Berwin memelototi Javier. “Dia lagi mengatakanmu, datang tanpa diundang.”Javier tersenyum sembari menatap Cecilia. “Nek, akhirnya aku tahu kenapa kamu tidak menikah dengan Kakek. Sepertinya kamu tidak akan hidup tenang kalau punya suami dengan sikap seperti ini.”“Javier, kamu ….” Berwin merasa marah hingga tangannya gemetar. Cucu sialan! Sialan!Berwin berjalan ke sisi Cecilia. Baru saja dia duduk, Cecilia langsung memelototinya. “Apa aku suruh kamu duduk?”Hati Berwin sungguh terasa penat. Hanya saja, dia tidak bisa mengungkapkannya. Dia terpaksa berdiri, lalu menghela napas ringan. “Cecilia, kamu jangan dengar omong kosong si bocah tengik itu.”“Bocah tengik?” Cecilia tertawa, lalu meletakkan kedua tangannya di atas tongkat. “Apa tidak ada yang tengik di Keluarga Fernando kalian? Cucumu begitu, kamu juga begitu. Kalian sama saja.”Berwin berkata dengan suara keras, “Iya, aku memang tengik. Apa aku sudah boleh duduk?”Benn memalingkan wajahnya. Pundaknya kelihatan gemetar.Javier su
“Pertama kali ketemu besan, aku juga tidak tahu harus pakai pakaian apa. Kalau aku berpakaian terlalu formal, nanti kesannya ada jarak di antara kita. Kalau aku berpakaian terlalu sederhana, nanti dikira aku tidak menghormati mereka.”Belasan pakaian Silvia ditumpuk di atas ranjang. Dia masih sedang memilih pakaiannya.Hengky yang sudah mengganti pakaiannya menunjukkan ekspresi tidak berdaya. “Yang penting cocok saja. Aku merasa yang tadi lumayan, kok.”“Oh, ya?” Silvia mengambil terusan panjang berwarna ungu, lalu becermin. “Sepertinya lumayan. Kalau begitu, aku pakai yang ini saja.”Akhirnya Silvia sudah mengganti pakaiannya. Dia merangkul lengan Hengky berjalan keluar istana. Tiba-tiba Silvia kepikiran sesuatu. “Di mana hadiahnya?”Hengky tahu Silvia pasti akan menanyakan masalah ini. Dia pun membuka pintu mobil untuk Silvia sembari tersenyum. “Aku sudah mempersiapkannya. Semuanya ada di bagasi mobil.”Suasana di Vila Laguna saat ini sangat ramai. Daniel dan Dacia sudah tiba. Kemudi
Cecilia yang dipuji pun merasa gembira. “Mulutmu memang manis sekali.”Berwin pun merasa bangga. “Apa mungkin cicit yang kumanjakan mulutnya tidak manis?”Cecilia meliriknya sekilas dengan tatapan risi. Dia tidak ingin menghiraukan Berwin. Dia menatap Jules yang berdiri bersama Ratu, lalu tersenyum ramah. “Jules semakin tampan saja, sungguh mirip dengan Yang Mulia Ratu.”Silvia menarik tangan Cecilia. Berhubung adanya perbedaan tinggi badan yang cukup signifikan, dia pun membungkukkan tubuhnya. “Terima kasih atas pujiannya. Jules memang mirip sama aku.”Javier dan Jerremy merasa kesal. Cecilia hanya memuji Jules saja? Apa mereka berdua tidak tampan?Bukan hanya mereka saja, Berwin juga merasa tidak puas. Wajah blasterannya ini sangat tampan, menawan, dan penuh pesona di saat muda dulu. Kenapa Cecilia tidak pernah memujinya?Jessie dan Dacia saling bertukar pandang. Meski hanya berdiri di samping saja, mereka berdua bisa merasakan tatapan penuh “ketidakadilan” itu.Menjelang sore, jamua
Jerremy mengangkat wajah Dacia sembari menatap kedua matanya. “Untuk apa kamu berhasil? Aku juga bukan miskin sampai tidak bisa membiayai istriku. Meskipun kamu tidak berhasil, juga tidak masalah. Aku akan membiayaimu.”“Kamu memang jago bicara.” Dacia menangis sembari tersenyum. “Aku nggak mau dibiayai sama kamu. Aku nggak mau diremehkan orang-orang.”Jerremy memasukkan Dacia ke dalam pelukannya. “Kamu tidak usah peduli dengan pandangan orang lain, yang penting aku tidak meremehkanmu.”Dacia menyandarkan dagunya di atas pundak Jerremy. Dia menunjukkan senyum bahagia. “Aku merasa semua usahaku nggak sia-sia.”Dengan adanya Jerremy dan Jennie, dunia Dacia tidak gelap lagi. Jerremy mencium kening Dacia, lalu berbicara dengan suara rendahnya, “Kamu juga seharusnya berbagi kabar gembira ini kepada teman-temanmu. Selama ini, mereka sangat mendukungmu.”“Iya, aku akan beri tahu mereka sekarang.” Dacia berlari ke lantai atas dengan tersenyum, lalu meninggalkan Jerremy sendirian di tempat.Je
Yogi membuka tutup termos, lalu menyesap tehnya dengan perlahan. “Kami anggota balai seni bela diri tidak punya kebiasaan untuk membuat masalah.”“Aku tidak peduli kalian punya kebiasaan buat masalah atau tidak. Pokoknya panggil dia kemari hari ini. Kalau tidak, kami tidak akan bersikap sungkan.”Pria berambut cepak berjalan mendekati Yogi, lalu menepuk-nepuk pundaknya. “Coba kamu cari tahu nama Hendra di Jalan Timur ini. Jangan coba-coba untuk menantangku! Jangan sampai balai seni bela diri kalian tidak bisa beroperasi lagi besok.”Devin merasa marah langsung melangkah maju. Yogi pun mengangkat tangannya untuk menghalangi Devin.Yogi bertatapan dengan pria berambut cepak. “Balai seni bela diri kami sudah beroperasi selama 10 tahun. Apa kamu merasa balai kami bisa ditutup?”Pria itu membalikkan tubuhnya berjalan ke samping. Dia bertatapan dengan orang di belakangnya. Sepertinya anak buahnya menerima sinyal yang diberikan bosnya. Tanpa berbasa-basi, mereka langsung maju untuk menyerang
Usai berbicara, amarah di diri Devin masih belum surut. Dia melanjutkan, “Tentu saja, kamu ada Tuan Jody sebagai sandaranmu di ibu kota. Wajar kalau kamu tidak khawatir dengan masalah ini. Tapi, semua uang Bos Yogi ada di dalam balai ini.”“Apa? Katamu, Yogi taruh semua uangnya ke dalam balai ini?”Seingat Ariel, keluarga Yogi cukup kaya. Jangan-jangan setelah dia meninggalkan rumah, dia pun memutuskan hubungannya dengan anggota keluarganya?Devin memalingkan wajahnya. Sikapnya masih kelihatan ketus. “Menurutmu? Bos Yogi sudah mengelola balai seni bela diri selama 10 tahun. Dia bahkan tinggal di sini. Waktu itu, tempat ini tidak disewakan untuk pendatang dari luar kota karena takut merepotkan.”“Bos Yogi pun mencari penyewa selama seminggu. Setelah mereka merasakan ketulusan hati Bos Yogi, mereka baru setuju untuk menyewakan tempat untuk kami. Mereka juga memaksa Bos Yogi untuk menandatangani perjanjian. Kalau ketahuan balai seni bela diri kami membuat masalah, mereka akan mengakhiri p
“Kak ….” Saat Emiko hendak mengatakan sesuatu, Ariel mengusap kepalanya. “Kamu masuk kelas dulu. Jangan sampai terlambat.”Emiko menggigit bibirnya. Dia berjalan sembari terus menoleh.Setelah Emiko memasuki sekolah, Ariel mengangkat tangannya menepuk-nepuk wajah si Rambut Merah dengan tersenyum. “Bawa aku pergi temui kakakmu.”Para gadis nakal itu terbengong. Ini pertama kalinya mereka bertemu ada yang berani mencari abang mereka. Hanya saja, semua sesuai dengan keinginan mereka.Beberapa gadis itu membawa Ariel ke ruang biliar. Ruangan diselimuti dengan asap rokok dan bau menyengat.Pandangan dari belasan pria yang ada di sana segera tertuju pada mereka. Seorang pria berambut cepak yang sedang bermain biliar mengalihkan perhatiannya saat melihat mereka masuk bersama seorang wanita. Dia berdiri tegak dan meletakkan tongkat biliarnya.Si Rambut Merah berjalan mendekat. “Kak Hendra, ini wanitanya.”Ariel mengamati sekeliling. Beberapa dari mereka sedang dipasang gips lantaran terluka.
Hendra mengintip orang di belakang Ariel. Pria di belakang itu membangkitkan tubuhnya dengan perlahan, kemudian mengeluarkan sebilah pisau buah dari sakunya. Dia segera berlari ke sisi Ariel.Tiba-tiba Ariel melakukan tendangan dari samping, lalu segera menghantam leher pria itu. Si pria terbang terpelanting ke belakang. Kepalanya masuk ke dalam pot kosong di dalam ruangan.Hendra kembali tertegun.Ariel menoleh untuk melihatnya. Kali ini, Hendra tidak bisa tersenyum lagi. Dia malah ingin menangis. “Aku, aku ….”Ariel pun tersenyum. Raut wajahnya seketika menjadi serius. Dia menginjak paha Hendra, lalu menjerit kesakitan, “Aku bersalah ….”Ariel membungkukkan tubuhnya menatap Hendra. Senyuman di wajahnya semakin mengerikan. “Dengar-dengar Riko itu sandaranmu?”Pada saat yang sama, di kolam renang pribadi.“Tuan Riko, aku di sini. Ayo, cepat tangkap aku.”“Tuan Riko, di sini!”Saat ini, ada banyak wanita cantik di dalam kolam renang.Riko menutup matanya sedang bermain petak umpat denga
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me
Menjelang malam, di Kompleks Amara.Jessie sedang berkemas di kamarnya, menyiapkan barang-barang untuk perjalanan, termasuk panduan perjalanan darat serta berbagai perlengkapan yang mungkin dibutuhkan.Jules baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi. Melihat Jessie yang begitu serius mencari informasi tentang perjalanan, dia tidak bisa menahan tawanya. “Kita hanya pergi jalan-jalan, kenapa seperti mau pindah rumah saja?”“Barang cewek memang banyak! Mulai dari kosmetik, perawatan wajah, perlengkapan sehari-hari, camilan, oh ya, juga kamera, drone, dan payung. Semua sudah aku bawa!”Jules menyipitkan mata. “Bawa payung juga?”Jessie mengangkat kepala untuk melihat Jules, lalu berkata dengan serius, “Bagaimana kalau turun hujan? Bukannya akan terasa canggung?”Jules merasa tidak berdaya.Dua koper besar dan satu koper kecil sudah selesai dikemas. Jessie berdiri dan menatap barang bawaannya. Sepertinya memang agak berlebihan. Dia pun menggaruk pipinya sambil berkata, “Sepertinya
Jodhiva menggenggam tangannya. “Kita bicarakan nanti.”Claire melihat ke sisi Jessie dan Jules. “Jody dan Jerry sudah mengadakan resepsi pernikahan. Bagaimana dengan kalian?”Jessie membalas, “Kata Kak Jules, cocoknya di tanggal 9 September. Karena cuaca di awal bulan September nggak tergolong dingin, cuaca di siang hari tergolong hangat. Kalau malam, cuaca akan terasa dingin.”Ariel merasa syok. “Cuaca bulan September di sini masih panas? Nggak, biasanya di Pulau Persia, bulan September itu musim panas.”Jessie tersenyum. “Musim dingin di Pulau Persia sama seperti musim gugur di sini. Kalau kamu tidak suka musim salju, kamu bisa kembali ke Pulau Persia.”Steven meletakkan cangkir tehnya sembari berpikir sejenak. “Tanggal 9 September. Bukannya hanya tersisa 13 hari saja? Cepat juga.”Claire mengangguk dengan tersenyum. “Cukup cepat juga.”Jodhiva melihat ke sisi Jules. “Pernikahan keluarga kerajaan pasti meriah?”Jules merangkul pundak Jessie. “Tentu saja. Pada saat itu, pernikahan aka
Yogi mengangguk. “Aku akan melakukannya.”Setelah berpamitan dengan Shawn, mereka bertiga memasuki bandara.Pada saat bersamaan, di bandara Kota Jimbar.Mike dan Emilia mengantar Hiro di depan pintu. Mike menyerahkan koper kepadanya. “Kalau ada waktu, sering main ke sini.”Hiro mengambil kopernya sembari mengangguk. Kemudian, dia membalikkan tubuhnya, berjalan ke dalam bandara.Emilia yang sedang menggendong kucing menggigit bibirnya. Dia menundukkan kepalanya menatap Kiumi. “Kelak mungkin kamu tidak akan bertemu Paman lagi.”Mike melirik Emilia sekilas. “Astaga, masih tidak merelakannya?”“Kiumi yang nggak merelakannya.”“Aku rasa kamu yang tidak merelakannya.” Mike membalikkan tubuhnya dengan tersenyum, kemudian berjalan ke depan mobil. Emilia mengikuti di belakang. Mike membuka pintu. “Kamu ini masih kecil. Kamu selesaikan sekolahmu, lalu usahakan untuk kuliah di ibu kota.”Emilia duduk di bangku samping pengemudi. Ketika mendengar kuliah di ibu kota, dia langsung memalingkan kepala
Seperti kata pepatah, setiap kerugian pasti akan disertai dengan keuntungan. Lagi pula, dari dermaga itu, Keluarga Amkasa hanya akan mendapat pemasukan dari biaya singgah kapal dagang Organisasi Naga.Sekarang, setelah kaki putra Sorox patah akibat dipukul oleh Anton, Keluarga Amkasa sama sekali tidak menunjukkan respons apa pun, itu berarti mereka telah sepenuhnya menyinggung Sorox.Jangan harap mereka bisa berbisnis seperti biasa di masa depan. Bahkan, Organisasi Naga mungkin akan menjadi musuh Keluarga Amkasa. Meskipun mereka tidak lagi menggunakan dermaga Keluarga Amkasa, mereka tetap bisa membuka jalur baru dengan cara mereka sendiri.Pada akhirnya, Keluarga Amkasa justru mempersempit jalan mereka sendiri hanya demi mempertahankan keuntungan kecil ini.Yogi membalikkan kepalanya untuk melihat Dessy. “Ayo, kita pergi.”“Yogi, sebenarnya apa maksudmu? Sebenarnya kamu mau bantu atau tidak!” jerit Febri.Tanpa menoleh, Yogi berkata, “Tunggu kabar saja.”Kemudian, Yogi meninggalkan tem
Pada saat ini, pengurus rumah bergegas ke dalam rumah. “Tuan, ada yang melapor, katanya mereka melihat Tuan Yogi di dalam kota.”Benny spontan berdiri. “Apa benar?”Apa Yogi telah kembali?“Iya, dia lagi berada di Kediaman Keluarga Tanoto.”Ketika mendengar Yogi pergi ke Kediaman Keluarga Tanoto, Benny langsung menggebrak meja. “Begitu pulang, malah langsung ke Kediaman Keluarga Tanoto, sepertinya dia benar-benar tidak menganggap dirinya sebagai bagian dari Keluarga Amkasa!”Sekarang Febri sangat panik. Dia hanya berharap putranya bisa kembali. “Suamiku, berhubung dia sudah kembali, biarkan dia pergi tebus Anton. Bukannya Yogi itu anak sulungmu? Sekarang nyawa Anton sangat penting!”Kening Benny berkerut. Tangannya dikepal erat.Tidak lama kemudian, Yogi dan Dessy berada di halaman luar. Begitu Benny melihat kepulangannya, Benny pun terbengong sejenak. Ekspresinya seketika berubah muram. “Bukannya kamu tidak bersedia untuk pulang?”Tidak terlihat ekspresi apa pun di wajah Yogi. “Kalau
Shawn kelihatan tidak senang.Tobias tersenyum. “Kata siapa kaki Yogi akan dipertaruhkan? Daripada Sorox membuat Anton cacat, lebih baik Yogi turun tangan sendiri saja.”Shawn terbengong sejenak. “Suruh Yogi turun tangan sendiri?”Tobias mencondongkan tubuhnya ke depan. “Sekarang satu kaki Jomin sudah dipatahkan, tapi nyawanya baik-baik saja. Setelah istirahat selama setengah tahun, dia masih bisa turun dari ranjang dan berjalan secara normal. Aku dengar-dengar Sorox sangat sadis, tapi sekarang dia hanya mengancam Keluarga Amkasa untuk mengalah dengan Jomin. Kenapa dia tidak turun tangan?”Shawn kembali terbengong. “Apa maksudmu, Sorox punya maksud lain?”Tobias menuang air ke dalam gelasnya. “Sorox adalah seorang penguasa lokal di Miamar yang memiliki kekuasaan besar. Bisnis yang dia jalankan tidak bersih dan asal-usulnya juga tidak jelas. Selain itu, barang-barang mereka biasanya dikirim melalui jalur air, yang mana harus melewati wilayah Keluarga Amkasa.”“Lagi pula, nyawa Jomin tid
Latar belakang keluarganya Intan terlalu kuat, membuatnya kesulitan untuk mengangkat kepala di depan orang lain. Setahun setelah kematian Intan, Benny menikah lagi. Keluarga Intan memakinya sebagai orang yang tidak tahu berterima kasih, tapi dia tetap menahannya. Namun, Shawn justru memaksanya menyerahkan Keluarga Amkasa kepada Yogi.Semakin ditekan, Benny semakin tidak mau berkompromi. Benny hanya ingin membuktikan kepada Shawn bahwa tanpa keluarganya dan tanpa putranya, Yogi, Keluarga Amkasa tetap bisa berkembang pesat.Namun, kali ini Anton malah dihadapkan dengan masalah serius. Jika bukan demi Anton, mana mungkin Benny bersedia merendahkan dirinya untuk mencari Yogi?Febri menarik tangannya. “Jadi, apa Yogi setuju? Dia juga anakmu. Bagaimanapun juga, dia tidak akan menolak, ‘kan? Yang terpenting, kita harus suruh Yogi membawa Anton pulang.”“Setuju?” Benny menepis tangan Febri, lalu berkata dengan gusar, “Kalau kamu bisa mengurus Anton kesayanganmu, apa mungkin dia akan melakukan
Yogi menurunkan kelopak matanya. “Pak Guru sudah berbudi terhadapku dan juga sangat memprioritaskanku. Seumur hidupku, aku tidak akan mengecewakan harapan Pak Guru. Kalau tidak, aku, Yogi, akan mati dengan mengenaskan.”Kemudian, Yogi melangkah mundur selangkah, lalu berlutut. Saat dia hendak bersujud untuk menyembah Tobias, Tobias langsung memapahnya. “Berdirilah, anak laki-laki jangan sembarangan berlutut. Aku merasa tidak cocok untuk mengatakan hal seserius ini dengan berlutut.”Yogi mengangkat kepalanya untuk menatap Tobias. “Pak Guru.”Tobias memapahnya untuk berdiri. “Panggil aku Ayah saja.”Yogi tersenyum. “Ayah.”“Patuh.” Tobias mengangguk dengan puas sembari menatapnya. “Besok aku dan Dessy akan temani kamu untuk pulang ke Yasia Tenggara.”“Ayah, aku bisa pulang sendiri.”“Tidak boleh. Kalau aku tidak berada di sana, orang-orang itu pasti akan menindasmu. Sekarang kamu itu putraku, aku mesti membelamu.”Devin dan yang lainnya ikut tersenyum. Mereka sungguh gembira atas masalah