Di sisi lain, Levin yang sedang menjalankan syuting di kantor polisi tidak berhenti bersin-bersin. Tokoh polisi yang menjadi lawan mainnya mengangkat kepalanya. “Cuaca panas sekali, kamu malah flu?”“Aku merasa pasti ada yang lagi maki aku dari belakang.”Polisi itu bercanda. “Bisa jadi ada yang merindukanmu.”Merindukannya?Levin tertegun sejenak. Terlintas wajah wanita itu di dalam benaknya. Dia seketika merinding. Sepertinya tidak mungkin.Setelah mereka berdua mengobrol sejenak, syuting resmi dimulai. Saat Proto memulai syuting, aktor yang memerani tokoh polisi langsung menghayati perannya. Dia membanting buku catatan di atas meja. “Kamu masih mau pura-pura lagi. Ada sidik jarimu di gelas korban. Apa benar kamu yang memasukkan obat tidur itu? Jujur!”Sepertinya Levin tidak menyangka lawan mainnya akan begitu profesional, tiba-tiba Levin tersenyum. Namun, dia menyadari Proto malah tidak menghentikan syuting. Dia pun menggembungkan pipinya, lalu berusaha untuk menyimpan ekspresinya.
“Terima kasih, Kak. Kak, kamu memang nggak pelit.”Baru saja Yelena selesai berbicara dan melihat sup di dalam mangkuk itu, senyumannya langsung terkaku. Dia langsung menjulingkan bola matanya.Sudah sesedikit ini? Serius?Si aktor yang memerani tokoh polisi memergoki ekspresi Yelena, dia pun spontan tersenyum, kemudian berkata, “Dik, itu memang sup dari keluarganya, tapi belum tentu masakan ibunya.”Akhirnya Yelena mengerti maksudnya. “Haih, rupanya begitu. Pantas saja pelit sekali ….”Kata terakhir dikatakan dengan suara yang sangat kecil.Usai meminum sup, Levin menyadari tatapan aneh dari mereka berdua. Dia spontan mengerutkan keningnya. “Kenapa?”“Nggak kenapa-napa. Kamu minum saja. Aku dan Yelena nggak ganggu kamu lagi.”Mereka berdua saling bertukar pandang, lalu kembali menyibukkan diri.Di sisi lain, saat Yunita kembali ke apartemen, Ingga pun bertanya, “Apa kamu sudah antar supnya?”“Sudah.”Ingga merasa gembira. “Levin sangat capek untuk syuting di Area Homa. Kamu mesti seri
"Ugh ...."Claire Adhitama yang perlahan pulih kesadarannya merasakan sakit kepala yang menusuk. Tubuhnya terasa seperti digilas oleh mobil, ketidaknyamanan pada tubuhnya membuatnya mengernyit. Dia ingin mendorong tubuh yang menimpanya itu, tetapi tidak bertenaga sama sekali.Dalam kegelapan, dia tidak bisa melihat wajah pria itu dengan jelas. Claire hanya mencium wangi parfum Gucci yang khas dari tubuh pria itu.Pria itu tidak bersuara sama sekali. Dia hanya mencumbu leher Claire dengan perlahan ....Pagi harinya.Claire tiba-tiba terbangun.Dia terkejut saat menyadari dirinya sedang berbaring di tempat tidur tanpa sehelai kain pun yang menutupi tubuhnya. Di sampingnya, terbaring seorang pria asing yang membelakanginya.Wajah Claire pucat seketika. Adegan semalam makin jelas dalam benaknya. Ternyata semua itu bukan mimpi!Apa yang telah terjadi?Dia hanya ingat, malam sebelumnya adalah ulang tahunnya. Dia merayakannya bersama Kayla, kemudian setelah minum minuman yang diberikan oleh K
Di bandara ibu kota.Di antara kerumunan orang yang berlalu-lalang, muncul seorang ibu dan anak yang menarik perhatian banyak orang.Lebih tepatnya, seorang ibu yang membawa tiga orang anak kecil yang imut dan cantik.Wanita itu tampak dingin dan anggun. Dia menggendong seorang anak perempuan yang cantik dengan satu tangan. Anak itu memiliki rambut yang lebat dan bergelombang bagaikan boneka.Di belakang mereka diikuti oleh dua orang anak laki-laki berwajah mirip yang tampan. Sepasang mata mereka berwarna coklat dengan kulit yang putih mulus, mereka benar-benar tidak terlihat seperti manusia sungguhan!Wanita yang berdiri di depan mobil BMW itu melepas kacamata hitamnya. Melihat Claire yang sedang menggendong anaknya dan diikuti oleh dua bocah di belakangnya, dia menarik napas dalam-dalam."Buset, Claire, kamu sekali melahirkan tiga anak sekaligus?!"Hal ini benar-benar mengagetkannya!Yang lebih penting lagi, paras ketiga anaknya ini benar-benar mencengangkan.Dia benar-benar penasara
Claire menoleh dan bertemu dengan tatapan tajam pria itu. Ketika melihat penampilan pria itu, Claire sontak terkejut.Kulit pria itu tampak putih halus dengan wajah yang tampan. Terutama sepasang matanya yang berwarna kecoklatan, seakan-akan menyimpan rahasia yang sangat mendalam. Bibirnya yang terkatup erat tampak tipis dan menawan.Wajah ini mirip sekali dengan Jerry dan Jody, bahkan warna mata mereka juga sama!Saat melahirkan di Negara Sahara, Claire baru tahu bahwa ternyata anaknya adalah kembar tiga. Anak pertama dan kedua, Jody dan Jerry, sama sekali tidak mirip dengan ibunya.Hanya anak terakhir, Jessie yang terlihat agak mirip dengannya. Namun, warna rambutnya yang hitam mengilap tampak mirip dengan pria di hadapannya ini.Melihat pria ini, Claire langsung menundukkan pandangannya.Siapa dia? Apa hubungannya dengan Kayla?Javier menatap wajah Claire dengan alis yang berkerut. Wanita ini ....Melihat Javier menatap Claire lekat-lekat, Kayla langsung menggertakkan gigi. Dia memb
Semua orang tahu bahwa Javier adalah tamu kehormatan keluarga kerajaan Negara Sahara. Dia juga merupakan teman dari putri Negara Sahara. Tentu saja, dia pernah melihat lencana dari keluarga kerajaan.Kalaupun Claire memalsukannya, tetap saja akan ketahuan!Claire tertawa sambil berkata, "Mana mungkin kutunjukkan benda berharga seperti itu kepadamu?"Dengan kata lain, Kayla tidak pantas melihatnya!Kayla kesal hingga tubuhnya gemetar, tetapi wajahnya tetap menunjukkan senyuman. "Bilang saja kamu nggak berani?""Javier, lihat saja, dia itu pembohong. Jelas sekali, dia tahu kamu adalah tamu kehormatan keluarga kerajaan dan bisa mengenali lencana yang asli. Makanya, dia nggak berani menunjukkannya."Sikap Kayla sangat berbeda ketika berhadapan dengan Javier.Javier mengerucutkan bibirnya dengan dingin dan berkata, "Dua triliun itu memang uangku. Aku juga yang mengusulkan untuk merekrut desainer bernama Zora. Kalau kamu bisa membuktikan bahwa kamu adalah Zora, aku nggak akan mempermasalahka
Claire berjalan ke arah balkon dengan ponselnya dan menjawab, "Ada apa? Apa Direktur Kayla sudah menyesal sekarang?"Mendengar ucapannya, Kayla menggertakkan gigi sambil berkata, "Claire, kamu jangan keterlaluan. Kami sudah cukup menghargaimu dengan menawarkan harga 2 triliun!""Oh ya? Kenapa kedengarannya seolah-olah aku sangat membutuhkan 2 triliun kalian ini?" Claire bersandar di pegangan balkon dan berkata dengan tersenyum, "Kalau kamu nggak tulus mau kerja sama, nggak usah telepon aku lagi.""Tunggu!" teriak Kayla.Dia duduk di belakang meja kerjanya dan berkata dengan sudut bibir terangkat, "Claire, jangan lupa kamu masih ada video itu di tanganku."Ketika mengungkit masalah "video", ekspresi Claire langsung menjadi muram.Lantaran tidak mendengar respons apa pun dari ujung telepon, Kayla berkata sambil tertawa, "Kalau kamu nggak mau aku membocorkan kejadian 6 tahun lalu, sebaiknya kamu datang ke sini besok pagi."Claire menarik napas dalam-dalam dan mengangguk. "Oke, aku ke sana
Minta maaf? Dia mau Claire meminta maaf kepada Kayla?Claire mencibir, lalu menatapnya lekat-lekat sambil berkata, "Nggak mungkin."Javier tidak menyangka wanita ini tidak hanya sombong, tetapi juga sangat keras kepala. Wajahnya menjadi kaku saat berkata, "Kalau kamu nggak mau minta maaf, nama Zora besok akan hilang dari dunia mode perhiasan."Awalnya, Javier tidak mau mempersulit Claire. Hanya saja, Kayla bisa dianggap "penyelamat" baginya. Enam tahun lalu, jika bukan karena Kayla, dia sudah masuk dalam perangkap.Meskipun dia tidak punya perasaan apa pun terhadap Kayla, selama beberapa tahun ini Javier tetap memenuhi kebutuhan materi Kayla tanpa syarat.Bisnis Vienna sedang menghadapi kesulitan dalam beberapa tahun terakhir, jadi dia mengeluarkan biaya 2 triliun untuk merekrut Zora ke dalam negeri.Javier memang tahu bahwa Kayla yang duluan memukulnya dan bersalah. Dia bisa menyuruh Kayla untuk meminta maaf.Javier tidak akan peduli bagaimana mereka menyelesaikan masalah ini secara p
“Terima kasih, Kak. Kak, kamu memang nggak pelit.”Baru saja Yelena selesai berbicara dan melihat sup di dalam mangkuk itu, senyumannya langsung terkaku. Dia langsung menjulingkan bola matanya.Sudah sesedikit ini? Serius?Si aktor yang memerani tokoh polisi memergoki ekspresi Yelena, dia pun spontan tersenyum, kemudian berkata, “Dik, itu memang sup dari keluarganya, tapi belum tentu masakan ibunya.”Akhirnya Yelena mengerti maksudnya. “Haih, rupanya begitu. Pantas saja pelit sekali ….”Kata terakhir dikatakan dengan suara yang sangat kecil.Usai meminum sup, Levin menyadari tatapan aneh dari mereka berdua. Dia spontan mengerutkan keningnya. “Kenapa?”“Nggak kenapa-napa. Kamu minum saja. Aku dan Yelena nggak ganggu kamu lagi.”Mereka berdua saling bertukar pandang, lalu kembali menyibukkan diri.Di sisi lain, saat Yunita kembali ke apartemen, Ingga pun bertanya, “Apa kamu sudah antar supnya?”“Sudah.”Ingga merasa gembira. “Levin sangat capek untuk syuting di Area Homa. Kamu mesti seri
Di sisi lain, Levin yang sedang menjalankan syuting di kantor polisi tidak berhenti bersin-bersin. Tokoh polisi yang menjadi lawan mainnya mengangkat kepalanya. “Cuaca panas sekali, kamu malah flu?”“Aku merasa pasti ada yang lagi maki aku dari belakang.”Polisi itu bercanda. “Bisa jadi ada yang merindukanmu.”Merindukannya?Levin tertegun sejenak. Terlintas wajah wanita itu di dalam benaknya. Dia seketika merinding. Sepertinya tidak mungkin.Setelah mereka berdua mengobrol sejenak, syuting resmi dimulai. Saat Proto memulai syuting, aktor yang memerani tokoh polisi langsung menghayati perannya. Dia membanting buku catatan di atas meja. “Kamu masih mau pura-pura lagi. Ada sidik jarimu di gelas korban. Apa benar kamu yang memasukkan obat tidur itu? Jujur!”Sepertinya Levin tidak menyangka lawan mainnya akan begitu profesional, tiba-tiba Levin tersenyum. Namun, dia menyadari Proto malah tidak menghentikan syuting. Dia pun menggembungkan pipinya, lalu berusaha untuk menyimpan ekspresinya.
Ariel mengangkat kepalanya sembari menggigit sendoknya. “Maksudnya, aku lebih … istimewa, ya?”Jodhiva mencedok sup untuknya. “Kamu juga rakus sekali. Kalau aku tidak menghentikanmu, kamu pasti akan makan apa pun.”Ariel pun menggigit bibirnya dan tidak berbicara.Steven tersenyum. “Baguslah kalau ibu hamil bisa makan. Waktu itu saat nenekmu hamil ayahmu, dia juga sama seperti Ariel, banyak yang ingin disantapnya. Dia bahkan diam-diam menyembunyikan banyak camilan.”Ketika membahas soal menyembunyikan camilan, tiba-tiba Ariel merasa bersalah. Jodhiva memergoki ekspresinya, lalu menyipitkan matanya. “Kamu juga sembunyikan camilan?”Ariel berterus terang. “Nggak kok, kata siapa aku menyembunyikan camilan. Aku nggak mungkin melakukan hal seperti itu!”Semua orang di depan meja pun tertawa.Dalam sekejap mata, sudah sampai ke awal bulan Juli. Saat Clara libur sekolah, Daniel menjemputnya ke Negara Hyugana. Dacia juga sekalian pergi mengunjungi Carly dan Nordin.Mereka berdua juga telah tam
Jodhiva berjalan ke depan penjual es krim. Saat hendak mengeluarkan dompet, beberapa anak kecil menengadah kepalanya untuk menatap Jodhiva. “Paman, kamu mesti antre, nggak boleh potong baris.”Jodhiva tertegun sejenak, lalu membungkukkan tubuhnya untuk menatap mereka. “Begini saja, Paman belikan es krim buat kalian. Gimana kalau kalian perbolehin Paman untuk potong baris?”Anak-anak saling bertukar pandang. Mereka merasa transaksi ini cukup menguntungkan! Kemudian, anak-anak pun setuju.Jodhiva membeli es krim, sekalian membelikan es krim kepada anak-anak. Setelah bayar, dia pun mengambil es krim ke sisi Ariel. Ariel spontan tertawa. “Kamu malah kepikiran cara seperti ini demi memotong antrean?”Jodhiva menyerahkan es krim ke tangan Ariel. “Hanya beliin es krim saja, bukan masalah besar.”Ariel membuka bungkusan es krim, lalu mencicipinya.Rasa dingin di musim panas ini memang adalah hal yang cukup menggembirakan!Jodhiva menerima sebuah pesan. Dia spontan merangkul pinggang Ariel. “Ay
Setelah ucapan dilontarkan, Yura muncul dengan tampilan memukau. Dia mengenakan gaun panjang ketat berwarna sampanye dengan potongan leher rendah.Di bawah cahaya remang-remang, Yura yang melangkah dengan perlahan kelihatan semakin jelas lagi. Riasannya kelihatan indah. Tubuhnya juga kelihatan elok.Bastian spontan menyipitkan matanya. Pandangannya mengikuti langkah kaki Yura.“Maaf sudah membuat kalian menunggu lama.” Yura tersenyum, lalu berdiri di hadapan mereka.Bastian langsung tersadar dari bengongnya, lalu berdeham dengan ringan. Tiba-tiba dia melepaskan jasnya untuk membungkus tubuh Yura.Yura terdiam membisu.Bastian menjelaskan dengan serius, “AC di sini agak besar. Aku takut kamu masuk angin dan flu.”Yura hendak melepaskan jas Bastian. “Tapi aku merasa panas.”“Tidak. Kamu kedinginan.” Bastian menahan tangan Yura, tidak membiarkan Yura melepaskannya.Jodhiva bertukar pandang dengan Ariel. Dia pun tersenyum tidak berdaya.“Yura.” Cooper berjalan mendekat, lalu menatap Jodhiv
Hiro spontan mengangkat kepalanya. Dia sungguh tidak tahu bagaimana memperlakukan kucing ini.Emilia menggigit sedotannya. “Kiumi itu terlalu ramah. Paman, kamu nggak keberatan, ‘kan?”Hiro menahan Kiumi yang terus bergerak. Keningnya tiba-tiba berkerut. “Paman?”“Kamu memang kelihatan muda, tapi seharusnya kamu hampir sebaya dengan pemilik penginapan ini, ‘kan?”Hiro terdiam membisu. Apa Emilia telah salah paham terhadap umurnya?Hiro menunduk menatap Kiumi di dalam pelukannya, lalu membelai bulu lembut Kiumi. “Mike lebih besar empat tahun dari aku.”“Coba aku pikir, Bos lebih besar empat tahun dari kamu. Seharusnya kamu juga sudah berusia 30 tahun, lebih besar 11 tahun daripada aku. Benar dong kalau kupanggil Paman?”Emilia berpikir. Saat Hiro berusia 11 tahun, dirinya saja belum lahir.Hiro melirik Emilia sekilas. Dia memang masih gadis. “Meong ….” Cakar gendut Kiumi menarik pakaiannya, hendak masuk ke dalam pakaian Hiro.Emilia terkejut segera menggendong Kiumi. Dia merasa canggun
Berhubung ada bar di penginapan, karyawan sif malam akan bekerja dari jam lima sore hingga jam dua dini hari.Pekerja paruh waktu di penginapan hanya Emilia saja. Biasanya dia hanya bernyanyi di malam hari saja. Siang harinya jika tidak ada kelas, dia juga akan membantu di penginapan. Berhubung usianya masih muda, anggota di restoran juga sangat menjaga Emilia.Seandainya Emilia pulang kerja terlalu malam, tidak gampang untuk memanggil mobil di tengah malam, dia pun diperbolehkan untuk tinggal di penginapan.Setiap wajah yang tadinya tidak familier menjadi familier di sini. Hubungan mereka menjadi sangat akrab juga.Sementara, Mike juga akan mengatur makan bersama dengan karyawan di setiap festival. Itulah sebabnya mereka semua dapat merasakan kehangatan di penginapan ini.Hiro berjalan ke dalam halaman. Mike sedang merapikan dedaunan di pekarangan. Dia memalingkan kepalanya menatap ke sisi Hiro. “Cuaca hari ini lumayan bagus. Kenapa kamu tidak pergi jalan-jalan?”“Tidak ada yang seru.
Kiumi makan dengan lahapnya.“Emilia, bukannya hari ini kamu ada kelas?”“Sepertinya dosen lagi ada urusan, jadi nggak ada kelas hari ini.” Emilia melihat ke sisi Mike. “Aku bisa keluar juga karena nggak ada kelas.”Mike pun tersenyum.Pada saat ini, Emilia baru memperhatikan Hiro. Dia terbengong beberapa detik. “Eh, bukannya kamu itu …. Oh, kamu yang tinggal di kamar sebelah, ‘kan?”Mike melihat ke sisi Hiro. “Kalian kenal?”“Bukan, bukan, semalam Kiumi masuk ke balkon kamarnya. Sepertinya Kiumi sudah mengganggu istirahatnya.” Emilia tersenyum canggung. Dia kepikiran sesuatu, lalu berkata, “Ngomong-ngomong, Kak Mike, sepertinya sudah lama dia tinggal di sini.”Mike tersenyum. “Iya, sudah cukup lama. Temanku ini berasal dari ibu kota. Dia datang ke sini buat liburan.”“Ibu kota?” Saat ini, Emilia sudah duduk di sofa. Dia menatap Hiro dengan rasa penasaran. “Apa ibu kota itu seru?”Hiro berkata dengan datar, “Lumayan.”“Temanku juga pergi ke ibu kota. Dia masuk ke akademi perfilman. Den
Ketika melihat kucingnya berlari ke balkon kamar lain dan ditangkap, Emilia spontan menarik napas dalam-dalam. Dia mengatupkan kedua telapak tangannya sembari menunjukkan sikap tulusnya. “Maaf sekali. Kiumi-ku sudah bikin masalah buat kamu. Aku akan bawa dia kembali. Bisa nggak … kamu gendong kemari?”Balkon mereka hanya terpisah sejauh 1,5 meter saja. Emilia mengulurkan kedua tangannya bermaksud untuk menangkapnya.Hiro tidak berbicara, langsung mengangkat kucing kepadanya.Emilia segera menerima, lalu memeluknya dengan buru-buru. “Terima kasih. Maaf, sudah merepotkanmu.”Kemudian, Emilia membalikkan tubuhnya menepuk-nepuk Kiumi yang berada di dalam pelukannya. “Kalau kamu sembarangan lari lagi, aku akan sterilkan kamu!”Kiumi mengeong tanda dirinya menolak.Hiro menarik lengan pakaiannya, lalu menepuk-nepuk bulu kucing yang menempel di pakaiannya. Dia juga kembali ke kamar.Keesokan harinya, Hiro mengenakan pakaian tidur longgar berjalan menuruni tangga. Biasanya penginapan akan memp