Share

Healing

Author: YuRa
last update Last Updated: 2022-03-22 00:05:56

Hari ini aku manfaatkan untuk berkumpul bersama keluarga besarku. Mumpung aku masih ada disini, Ibu memasak makanan favoritku. Hanya makanan sederhana, sayur kembang kates, sambal tumpang buatan Ibu memang tiada duanya di lidahku. Aku segera sarapan, menikmati masakan Ibu. 

Pagi-pagi Resti sudah ada di rumah Ibu, tentu saja bersama anak-anaknya. Nadia anak pertama Resti langsung mendekati Anggi. Mereka berdua berjalan menjauh, sepertinya masuk ke kamar.

"Sarapan, Res," kata Ibu.

"Sudah, Bu. Nanti mau ngajak Mbak Anis jalan."

"Asyik di traktir sama Resti." Aku menjawab sambil cengengesan.

"Tenang, Mbak. Mau minta jajan apa, nanti Resti traktir."

Kami ngobrol-ngobrol santai, menceritakan tentang banyak hal. Menjelang siang, Resti mengajakku pergi. Anak-anak Resti tidak ada yang ikut. Hanya kami berdua. 

Resti mengajakku ke sebuah

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Ketika Hati Mulai Mendua   Lambe Turah

    Perjalanan panjang menuju rumah kulalui dengan senang hati. Setelah hati dan pikiran terasa sangat fresh. Sesekali kami berhenti di tempat makan pinggir jalan, sekedar istirahat dan jajan.Sampai juga di rumah, setelah perjalanan empat jam lebih. Setelah memasukkan mobil kedalam garasi, aku dan Anggi mengeluarkan barang-barang bawaan kami.Aku meminta Anggi untuk mengantarkan oleh-oleh ke rumah Uti Ros. Semoga beliau menyukainya. Aku pun membereskan barang-barang yang aku bawa.Setelah salat Dzuhur, aku berusaha merebahkan tubuhku di tempat tidur. Ingin meluruskan pinggang dan istirahat sejenak.***"Kamu kenapa, Nis? Kok mendadak pulang ke rumah Bapak? Ada masalah?" tanya Sandra, ketika aku sudah berada di ruangan.Aku segera duduk di kursi dan berusaha bercerita pada Sandra."Nggak ada masalah apa-apa. Hanya sekedar ka

    Last Updated : 2022-03-23
  • Ketika Hati Mulai Mendua   Bertemu Lagi

    Menjelang tidur, teringat lagi kejadian hari ini di kantor. Makan siang bersama Pak Rayhan, menabrak Pak Rayhan dan dipeluknya. Juga terngiang kata-kata yang aku dengar di WC tadi. Sebegitu rendahnya kah statusku ini? Atau memang kelakuanku seperti itu? Mungkin memang aku harus menjaga jarak dengan Pak Rayhan, sebelum nanti ditegur oleh atasan kami.Begitu rumitnya jalan hidupku ini. Tapi memang mau tidak mau harus aku jalani semua ini. Aku sendiri masih bingung dengan sikap Pak Rayhan. Jujur saja kalau aku bahagia dengan perlakuannya padaku. Dia membuatku merasa percaya diri lagi setelah masalah yang aku hadapi. Dia juga yang membuatku mulai membuka hati lagi. Tapi aku takut kalau semua ini hanya semu. Dia membuatku terbang ke awan kemudian terhempas ke dalam jurang yang dalam. Aku belum sanggup untuk kecewa lagi.Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku hanya seperti ini terus? Menerima pujian dan sanjungan juga kata-kata manis darinya

    Last Updated : 2022-03-24
  • Ketika Hati Mulai Mendua   Sehari bersama Pak Rayhan

    "Ma, nonton film yuk. Sudah lama nggak nonton film sama Mama," kata Anggi pada hari libur."Mama males, Nggi. Biasanya kamu nonton sama Key!""Iya, sama Key juga. Ayolah Ma, menikmati masa-masa Anggi masih disini. Bentar lagi kan Anggi ke Jogja."Anggi sudah selesai melaksanakan ujian nasional. Memang sebentar lagi mau pergi kuliah jauh. Sedih rasanya."Ayolah, Ma!""Oke, Mama ganti baju dulu!""Yes!" kata Anggi berteriak senang.Aku cuma geleng-geleng kepala dan segera berganti pakaian. Aku segera mengambil kunci mobil."Ngapain Mama bawa kunci mobil," tanya Anggi."Lho katanya mau pergi nonton!""Gak usah bawa mobil. Udah ditungguin, ayo!" kata Anggi sambil menarik tanganku."Ditungguin siapa?" tanyaku heran.Aku kaget ketika ada mob

    Last Updated : 2022-03-25
  • Ketika Hati Mulai Mendua   Cemburu?

    Anggi berangkat ke sekolah lebih pagi dari biasanya. Karena hari ini ia piket dan kebetulan juga jam pertama nanti ujian praktek. Aku sudah menyiapkan bekal untuk Anggi. Ia berangkat naik ojek."Bu, Anggi berangkat ya?" pamit Anggi."Iya, hati-hati di jalan."Setelah Anggi berangkat, aku juga bersiap-siap untuk berangkat kerja.Drtt…drtt suara ponselku berbunyi. Siapa sih yang menelpon sepagi ini. Aku sudah buru-buru mau berangkat, mobil masih di garasi. Aku jadi kesal.Kulihat nama Pak Rayhan ada di layar ponsel. Ngapain pagi-pagi sudah menelpon? Dengan hati berdebar, aku angkat juga panggilannya."Assalamu'alaikum.""Waalaikumsalam. Saya sudah di depan, ayo berangkat bareng. Saya tidak menerima penolakan." Belum sempat aku menjawab, panggilan sudah ditutup.Aku jadi grusa-grusu, karena panik. Kalau mema

    Last Updated : 2022-03-25
  • Ketika Hati Mulai Mendua   Mengkhawatirkan

    Sampai dirumah, ternyata Anggi sudah pulang."Mama, nggak bawa mobil ya?" tanya Anggi yang baru keluar dari kamarnya."Enggak, naik ojek.""Ooo.""Tolong dibereskan yang ada di meja makan. Tadi Mama beli makanan."Anggi berjalan menuju ruang makan, aku segera mandi untuk menyegarkan hati dan pikiran.Selesai mandi aku segera makan. Dari pagi perut belum terisi. Gara-gara emosi yang menguras hati dan pikiran. Kenapa aku jadi seperti ini ya?Badanku benar-benar lelah sangat lelah. Aku merebahkan tubuhku di tempat tidur, aku sengaja tidak memegang ponselku. Pasti akan ada panggilan dan pesan dari Mas Rayhan. Aku biarkan saja. Aku ingin istirahat.Tapi pikiran tidak bisa diajak kompromi. Memikirkan tadi siang. Aku baru melihat Nadya hari ini. Memang Minggu lalu katanya ada pelantikan beberapa pejabat. Ada yang

    Last Updated : 2022-03-26
  • Ketika Hati Mulai Mendua   Mundur Teratur?

    "Pantas saja nggak mau makan di kantin, ternyata mau makan berdua disini," kata Sandra mengagetkan kami.Aku dan Mas Rayhan hanya tertawa."Aku keluar ah, nggak enak nanti mengganggu.""Disini saja, San. Kalau hanya berdua saja nggak enak.""Betul itu." Mas Rayhan menimpali."Terus aku ngeliatin kamu makan, gitu, Nis?" tanya Sandra."Ayo kalau mau makan bersama," ajakku."Sudah kenyang.""Kamu sudah selesai makannya?" tanya Mas Rayhan."Sudah. Mas habisin saja.""Bener?""Iya, Mas.""Mas?" tanya Sandra heran. Aku kaget keceplosan memanggil Mas pada Mas Ray."Kayaknya ada sesuatu yang disembunyikan. Apakah benar dugaanku?" tanya Sandra dengan penasaran."Iya, jangan cerita dengan orang lain." Ma

    Last Updated : 2022-03-26
  • Ketika Hati Mulai Mendua   Dimabuk Cinta

    Sepertinya aku sudah dimabuk cinta, cinta pada Mas Rayhan. Kami sering berangkat kerja bareng. Tapi tentu saja kami masih tahu batasan tidak menabrak norma yang ada. Tidak ada kontak fisik yang berlebihan.Hari ini pulang dari kantor, aku dan Mas Rayhan berencana pergi ke sebuah supermarket. Ada beberapa keperluan rumah tangga yang akan aku beli.Aku sudah membereskan dokumen-dokumen yang berserakan di mejaku. Ruanganku sudah sepi, aku pun keluar dari ruangan menuju ruang tunggu. Sekitar lima menit aku menunggu, Mas Rayhan belum juga keluar dari ruangannya.Akhirnya aku mengirim pesan.[Mas, jadi kan nemenin aku ke supermarket?][Mas jadi nggak?]Belum juga ada jawaban. Aku jadi serba salah, kalau aku tinggal, nanti Mas Rayhan marah. Aku pun mencoba untuk menelpon Mas Rayhan."Mas, masih lama nggak pulangnya? Atau aku pulang d

    Last Updated : 2022-03-29
  • Ketika Hati Mulai Mendua   Kejutan

    Pagi ini aku dikagetkan dengan kedatangan keluarga besarku. Bapak, Ibu, Resti dan keluarganya datang ke rumah. Ada apa ya, kok begitu mendadak? Apakah ada sesuatu yang begitu penting? Aku jadi penasaran."Kok nggak ada yang ngasih kabar kalau mau kesini," kataku masih tidak percaya dengan kehadiran mereka."Kejutan, Mbak!" kata Resti sambil tertawa.Aku ke dapur untuk membuatkan minuman, kulihat Anggi sedang membuatkan teh sambil ngobrol dengan Nadia, anak pertama Resti."Kamu tahu kalau Akung dan Uti mau kesini?" tanyaku pada Anggi."Tahu, Ma," jawab Anggi dengan santai."Kok nggak bilang sama Mama.""Nggak boleh kata Tante Resti." Anggi melangkah ke ruang keluarga dengan membawa minuman. Kami duduk diatas karpet sambil ngobrol-ngobrol."Kamu sudah siap, Nduk?" tanya Ibu."Siap apa, Bu?" jawabku

    Last Updated : 2022-03-31

Latest chapter

  • Ketika Hati Mulai Mendua   Ending

    Suara azan subuh membangunkanku dari tidur dan mimpi. Mimpi yang sangat indah, eh mimpi atau kenyataan ya? Sebuah tangan masih melingkar di tubuhku, ah tentu saja tangannya Mas Rayhan, suamiku tercinta. Perlahan aku singkirkan tangannya, ternyata dia malah semakin mengeratkan pelukannya. Badanku terasa sangat remuk redam, karena permainan panas kami berdua tadi malam. Benar-benar luar biasa. Aku berusaha bangkit dari tidurku, tapi masih ditahan tangan Mas Rayhan."Nanti saja bangunnya," kata Mas Rayhan sambil mengeratkan pelukannya."Aku mau mandi, Mas. Salat subuh.""Sebentar lagi. Mas masih mau memelukmu. Sekali lagi ya?" pinta Mas Rayhan dengan tangan mulai bergerilya.Aku hanya bisa mengangguk pasrah. Mas Rayhan masih bersemangat melakukannya. Permainannya luar biasa, aku dibuatnya tidak berdaya."Aah..aah." Aku terus mendesah, menikmati surga dunia.

  • Ketika Hati Mulai Mendua   Malam Pertama

    Rumah terasa sangat sepi hanya kami berdua saja. Aku membereskan barang-barang yang masih berantakan. Dibantu Mas Rayhan, semua sudah tampak bersih lagi. Malam ini aku berencana akan tidur di rumah Mas Rayhan. Beberapa pakaian dan keperluanku sudah aku bawa kemarin. Tentu saja tidak semua barang aku bawa, hanya keperluan pribadi saja.Tak terasa sudah azan magrib, kebetulan aku sudah selesai mandi. Segera aku dan Mas Rayhan meninggalkan rumah ini.Setelah mengunci pintu rumahku, akhirnya aku dan Mas Rayhan pindah tempat tinggal.Mas Rayhan sedang mandi ketika aku selesai salat magrib. Ia tidak mandi di rumahku karena memang tidak pakaian ganti. Mas Rayhan keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk. Tampak tubuh kekarnya yang belum pernah aku lihat. Dadaku menjadi berdebar-debar. Aku tetap memperhatikan Mas Rayhan, kemudian ia melepaskan handuknya dan memakai celana dalam. Aku merasa sangat malu, kemudian ia menoleh padaku,

  • Ketika Hati Mulai Mendua   Sah

    Aku terbangun dari tidurku, jam menunjukkan pukul empat pagi. Kulihat Anggi masih pulas terbuai mimpi. Aku keluar dari kamar menuju ke dapur karena merasa sangat haus. Kulihat Indra, suami Resti, dan Angga masih tertidur di depan televisi. Keluargaku memang sedang menginap di rumahku.Sampai di dapur, kulihat Ibu sedang memasak air."Bu, kok sudah bangun?" tanyaku, sambil mengambil air putih."Ibu memang terbiasa bangun jam segini.""Apa Ibu nggak nyenyak tidurnya?""Kalau sudah setua Ibu, tidur nyenyak itu nggak lama. Paling hanya beberapa jam saja."Aku pun duduk bersama Ibu."Kamu sendiri nyenyak nggak tidurnya? Atau malah nggak bisa tidur membayangkan hari ini?" tanya Ibu menggodaku."Alhamdulillah, Bu, nyenyak sekali.""Kamu bahagia, Nis?""Bahagia, Bu."&nbs

  • Ketika Hati Mulai Mendua   Masih Sabar

    Aku sedang berada di rumah Mas Rayhan, asyik ngobrol dengan Uti Ros. Tadi aku mengantarkan makanan buatan Ibu, malah diajak ngobrol sama Uti Ros."Ibu sudah nggak sabar melihat Rayhan menikah. Dia sudah lama sendiri, setiap Ibu tanya kapan mau menikah, ia selalu mengalihkan pembicaraan. Tapi ketika Ibu dan Key menjodohkan denganmu, Rayhan tampak bersemangat. Dan yang membuat Ibu berbahagia, waktu Rayhan mengatakan mau menikah denganmu. Ibu yakin, kamu itu memang pantas mendampinginya. Akhirnya Rayhan menemukan jodohnya." Uti Ros berkata dengan mata berkaca-kaca."Saya juga sangat berbahagia, Uti. Saya tidak menyangka kalau mau menikah lagi dalam waktu dekat ini. Tapi yang namanya jodoh, tidak ada yang tahu. Ternyata jodoh saya lima langkah dari rumah, kayak lagi dangdut," kataku sambil tertawa. Uti Ros juga ikut tertawa."Ibu yakin, kalian berdua bisa menjaga keutuhan rumah tangga kalian nantinya. Pengalaman hidup

  • Ketika Hati Mulai Mendua   Bahagia

    "Ayo sekarang kita cari Mas kawinnya," kata Mas Rayhan setelah kami selesai mendaftarkan pernikahan kami ke KUA. Semua persyaratan sudah selesai kami urus dan semuanya sudah beres. Tinggal menunggu akad nikahnya.Mobil melaju ke arah sebuah pusat perbelanjaan. Kami langsung menuju ke toko perhiasan. Aku memilih perhiasan yang aku suka, yaitu cincin."Kenapa nggak yang ini?" kata Mas Rayhan sambil menunjuk satu set perhiasan, berupa cincin, gelang dan kalung.Aku ragu memilihnya, karena aku tahu pasti mahal harganya."Nggak usah mikir harga. Uang bisa dicari," bisiknya padaku.Aku mengangguk tanda setuju dengan pilihannya.Selesai membeli mas kawin, kami jalan-jalan mencari pakaian. Ternyata Mas Rayhan orangnya ribet kalau mencari pakaian, hobinya yang model slim fit. Pantesan ia selalu terlihat modis dan macho, nggak kayak aku. Aku kalau mencari pakaian yang

  • Ketika Hati Mulai Mendua   Kejutan

    Pagi ini aku dikagetkan dengan kedatangan keluarga besarku. Bapak, Ibu, Resti dan keluarganya datang ke rumah. Ada apa ya, kok begitu mendadak? Apakah ada sesuatu yang begitu penting? Aku jadi penasaran."Kok nggak ada yang ngasih kabar kalau mau kesini," kataku masih tidak percaya dengan kehadiran mereka."Kejutan, Mbak!" kata Resti sambil tertawa.Aku ke dapur untuk membuatkan minuman, kulihat Anggi sedang membuatkan teh sambil ngobrol dengan Nadia, anak pertama Resti."Kamu tahu kalau Akung dan Uti mau kesini?" tanyaku pada Anggi."Tahu, Ma," jawab Anggi dengan santai."Kok nggak bilang sama Mama.""Nggak boleh kata Tante Resti." Anggi melangkah ke ruang keluarga dengan membawa minuman. Kami duduk diatas karpet sambil ngobrol-ngobrol."Kamu sudah siap, Nduk?" tanya Ibu."Siap apa, Bu?" jawabku

  • Ketika Hati Mulai Mendua   Dimabuk Cinta

    Sepertinya aku sudah dimabuk cinta, cinta pada Mas Rayhan. Kami sering berangkat kerja bareng. Tapi tentu saja kami masih tahu batasan tidak menabrak norma yang ada. Tidak ada kontak fisik yang berlebihan.Hari ini pulang dari kantor, aku dan Mas Rayhan berencana pergi ke sebuah supermarket. Ada beberapa keperluan rumah tangga yang akan aku beli.Aku sudah membereskan dokumen-dokumen yang berserakan di mejaku. Ruanganku sudah sepi, aku pun keluar dari ruangan menuju ruang tunggu. Sekitar lima menit aku menunggu, Mas Rayhan belum juga keluar dari ruangannya.Akhirnya aku mengirim pesan.[Mas, jadi kan nemenin aku ke supermarket?][Mas jadi nggak?]Belum juga ada jawaban. Aku jadi serba salah, kalau aku tinggal, nanti Mas Rayhan marah. Aku pun mencoba untuk menelpon Mas Rayhan."Mas, masih lama nggak pulangnya? Atau aku pulang d

  • Ketika Hati Mulai Mendua   Mundur Teratur?

    "Pantas saja nggak mau makan di kantin, ternyata mau makan berdua disini," kata Sandra mengagetkan kami.Aku dan Mas Rayhan hanya tertawa."Aku keluar ah, nggak enak nanti mengganggu.""Disini saja, San. Kalau hanya berdua saja nggak enak.""Betul itu." Mas Rayhan menimpali."Terus aku ngeliatin kamu makan, gitu, Nis?" tanya Sandra."Ayo kalau mau makan bersama," ajakku."Sudah kenyang.""Kamu sudah selesai makannya?" tanya Mas Rayhan."Sudah. Mas habisin saja.""Bener?""Iya, Mas.""Mas?" tanya Sandra heran. Aku kaget keceplosan memanggil Mas pada Mas Ray."Kayaknya ada sesuatu yang disembunyikan. Apakah benar dugaanku?" tanya Sandra dengan penasaran."Iya, jangan cerita dengan orang lain." Ma

  • Ketika Hati Mulai Mendua   Mengkhawatirkan

    Sampai dirumah, ternyata Anggi sudah pulang."Mama, nggak bawa mobil ya?" tanya Anggi yang baru keluar dari kamarnya."Enggak, naik ojek.""Ooo.""Tolong dibereskan yang ada di meja makan. Tadi Mama beli makanan."Anggi berjalan menuju ruang makan, aku segera mandi untuk menyegarkan hati dan pikiran.Selesai mandi aku segera makan. Dari pagi perut belum terisi. Gara-gara emosi yang menguras hati dan pikiran. Kenapa aku jadi seperti ini ya?Badanku benar-benar lelah sangat lelah. Aku merebahkan tubuhku di tempat tidur, aku sengaja tidak memegang ponselku. Pasti akan ada panggilan dan pesan dari Mas Rayhan. Aku biarkan saja. Aku ingin istirahat.Tapi pikiran tidak bisa diajak kompromi. Memikirkan tadi siang. Aku baru melihat Nadya hari ini. Memang Minggu lalu katanya ada pelantikan beberapa pejabat. Ada yang

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status