“Yang sabar ya, Ta!”Kalimat yang terlontar dari mulut Ibu Bella menyambut kedatangan Cinta. Ibu Bella langsung meraih tubuh Cinta dan membimbingnya memasuki rumah.De javu, Cinta merasa pernah mengalami peristiwa seperti ini sebelumnya, saat sang ayah harus kembali ke rumah dalam keadaan sudah tidak bernyawa. Lemas seluruh tubuh Cinta saat melihat di rumahnya sudah dipenuhi oleh para tetangga dengan tatapan yang menyiratkan kesedihan. Cinta menggelengkan kepalanya, tidak percaya saat melihat ada tubuh yang sudah terbujur kaku di ruang tamu.“Ibu!” Dengan air mata yang jatuh berderaian Cinta menghambur ke jasad sang ibu. “Mengapa ibu tinggalkan Cinta sendiri? Mengapa ibu tidak ajak Cinta juga?”“Tidak boleh begitu, Ta!” ucap ibu Bella dengan lembut. “Ibumu sudah tidak sakit lagi Ta! Ikhlaskan ibumu, agar dia mendapat tempat terbaik di sana! Ibumu tidak butuh tangismu, tapi butuh doamu.” Ibu Bella merengkuh tubuh Cinta ke dalam pelukannya, diberikannya belaian lembut di punggung, berha
Tak ada lagi air mata yang menetes dari kedua mata Cinta. Sejak kedatangan Cinta, Ibu Bella setia menemani, mendampingi Cinta menghadapi musibah ini. Saat beberapa pria mendekat ke arahnya, Cinta menduga sudah tiba saatnya melepas sang ibu, tetapi ternyata beberapa di antaranya menata meja di dekat jenazah Utari. Cinta pun mengabaikannya, dia sudah menyerahkan segala urusan yang berhubungan dengan pemakaman sang ibu kepada para tetangga yang sangat peduli kepadanya.Setelah meja sudah terlihat rapi, Ayah Bella berjalan mengiringi seorang ustaz, lalu keduanya duduk secara lesehan di dekat meja yang sudah di siapkan. Tidak berapa lama kemudian, Ayah Bella memanggil Tegar untuk mendekat, lalu Tegar dipersilahkan duduk dengan posisi tepat di hadapan sang ustaz.Ustaz tersebut menyodorkan selembar kertas yang berisi beberapa baris kalimat yang harus dihafalkan oleh Tegar.“Mungkin bisa dibaca berulang-ulang biar cepat hafal!”Bukan hal yang sulit bagi Tegar untuk menghafal kalimat yang ter
Tegar berdiri menatap pusara ibu mertuanya, ingatannya kembali pada saat pertemuannya dengan Utari di pabrik. Ada banyak pesan-pesan tersirat dari Utari yang kini baru di sadari oleh Tegar jika itu adalah sebuah firasat. Sebagai seorang ibu, Utari ingin memastikan akan ada sosok yang menemani Cinta setelah kematiannya, itulah alasan Tegar bersedia untuk menikahi Cinta hari ini.“Ayo pulang!” ajak Adnan yang terlihat tidak nyaman berlama-lama di area pemakaman.“Kalau Aura sudah sehat, kita ziarah bareng ke makam ibu,” ucap Tegar kepada Tegar yang berdiri di hadapannya.“Ya,” jawab singkat Damar. “Sekarang kita pulang dulu, kasihan Cinta sendirian di rumah,” sambung Damar.Suatu yang sungguh tidak Tegar duga sama sekali, jika Utari akan pergi secepat ini. Tadi pagi Tegar masih berbincang dengan Utari, bahkan dokter di klinik yang memeriksanya menyatakan jika Utari dalam keadaan yang baik, hanya tekanan darahnya saja yang terlalu tinggi. Setelah minum obat yang diberikan oleh dokter, Ut
Meskipun sudah ada pembicaraan tentang pernikahan sebelumnya, tetapi karena pernikahan yang terjadi secara mendadak dan tidak didasari oleh rasa cinta, membuat hubungan antara Cinta dan Tegar penuh dengan kecanggungan. Jika di tempat kerja mereka terbiasa berbicara secara profesional, ternyata berbeda saat Cinta dan Tegar berdua di rumah. Keduanya tampak saling menunggu siapa yang akan memulai pembicaraan.“Besok kita sudah mulai kerja, hari ini kita ziarah ke makam ibu, nanti Damar dan Aura akan menjemput kita,” ucap Tegar memecah kesunyian.Cinta yang sedang mempersiapkan makan pagi untuk mereka berdua, terdiam sejenak. Setelah menghela napas dalam-dalam, Cinta menganggukkan kepalanya sebagai tanda jika dia menyetujui apa yang diucapkan oleh lelaki yang kini telah menjadi suaminya itu.Cinta mengangsurkan bubur ayam yang baru saja dia beli dari taman. Setelah beberapa hari menjalani hidup bersama dengan Cinta, Tegar baru menyadari jika wanita yang telah dia nikahi tersebut ternyata
Sebagai seorang sahabat Janmo menyempatkan diri untuk menemui Tegar yang saat ini tinggal di rumah Cinta. Niat utama untuk menyampaikan rasa bela sungkawa atas meninggalnya Utari yang merupaka mertua Tegar, selain itu juga untuk mengucapkan selamat atas pernikahan Tegar dengan Cinta. Kini dua pria yang sudah bersahabat sejak itu duduk di ruang tamu dengan suguhan dua gelas kopi hitam dan camilan ala kadarnya.Meskipun sudah pernah bertemu dengan Janmo sebelumnya, tetapi Cinta yang merasa tidak terlalu akrab dengan Janmo memilih menghabiskan waktu di kamarnya setelah menyuguhkan makanan dan minuman. Kini Cinta melanjutkan pekerjaannya menggambar desain warung milik Bella untuk mengisi waktu membuang rasa jenuh.Sedangkan di ruang tamu terdengar perbincangan seru antara Tegar dan Janmo. Perbincangan khas pria dengan topik yang tak tentu dan random, yang akan berganti secara tiba-taba sesuai dengan mood Tegar dan Janmo.“Apa kedatanganku mengganggu kalian?” tanya Janmo sesaat setelah m
“Saya hanya ingin menegakkan peraturan yang ada di Perusahaan ini, tidak ada maksud lain,” ucap Hesti dengan tenang dan terlihat sangat aroganSuasana ruang rapat yang sudah tegang saat hari masih pagi, dan para karyawan baru saja memulai aktifitasnya. Sangat terasa merusak mood bekerja hari ini, tetapi tampaknya Hesti tidak mempedulikan hal tersebut, karena yang paling penting bagi Hesti adalah bagaimana caranya bisa menyingkirkan Tegar dari Sanjaya Furniture secepatnya.“Untuk saat ini kita tidak bisa mengambil tidakan itu, Ma. Kontribusi Tegar dan Cinta masih sangat dibutuhkan Sanjaya saat ini. Banyak desain Cinta yang sangat laku di pasaran, bahkan Mulia Abadi selalu mengambil desain Cinta untuk proyek bersama kita, sedangkan pengelolaan pabrik sudah mulai membaik setelah kedatangan Tegar. Saya harap mama bisa memahami situasi tersebut.”Damar berusaha meyakinkan Hesti atas keputusan yang baru saja diambilnya. Di Sanjaya Furniture, selama ini memang tidak dijinkan jika pasangan s
Tidak butuh waktu yang lama, kini Hesti sudah mendapatkan surat yang dia inginkan, surat pengunduran diri Tegar dari Sanjaya Furniture. Hesti langsung meraih surat tersebut setelah Tegar meletakkannya di atas meja. Hesti berlagak seperti sedang membaca dengan Saksama, surat yang sebenarnya sudah dia ketahui inti sari isinya. Di sela-sela membaca, sesekali Hesti menatap ke arah Tegar dengan tatapan yang merendahkan seolah-olah telah memenangkan keadaan.“Saya bukan perempuan yang kejam, maka saya tetap memberikan kompensasi atas kerelaanmu mengundurkan diri dari Sanjaya,” ucap Hesti sambil menyodorkan sebuah amplop coklat kecil yang cukup tebal.Tegar terdiam menatap amplop coklat di hadapannya. Seolah sedang terjadi adu pendapat yang sengit di dalam hatinya saat ini, tidak bisa dipungkiri jika sudut hati Tegar merasa terhina oleh pemberian Hesti, ada rasa jika istri sah dari ayahnya itu telah mempermainkan nasibnya dengan uang yang dia miliki. Tetapi sudut hati yang lain seolah memint
“Sejak kapan dia di sini?” tanya Lisa memburu, debaran jantungnya terasa bertalu-talu kala mendengar nama Tegar“Dia berada di Sanjaya, Damar meminta Tegar untuk membantunya mengurus perusahaan yang diwariskan oleh Dharma.”“Bisakah kau membantuku untuk bertemu dengannya?” tanya Lisa dengan mata yang berkaca-kaca. Dengan wajah yang menggambarkan kerinduan yang mendalam.“Saya akan mencoba untuk berbicara dengannya terlebih dahulu. Jangan terburu-buru, aku takut kalau ternyata dia masih marah padamu, dan justru akan menolak kehadiranmu.”Lisa hanya menganggukkan kepalanya sambil menyeka air mata yang sudah tidak tertahan lagi.“Saya harap kamu bisa lebih bersabar lagi, karena ….” Adnan menggantung kalimatnya, pria yang berprofesi sebagai pengacara itu terlihat sedang berpikir untuk mencari kalimat yang mudah dipahami oleh Lisa. “Ini semua demi Tegar, karena sepertinya pernikahan yang dia jalani saat ini adalah sebuah jebakan,” sambung Adnan sambil menyentuh punggung tangan Lisa.“Apa m
Waktu terus berjalan, dan lima tahun telah berlalu. Tegar dan Cinta mencoba berjuang mendirikan usaha mereka sendiri. Meskipun harus merangkak dari bawah tetapi pasangan suami istri itu tetap terlihat bahagia dan sangat menikmati setiap prosesnya. Sebagai anak yang lahir di luar nikah, Tegar sadar dirinya tidak memiliki sedikitpun hak atas Sanjaya Furniture. Semua itu adalah milik Damar, dan dia tidak akan mengganggunya. Begitu juga dengan Mulia Abadi Mebel, perusahaan itu adalah hasil kerja keras Lisa saat menjadi istri dari seorang Widiantoro Muliawan, dia pun tidak memiliki hak di sana, meskipun ibunya bekerja lebih dominan. Apalagi saat perceraian Lisa dengan Widi harta bersama yang mereka miliki langsung dilimpahkan kepada Cantika. Tegar bersyukur karena Cinta bisa memahami keputusannya tersebut, meskipun dirinya harus ikut bekerja keras dalam membantu Tegar menjalankan usaha yang benar-benar dari nol. Ketekunan Tegar dan Cinta pun membuahkan hasil, meskipun usaha mereka masih b
“Ini bukan malam pertama kita, Gar! Walaupun kita baru saja menikah tetapi kita bukan pengantin baru lagi,” ucap Cinta yang merasa tidak mampu mengimbangi gairah sang suami.Melihat sang istri yang terlihat sudah kelelahan akhirnya Tegar pun mengalah. Ditariknya selimut untuk menutupi tubuh polos mereka. Tegar merapatkan tubuhnya dan berbaring dengan kepala bertumpu pada lengan kekarnya, hingga dia bisa memandang dengan saksama wajah pucat sang istri karena kelelahan melayaninya.“Apa kau sudah dengar kabar?” tanya Tegar sambil merapikan anakan rambut yang menjuntai ke wajah sang istri, lalu diselipkannya di belakang daun telinga.“Apa?” tanya balik Cinta dengan mata yang hampir terpejam karena sudah tidak kuat lagi menahan kantuk.“Pak Adnan akan menikah, lamarannya tadi diterima.”“Ha!” Kabar yang baru saja menggetarkan telinganya, membuat kantuk Cinta hilang seketika. “Sama ibu? Kapan?” cecar Cinta yang tidak bisa menahan rasa penasarannya.“Buka,” jawab Tegar sambil menggelengan
Perbincangan yang terasa sangat private berlangsung di ruang kerja Lisa. Dengan didampingi oleh sang ayah yang merupakan seorang pengacara, Randy memberanikan diri untuk melamar Cantika. Tetapi tampaknya keinginan Randy tidaklah mudah untuk bisa terwujud, karena di hadapan Tegar, Cinta dan juga Lisa, dengan terang-terangan Cantika menolak niat Randy tersebut.“Itu sudah menjadi keputusan saya,” ucap Cantika dengan tegas.“Pikirkan masa depan anak yang sedang kau kandung saat ini,” sahut Adnan yang terlihat masih belum percaya jika janin yang saat ini dikandung oleh Cantika adalah calon cucunya.“Saya mengambil keputusan ini karena benar-benar memikirkan masa depan anak yang sedang saya kandung. Saya tidak ingin anak saya tumbuh seperti saya, tumbuh dalam keluarga yang penuh dengan kepalsuan.” Cantika tetap teguh dengan pendiriannya, seolah tidak ada yang bisa mengubah keputusannya lagi.Setelah lelah memohon kepada Cantika, kini Randy hanya mengandalkan sang papa untuk bisa membujuk C
Hesti memejamkan mata sambil mengatur napasnya. Wanita yang dinikahi secara sah oleh Dharma Sanjaya itu mencoba menahan segala amarah setelah mendengar pengakuan dari Lisa. Damar meraih jemari mamanya, berharap wanita yang telah melahirkannya bisa lebih tenang.Berpuluh tahun Hesti menyimpan amarah dan kebencian. Sungguh sangat sulit dipercaya jika ternyata sumber malapetaka dalam kehidupan rumah tangganya adalah orang yang begitu dekat dengannya.Hesti menghembuskan napas dengan kasar lalu membuka matanya dan memandang Lisa yang sedang menangis tergugu di hadapannya. Sudah bukan waktunya lagi untuk membalas dendam, tanpa harus mengotori tangannya ternyata Tuhan telah memberi keadilan kepada Lisa.Meskipun memiliki harta yang melimpah dan usaha yang maju dengan pesat, Lisa terjebak dalam pernikahan yang tidak sehat dengan Widiantoro Moeliawan. Berpuluh tahun Lisa harus hidup bersama seorang suami yang tukang selingkuh. Hingga membuat Lisa memilih untuk menyibukkan diri dengan pekerjaa
Tegar langsung menghampiri Cantika yang saat ini sudah berdiri di hadapannya. Sesaat dua bersaudara yang lahir dari rahim yang sama meskipun dari benih pria yang berbeda itu saling berpelukan untuk melepas kerinduan.Tegar segera mengurai pelukannya kala merasa ada yang membatasinya. Ya, perut Cantika yang terlihat mulai menyembul. Diusapnya perut sang adik, ada rasa bangga kala mengetahui Cantika masih tetap mempertahankan kehamilannya meskipun harus menghadapi banyak rintangan dan hinaan.Di sudut yang berbeda, Cinta menyaksikan interaksi antara Tegar dengan Cantika. Rasa cemburu yang dahulu sempat membuat Cinta kalap kini raib berganti haru. Hubungan dua bersaudara di depannya, mengingatkan Cinta pada Aura, adiknya yang belum lama meninggal. Kesedihan kembali mendera hati Cinta karena rasa kehilangan dan kerinduan kepada Aura yang sudah tidak mungkin lagi bisa dia temui. Belum lagi perut Cantika yang membuncit mengingatkan Cinta pada calon anak yang harus pergi sebelum melihat ind
Dengan langkah lebar dan terlihat tergesa-gesa, Adnan memasuki sebuah restaurant. Pandangan matanya menyapu seisi ruangan mencari sosok yang sudah melakukan janji untuk bertemu di tempat tersebut. Tidak butuh waktu yang lama, akhirnya netra Adnan menemukan sosok yang dia cari.“Maaf! Orang-orang suruhanku belum mendapatkan kabar tentang Cantika,” ujar Adnan kala menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi yang berada di depan Lisa. “Tapi orang-orangku masih terus mencarinya, semoga Cantika bisa secepatnya ditemukan.Lisa hanya mengangguk pelan menanggapi ucapan Adnan. Ada rasa kecewa yang sedang dia redam, bagaimana pun dia sangat ingin segera mengetahui kabar putrinya yang sudah beberapa hari meninggalkan rumah.“Selain masalah Cantika, sebenarnya ada urusan lain yang membuatku ingin menemuimu.”Pandangan Adnan langsung terfokus pada Lisa. Pria yang berprofesi sebagai pengacara itu terdiam menunggu wanita yang duduk di hadapannya untuk mengungkapkan kepentingannya.“Bantu aku untuk mengurus
“Dia sudah pergi?”Hesti terjingkat kaget saat mendengar suara yang sudah beberapa hari dia nantikan. Bersama dengan senyum yang ditemani oleh lelehan air mata Hesti melangkahkan kakinya mendekati brankar putra semata wayangnya.“Kau sudah sadar?”Hesti tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya kala melihat Damar sudah sadar. Tidak lupa dia menekan tombol nurse call agar Damar segera mendapat pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui keadaannya saat ini.Senyum di bibir Hesti semakin melebar saat dokter menjelaskan jika organ-organ vital Damar dalam keadaan yang baik dan bisa berfungsi dengan normal. Hanya kaki Damar yang membutuhkan tindakan lebih berupa fisioterapi agar bisa berjalan seperti sedia kala.“Aku akan mengabari Tegar,” ucap Hesti setelah dokter dan asistennya meninggalkan ruang perawatan Damar.“Apakah Tegar juga akan mengambil mama dariku?” tanya Damar dengan mata yang berkaca-kaca. “Tegar sudah mengambil papa, dia juga mengambil Cinta dariku, apakah sekarang mama juga aka
Pagi-pagi sekali Lisa sudah tiba di ruang perawatan Cinta. Bukan hanya untuk melihat keadaan anak dan menantunya tetapi juga pelarian atas masalah Cantika yang sampai saat ini belum ada kabarnya.Rasa canggung itu masih ada, hingga Cinta hanya melempar senyum untuk menyambut kedatangan wanita yang telah melahirkan Tegar terseb.ut. Cinta yang awalnya sibuk memainkan ponselnya pun bergegas meletakkan ponsel tersebut di nakas untuk menghargai kedatangan Lisa.“Sudah mau pulang?” tanya Lisa saat melihat Tegar sedang berkemas.“Ya, hanya tinggal tunggu visit dokter saja,” jawab Tegar.Sebenarnya untuk proses kuretase, Cinta tidak harus menjalani rawat inap. Tapi karena kondisi mental Cinta yang terlihat sangat terpuruk dan juga kesibukan Tegar mengurus pemakaman Aura dan juga anak mereka membuat Tegar memutuskan agar Cinta menjalani rawat inap.“Syukurlah, ibu akan menghubungi Bi Ani agar menyiapkan apartemen kalian.”“Kami akan pulang ke rumah dulu, masih banyak tetangga yang datang untuk
Cinta mulai membuka matanya saat mendengar sayup-sayup suara panggilan untuk melaksanakan ibadah di pagi hari. Ada rasa kehilangan kala tangannya menyentuh perutnya yang rata. Janin yang baru beberapa hari dia sadari kehadirannya kini sudah pergi meninggalkannya.Air mata Cinta kembali menetes saat dia teringat jika dia bukan hanya kehilangan calon anaknya tetapi juga Aura. Dan Cinta tidak bisa mengiring keduanya saat menuju ke tempat peristirahatan yang terakhir. Dengan dibarengi oleh lelehan air mata, bibir Cinta merapalkan doa-doa untuk orang-orang yang dia sayangi yang telah meninggalkannya.Cinta bergegas menyeka air matanya saat mendengar suara pintu dibuka. Penampilan yang berbeda dari sosok yang sangat dia kenal membuat Cinta sedikit terpana. Mungkin berbagai ujian dan cobaan yang menghampiri mereka akhir-akhir ini membuat Tegar membutuhkan pegangan yang kuat, yang hanya bisa dia dapatkan dari Tuhannya.Biasanya di waktu subuh, Tegar sedang nyenyak-nyenyaknya tidur, dan sulit