Home / Pendekar / Kesatria Agung Mikenai / Chapter 22: Young Knight arc: Immortal Mode

Share

Chapter 22: Young Knight arc: Immortal Mode

Author: Riza Hanazawa
last update Last Updated: 2021-09-30 10:30:15

    Di dalam markas militer, tempat suci yang seharusnya diperuntukkan untuk ketenangan para pemuja Titan kini menjadi medan pertempuran. Naruma dan Macrones berjuang keras melawan Saragos yang memiliki kekuatan thelisi mengendalikan air seperti Vichnight. Namun, kehendak perempuan itu menyambung kepada Dewi laut Sedna sedangkan Vichnight menyambung kepada Dewa Poseidon.

    Ledakan demi ledakan air membuat kedua pemuda dari akademi Herakles kuwalahan. Mereka seolah menghadapi murka sang Dewi laut bergejolak dari trisula Saragos. Ketika Naruma melacarkan serangan selalu dihalangi dengan tembakan air yang membentur lesatan anak panahnya. Macrones mencoba menyerangnya dari arah samping, tapi hal itu tetap terjangkau oleh

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 23: Young Knight Arc: Budak Kerajaan Athena

    Semuanya telah hancur lebur. Markas kokoh yang dijadikan sebagai simbol eksistensi kerajaan Athena di negara Vennisios telah runtuh. Tinggallah puing-puing pondasi bangunan suci berserakan di sekitar area tanah lapang dengan penuh rerumputan dan semak belukar. Saragos masih berdiri di tengah-tengah area reruntuhan. Ekspresinya merah terbakar, keadaan menyulut emosinya. Wanita bermahkota perak itu amat murka dengan perbuatan seseorang yang telah menghancurkan markasnya. “Kau bodoh, Gruno. Perhatikan sekitarmu bila kau sedang mengamuk!” teriaknya. Dia pantau sekitar area reruntuhan. Tampak pemandangan tidak menyenangkan tertangkap kedua indera penglihatannya. Kawan yang dia panggil dengan lantang tersebut tak berdaya ditarik pakaiannya oleh

    Last Updated : 2021-10-18
  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 24: Young Knight Arc: Pahlawan VS Perampok

    Beberapa pendekar aliansi mengerubungi Boy Knight. Menghadangnya dengan posisi melingkar. Sontak para pengikutnya mengambil posisi untuk siap menyerang, Boy Knight pun memberikan isyarat untuk tetap tenang. Ia mendekati salah satu pendekar muda. “Apa kamu tidak menyukai kehadiranku?” tanya Boy Knight. Pendekar yang didekatinya itu tiada lain adalah Naruma. “Kau pasti hadir untuk merampok kampung ini, ‘kan? Dan juga kehadiranmu membawa mala petaka bagi para tentara negara Vennisios,” ucap Naruma. "Kau membuat mereka dipecat dari pekerjaan sebagai pasukan negara karena kalah darimu lalu mereka membelot kepada kerajaan Athena," lanjutnya dengan tegas. Boy Knight mengangguk sesaat kemudian menggeleng, sikap anehnya mengundang keheranan bagi siapapun yang melihat. Boy Knight memutar badannya, melayangkan pan

    Last Updated : 2021-10-28
  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 25 : Kehancuran Akropolis

    Angin tenang sepoi-sepoi berhembus menggetarkan hati dan menghangatkan diri. Senja yang terang berporos dari sinar di ufuk barat membawa kehangatan sebelum datang kedinginan dalam suasana gelap gulita malam. Para anak-anak dan lalu lalang penduduk di sebuah akropolis begitu padat. Ada yang menutup toko, ada yang memulai membuka toko. Rotasi setiap kehidupan masyarakat berputar sesuai perannya masing-masing. Salah satu anak tiba-tiba menggigil meski tersengat sinar matahari. Beberapa teman-temannya pun memberikannya syal disertai perasaan terheran-heran. “Tapi aku masih kedinginan, hacciuh ...!” keluh anak tersebut, sampai menyemburkan ingus dari hidungnya. “Kau begitu aneh, lebih

    Last Updated : 2021-11-05
  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 26: Menuju Akropolis Ventis

    Reruntuhan akropolis dipenuhi pasukan negara yang tampil sebagai pahlawan kesiangan. Tidak ada lagi yang tersisa di akropolis tersebut selain puing-puing bebatuan rusak berserakan di setiap aspal. Beberapa pasukan melaporkan kepada kaptennya. Kemudian sang kapten memerintahkan semua pasukan untuk pergi dari akropolis tersebut. Entah hendak ke mana dan apa yang mau mereka perbuat dengan informasi yang mereka dapat. Sedangkan, para penduduk yang selamat di tempat pengungsian hanya membutuhkan sebuah pertolongan. Sementara itu, di akademi Herakles. Trio murid hebat berkumpul di tengah kamp latihan. Melatih para murid yang baru bergabung di akademi Herakles. Naruma melesatkan anak panah dan menghujam salah satu burung merpati yang tidak sedang mengerami telur bertengger di pepohonan. Lesatan itu membua

    Last Updated : 2021-11-07
  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 27: Pertemuan Pada Meja Makan

    Akropolis kota Ventis adalah aksropolis terbesar di negara Vennisios. Akropolis ini berada di tengah sebagai pusat kerajaan, dekat dengan istana raja Vennisios. Kini kota itu ramai dan terasa sangat damai. Sehingga tidak ada yang menyadari bahwa bahaya besar mengintai. Di lain tempat yang tak jauh dari akropolis kota Ventis, istana kerajaan negara Vennisios. Sekumpulan pasukan datang untuk masuk menggiring beberapa pendekar. Mereka dihadapkan ke depan raja secara langsung. Sebelum itu, para pendekar dikumpulkan di suatu aula khusus, aula dengan air mancur ditengah dan patung dewa-dewi menghias area. Para pendekar negeri saling bertemu dan mereka ternyata sudah mengenal satu sama lain. “Naruma, kaukah itu?” pendekar perempuan me

    Last Updated : 2021-11-08
  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 28: Kekuatan dari Tujuan

    Ketenangan beralih menjadi ketegangan, semua orang berlari menjauh dari kedai mewah. Saxomenes berdiri, menaruh sisa makannya. “Aku selesai, habiskan sisanya?” Dia berjalan menuju ke tempat yang berhadapan dengan tempat duduk Itamos dan kawan-kawan. Bersiap menghadang serangan balasan. “Pemuda yang bersemangat. Aku suka anak itu,” ucap Boy Knight. Sambil memakan sisa makanan Saxomenes. Kooria muncul dan melesatkan tembakan dari tangan kanannya, satu tembakan itu mengenai Saxomenes, dan membuatnya membeku seketika. Kooria terbahak-bahak melihat lawannya tak berkutik menahan serangannya. Ketika didekatinya, energi panas terasa di sekitar Saxomenes yang membeku. Kemudian meledak dan lesatan pecahan es mengenai Kooria. T

    Last Updated : 2021-11-08
  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 29: Kekuatan Para Raksasa

    Kedua makhluk raksasa saling menyerang satu sama lain. Timos dan Elanza memiliki ukuran tubuh yang lebih besar. Ukuran tinggi badannya kisaran mencapai bangunan rumah di sekelilingnya. Segala benturan dam serangan mereka membuat efek kerusakan yang sangat parah. Timos memberikan pukulan kepada Elanza. Elanza menahannya dengan salah satu kepala anjing. Kemudian cakar tajamnya dia ayunkan ke tubuh Timos sampai menggores luka yang serius. Timos kesakitan dan kini Elanza bisa memberikan serangan lanjut sebagai anjing buas, dia terkam Timos dan menggigit bahu kanannya. Timos tak mau kalah, dia cekik salah satu kepala anjing tersebut dan membuat Elanza kesakitan. Sampai dia melepaskan gigitannya. Timos memukul kepala yang menggigitnya barusan dengan pukulan yang sangat kuat. Tentu rasa sakit akibat ben

    Last Updated : 2021-11-09
  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 30: Kemampuan yang Mengerikan

    Semburan air mengarah ke arah lawan, lawan itu menghalaunya dengan sentuhan ajaibnya dan membuat semburan itu membeku. Lalu dia serangkan balik tembakan air yang telah menjadi es itu kepada penyerang sebelumnya. Seketika itu es tersebut mencari sebelum mengenainya. Inilah pertarungan Vichnight dengan Kooria, antara mencairkan dan membekukan. “Hebat juga. Kupuji kelebihanmu,” ucap Vichnight. “Kaupikir aku peduli?” balas Kooria acuh. Kooria mengumpulkan kekuatan dan menembakkan bola es. “Bala pagou!(Bola Es!)” Bola es meluncur dari tangan Kooria, menembak Vichnight. Vichnight bersiasat menahannya dan saat sampai di dekat, ia coba mencairka

    Last Updated : 2021-11-09

Latest chapter

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 43: Dilema seorang Prajurit

    Rombongan Boy Knight pergi meninggalkan singgahannya di kampung para Gigant. Mereka menuju ke suatu tempat agar bisa mendapatkan singgahan berikutnya. Boy knight memiliki kebiasaan untuk melawan para pasukan kerajaan yang sedang mengintimidasi suatu pemukiman. Sehingga bila ia dapat melakukannya, ia bisa meraih alih kekuasaan atas kampung tersebut. Entah tujuan seperti apa sebenarnya melakukan hal semacam itu. Kali ini ia menuju ke suatu daerah pemukiman yang konon katanya diintimidasi oleh para pasukan kerajaan. Mereka hadir hanya meminta-minta dan menjamin keamanan. Segala bentuk pembayaran pajak masuk ke kantong mereka sendiri. Beginilah suatu budaya mafia tanah dijalankan oknum aparat negara. Salah satu pasukan berkuda kerajaan menuju pemukiman tersebut. Mereka di

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 42: Kemunculan sang Legenda

    Hembusan angin mengibarkan dedaunan dan pepohonan rindang di dalam hutan belantara. Seseorang pria setengah baya berbaju tempur memasuki kawasan pepohonan lebat, membawakan aura yang hebat. Hewan-hewan liar menjadi jinak di hadapannya. Ia duduk bersandar pada satu pohon ek rindang, dedaunannya menutupi sinar sang surya di siang hari menyengat. Di tengah nyamannya beristirahat, ia kedatangan seseorang. Membawa senjata tajam yang dihunuskan padanya. Tetapi ia tidak merasakan adanya ancaman sedikitpun meski tajamnya pedang hanya berjarak satu senti dari lehernya. Justru orang yang mengancam tersebut merasa kuwalahan."Kau nampaknya masih mengingat kata-kataku. Aku tidak akan bergeming jika tidak merasakan adanya ancaman," ucap pria tersebut.

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 41: Jebakan Singa Nemean

    Rigol berjalan dengan napas terengah-engah sambil menggendong Rinara. Langkah kakinya terdengar oleh sekelompok pasukan negara yang sedang berpatroli di tempat evakuasi dari peristiwa kehancuran Akropolis. Satu petugas menancegahnya dengan menodongkan senjata. "Siapa kau? Kenapa kau bisa membawa anak kecil ini?." Rigol menjelaskan bahwa ia menemukan anak kecil ini sedang terluka di tengah hutan dan berniat mengembalikannya kepada orang tuanya. Rigol juga menjelaskan bahwa Rinara adalah seorang anak yang terdampak dari peristiwa kehancuran Akropolis. "Kaupikir aku percaya ceritamu, aku bisa melihat bahwa kau adalah seorang bandit. Tidak mungkin kau mau menyelamatkan anak ini, kau pasti ingin memperalatnya 'kan?" hardik sang petugas.

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 40: Hukuman Itamos

    Pertumpahan darah telah berakhir. Para petugas medis berlarian ke sana ke mari memberikan pertolongan kepada para pejuang yang terluka. Diperkirakan tiada yang terenggut nyawanya, jika seandainya ada mereka dianggap meninggal secara terhormat. Dikala Boy Knight melawan Itamos, mereka membuat pernyataan peperangan dengan tanpa saling membunuh. Bahkan sewaktu Itamos melakukan pemberontakan, mereka tiada niat membunuh kecuali jika harus membunuh. Boy Knight mempercayainya, tetapi bagi Boy Knight pribadi sudah menjadi janjinya bahwa ia tidak akan pernah merenggut nyawa meski kebiasaannya merampok harta orang lain. Ia tidak memaksakan prinsip kepada para anggotanya, tetapi senantiasa mengingatkan sebelum bertindak. Itamos terlentang lemas, ia bangkit per

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 39: Itamos dan Para Pemberontak

    Seorang ibu menggendong anak laki-lakinya yang berusia sekitar 6 tahun. Dia meletakkannya di pada rumput luas tengah hutan lebat. Mata sang ibu berkaca-kaca, tak kuasa menahan bendungan air mata hingga meneteslah beberapa butir air mata lembut membahasi pipinya. Namun, sang ibu menggeleng ketika anak laki-laki menatap mukanya malahan dia pasang senyum palsu lebar-lebar. "Itamos, ibu pergi dulu. Ibu akan kembali kok. Jika ada orang yang menemukanmu di sini sebelum ibu kembali, ikuti saja orang itu. Tidak perlu khawatirkan ibu, ibu pasti menyusulmu," ucap sang ibu.Anak itu menarik pakaian sang ibu ketika ibu tersebut berbalik arah. Perasaan sang ibu kini semakin mengguncang. "Tapi, aku hanya ingin bersama ibu. Jangan tinggalkan aku!" Ucapan polos dari anak yang

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 38: Tuan yang Sebenarnya

    Pertempuran di kampung Gigant belum kunjung usai. Namun, banyak para pasukan jatuh bergelimpangan karena kehabisan tenaga. Untungnya mereka tidak ada yang berniat membunuh, bisa dipastikan tidak ada korban yang sampai kehilangan jiwa. Hanya mendapatkan luka-luka dan pingsan.Duel pertarungan raksasa wanita Saras melawan Dombros semakin memanas. Mereka sama-sama unjuk kekuatan sejati, sampai mengangkat bebatuan sekitar mereka untuk dijadikan sebagai senjata yang membenturkan lawan mereka. Dombros melakukan serangan, dan setiap dia melancarkan pukulan ada bebatuan melayang yang mengikuti irama serangannya. Saras menangkis serangannya, sampai bebatuan yang ditangkisnya membentur dan melukai orang lain. Saras yang melihat hal ini mencoba membuat perhitungan, dia merentangkan tangan kanan untuk memberikan isyarat berhenti.

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 37: Berjuang Sampai Akhir

    Saxomenes bersembunyi di bawah pohon besar yang amat rindang. Di luar sana banyak kepala naga ganas meraung-raung mencari keberadaannya untuk dijadikan santapan makan malam. Saxomenes mendengarkan hembusan napas mereka semakin mendekat, tetapi ia tidak berpikir ini adalah akhir dari hidupnya. Ia rentangkan kedua tangan seraya menggenggam. Mulai mengingat kata-kata yang dilontarkan kepadanya dikala menemui kegagalan.Jika kau keras kepala, kekuatanmu akan selalu terhambat untuk meningkatJangan terburu-buruNapas Saxomenes berhembus lebih tenang. Kedua tangannya mampu menyalakan energi listrik akan kekuatan petir. Di hadapannya terlihat kepala naga buas meraung yang bersiap menerkam. Saxomenes lancarkan pukulan hebat hingga kep

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 36: Vichnight VS Kooria

    Kooria menghantam Vichnight dengan tangan yang dilapisi sarung tangan es. Vichnight menangkis dengan tongkatnya. Kooria menyerangnya bertubi-tubi sampai Vichnight terpojok, hingga satu lancaran pukulan Kooria mampu menjatuhkannya. "Hahaha … permainan ini menyenangkan," ucap Kooria. Kooria lanjut memukul Vichnight, ia melompat dan tangannya menukik. Pukulan Kooria mampu menghantam telak Vichnight sampai tanahnya pun retak. "Vrochi,(Hujan)" ucap Vichninght. Tubuh Vichnight berubah mencair menjadi air. Hujan tenang pun turun perlahan-lahan. Kooria berteriak, "Pagomenos!

  • Kesatria Agung Mikenai   Chapter 35: Pertempuran di Kampung Para Raksasa

    Di pedalaman hutan lebat, terpahat pondasi gapura yang sangat megah terbuat dari batu. Itu adalah gerbang kampung bangsa Gigant, mereka tinggal di balik gapura tersebut. Rombongan Boy Knight dan lainnya berjalan pelan serta bersiaga bilamana ada seragan dadakan dari penduduk kampung tersebut. "Ini pertama kalinya aku ke kampung ini," ucap sang komandan, "terasa melintasi perbatasan dunia nyata dan dongeng." "Itu karena kau tidak pernah mau menerima eksistensi kami sebagai rakyat Vennisios," tegas Timos. Ucapannya mengandung gejolak emosional yang terasa mendidih kepada seorang aparat kerajaan. "Maafkan aku, selama ini aku belum menjangkau seluruh kota di negara Vennisios ini," ucap Sang komandan tertunduk.

DMCA.com Protection Status