiannya. Inilah cinta sejati. Kita akan sangat bahagia, saat melihat pasangan kita bahagia.“Kenapa menatapku begitu?”“Oh,” gumamku menunduk. Pasti wajah ini merona, kurasakan ada getaran hangat yang menjalar di kedua pipi.“Sekarang kamu jawab permintaanku tadi! Diva menunggu jawabanmu!” Mas Danu bertanya lagi. Dan aku berdebar lagi. Bahkan kian hebat kini.Momen ini terasa sangat istimewa. Kini aku memahami, mengapa banyak perempuan bilang bahwa saat yang paling mendebarkan itu adalah saat sang kekasih meminta kita menjadi pendampingnya. Bukan hanya sebagai pacar semata. Artinya dia telah benar-benar mantap dengan pili

DMCA.com Protection Status