Beruntung perjalan dari rumah sakit tidak macet, sehingga Cinta dan Utari bisa merasa lega karena Damar tidak harus terlalu lama meninggalkan Aura sendiri di rumah sakit. Tetapi tampaknya Damar memang masih ingin berlama-lama dengan Cinta, hingga dia membantu membawa barang yang sebenarnya tak seberapa.Dengan sengaja Cinta tidak menawarkan rehat sejenak atau pun segelas minuman kepada Damar agar mantan kekasih yang kini berstatus sebagai adik ipar itu bisa segera kembali ke rumah sakit untuk menjaga Aura yang baru saja keguguran.“Terima kasih,” ucap Cinta kepada Damar setelah pria itu meletakkan barang-barang bawaan dari rumah sakit di atas meja yang berada di ruang tamu.“Ibu ke kamar dulu, Ta!” Dengan wajah yang terlihat sangat lelah, Utari berjalan perlahan menuju ke kamarnya.Damar menatap punggung Utari yang semakin menjauh dan akhirnya tak terlihat lagi setelah memasuki kamar dan menutup pintu. Ya, keberadaan Damar di sana seolah ingin memastikan jika ibu mertuanya benar-benar
“Selamat Pagi!"Suara Utari berhasil membuat Aura terkejut, ada ketakutan di hati Aura jika sang ibu mendengarkan apa yang dia ucapkan di hadapan Tegar tadi.“Pagi, Bu!” jawab Tegar dengan suara yang terdengar sangat tenang.Tegar segera berdiri saat melihat Utari semakin mendekat, lalu mempersilakan wanita paru baya itu untuk duduk di kursi yang tadi dia tempati.“Sepertinya ibu pernah melihat Nak …”“Tegar,” sahut Tegar sembari memperkenalkan diri kepada Utari.Utari pernah melihat Tegar mendatangi rumahnya dan sering mendengar nama Tegar disebut oleh kedua putrinya.“Nak Tegar kog bisa ada di sini?” tanya Utari basa basi, toh sebenarnya dia sudah mengetahui alasan Tegar berada menemui Aura. “Terus Damar dimana?” Kini pertanyaan di arahkan kepada Aura.“Tadi Damar menghubungi saya untuk menemani Aura sampai Ibu datang, karena hari ini Damar ada meeting mendadak,” jawab Tegar.Apa yang diutarakan oleh Tegar bukanlah alasan yang mengada-ada, karena memang benar Damar yang meminta tolo
Setiap kali melihat sosok itu melintas di hadapannya, jantung Cinta akan berdebar lebih kencang dari biasanya. Seperti siang ini, saat Tegar melangkah menuju ke ruang kerja Damar. Cinta memejamkan matanya, dalam diam mantan kekasih Damar itu berdoa agar kedatangan Tegar kali ini tidak menimbulkan masalah untuk Aura.Meskipun saat ini Cinta terlihat sangat fokus dan dengan konsentrasi penuh, tetapi sebenarnya pikiran Cinta justru terbagi pada kesehatan Aura dan dua pria yang saat ini sedang berada di ruan kerja Damar.Tanpa sadar Cinta menggelengkan kepalanya, saat keinginan untuk menguping pembicaraan antara Tegar dan Damar kembali terlintas di benaknya. Bukan hanya merupakan sesuatu yang tidak terpuji, tetapi jika sampai ada yang mengetahui perbuatannya tersebut, sudah pasti Cinta akan mendapatkan malu.“Tegar!”Detak jantung Cinta terasa mengalami percepatan berkali-kali lipat saat dia mendengar Damar memanggil nama Tegar dengan suara yang sangat keras. Cinta beserta beberapa rekan
Waktu tidak bisa di putar ulang ke masa lalu, penyesalan pun sudah tiada gunanya lagi. Apa yang telah terjadi kini sudah menjadi suratan takdir yang sudah digariskan.Tegar mematikan mesin mobil di tepi jalan tidak jauh dari kantor Sanjaya Furniture. Tegar memang tidak mengantarkan Cinta hingga depan kantor, karena dia masih menghargai Cinta sehingga tidak ingin jika kakak kandung Aura itu menjadi bahan gossip karena kedekatan mereka.Dengan pandangan mata yang nanar ke arah depan, Tegar bergeming di belakang kemudi. Gurat kesedihan dan kekecewaan tergambar jelas di wajah pria berkulit sawo matang itu. Kini Tegar hanya bisa menyesali kesalahan dan dosa yang telah dia lakukan yang kini menyisakan lara yang harus dia telan sendiri.“Rencananya besok saya akan kembali ke Solo, sampaikan salam saya pada Aura ….” Tegar membuang napas kasar menjeda kalimatnya, ingatan akan kebersamaan mereka dahulu. “Semoga dia bahagia dengan lelaki pilihannya,” sambung Tegar yang terlihat belum bisa meneri
“Tolong aku, Bu! Aku tidak mau cerai dengan Kak Damar, aku sangat mencintainya,” ucap Aura dibarengi dengan lelehan air mata. “Lalu apa artinya semua pengorbananku kalau akhirnya Kak Damar menceraikan aku?”“Apa saja yang sudah kamu korbankan, Ra?” tanya Utari dengan tatapan mata yang membuat Aura menjadi salah tingkah, bukan menelisik atau seperti orang sedang mengiterogasi, tetapi tatapan mata yang mengambarkan kekecewaan dan luka yang mendalam.Aura hanya terdiam tanpa memberikan jawaban atas pertanyaan yang Utari lontarkan, Aura sadar telah keceplosan dalam berucap, tentu saja wanita yang telah dinikahi Damar itu tidak ingin jika ibu yang selalu membelanya mengetahui kesalahan yang telah dia lakukan.“Sebesar apa pun kesalahanmu, semoga Tuhan mengampuni dosa-dosamu. Ibu berharap kau bisa memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah kau perbuat.”Kata demi kata yang terucap dari bibir Utari terasa bagai tangan yang tak kasat mata meremas hati Aura. Aura mengalihkan pandangan tertuju
“Aku anakmu, Bu! Dan selamanya ingin menjadi anakmu, aku tidak ingin menjadi anak durhaka yang tidak dianggap anak oleh ibunya sendiri.” Cinta menyeka lelehan air mata yang membasahi pipinya. “Aku masih ingat, jika ibu tidak akan menganggapku anak jika aku sampai menikah dengan Damar.”“Kalau begitu bantu Aura untuk mempertahankan pernikahannya dengan Damar.”Dengan menekan segala rasa sesak di dada, Utari melontarkan kata-kata dengan nada paksaan dan perintah kepada Cinta. Sebagai seorang ibu, sejujurnya Utari ingin berbuat seadil-adilnya untuk kedua putrinya, tetapi keadaan seolah memaksanya harus bersikap mendahulukan segala kepentingan Aura.“Apa yang harus aku lakukan, Bu?” tanya Cinta dengan nada sendu.“Ibu tidak tahu, lakukan apa saja yang menurutmu bisa membuat Damar membatalkan rencana perceraiannya dengan Aura!” ucap Utari sambil memalingkan wajahnya untuk menutupi air mata yang sudah tidak tertahan lagi.Air mata Utari menetes kala dirinya merasa tidak berdaya sebagai seor
“Ta!” panggil Tegar dengan senyum menyeringai.Sungguh sesuatu yang sulit dipercaya oleh Tegar kala gendang telinganya tergetar mendengarkan kata yang terucap dari bibir Cinta. Dilihatnya dengan saksama gadis yang saat ini sedang berada di hadapannya. Cantik, Tegar tidak bisa memungkiri salah satu kelebihan fisik dimiliki oleh Cinta. Cerdas, Tegar pun mengakui hal itu, karena selama bekerja bersama Cinta, gadis itu memiliki kinerja dan performa yang sangat bagus.“Tolong! Menikahlah denganku!” pinta Cinta dengan suara yang tergetar karena berusaha untuk menahan tangis.“Kenapa?” tanya Tegar dengan tatapan mata yang menyelidik, tetapi karena pencahayaan lampu yang kurang jelas sehingga ekspresi yang ditunjukkan oleh Tegar tidak tertangkap oleh netra Cinta.“Aku ….” Cinta tidak bisa melanjutkan kalimatnya kala tangis dan air mata mendahului.Tegar menjadi salah tingkah, pandangannya menyapu ke sekelilingnya, berharap tidak ada orang yang melihat kebersamaannya dengan Cinta, apalagi gadi
“Mengapa harus dia, Ta? Apakah tidak ada pria lain di dunia ini, hingga kau mau menikah dengan pria yang pernah tidur dengan adikmu?” tanya Utari kepada Cinta baru saja menutup pintu setelah melepas kepergian Tegar.“Hanya itu yang terpikir oleh Cinta untuk bisa mempertahankan pernikahan Aura,” jawab Cinta berusaha untuk tetap bersikap ketenang mungkin, meskipun dalam hatinya saat ini sedang penuh dengan gejolak.Mungkin akan menjadi impian bagi setiap manusia bisa menikah dengan seseorang yang mereka cintai, dan Cinta memupus impian itu saat meminta Tegar untuk menikahi dirinya. Dengan sangat terpaksa, Cinta memaksa Tegar agar bersedia menikahinya, meskipun Cinta sadar, sesadar sadarnya, jika di antara mereka berdua tidak ada rasa cinta.“Katakan pada ibu, apa alasanmu menikah dengan Tegar? Apa kau ingin membalas dendam pada Aura, karena dia telah menikah dengan Damar, lalu kau menikah dengan orang yang pernah menjadi kekasih adikmu?”Dengan napas yang sedikit tersengal-sengal, Utari
Waktu terus berjalan, dan lima tahun telah berlalu. Tegar dan Cinta mencoba berjuang mendirikan usaha mereka sendiri. Meskipun harus merangkak dari bawah tetapi pasangan suami istri itu tetap terlihat bahagia dan sangat menikmati setiap prosesnya. Sebagai anak yang lahir di luar nikah, Tegar sadar dirinya tidak memiliki sedikitpun hak atas Sanjaya Furniture. Semua itu adalah milik Damar, dan dia tidak akan mengganggunya. Begitu juga dengan Mulia Abadi Mebel, perusahaan itu adalah hasil kerja keras Lisa saat menjadi istri dari seorang Widiantoro Muliawan, dia pun tidak memiliki hak di sana, meskipun ibunya bekerja lebih dominan. Apalagi saat perceraian Lisa dengan Widi harta bersama yang mereka miliki langsung dilimpahkan kepada Cantika. Tegar bersyukur karena Cinta bisa memahami keputusannya tersebut, meskipun dirinya harus ikut bekerja keras dalam membantu Tegar menjalankan usaha yang benar-benar dari nol. Ketekunan Tegar dan Cinta pun membuahkan hasil, meskipun usaha mereka masih b
“Ini bukan malam pertama kita, Gar! Walaupun kita baru saja menikah tetapi kita bukan pengantin baru lagi,” ucap Cinta yang merasa tidak mampu mengimbangi gairah sang suami.Melihat sang istri yang terlihat sudah kelelahan akhirnya Tegar pun mengalah. Ditariknya selimut untuk menutupi tubuh polos mereka. Tegar merapatkan tubuhnya dan berbaring dengan kepala bertumpu pada lengan kekarnya, hingga dia bisa memandang dengan saksama wajah pucat sang istri karena kelelahan melayaninya.“Apa kau sudah dengar kabar?” tanya Tegar sambil merapikan anakan rambut yang menjuntai ke wajah sang istri, lalu diselipkannya di belakang daun telinga.“Apa?” tanya balik Cinta dengan mata yang hampir terpejam karena sudah tidak kuat lagi menahan kantuk.“Pak Adnan akan menikah, lamarannya tadi diterima.”“Ha!” Kabar yang baru saja menggetarkan telinganya, membuat kantuk Cinta hilang seketika. “Sama ibu? Kapan?” cecar Cinta yang tidak bisa menahan rasa penasarannya.“Buka,” jawab Tegar sambil menggelengan
Perbincangan yang terasa sangat private berlangsung di ruang kerja Lisa. Dengan didampingi oleh sang ayah yang merupakan seorang pengacara, Randy memberanikan diri untuk melamar Cantika. Tetapi tampaknya keinginan Randy tidaklah mudah untuk bisa terwujud, karena di hadapan Tegar, Cinta dan juga Lisa, dengan terang-terangan Cantika menolak niat Randy tersebut.“Itu sudah menjadi keputusan saya,” ucap Cantika dengan tegas.“Pikirkan masa depan anak yang sedang kau kandung saat ini,” sahut Adnan yang terlihat masih belum percaya jika janin yang saat ini dikandung oleh Cantika adalah calon cucunya.“Saya mengambil keputusan ini karena benar-benar memikirkan masa depan anak yang sedang saya kandung. Saya tidak ingin anak saya tumbuh seperti saya, tumbuh dalam keluarga yang penuh dengan kepalsuan.” Cantika tetap teguh dengan pendiriannya, seolah tidak ada yang bisa mengubah keputusannya lagi.Setelah lelah memohon kepada Cantika, kini Randy hanya mengandalkan sang papa untuk bisa membujuk C
Hesti memejamkan mata sambil mengatur napasnya. Wanita yang dinikahi secara sah oleh Dharma Sanjaya itu mencoba menahan segala amarah setelah mendengar pengakuan dari Lisa. Damar meraih jemari mamanya, berharap wanita yang telah melahirkannya bisa lebih tenang.Berpuluh tahun Hesti menyimpan amarah dan kebencian. Sungguh sangat sulit dipercaya jika ternyata sumber malapetaka dalam kehidupan rumah tangganya adalah orang yang begitu dekat dengannya.Hesti menghembuskan napas dengan kasar lalu membuka matanya dan memandang Lisa yang sedang menangis tergugu di hadapannya. Sudah bukan waktunya lagi untuk membalas dendam, tanpa harus mengotori tangannya ternyata Tuhan telah memberi keadilan kepada Lisa.Meskipun memiliki harta yang melimpah dan usaha yang maju dengan pesat, Lisa terjebak dalam pernikahan yang tidak sehat dengan Widiantoro Moeliawan. Berpuluh tahun Lisa harus hidup bersama seorang suami yang tukang selingkuh. Hingga membuat Lisa memilih untuk menyibukkan diri dengan pekerjaa
Tegar langsung menghampiri Cantika yang saat ini sudah berdiri di hadapannya. Sesaat dua bersaudara yang lahir dari rahim yang sama meskipun dari benih pria yang berbeda itu saling berpelukan untuk melepas kerinduan.Tegar segera mengurai pelukannya kala merasa ada yang membatasinya. Ya, perut Cantika yang terlihat mulai menyembul. Diusapnya perut sang adik, ada rasa bangga kala mengetahui Cantika masih tetap mempertahankan kehamilannya meskipun harus menghadapi banyak rintangan dan hinaan.Di sudut yang berbeda, Cinta menyaksikan interaksi antara Tegar dengan Cantika. Rasa cemburu yang dahulu sempat membuat Cinta kalap kini raib berganti haru. Hubungan dua bersaudara di depannya, mengingatkan Cinta pada Aura, adiknya yang belum lama meninggal. Kesedihan kembali mendera hati Cinta karena rasa kehilangan dan kerinduan kepada Aura yang sudah tidak mungkin lagi bisa dia temui. Belum lagi perut Cantika yang membuncit mengingatkan Cinta pada calon anak yang harus pergi sebelum melihat ind
Dengan langkah lebar dan terlihat tergesa-gesa, Adnan memasuki sebuah restaurant. Pandangan matanya menyapu seisi ruangan mencari sosok yang sudah melakukan janji untuk bertemu di tempat tersebut. Tidak butuh waktu yang lama, akhirnya netra Adnan menemukan sosok yang dia cari.“Maaf! Orang-orang suruhanku belum mendapatkan kabar tentang Cantika,” ujar Adnan kala menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi yang berada di depan Lisa. “Tapi orang-orangku masih terus mencarinya, semoga Cantika bisa secepatnya ditemukan.Lisa hanya mengangguk pelan menanggapi ucapan Adnan. Ada rasa kecewa yang sedang dia redam, bagaimana pun dia sangat ingin segera mengetahui kabar putrinya yang sudah beberapa hari meninggalkan rumah.“Selain masalah Cantika, sebenarnya ada urusan lain yang membuatku ingin menemuimu.”Pandangan Adnan langsung terfokus pada Lisa. Pria yang berprofesi sebagai pengacara itu terdiam menunggu wanita yang duduk di hadapannya untuk mengungkapkan kepentingannya.“Bantu aku untuk mengurus
“Dia sudah pergi?”Hesti terjingkat kaget saat mendengar suara yang sudah beberapa hari dia nantikan. Bersama dengan senyum yang ditemani oleh lelehan air mata Hesti melangkahkan kakinya mendekati brankar putra semata wayangnya.“Kau sudah sadar?”Hesti tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya kala melihat Damar sudah sadar. Tidak lupa dia menekan tombol nurse call agar Damar segera mendapat pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui keadaannya saat ini.Senyum di bibir Hesti semakin melebar saat dokter menjelaskan jika organ-organ vital Damar dalam keadaan yang baik dan bisa berfungsi dengan normal. Hanya kaki Damar yang membutuhkan tindakan lebih berupa fisioterapi agar bisa berjalan seperti sedia kala.“Aku akan mengabari Tegar,” ucap Hesti setelah dokter dan asistennya meninggalkan ruang perawatan Damar.“Apakah Tegar juga akan mengambil mama dariku?” tanya Damar dengan mata yang berkaca-kaca. “Tegar sudah mengambil papa, dia juga mengambil Cinta dariku, apakah sekarang mama juga aka
Pagi-pagi sekali Lisa sudah tiba di ruang perawatan Cinta. Bukan hanya untuk melihat keadaan anak dan menantunya tetapi juga pelarian atas masalah Cantika yang sampai saat ini belum ada kabarnya.Rasa canggung itu masih ada, hingga Cinta hanya melempar senyum untuk menyambut kedatangan wanita yang telah melahirkan Tegar terseb.ut. Cinta yang awalnya sibuk memainkan ponselnya pun bergegas meletakkan ponsel tersebut di nakas untuk menghargai kedatangan Lisa.“Sudah mau pulang?” tanya Lisa saat melihat Tegar sedang berkemas.“Ya, hanya tinggal tunggu visit dokter saja,” jawab Tegar.Sebenarnya untuk proses kuretase, Cinta tidak harus menjalani rawat inap. Tapi karena kondisi mental Cinta yang terlihat sangat terpuruk dan juga kesibukan Tegar mengurus pemakaman Aura dan juga anak mereka membuat Tegar memutuskan agar Cinta menjalani rawat inap.“Syukurlah, ibu akan menghubungi Bi Ani agar menyiapkan apartemen kalian.”“Kami akan pulang ke rumah dulu, masih banyak tetangga yang datang untuk
Cinta mulai membuka matanya saat mendengar sayup-sayup suara panggilan untuk melaksanakan ibadah di pagi hari. Ada rasa kehilangan kala tangannya menyentuh perutnya yang rata. Janin yang baru beberapa hari dia sadari kehadirannya kini sudah pergi meninggalkannya.Air mata Cinta kembali menetes saat dia teringat jika dia bukan hanya kehilangan calon anaknya tetapi juga Aura. Dan Cinta tidak bisa mengiring keduanya saat menuju ke tempat peristirahatan yang terakhir. Dengan dibarengi oleh lelehan air mata, bibir Cinta merapalkan doa-doa untuk orang-orang yang dia sayangi yang telah meninggalkannya.Cinta bergegas menyeka air matanya saat mendengar suara pintu dibuka. Penampilan yang berbeda dari sosok yang sangat dia kenal membuat Cinta sedikit terpana. Mungkin berbagai ujian dan cobaan yang menghampiri mereka akhir-akhir ini membuat Tegar membutuhkan pegangan yang kuat, yang hanya bisa dia dapatkan dari Tuhannya.Biasanya di waktu subuh, Tegar sedang nyenyak-nyenyaknya tidur, dan sulit