Kembaran Suamiku
26#cerbung#Kembaran_suamiku"Boleh minta alamat rumahnya?"Tanyanya tanpa bercanda."Alamat? Untuk apa ya?""Untuk menemui orangtuamu."Senyumnya merekah dengan mata yang saling bertatap. Duh pemandangan yang syahdu.Kutulis alamat rumah Mama, barangkali ia ada perlu.Hari berikutnya di jam yang sama, pria itu datang lagi seperti biasa. Duduk sendiri dengan posisi jas yang juga seperti biasa. Sepertinya ia sudah menjadi pelanggan tetap di resto Mama.*"Mbak Ara, gimana kabar? Lama banget nggak main ke resto?"Suara Weni memecahkan lamunanku.Kuusap wajah menyadarkan diri pada posisi takdirku saat ini."Eh Adek ganteng. Umur berapa ini, Mbak?""Oh, iya. Udah masuk empat bulan, Wen.""Mbak Ara melamun ya?""Lagi liat kolam ikan itu aja, Wen."Elakku yang sudah ketahuan."Oh, ya sudah, Mbak. Weni duluan masuk ya."Pamit We27Kembaran Suamiku#cerbung#Kembaran_suamikuMas Hasyim berdiri.Tangannya menuju pipiku dan diusapnya lembut. Mendekatkan wajahku di dadanya, sejuk dingin setelah terkena siraman air mandi tadi, aroma sabunnya segar, menenangkan dada yang bergemuruh sejak tadi.Entah, Mas Hasyim dapat kamus dari mana, mengapa ia begitu paham untuk menanggapi apapun yang terjadi. Dari sejak aku menjadi adik iparnya, sampai menjadi istrinya seperti saat ini.Lelaki satu ini tidak kalah mahir dengan adiknya yang telah pergi."Tolong, jangan sedih! Mas kesini pengen liat senyummu juga Zafran, supaya lelah Mas terganti senang." usapannya membelai rambutku.Kubalas pelukan erat di tubuhnya yang kekar. "Semua gara-gara kehadiran Ara, Mas.""Iya, gara-gara kamu yang selalu menari-nari di otak Mas!""Tuh kan bener! Mas malam ini pulang ke rumah Mbak Alisa! Pokoknya!""Uh, teganya. Mas capek begini harusnya di
28Kembaran Suamiku#cerbung#Kembaran_suamikuAku baru bisa terlelap pukul duabelas malam. Bangun-bangun sudah adzan subuh, terperanjat do'a dan membereskan ranjang, kemudian mandi dengan air dingin supaya segar, setelah itu merias wajah, memakai wewangian khas sunnah, dan sholat.Glek glek glek, "Assalamu'alaikum, Sayang!"Suara salam dan pegangan pintu, oh iya baru ingat kalau semalam terkunci. Aku beranjak dari sajadah dan membuka kunci pintu."Wa'alaikumussalam, Mas.""Kok dikunci pintunya?""Biar nggak ada penjahat masuk!"Jawabku datar. Masih berat hati teringat kejadian semalam."Penjahatnya kayak gimana emang?""Nggak tau.""Maaf ya, Dek. Semalam ...""Iya udah tau, Ara mau masak dulu!"Kupotong perkataannya, dan meletakkan lipatan mukena dan sajadah hendak ke dapur. Aku meninggalkannya tanpa menoleh.***"Mbak Ara mau masak apa? Bia
29Kembaran Suamiku#cerbung#Kembaran_suamiku"Alisa, kamu udah telat?"Tanya Ibu padanya."Belum, Bu."Suasana hening, tegang mencekam. Sepertinya kakak maduku itu sedang panas hatinya."Nanti kalau Alisa hamil, gimana sama kerjaan kantor? Iya, Ara cuma ibu rumah tangga nggak ada kerjaan. Alisa kan sibuk, Bu! Sayang juga udah punya gaji tetap kalau keluar karena hamil tua dan melahirkan."Hatiku bak dihunus anak panah yang melesat tepat sasaran. Padahal sama sekali aku tidak menyinggungnya. Kenapa selalu aku yang jadi boomerang baginya."Alisa, maksud kamu apa?"Wajah Mas Hasyim memerah. Dan aku? Aku hanya diam gelagapan mencari udara karena sesak di dada."Jadi, kamu lebih memilih pekerjaan daripada keturunan?" Ibu menatapnya tajam."Siapa yang nyuruh kamu kerja, ha? Gaji Mas bakal cukup untuk menghidupi kalian! Jangan jadikan alasan untuk menghakimi Ara!" Rahang Mas Hasyim menge
30Kembaran Suamiku#cerbung#Kembaran_suamiku"Maaf ya, Dek. Mas belum bisa ambil cuti untuk bulan madu denganmu, kebetulan Mas sedang banyak kerjaan, jadi tangan kanan Bos untuk ngurus perusahaan cabang.Ya lumayan jauh, paling Mas pulang seminggu sekali, atau Mas carikan rumah sewa untuk kita sementara di sana. Gimana?""Nggak papa sih, Mas. Nggak harus ada bulan madu 'kan?""Ya harus dong! Biar adil""Hmm ya udah, Ara mah nurut aja sama Mas. Tapi kalau Mas ngajak Ara tinggal di sana satu atap sama Mbak Alisa, Ara nggak bisa, Mas!""Mas nggak akan satukan kalian lagi. Tenanglah!""Mas, udah adzan maghrib tu, buruan ke masjid.""Iya bidariku, Sayang."Kecupnya mendarat di keningku.Kecupan sederhana bisa membuat suasana hati luar biasa. Aku senyum dan juga beranjak berwudhu untuk bersiap sholat.***"Kenapa senyam senyum sendiri?"Ucap Mama yang bar
31Kembaran Suamiku#cerbung#Kembaran_suamiku"Kok nangis, Sayang?"Mas Hasyim memperlambat laju mobilnya.Tak terasa kalau aku sudah menitikan air mata."Harusnya kan seneng, kita mau punya baby."tangan kirinya memegang lututku."Kasian Zafran, Mas. Belum tega nglepas ASInya, umurnya belum genap enam bulan.""Disapih dulu nggak papa, bentar lagi kan waktunya makan, Mas carikan baby sitter dan susu yang bagus buat Zafran. Supaya kamu nggak kecapekan dan asupan gizi Zafran tetap bagus, ya!.""Iya, Mas, makasih banyak."Mas Hasyim mengajak ke swalayan terdekat, membeli susu Zafran dan susu Ibu hamil dan sari kurma. Setelah itu kami pulang.Semenjak masa penyapihan, Zafran tidur sama Oma dan Opanya. Mas Hasyim juga lebih siaga dan sering pulang kesini.Selama tiga sampai lima hari, PD terasa nyeri dan bengkak karena pemberhentian memberi ASI.Mbok Lasmi memberikan pucuk daun ketel
32Kembaran Suamiku#cerbung#Kembaran_suamikuMas Hasyim mengambil gawai yang kusodorkan.Ia membaca dengan mengerutkan kening.Tuuut tuuuuut, suara dering panggilan, sepertinya Mas Hasyim menelpon istri tuanya dengan suara dibesarkan."Assalamu'alaikum, Dek?""Wa'alaikumsalam!""Maaf, Mas tadi tidur, capek habis perjalanan dan ngangkat barang bawaan.""Harusnya tadi ngabarin kalau udah nyampe, Mas!""Iya, maaf, dari tadi nggak sempat buka handphone. Gimana kerjaannya?""Lancar aja, Mas. Mas telponnya kenapa nggak pakai nomor Mas sendiri?"Ya ampuuun, gitu aja dipermasalahin."Hp Mas ketinggalan di mobil belum sempat ambil. Ya udah ya, Dek. Mas mau pergi dulu, Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam! Kabarin terus, Mas. Biar aku nggak khawatir.""Siap, Sayang!"Tut. Sambungan terputus.Aku berusaha tegar dan tersenyum pada suamiku itu, untung gan
33Kembaran Suamiku#cerbung#Kembaran_suamiku"Mas, ini ...""Masuk, Dek, Masuk!"Telunjuk Mas Hasyim mengarah ke ruang tengah dan berkata pelan."Ini ...""Iya, biar sama Mas.""Tapi ...""Nggak ada tapi, ayuk masuk.""Baiklah, Mas."Aku melangkah masuk."Saya Hilman, Pak. Sekretaris Pak Hasyim.""Oh, ya ya. Bentar saya ambilkan mapnya."Terdengar pembicaraan mereka.Kemudian aku ke dapur membuatkan minum untuk mereka.Minuman jadi hendak kubawa ke ruang tamu. Mas Hasyim membawa map hendak kembali ke depan."Sini, Mas aja yang bawa."Kuberikan nampan itu pada Mas Hasyim setelah ia menaruh map ke depan dan kembali lagi."Kamu jangan keluar!""Iya, Mas. Hati-hati."***Mas Hasyim diam, raut wajah yang tidak seperti biasanya. Aku memberanikan diri mendekati suamiku yang sedang duduk membuka isi tas kantornya.
34Kembaran Suamiku#cerbung#Kembaran_suamiku"Sebelumnya, kerja apa?""Bantu paman di ladang, Pak.""Baiklah, sekarang bawa ini ke mejamu. Sebentar lagi waktu istirahat, setelah istirahat tolong kerjakan ya!""Baik, Pak!"Hilman menunduk. Kemudian dia berjalan langkahnya menyerupai wanita, dadanya ditegapkan. Benar kata Ara. Tapi kasian juga melihat jalan hidupnya. ***Jam istirahat tiba, karena rumah lebih dekat dengan kantor, lebih baik aku pulang, toh jalan ke rumah makan sama ke rumah sewa jaraknya sama. Bisa istirahat, bisa menikmati masakan istri, juga bisa berjumpa istri. Jika uangku sudah cukup, aku akan membeli rumah sekitar sini supaya lebih dekat dan bisa seperti ini setiap hari.Bu Tika menyuapi Zafran di luar, aku masuk namun Ara tidak terlihat, bagaimana keadaannya? Kubuka pintu kamar tanpa mengetuk, Ara terbaring dengan selimutnya, bibirnya pucat, mengingat semalam, aku se