Bau darah naik ke atas udara saat pertempuran melelahkan lain akhirnya berakhir juga. Dua tahun. Butuh waktu dua tahun penuh bagi Pangeran Raoul untuk membersihkan seluruh bandit di daerah perbatasan. Selama waktu itu, Pangeran Raoul sudah tidak lagi bisa menghitung berapa banyak nyawa yang sudah dia bunuh dengan kedua tangannya. Pangeran tersebut berdiri di tengah perkemahan bandit yang telah hancur. Raoul menyimpan pedangnya kembali, saat dia tahu pertarungan panjang yang mereka jalani akhirnya berakhir juga. Dari arah belakang, suara derap langkah kuda terdengar sampai berhenti beberapa meter dari tempat Pangeran Raoul berdiri. Seorang pria gagah dengan zirah tempur turun dari kudanya dan berlutut di hadapan pangeran tersebut. Ketika Pangeran Raoul akhirnya berbalik untuk menatapnya, Kapten Allen segera berbicara pada pangeran itu. "Yang Mulia, kami telah berhasil menangkap pemimpinnya yang berusaha untuk melarikan diri!"Pangeran Raoul mengangguk untuk menanggapi laporan Kapten
Di tengah markas pasukan Pangeran Raoul, kini sudah ada seorang gadis yang tengah disuguhi minum oleh salah satu prajurit. Dari kejauhan saja, orang-orang sudah bisa tahu bahwa gadis tersebut merupakan seseorang yang sangat menarik. Walaupun tubuhnya kotor dan ditutupi debu di beberapa bagian, matanya yang bulat dan bibir merahnya tetap menarik perhatian para lelaki yang ada di tempat itu.Yang lebih menarik, meskipun gadis tersebut baru saja mengalami kejadian yang hampir membuatnya terbakar hidup-hidup, semangat hidupnya tetap membara ketika dia berbincang akrab dengan para prajurit yang berani menghampirinya. Gadis itu sama sekali tidak keberatan berbicara dengan semua orang, seakan berada di markas prajurit dan berbincang-bincang dengan prajurit yang baru saja pulang bertarung merupakan hal yang biasa baginya."Yang Mulia Pangeran Raoul telah kembali!"Hanya ketika orang-orang mulai berlutut dan menyambut kembalinya Raoul, gadis tersebut akhirnya berhenti bicara dengan orang lain.
Ariana membaca surat yang dikirim oleh Raja Alexius berkali-kali sebelum dia akhirnya menyimpan surat tersebut dengan tenang. Wajahnya tidak banyak berubah, selain bibirnya sedikit menunjukan senyuman. Ariana tidak menyangka perebutan takhta yang dia takutkan akan berakhir seperti ini. Baik Ratu Melisa maupun Putra Mahkota Emilio telah selesai. Selama Pangeran Raoul berhasil mencapai ibu kota dengan selamat, mahkota tetap akan jatuh ke tangan Pangeran Raoul. Karena komanya Emilio, pihak pendukung Emilio juga mulai goyah dengan pilihan mereka sendiri. Kebanyakan dari mereka akhirnya memilih untuk setuju dengan pemilihan Pangeran Raoul sebagai putra mahkota baru. Tentu saja, kelompok pendukung Pangeran Raoul juga memiliki pengaruh yang besar atas pemilihan itu. Dengan bantuan mereka, akhirnya posisi Pangeran Raoul sudah bisa diamankan. Ariana memang sedikit tidak terima Emilio harus berakhir seperti ini di kesempatan keduanya. Namun kecelakaan Emilio terjadi tanpa campur tangannya. Ar
Seperti aturan kerajaan, Ariana akan mengunjungi istana terlebih dahulu untuk menerima surat perintahnya sebelum pergi ke medan perang. Untungnya sejak Ariana berniat menjadi seorang ahli pedang, kakeknya telah meminta seseorang untuk membuatkan Ariana zirah yang ringan tetapi sangat kuat. Untuk pertama kalinya, Ariana akhirnya menggunakan zirah yang dibuat khusus tersebut. Tatapan Ariana melembut, saat dia mengambil pedangnya dan kembali membaca kata-kata yang diukir dalam pedangnya. "Jadilah perubahan yang kamu inginkan." Setelah Ariana menggumamkan kata-kata tersebut, Ariana kembali menyimpan pedangnya lalu bersiap untuk pergi keluar dan menemui pasukannya. Para kesatria keluarga Alison mungkin sudah mengenalnya dan menghormatinya dari lubuk hati yang terdalam. Namun para tentara biasa belum tentu melakukan hal yang sama. Ariana harus memasang sikap tegas dan kuat, walaupun dia jelas yang termuda dengan umurnya yang baru mencapai usia 17 tahun. Dengan iring-iringan dari wilayah Al
"Nona Aria, saya hampir saja mencari Anda. Semua pasukan sudah siap untuk berangkat. Raja Alexius secara pribadi akan mengantar kita sampai keluar istana."Ketika Ariana kembali, gadis itu langsung dihampiri oleh Valencia yang terlihat khawatir padanya. Ariana dengan cepat mengangguk. "Maaf telah membuat kalian semua menunggu. Kita akan pergi sekarang," ujarnya memberi tahu. Dengan siulan khusus, kuda milik Ariana berlari sendiri untuk menghampiri gadis itu. Ariana menepuk kudanya dengan lembut, sebelum naik ke atas punggungnya dengan lancar. Sebelum benar-benar pergi, Ariana menyempatkan diri untuk menatap bangunan istana kerajaan untuk terakhir kalinya. Wajahnya dipenuhi perasaan rumit, saat dia akhirnya memutuskan untuk kembali fokus pada jalan di depannya. Sebagai anggota keluarga Alison, Ariana secara otomatis akan menjadi komandan tertinggi dari semua pasukan. Gadis itu membelah barisan pasukan untuk berada di barisan terdepan, sementara Valencia dan Cornell berbaris di belakan
Sepanjang hari, ribuan pasukan yang dipimpin oleh Ariana bergerak untuk pergi ke perbatasan selatan. Mereka melewati pegunungan, lembah, dan berbagai medan lainnya untuk berpindah dari kota ke kota. Jika mereka beruntung tiba di kota sebelum malam, sejumlah besar pasukan akan memiliki atap untuk menginap sebelum melanjutkan perjalanan. Namun bila mereka tidak bisa tiba di kota sebelum matahari terbenam, mereka hanya bisa puas dengan membangun tenda-tenda di tempat yang relatif lebih aman. Sebagai orang yang tidak pernah pergi terlalu jauh dari wilayahnya, Ariana mempelajari banyak hal baru di sepanjang perjalanan yang dia lalui. Tiap kali mereka memasuki wilayah yang berbeda, Ariana menemukan bahwa cara kerja mereka juga berbeda dari wilayah Alison ataupun ibu kota. Ariana mengingat dengan baik karakteristik masing-masing wilayah yang dia lewati. Pengalamannya dalam memimpin pasukan besar ke medan perang ini, tidak akan bisa dia rasakan jika dia hanya membaca buku di perpustakaan bes
Tidak seperti perbatasan utara yang dikelilingi hutan dan bukit-bukit tinggi, perbatasan selatan Kerajaan Sigmund merupakan daerah kering yang dipenuhi pasir saat musim panas. Dengan matahari yang menggantung tepat di atas kepala, panasnya seakan membakar orang-orang yang tengah menghadiri prosesi pembakaran mayat para tentara yang telah gugur. Mereka dibakar untuk menghindari penyebaran penyakit yang mungkin terjadi karena adanya terlalu banyak mayat dalam satu tempat. Api naik semakin tinggi, saat satu per satu mayat mulai hangus di dalam kobaran api itu. Beberapa tentara mulai menangis saat rekan mereka terbakar dalam api tersebut. Tidak ada yang menyalahkan tangis mereka, karena pasukan yang diminta menjaga perbatasan selatan memang sudah berada di batas akhir mereka kini. Selama setahun, mereka dipaksa bertarung di garis depan tanpa tambahan pasukan lagi. Sekalipun mereka disebut sebagai pasukan terbaik Kerajaan Sigmund, dihadapkan dengan lawan yang tidak kalah kuatnya, pasukan
Ketika semua orang tengah mempertaruhkan nyawa mereka untuk menyelamatkan nyawa penduduk yang tidak bersalah, Albert yang telah berhasil membawa para penduduk desa yang diserang untuk berlindung di Kota Alard berteriak dengan frustrasi saat orang-orang kota itu tidak ingin membuka gerbang untuk para pengungsi yang baru saja datang. Mereka terus saja mengatakan bahwa jika mereka membuka gerbang benteng tersebut, mereka juga akan diserang seperti orang-orang itu. "Duke Andrew dari Keluarga Alison telah memberi perintah pada kalian! Cepat buka gerbang ini atau kami akan mendobraknya dengan paksa!"Albert berteriak dengan frustrasi saat orang-orang itu tetap saja tidak mau mengubah keputusan mereka. Karena mereka belum juga selesai dengan misi membawa para penduduk ke tempat yang aman, banyak tentara mati untuk mengulur waktu di garis depan."Hah, Duke Andrew akan mati karena dia terlalu peduli pada orang-orang yang tidak penting. Namun aku berbeda, aku tidak akan menolong orang-orang itu
Selesai selesai menemui Melisa, Raoul tidak langsung kembali ke istana ketika dia malah membawa Ariana ke taman kerajaan yang indah. Setelah lama tidak bertemu, Raoul pikir dia memiliki banyak hal untuk dikatakan pada Ariana. Gadis itu tidak tahu betapa Raoul sangat menantikan pertemuan mereka. Walaupun pertemuan mereka tidak seindah yang Raoul bayangkan, tetapi pria itu tetap senang ketika dia melihat Ariana lagi. Sekarang setelah mereka akhirnya memiliki waktu untuk diri mereka sendiri, Raoul ingin bicara berdua dengan Ariana. Pria itu sama sekali tidak ragu saat dia menggandeng tangan Ariana. Jantungnya semakin berdebar keras, ketika pria tersebut tidak melihat penolakan apa pun dari Ariana. Setelah Raoul meminta Ariana duduk di tempat beristirahat yang ada di taman istana, pangeran tersebut menyusul untuk duduk di sebelah Ariana setelah itu. Namun ketika Raoul melihat wajah murung Ariana, pria tersebut tiba-tiba saja kehilangan kata-katanya. Ariana memang telah berubah menjadi w
Dari kastilnya, Melisa mendengar terompet yang menandakan bahwa perang telah usai. Emilio telah mati, dan Kerajaan Sigmund telah berhasil kembali pada pewaris sahnya. Suara bahagia dia luar kastil berhasil menghancurkan semua harapan Melisa. Wanita itu sempat terpaku, sebelum air matanya mengalir tanpa henti dari kedua matanya. Dengan kematian Emilio, semangat Melisa untuk melarikan diri segera jatuh ke titik nol. Wanita tersebut menatap perang yang telah selesai dari jendela kamarnya, lalu berbalik untuk menatap Teresa yang masih setia untuk menemaninya. Bahkan jika status mereka telah berubah, kesetiaan Teresa tetap sama sampai saat-saat terakhir. Melisa telah menyeret Teresa ke dalam balas dendam dan penderitaan ini. Namun bahkan sekarang, Teresa sama sekali tidak mengeluh ketika dia hanya terus berdiri di belakang Melisa untuk menemani wanita itu. Melihat kegigihan Teresa untuk tetap bersamanya sampai akhir, membuat Melisa kembali sedih. Senyum retak muncul di wajahnya, ketika
Ketika Ariana sudah bisa melihat gerbang istana kerajaan, gadis itu melihat bahwa pertarungan antara pasukan Pangeran Raoul dan pasukan masih berlanjut di halaman istana. Ariana baru saja hendak turun dari kudanya untuk membantu, ketika Jimmy yang melihat keberadaan Ariana langsung berteriak pada gadis itu. "Nona Aria, Pangeran Raoul telah memasuki istana bersama dengan yang lain! Kami bisa mengendalikan situasinya di sini. Jadi tolong bantu Pangeran Raoul untuk menemukan Raja Emilio!"Mendengar bahwa Pangeran Raoul telah masuk ke istana terlebih dahulu untuk mencari Emilio, Ariana merasa dia tidak memiliki banyak waktu lagi. Gadis itu hanya bisa mengangguk pada Jimmy, sebelum memacu kudanya untuk pergi ke istana kerajaan. Semakin dia masuk ke dalam istana, Ariana melihat semakin banyak orang terpaksa berhenti mengikuti Pangeran Raoul untuk melawan musuh yang ada di istana. Ariana berlari cepat ke dalam istana, dan melihat bahwa Pangeran Raoul tengah bertarung melawan Emilio. Di ru
Ketika Emilio bangun kembali, dia merasa bahwa ribuan batu telah menindih badanya yang rapuh. Pria tersebut tidak bisa menahan batuk ketika dia mencoba untuk bangun secara tiba-tiba. Pandangannya sedikit kabur. Emilio hanya bisa mendengar seseorang samar-samar memanggil namanya, sebelum dia akhirnya cukup sadar untuk melihat ke sekeliling. Begitu Emilio melirik ke arah suara berdengung yang sejak tadi terus mengganggunua, pria itu menemukan sang Ibu yang selama ini dia kurung di kastil terpencil tengah menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Emilio, syukurlah kamu telah bangun Nak. Tenang saja, sebentar lagi kita akan pergi dari tempat ini. Ibu telah memikirkannya dengan baik. Tidak ada balas dendam atau kejahatan lain. Ibu hanya ingin hidup bahagia denganmu mulai saat ini."Alis Emilio bekerut ketika dia tidak mengerti apa maksud ucapan sang Ibu. Walaupun badan Emilio masih lemas dan sedikit bergetar ketika dia paksakan untuk bangun, pria itu tetap bangun dari posisi tidurnya untuk m
Sekitar tiga puluh menit telah terlewat sejak Ariana awal berlari. Selama waktu itu, gerbang yang seharusnya terbuka masih belum dibuka oleh Carla. Ariana menatap ke arah gerbang dengan tatapan khawatir. Walaupun gadis itu tahu dia seharusnya percaya pada Carla, Ariana tetap saja tidak bisa menahan pikiran buruk yang mulai bermunculan di pikirannya. Sejak awal, membuka gerbang dari dalam dengan kerja sama dari dua orang saja memang terdengar mustahil dilakukan. Ariana baru saja hendak berbalik untuk mencapai gerbang, ketika gerbang berat yang mustahil diangkat sebelumnya perlahan mulai naik ke atas. "Si, siapa yang membuka gerbang itu?! Ke mana orang-orang yang diminta menjaga gerbang itu pergi?!"Dari kejauhan, Ariana bisa mendengar para tentara berteriak panik. Kekacauan semakin parah ketika dari dalam ibu kota saja, Ariana bisa mendengar suara langkah kuda yang melaju dengan cepat. Tatapan di mata Ariana sedikit melembut, ketika dia akhirnya bisa melihat Pangeran Raoul memimpin p
Pangeran Raoul menatap gerbang ibu kota dengan tatapan nostalgia begitu dia berhasil melihat tempat tersebut dari kejauhan. Dengan masalah yang terus-menerus menimpanya sejak Raoul pergi dari ibu kota, rasanya sudah lama sekali sejak pangeran tersebut bisa kembali ke kampung halamannya. Di dalam gerbang itu, ada Ariana dan ribuan warga ibu kota yang perlu dia selamatkan. Pertarungannya di tempat itu, akan menjadi penentu kemenangannya dalam memperebutkan takhta. Pangeran Raoul menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya sendiri. Pangeran tersebut telah melewati banyak pertarungan untuk sampai ke titik ini. Namun dari semua pertarungan, dia tidak pernah merasa sampai segugup ini. Raoul hanya bisa berdoa semoga semuanya berjalan dengan lancar. Ariana telah berhasil diselamatkan dari istana kerajaan, sementara Emilio tidak ada kabarnya setelah diracun. Untuk saat ini, Raoul hanya perlu fokus menerobos masuk ke istana dan mengambil kembali apa yang menjadi miliknya selama ini. "
Ketika Ariana sadar kembali, dia sudah berada di ruangan sederhana yang tidak dikenal. Di sekelilingnya, Ariana mendengar suara ramai yang bercampur menjadi satu. Suara anak-anak mendominasi indra pendengaran Ariana. Gadis itu perlahan bangkit dari posisi tidurnya, lalu menatap ke sekeliling untuk mengenali lingkungan di sekitarnya. Hal yang terakhir Ariana ingat merupakan saat di mana dia memaksa untuk menyusul Cornell dan tiba-tiba merasakan perasaan sakit di bagian tengkuknya. Tampaknya untuk menghentikan perlawanannya, Carla telah memukul titik lemahnya hingga dia akhirnya pingsan. Ariana tidak tahu dia ada di mana. Namun satu hal yang pasti, Ariana tidak bisa menemukan keberadaan Carla di tempat asing itu. Setelah kesadarannya kembali, Ariana turun dari tempat tidurnya untuk keluar dari ruangan itu. Gadis tersebut membuka pintu ruangan itu dengan hati-hati, dan langsung disambut oleh anak-anak yang tengah bermain kejar-kejaran di lorong tempat tersebut. "Anak-anak, jangan berl
Saat itu Raja Emilio tengah berada di ruang kerjanya, ketika seseorang datang dengan terburu-buru untuk memberikan tahu kabar yang paling dia takuti selama ini. "Baginda, seorang penyusup telah masuk dan membawa pergi Duchess Alison!"Mengabaikan semua hal, Raja Emilio langsung berlari untuk kembali ke istana kerajaannya saat itu juga. Emilio pikir, Ariana akan aman di istananya karena dia menugaskan hampir setengah kesatria kerajaan untuk berjaga hanya di tempat itu. Ariana juga telah berperilaku dengan sangat baik akhir-akhir ini. Gadis itu bahkan mengijinkan Emilio untuk bermalam di kamarnya, lalu tersenyum kecil di berbagai kesempatan. Emilio pikir mereka bisa kembali ke titik awal yang dia inginkan sebentar lagi. Kebahagiaan yang dia dambakan ada di depan mata, ketika Ariana sudah mulai membuka hatinya lagi. Namun pemandangan yang pria itu dapatkan ketika kembali ke istananya, telah menghancurkan semua harapan Emilio. Pria itu hanya bisa melihat puluhan kesatria kerajaan yang t
Raja Bernard bekerja sangat cepat untuk mempersiapkan pasukannya yang akan ikut kembali bersama Pangeran Raoul ke Ibu Kota Kerajaan Sigmund. Hanya dalam waktu tiga hari, Pangeran Raoul akhirnya siap untuk kembali ke kerajaannya sendiri. Pria tersebut melihat barisan pasukan yang ada di depannya, sebelum berbalik untuk menatap Raja Bernard dan Putri Elle yang mengantar kepergiannya. "Kebaikan Anda hari ini tidak akan pernah saya lupakan. Setelah saya berhasil mengambil alih kerajaan, saya harap dua kerajaan bisa memiliki hubungan yang baik kembali."Raja Bernard tersenyum setelah mendengar ucapan Pangeran Raoul. "Tentu saja. Hubungan kita mungkin pernah buruk karena perang. Nyawa yang hilang juga tidak akan pernah kembali. Namun dari kesalahan ini, aku ingin belajar untuk berpikir lebih kritis sebagai seorang pemimpin. Pangeran Raoul, aku akan menunggu saat di mana kedua kerajaan bisa saling membantu lagi seperti dahulu," ujarnya. "Berhati-hatilah di jalan. Aku harap semuanya berjala