Share

147 S2: Janda Incaran

Penulis: Setia_AM
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-17 23:58:31
“Memang dia siapa sih?” tanya Gio penasaran.

“Itu, incarannya Arvin.”

“Maksudku siapa namanya?” ulang Gio karena rasa penasarannya telanjur tinggi.

“Entahlah, aku tidak hapal.” Yogi menggeleng.

Arvin lantas menunjukkan foto di layar ponselnya.

“Mereka semua janda incaran kamu?” tanya Gio tak percaya, sementara Yogi terbahak keras.

“Yang benar saja, dia ada di antara mereka.”

“Tapi yang mana sih orangnya?”

Gio menatap para wanita yang ada di layar ponsel Arvin, tapi belum ada satupun wajah yang familiar dengannya.

Syukurlah tidak ada yang aku kenal, kata Gio dalam hati.

“Yang ini,” tunjuk Arvin menggunakan ujung jemarinya.

Gio lantas menatap ke wajah yang ditunjuk Arvin, dia menyipitkan mata dan merasa mengenal wajah itu.

“Tidak salah, Vin?” tanya Yogi heran.

“Apanya yang salah?”

“Kamu yakin dia janda?”

“Ya iyalah, buktinya dia ikut komunitas mereka. Apa lagi statusnya kalau bukan janda? Yang penting bukan istri orang ...”

Alih-alih ikut berkomentar, Gio
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    148 S2: Dua Pengalaman Pahit

    “Itu Ayah Aka!” tunjuk Noah saat taksi yang mereka tumpangi melintas di depan toko Kalila. “Mungkin Om Arka mau belanja,” sahut Kalila, kembali membiasakan Noah supaya mengubah panggilannya terhadap Arka. “Ibu gak ikut?” “Ibu mau temani Noah saja.” Noah tidak bertanya apa-apa lagi, matanya sibuk mengawasi jalanan yang dilalui taksi. Kalila sendiri tidak mau memikirkan keberadaan Arka di toko miliknya, biarlah itu menjadi urusan Sofi saja. Setibanya di rumah, Bik Nuri segera mengambil alih Noah sedangkan Kalila memilih untuk langsung istirahat di kamar pribadinya. Dia memeriksa ponsel dan menemukan banyak pesan dan panggilan tak terjawab yang masuk. “Ini siapa lagi yang sudah menyebar nomorku?” keluh Kalila sambil menggulir layar ponselnya. “Pasti Bu Dinar ...” Kalila meletakkan ponselnya dan memejamkan mata, dia teringat kembali dengan kata-kata orang tuanya tadi. “Tidak dulu deh, pernikahan mungkin bukan jalan bahagiaku.” Kalila bergumam sendiri, masih lekat dalam in

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    149 S2: Kasih Aku Kesempatan

    Kalila menatap tajam Sofi. “Tapi itu semua salah kamu, kamu yang tidak betul-betul melupakan suami aku!” balas Sofi, berharap dengan keyakinannya dia bisa balik menyudutkan Kalila. “Aku, kamu bilang? Pikiran kamu di mana, Sof?” Kalila menatap tajam istri baru Arka. “Kamu tahu kalau aku sudah resmi pisah dari Arka, dan aku tidak pernah lagi menemuinya. Kecuali ...” Dia sengaja menghentikan ucapannya. “Nah kan, kamu mengakuinya sendiri!” Sofi berdecak menang. “Kecuali suami kamu yang diam-diam menemukan keberadaanku,” pungkas Kalila dengan wajah datar, dia tidak bisa membiarkan Sofi memang dengan opininya sendiri. Sementara fakta yang sebenarnya terjadi adalah Kalila tidak pernah sedikit pun menggoda Arka. “Omong kosong!” “Terserah kamu mau percaya atau tidak, silakan tanya sendiri sama suami kamu. Itupun kalau dia mau jujur,” pungkas Kalila. “Tunggu di sini sebentar.” Sofi mengerutkan kening saat Kalila berlalu pergi meninggalkannya. “Nih, bawa pulang dan kasihka

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    150 S2: Pacar Baru Kamu?

    Kalila sedang bersiap masuk ke dalam taksi yang berhenti tepat di depannya, ketika sebuah tangan terulur untuk menghalanginya. “Lila, biar saya saja yang antar!” Kalila menoleh dan melihat sesosok pria berkemeja biru tepat di sampingnya. “Pak ... Arvin?” ucapnya ragu, khawatir salah orang. “Senang sekali rasanya karena kamu mengingat saya.” “Bukan begitu, tapi ...” “Taksinya tidak jadi ya, Pak? Ini uang untuk ganti rugi,” kata Arvin yang mengalihkan tatapannya kepada sopir taksi. “Terima kasih, Pak!” Kalila tidak sempat menahan kepergian sopir taksi itu, karena Arvin begitu cepat menawarkan mobilnya. “Kamu mau ke mana, biar saya yang antar.” “Tidak usah, Pak. Saya naik taksi saja ...” “Taksinya sudah pergi, saya juga yakin kalau kamu buru-buru mau ke tempat tujuan kan?” Untuk sejenak, Kalila merasa bimbang. Dia memang sedang dikejar waktu karena harus pergi ke outlet setelah selesai mengecek pembukuan di toko. “Saya ... saya tidak ingin merepotkan,” tolak Kali

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    151 S2: Menaruh Harapan yang Besar

    “Kamu kasih izin berapa hari?” tanya Gio. “Bebas, selama kamu tidak repot.” “Tumben, apa kamu sudah ada janji dengan seseorang?” Kalila mengangkat sebelah alisnya ke arah Gio. “Janji? Maksud kamu?” “Dulu, kamu terlihat setengah hati setiap kali Noah ikut bersamaku. Tapi sekarang kamu seperti tanpa beban melepas Noah, apa itu karena ... kamu sudah menemukan calon ayah sambung Noah yang baru?” Betapa herannya Gio saat melihat Kalila justru tertawa kecil mendengar ucapannya. “Pikiran kamu terlalu jauh, aku sudah tidak tertarik untuk menikah lagi. Toh semua laki-laki sama saja bagiku.” “Bisa jadi kamu akan berubah pikiran karena sesuatu hal ...” “Entahlah, faktanya tanpa laki-laki aku baik-baik saja. Bahkan bisa membesarkan anak meski tidak terlalu mewah,” ujar Kalila dengan nada tidak peduli. “Aku hanya akan mengingatkan satu hal,” tegas Gio. “Sama seperti saat kamu mengingatkan aku dulu, kamu harus cari ayah sambung yang betul-betul bisa menyayangi Noah seperti anak k

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    152 S2: Adanya Timbal Balik

    “Lila!” Suara seorang pria membuat Kalila menolehkan kepalanya. “Pak Arvin ...” Pria yang akhir-akhir ini sering mengirim buket dan hadiah kepadanya itu tersenyum lebar saat Kalila terpaksa menghentikan langkahnya di halaman outlet. “Apa kabar, Lil?” “Baik, Pak.” “Kenapa kamu tidak memberikan respons sedikit saja? Setidaknya saya ingin kamu semakin semangat bekerja setelah saya mengirimkan hadiah-hadiah itu.” “Terima kasih sebelumnya, Pak. Tapi maaf, Saya memang tidak bisa merespons itu semua, saya ... malah bingung ingin memberi Anda hadiah apa.” Kalila menanggapi dengan sangat sopan, berharap kata-kata yang dia lontarkan tidak membuat lawan bicaranya ini tersinggung. “Kamu ingin memberikan saya hadiah?” Arvin memastikan. “Wah, ini lebih dari ekspektasi saya.” Kalila tercengang, berpikir bahwa dirinya sudah salah perhitungan. “Maksud saya ... untuk mengembalikan apa yang sudah Anda berikan, Pak. Timbal balik, seperti itu.” “Bagaimana kalau kita minum kopi sebenta

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    153 S2: Permintaan Noah

    “Halo, Lil?” “Dinar, maaf kalau aku mengganggu.” Kalila berkata buru-buru. “Apa kamu punya kontak Pak Arvin yang bisa dihubungi?” “Wah, wah, ada angin apa nih tiba-tiba kamu minta nomor kontak Pak Arvin?” tanya Dinar dengan nada bersemangat. “Apakah ada sesuatu yang aku lewatkan?” Kalila sudah menduga jika Dinar akan melontarkan pertanyaan ini sejak sebelum dia memutuskan untuk menghubungi kontaknya. “Tidak, hanya saja aku ingin mengembalikan hadiah yang dikirimkan orang-orang ... Salah satunya Pak Arvin, jadi apakah kamu bisa berikan aku kontaknya?” “Wow, ternyata Pak Arvin gerak cepat juga. Tapi apakah kamu tidak menemukan kartu ucapan atau nomor telepon yang dia tuliskan buat kamu?” “Hanya sebatas kartu ucapan, tapi tidak ada nomor kontak yang bisa aku hubungi.” “Hmmm, baiklah aku akan berikan kontak Arvin.” “Terima kasih, Dinar.” Kalila meletakkan ponselnya dan menarik napas panjang. Dia memang harus bersikap tegas, tidak bisa menunjukkan penolakan dengan tetap me

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    154 S2: Dikira Pasangan Mesum

    Ketika hari mulai malam, demam di tubuh Noah semakin meninggi. “Minum obat dulu, ya?” bujuk Kalila. “Habis ini Noah tidur ...” “Ayah kapan datang, Bu?” Kalila tidak segera menjawab. “Telepon ayah ...” pinta Noah pelan, wajah yang biasanya ceria itu kini terlihat sayu. Sumpah demi apapun, Kalila tidak tega melihat Noah sakit seperti ini. Apa dia betul-betul harus menelepon Gio? Tapi ini kan sudah malam, batin Kalila tidak mengizinkan. “Noah tidur dulu ya, besok baru ibu telepon ayah.” “Gak mau, aku mau ayah sekarang ...” Kalila tidak mendengarkan dan malah berbaring di samping Noah, di dekatnya sang putra dengan erat dan berharap panas itu berpindah ke tubuhnya saja. “Sama ibu dulu, nama Harus istirahat biar cepat sembuh.” “Mau ayah sekarang ... Ayah ...” Kalila terlihat bimbang, dia tentu segan jika harus menghubungi Gio malam-malam begini. Namun, melihat keadaan Noah yang sedang terbaring demam, membuatnya tidak tega untuk tetap menolak keinginannya. “Halo?

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    155 S2: Kalian Kumpul Kebo?

    Noah terbangun dengan kaget dan kebingungan melihat keberadaan banyak orang di depannya. “Sebentar, sebentar ... ada apa ini?” Gio yang baru terbangun dari tidurnya, tampak bingung dengan situasi ruang tamu yang kini penuh orang. “Ada apa, ada apa, ada yang mesum di lingkungan ini!” “Mesum?” “Jangan pura-pura tidak tahu, kamu bukan warga sini kan?” Melihat Noah yang bingung sekaligus ketakutan, Kalila mengisyaratkan kepada Bik Nuri untuk memeluknya. “Saya cuci muka sebentar,” kata Kalila tegas. “Tidak bisa begitu, kamu pasti mau kabur ya?” “Kalian harus mempertanggungjawabkan perbuatan kalian!” Suara-suara ribut terus terdengar di seluruh ruangan. “Paling tidak jangan membuat anak ini takut!” seru Bik Nuri sambil mendekap Noah erat-erat. “Ini hanya salah paham, berikan kesempatan pada majikan saya untuk menjelaskan. Paling tidak biarkan nyonya saya cuci muka dulu!” “Nanti dia kabur ...” “Untuk apa saya kabur? Rugi, saya sudah membayar sewa rumah ini

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25

Bab terbaru

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    162 (TAMAT) S2: Akad Nikahnya Batal?

    “Gio pasti mencariku!” Kalila agak kesulitan turun karena sudah mengenakan kebaya warna maron. “Kamu akan tetap di sini,” tegas Arka, mencekal pergelangan tangan Kalila. “Aku tidak bisa, mana ponselku? Aku harus pesan taksi!” “Aku bawa mobil, tidak usah pesan taksi.” Karena tidak ada pilihan lain, terlebih karena ponsel juga tidak dalam jangkauannya, Kalila terpaksa mengikuti saran Arka. Sebenarnya apa yang terjadi, batin Kalila saat mobil Arka mulai melaju. Dia ingat betul bahwa terakhir kalinya ada di gedung dan bersiap melangsungkan akad nikah dengan Gio, lalu saat berganti pakaian .... Sepertinya ada yang membekapku, sambung Kalila dalam hati. “Kenapa wajahmu tegang begitu?” tanya Arka memecah keheningan. “Tidak apa-apa!” Kalila buru-buru menggeleng. “Kamu ... hadir di acara Gio?” “Aku datang mewakili ayahku, tidak enak juga kalau tidak datang.” Kalila diam, ada setitik rasa curiga terhadap Arka. Namun, dia tidak ingin menampakkan rasa curiganya itu secara teran

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    161 S2: Pernikahan Tidak Bisa Terlaksana

    “Sudah terlambat, percuma saja.” “Kenapa percuma, Mas? Aku akan bujuk Lila kalau itu yang kamu inginkan!” Arka menoleh dan menatap Sofi dengan penuh benci. “Sudah ada laki-laki lain yang akan merujuk Lila, sepupuku sendiri!” Sofi tercenung. “Jadi ... kita sudah terlambat?” Arka mendengus, merasa muak dengan sikap Sofi yang terkesan lemah. “Tapi ... apakah Lila benar-benar tidak bisa dibujuk lagi?” “Bujuk saja kalau kamu bisa,” pungkas Arka datar. Sofi masih berdiri membeku dengan pakaian dinas yang melekat di tubuhnya. Sepertinya ini bukan saat yang tepat, pikir Sofi muram. Suasana hati Arka jelas sedang buruk, sehingga akan sangat egois jika dia tetap meminta keinginannya. “Arka, akhir-akhir ini ayah perhatikan kamu semakin parah saja.” Sandy berkomentar di hadapan Sania dan Sofi saat sarapan pagi. “Pergilah berlibur kalau memang kamu membutuhkannya.” Arka menatap Sandy dengan sorot mata redup. “Ayah tahu apa yang aku inginkan.” “Arka, kamu bukan anak kecil lag

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    160 S2: Arka Tidak Memiliki Hasrat?

    Ayah dan ibu Kalila saling pandang. “Kamu serius?” “Pernikahan ini tidak untuk main-main, kamu sadar?” “Aku sangat serius, dan aku sadar itu.” Gio menatap kedua orang tua Kalila bergantian. “Kamu pernah menduakan putri kami,” ungkit ayah Kalila, seolah hal itu belum lama terjadi. “Sekali lagi aku minta maaf, Yah. Tapi kali ini aku jamin, aku tidak akan mengecewakan Lila. Dia hanya jadi satu-satunya istri jika kami rujuk nanti.” Ayah Kalila menarik napas panjang dan tidak menjawab. “Lila sendiri bagaimana?” tanya ibu ingin tahu. “Kami sudah bertemu dan Lila menyerahkan sepenuhnya kepada Ayah dan Ibu.” “Kalau begitu kami juga harus membicarakannya dengan Lila terlebih dahulu,” pungkas ayah. “Kamu tidak bisa mengambil keputusan sepihak, karena nantinya Lila yang akan menjalani ini semua.” Gio mengangguk, menurutnya pertemuan ini tidaklah terlalu buruk dari yang dia bayangkan. Kalila sedang ikut mengepak pesanan reseller ketika ponselnya berdering nyaring. “Izin seb

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    159 S2: Jangan Mencari Kekuranganku

    Sesaat setelah mobil Gio melaju pergi, mobil Arka justru baru saja menepi di depan outlet Zideka. “Sepertinya Lila serius mau rujuk sama Gio,” gumam Arka nyaris putus asa. “Ya ampun, aku harus bagaimana?” Ingin rasanya Arka membuntuti mereka, tapi dia tidak kuat menyaksikan kebersamaan mantan istrinya. “Sudah kamu pertimbangkan matang-matang?” tanya Gio begitu dia dan Kalila sudah berada di dalam kafe miliknya. “Pertimbangkan apa?” “Rujuk lah!” Kalila mengerutkan keningnya. “Itu serius? Tidak, kan? Aku tahu kamu mengatakannya spontan saja karena terbatasnya waktu untuk berpikir, sekarang jadi seperti ini kan ...” Giliran Gio yang mengerutkan keningnya, dia tidak mengira jika Kalila menganggap apa yang dia katakan di media tempo hari adalah sebuah ketidaksengajaan. “Kita bisa menjadikannya benar-benar serius,” cetus Gio, tapi malah mendapat tatapan tajam dari Kalila. “Demi Noah, tentu saja!” imbuh Gio buru-buru supaya Kalila tidak salah paham. “Anak keci

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    158 S2: Laki-laki itu Sama Saja

    Kalila untuk sementara tidak mau pusing-pusing memikirkan berita yang beredar tentang dirinya dan Gio. Namun, tetap saja dia merasa kebingungan juga saat ibunya menelepon untuk mengonfirmasi kebenaran itu. “Kamu serius mau rujuk sama Gio?” Kalila menarik napas panjang, tidak tahu harus memulai dari mana untuk menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya. “Belum pasti kok, Bu ...” “Kok belum pasti, bagaimana sih? Jangan jadikan pernikahan sebagai permainan, Lil!” “Bukan maksudku begitu, tapi memang semua ini serba mendadak dan belum pasti. Aku tidak menganggap serius ucapan Gio di depan media, mungkin biar meredam kesalahpahaman saja.” “Salah paham seperti apa sampai kalian harus bicara dusta di depan orang-orang?” Kalila lagi-lagi bingung jika harus menjelaskan kejadian yang bermula di rumah kontrakannya. “Ceritanya panjang, Bu. Mungkin Ibu bisa hubungi Gio karena dia pertama kali punya ide bilang rujuk di depan orang-orang,” usul Kalila, mau tak mau harus menumbalkan Gio.

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    157 S2: Kehadiran Gio Merusak Segalanya

    “Jelaskan ini, Dan! Apa maksudnya?” Dengan suara melengking miliknya, Soraya mengintrogasi sang putra begitu mereka bertemu. “Jelaskan soal apa, Bu?” “Itu, berita yang sedang beredar! Kamu bilang kalau kamu akan rujuk dengan mantan istri kedua kamu kan?” Gio menatap Soraya sekilas. “Doakan saja, Bu.” “Maksud kamu apa? Kalian betulan mau rujuk?” “Kalau memang itu takdirku, mau bagaimana lagi?” “Kamu jangan bercanda, Dan! Kalau kamu sudah ada keinginan untuk menikah lagi, kenapa tidak cari orang lain saja?” “Memangnya kenapa, Bu? Lila kan ibu dari anakku juga ...” “Tapi ibu tidak setuju! Apa kamu tidak ingat bagaimana dia berkeras untuk cerai dari kamu, jadi buat apa sekarang kamu rujuk sama dia? Buang-buang waktu, tenaga, dan pastinya uang!” Gio menarik napas. “Entahlah, kita lihat saja nanti. Setidaknya Lila bukanlah orang lain dalam keluarga kita.” Tidak puas dengan jawaban Gio, Soraya mencebikkan bibirnya. Susah payah dia mencarikan calon yang sesuai untuk Gio

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    156 S2: Anda Berdua Akan Rujuk?

    Kalila memijat-mijat kepalanya yang terasa pening, di sebelahnya ada Bik Nuri yang sedang menyeduh secangkir teh lemon untuknya. “Jangan terlalu dipikirkan, Nyonya. Saya saksinya kalau Nyonya dan Tuan tidak berbuat seperti apa yang mereka tuduhkan ...” hibur Bik Nuri seraya menghidangkan teh buatannya. “Tapi kan masalahnya mereka lihat sendiri bagaimana Tuan ada di rumah ini, kami tidur hanya dengan Noah sebagai pembatas ... Saya malu, Bik. Orang-orang di luar sana pasti berpikiran macam-macam tentang kami ...” Bik Nuri mengusap-usap bahu Kalila untuk meredakan kegelisahannya. “Kita memang tidak bisa memaksa orang untuk percaya dengan apa yang kita jelaskan, Nyonya. Mereka cenderung mempercayai apa yang mereka lihat saja,” ujar Bik Nuri. “Mungkin butuh beberapa waktu lagi sampai kejadian ini mereka lupakan ...” Kalila menatap tehnya. Apa mungkin mereka akan lupa kejadian tadi seiring berjalannya waktu? Dia tidak yakin karena beberapa orang dari mereka bahkan secara terang-ter

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    155 S2: Kalian Kumpul Kebo?

    Noah terbangun dengan kaget dan kebingungan melihat keberadaan banyak orang di depannya. “Sebentar, sebentar ... ada apa ini?” Gio yang baru terbangun dari tidurnya, tampak bingung dengan situasi ruang tamu yang kini penuh orang. “Ada apa, ada apa, ada yang mesum di lingkungan ini!” “Mesum?” “Jangan pura-pura tidak tahu, kamu bukan warga sini kan?” Melihat Noah yang bingung sekaligus ketakutan, Kalila mengisyaratkan kepada Bik Nuri untuk memeluknya. “Saya cuci muka sebentar,” kata Kalila tegas. “Tidak bisa begitu, kamu pasti mau kabur ya?” “Kalian harus mempertanggungjawabkan perbuatan kalian!” Suara-suara ribut terus terdengar di seluruh ruangan. “Paling tidak jangan membuat anak ini takut!” seru Bik Nuri sambil mendekap Noah erat-erat. “Ini hanya salah paham, berikan kesempatan pada majikan saya untuk menjelaskan. Paling tidak biarkan nyonya saya cuci muka dulu!” “Nanti dia kabur ...” “Untuk apa saya kabur? Rugi, saya sudah membayar sewa rumah ini

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    154 S2: Dikira Pasangan Mesum

    Ketika hari mulai malam, demam di tubuh Noah semakin meninggi. “Minum obat dulu, ya?” bujuk Kalila. “Habis ini Noah tidur ...” “Ayah kapan datang, Bu?” Kalila tidak segera menjawab. “Telepon ayah ...” pinta Noah pelan, wajah yang biasanya ceria itu kini terlihat sayu. Sumpah demi apapun, Kalila tidak tega melihat Noah sakit seperti ini. Apa dia betul-betul harus menelepon Gio? Tapi ini kan sudah malam, batin Kalila tidak mengizinkan. “Noah tidur dulu ya, besok baru ibu telepon ayah.” “Gak mau, aku mau ayah sekarang ...” Kalila tidak mendengarkan dan malah berbaring di samping Noah, di dekatnya sang putra dengan erat dan berharap panas itu berpindah ke tubuhnya saja. “Sama ibu dulu, nama Harus istirahat biar cepat sembuh.” “Mau ayah sekarang ... Ayah ...” Kalila terlihat bimbang, dia tentu segan jika harus menghubungi Gio malam-malam begini. Namun, melihat keadaan Noah yang sedang terbaring demam, membuatnya tidak tega untuk tetap menolak keinginannya. “Halo?

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status