“Dasar brengsek!”Ryan memberi perintah pada para penjaga yang bersembunyi untuk mengejar sosok pria bertopeng itu. Ia berhenti berlari, mengawasi keadaan sekeliling, mengamati para bawahannya yang bergerak sangat cepat menuju hutan.“Sialan! Dia sangat cepat dan kuat!” Ryan menyeka keringat di dahi. “Apa yang sebenarnya dia rencanakan? Dia tiba-tiba muncul, menyerangku, dan melarikan diri begitu saja. Dia tampaknya tidak berniat untuk menghabisiku.”Ryan sontak terkejut ketika menyadari sesuatu. “Ponselku hilang.”Ryan memeriksa jaket dan saku celana. Ia berlari menuju gedung, mengamati lokasi pertarungannya dengan si pria bertopeng. “Dasar bajingan! Dia ternyata bertujuan untuk mencuri ponselku agar dia mendapatkan lokasi Bos Reno.”“Berikan ponselmu padaku sekarang!” ujar Ryan pada salah satu bawahannya. Ia segera mengirim pesan pada Reno secepatnya. Ryan berlari keluar dari gedung, menunggu di halaman. “Sial! Pria bertopeng itu membuatku sangat kesal!”Para bawahan Ryan muncul da
Para pelanggan tampak memadati restoran saat makan siang. Para pegawai terlihat sibuk menyiapkan makanan dan melayani pembeli. Para penantang juga terus berdatangan untuk mengalahkan Brody. Akan tetapi, Brody tetap menjadi sosok yang tidak terkalahkan.Para pengunjung tampak berkerumun di depan restoran. Antrean mengular hingga ke beberapa toko lain. Ton dan para pemilik restoran semakin kesal dengan keadaan itu. Meski mereka sudah menyusun rencana dan menyusupkan Rudy dan seorang yang lain, tetapi mereka tidak suka melihat kesuksesan restoran Althon. “Dasar brengsek! Pemandangan ini membuatku sangat muak!” Ton mengentakkan kaki dengan keras. “Kenapa para pelanggan terus mendatangi restoran sialan itu? Para pelanggan toko rotiku bahkan nyaris tidak lagi berkunjung ke tokoku.”“Ya, aku juga sangat kesal. Aku ingin membakar restoran itu hingga hangus menjadi abu!” Res mengepalkan tangan erat-erat, meludah. “Sialnya, kita harus bersabar sembari terus menyebar rumor buruk mengenai restor
Althon mengikuti ketiga pegawai lembaga kesehatan itu memeriksa berbagai alat masak, ruangan, dan sarana kebersihan. Rudy masih mengikutinya tanpa banyak bicara. Ketiga pegawai itu berpura-pura bekerja sangat serius, apalagi saat Althon mengawasinya dan melihat beberapa kamera CCTV di dinding dan langit-langit ruangan. “Apakah kalian mendapatkan masalah?” tanya Althon. “Kami belum memeriksa semua ruangan dan alat-alat, Tuan. Kami tentu berharap tidak mendapatkan masalah di restoran ini. Kami mendengar restoran ini memiliki menu makanan yang sangat lezat,” ujar salah satu pegawai. “Kau benar.” Althon tertawa. Althon, Rudy, dan ketiga pegawai pemerintah memasuki gudang. Sebagian pelanggan mulai meninggalkan restoran, menyisakan dua pelanggan yang masih bermain di arena permainan dan tiga pelanggan di meja. Althon mengamati ketiga pegawai dengan saksama. “Mereka bekerja sesuai prosedur saat aku mengawasi mereka. Akan tetapi, mereka berusaha mencari celah untuk berbuat curang. Aku h
“Apa maksudmu?” tanya salah satu pegawai lembaga kesehatan. Ia dan keduanya tampak terkejut, saling berpandangan. Rudy sontak menahan napas, mengamati Althon tanpa berkedip. Ia mengepalkan tangan, tersenyum bengis. “Brengsek! Apa maksud berandal sialan itu? Mungkinkah dia memiliki bukti jika ketiga pegawai itu menyimpan bahan pengawet berbahaya itu di gudang?” Rudy bersikap setenang mungkin, menoleh pada layar. “Aku yakin temanku sudah mematikan CCTV di gudang saat ketiga pria itu memasukkan bahan pengawet berbahaya. Lalu, bagaimana cara berandal itu mendapatkan video? Apakah dia menempatkan CCTV di tempat yang tidak aku sadari?”Ton, Res, dan para pemilik restoran seketika terkejut, saling berpandangan. Mereka terdiam begitu teringat dengan kejadian tempo hari saat mereka dipermalukan oleh Althon dan Brody di depan banyak orang.Althon menahan senyum, membesarkan volume televisi. “Aku harap kalian memperhatikan video ini dengan baik.”Layar menunjukkan ketiga pria yang saling berbi
“Dasar brengsek!” Res menggebrak meja. “Dua berandal itu kembali lolos dari jebakan kita! Mereka bahkan membuat ketiga pegawai lembaga kesehatan itu harus berurusan dengan polisi! Aku benar-benar muak!”“Hei, kenapa Rudy melapor pada polisi, Res?” tanya seorang pemilik restoran seraya menatap tajam. “Ketiga pegawai lembaga kesehatan itu tidak akan mendapat masalah jika Rudy melaporkan mereka pada polisi.”“Ketiga pegawai itu memiliki hubungan dekat dengan para berandal kota ini. Kita akan terlibat masalah besar dengan mereka jika ketiga pegawai itu sampai dipenjara dan dipecat dari pekerjaan mereka.”“Ya, mereka akan menuntut rugi pada kita.”Res mulai panik, menyeka keringat di dahi. “Mereka benar, Res. Kenapa Rudy menghubungi polisi?” tanya Ton. “Diamlah. Aku akan menghubungi Rudy sekarang.” Res menjauh dari kerumunan, berusaha menenangkan diri. Ia menghubungi Rudy, mengetuk-ngetuk jendela. “Dasar brengsek! Rudy seharusnya berbicara padaku jika dia melaporkan masalah tadi pada pol
“Sial, kenapa kau membawaku ke Locatown, brengsek?” Ronny mengamati keadaan jalan, mendengkus kesal. “Tidak bisakah kau membawaku ke kota lain? Kau tentu tahu kalau para berandal di kota ini merupakan musuh dari Red Sting.”Gon berdecak, fokus bermain game di ponsel. “Kau bisa melompat dari mobilku jika kau tak suka, Ronny. Kau seenaknya menumpang dan bertindak semaumu!”Ronny berdecak. “Aku tidak melihat satu berandal pun sejak memasuki pusat kota. Apa mereka sedang berkumpul di markas kelompok mereka untuk merampas wilayah kita?”Gon mendengkus kesal, menyimpan ponsel di saku celana. “Sial, kau terus berbicara sehingga aku kalah dan kehilangan banyak uang, Ronny. Aku mendapatkan kabar jika beberapa bawahanku berada di kota ini. Mereka mungkin tahu di mana anggota lain berada. Seperti yang Bos Ryan katakan, kita harus mengumpulkan anggota kita sebanyak mungkin.”Gon mengacak-acak rambut, bersandar di kursi. “Berandal Locatown adalah musuh yang lemah. Kita bisa menghabisi mereka denga
Reno memasuki ruangan, membungkuk hormat pada seorang pria tua yang duduk di sebuah sofa. “Aku datang sesuai dengan perintahmu, Bos.”“Kau datang lebih cepat dibandingkan yang aku duga, Reno,” ujar pria berambut putih seraya beranjak dari sofa, berjalan menuju jendela. Ia mengamati halaman dan hutan saksama, mengepalkan tangan erat-erat. “Dua kelompok yang mencariku semakin dekat dari waktu ke waktu. Mereka bergerak sangat cepat di luar perkiraanku.” Pria tua itu berbalik, menghadap Reno. “Kelompok yang membantai Red Sting adalah bawahan dari orang-orang yang sudah menghabisi teman-temanku, dan kelompok lainnya adalah kelompok yang masih belum aku ketahui.”“Aku sudah mengerahkan orang-orangku untuk mencari identitas kelompok itu, Bos. Akan tetapi, para bawahanku belum mendapatkan informasi apa pun,” ujar Reno. “Mereka bukanlah kelompok biasa.” Pria tua itu mengembus napas panjang. Reno tercenung saat melihat bosnya terdiam. Ia sering kali melihat ekspresi ketakutan dan kekhawatira
Seminggu berlalu sangat cepat. Tarung Restoran masuk ke dalam jajaran sepuluh restoran favorit versi warga Paulcity. Para pelanggan terus berdatangan untuk mencicipi makanan maupun mengikuti kejuaraan adu panco. Althon bekerja sangat keras untuk memajukan restorannya. Ia menggunakan semua ilmu dan pengalamannya. Ia memiliki tanggung jawab besar untuk mendapatkan kembali haknya dan hak ayahnya untuk menjadi penerus keluarga Leander.Althon sering kali melihat kesuksesan sepupu-sepupunya yang lain. Ia tidak memungkiri bahwa dirinya marah dan benci karena mereka menjalani kehidupan yang jauh lebih baik dibandingkan dirinya selama ini. Akan tetapi, Althon menyadari jika semua hal memiliki waktu dan alasan terbaik. Restoran ini adalah langkah pertamanya untuk menjadi seorang ahli waris keluarga Leander. Ia tidak akan kalah dari para sepupunya. Restoran sangat ramai di akhir pekan. Para pegawai tampak sibuk menyiapkan makanan dan melayani pembeli. Para pelanggan mengerumuni arena pertaru
Semua kandidat menyiapkan semua hal dengan sebaik mungkin. Para pembeli mulai berdatangan. Beberapa kandidat masih cukup canggung saat berhadapan dengan pembeli maupun menyiapkan hidangan. Meski demikian, mereka bekerja sebaik mungkin untuk bisa lolos ke tahap berikutnya. Kesempatan menjadi CEO Star Company adalah sesuatu yang tidak akan datang dengan mudahWaktu terus berlalu. Beberapa kandidat mulai sibuk dengan kedatangan pembeli, sebagian yang lain harus berupaya agar pembeli terus berdatangan. “Sial!” Philip melirik seorang partner yang terus membuat kesalahan. “Aku benar-benar keliru memilih sampah itu! Itu pasti akan menjadi poin minus bagiku dalam ujian ini. Star Company menguji sejauh mana kemampuanku untuk memilih partner yang tepat dalam sebuah tugas. Selain itu, para pembeli tidak mengunjungi truk makananku, dan itu akan menjadi masalah.”Philip mengawasi keadaan sekeliling. “Aku yakin tim pengawas terus mengawasiku sejak tadi. Aku tidak boleh melakukan kesalahan.”Phili
Rombongan mobil mulai meninggalkan gerbang, melaju cukup kencang di hutan. Ryan mengamati kepergian pasukannya di teras, melirik sekeliling sesaat. “Aku tidak melihat orang-orang bertopeng itu hari ini.”Ryan mendengkus kesal, memasuki mobil. Ia membuka jendela, menghubungi Ronny. “Kau dan yang lain harus memastikan jika semua anggota tiba dengan selamat, Ronny. Kau dan yang lain juga harus melaporkan keanehan sekecil apa pun.”“Aku mengerti, Ayah,” sahut Ronny seraya mengamati gedung yang mulai mengecil. Ia menggertakkan gigi saat melihat seorang pria bertopeng berdiri di dahan pohon. “Sial! Aku masih kesal dengan orang bertopeng yang bertarung dengan ayah. Dia sengaja mengalah sehingga ayah sangat marah.”Ronny melirik Gon yang tampak serius dengan ponselnya. “Kenapa kau sangat serius hanya karena melihat ponsel bodohmu, Gon?”“Salah satu bawahanku mengirimkan pesan jika orang-orang sialan itu sudah sepenuhnya meninggalkan berbagai kota. Bos mereka yang bernama Draco kemungkinan su
Semua kandidat tampak bersiap untuk mendengarkan arahan ujian hari ketiga. Beberapa pegawai memberikan sebuah jam tangan pada setiap kandidat. Paul dan beberapa pegawai Star Company berdiri di hadapan semua kandidat, tersenyum. “Selamat pagi, Nona-nona dan Tuan-tuan. Aku sangat senang melihat kalian hari ini. Kalian tampil dengan sangat semangat. Kalian membuktikan jika kalian adalah orang-orang yang layar menjadi kandidat CEO Star Company.”“Aku yakin kalian sudah menyadari tujuan dari dua ujian yang sudah kalian lalui.” Paul tersenyum. “Ujian ketiga akan sangat berbeda dibandingkan dengan ujian pertama dan kedua.”Paul bertepuk tangan. Rombongan truk seketika memasuki gerbang, berbaris rapi di belakang semua kandidat. Philip, Lily, Randy, dan kandidat lain sontak terkejut, mulai menerka-nerka. Tak lama setelahnya lima puluh orang berseragam turun dari mobil, berbaris di samping kendaraan. Philip tersenyum, mengepalkan tangan erat-erat. “Apa yang sebenarnya Tuan Paul rencanakan? A
Malam semakin larut, dan suasana pusat kota semakin ramai dengan para berandal yang bermunculan di beberapa titik. Di beberapa gang, beberapa pria tengah menghajar para berandal hingga tumbang di tanah. Sebagian berandal melarikan diri hingga beberapa kali nyaris tertabrak mobil. Kerusuhan terjadi di beberapa titik pusat kota. Beberapa pria terus mendatangi kerumunan berandal, bertanya soal keberadaan para pemimpin pasukan berandal yang menghilang beberapa hari lalu. Jika tidak mampu menjawab, mereka berakhir menjadi samsak dan harus tidur di dinginnya malam dan jalan yang becek. Sonny, Ling, Lung, dan Lex bersembunyi di sebuah gudang. Beberapa bungkuk roti terlihat berserakan di lantai. Mereka terbaring di atas kotak kayu dan tumpukan jerami, larut dalam lamunan masing-masing. Kehidupan mereka berubah drastis setelah kemunculan kelompok itu. Sonny beranjak dari kursi, mendekati jendela, mengamati keadaan luar yang remang-remang. Ia bergegas sembunyi saat beberapa berandal berlaria
Arnold masih sibuk memeriksa beberapa dokumen. Ia menoleh ke arah pintu saat seseorang berbicara. “Masuklah.”Seorang pria memasuki ruangan, membungkuk singkat. “Aku datang sesuai dengan perintah Anda, Tuan.”Arnold mengembus napas panjang, merapikan beberapa dokumen. “Aku ingin mendengar kabar baik sekarang.”“Aku sungguh minta maaf karena aku justru membawa kabar buruk, Tuan. Aku masih belum bisa membujuk Tuan Sean agar mau menjadi bawahan Anda. Dia justru menamparku dan memberi teguran yang sangat keras padaku.”Arnold mendengkus kesal, menggebrak meja, berdiri dari kursi. “Aku tampaknya harus berbicara langsung padanya. Sayangnya, aku masih cukup sibuk sekarang.”Arnold tersenyum bengis. “Dasar sampah sialan! Hanya karena ayahku sedikit memanjakannya, dia bertingkah seolah bisa melakukan apa pun, padahal aku adalah penerus ayah. Jika dia tidak mau menjadi bawahanku dalam waktu dekat, dia akan menjadi orang pertama yang akan aku habisi.”Arnold berjalan menuju jendela, mengamati pe
Paul menekan sebuah tombol. Layar menampilkan nama-nama kandidat yang bergerak secara acak. Sebuah angka berukuran besar seketika tampil di tengah layar. “Nilai minimum untuk ujian tahap kedua adalah sembilan ratus. Kandidat yang memiliki nilai kurang dari sembilan ratus otomatis gagal.”Nama-nama kandidat terus bergerak acak sampai akhirnya tertulis berurutan sesuai nilai masing-masing. Philip, Lily, Randy, dan para kandidat lain menatap layar tidak berkedip selama beberapa waktu.Philip tersenyum saat ia berada di urutan pertama. Lily berada di posisi kedua dengan selisih poin yang sangat tipis dengan Philip, sedangkan Randy berada di posisi keempat.Semua kandidat seketika menoleh pada Althon. Pria itu mendapatkan nilai sembilan ratus tiga puluh dua, dan berada di posisi terakhir, selisih satu poin dengan seorang pria.“Sial! Si idiot itu kembali lolos ke tahap selanjutnya. Meski dia berada di posisi terakhir, tetapi nilainya hampir menyamai salah satu peserta.” Philip mengepalkan
Althon mengamati penampilan setiap kandidat di ruangannya. “Mereka masih menampilkan penampilan yang luar biasa. Mereka sangat tenang meski berada di bawah tekanan. Ya, mereka pasti sudah terbiasa dengan keadaan itu.”Althon mengepalkan tangan erat-erat, menonton penampilan seluruh kandidat hingga selesai. “Aku harus kembali menyamar.”Althon memberi tanda pada Paul.Paul membungkuk, berbicara dengan seluruh kandidat melalui layar. “Nona-nona dan tuan-tuan, semua kandidat harus kembali ke ruangan untuk beristirahat. Tes berikutnya akan diselenggarakan setelah makan siang. Terima kasih.”Satu per satu kandidat kembali ke ruangan. Mereka berbincang-bincang mengenai tes kedua. Para pelayan mulai berdatangan sembari makanan dan minuman.Lily mengembus napas panjang, mengambil segelas minuman. “Aku melakukan yang terbaik hingga sejauh ini. Tes kedua juga tidak sesulit yang aku bayangkan. Akan tetapi, aku merasa kedua tes ini bukan tes sungguhan.”“Kau sungguh berpikir demikian, Lily?” tany
“Kalian memiliki waktu setengah jam untuk mempersiapkan diri kalian,” ujar Paul.Paul dan beberapa pegawai meninggalkan ruangan. Para kandidat tampak bersiaps-siap. Mereka mulai menduga-duga tugas apa yang harus mereka selesaikan.Althon mengemati semua kandidat melalui layar hologram di saat ia berpura-pura mempersiapkan diri. “Mereka langsung mempersiapkan diri tak lama setelah kepergian Paul dan para pegawai Star Company. Aku harus memuji sikap mereka. Randy juga terlihat fokus pada persiapannya. Dia seolah menjadi sosok yang berbeda.”Philip melirik Althon, tersenyum sinis. “Aku benci saat melihatnya sangat serius. Sekeras apa pun dia mencoba, dia tidak akan bisa mengubah apa pun. Dia akan tetap tersingkir di ujian kedua. Aku yakin itu.”Setengah jam kemudian, Paul dan para pegawai memasuki ruangan kembali. Semua kandidat kembali bersiap, berdiri di kursi masing-masing.“Semua kandidat akan memasuki ruangan berbeda dalam waktu bersamaan. Kalian harus bisa melalui ujian ini dengan
Philip membungkuk hormat, tersenyum. “Aku terkejut karena kau berkunjung, Ayah. Aku minta maaf karena aku tidak menyambutmu saat kau datang.”“Aku sudah mendengar kabar jika kau lolos seleksi pertama posisi CEO Star Company dan mendapatkan nilai terbaik dari seluruh peserta. Akan tetapi, kau tidak boleh terlalu bangga dengan pencapaian itu, Philip. Poinmu hanya berbeda lima poin dari Lily Donteno. Aku tidak ingin kau lengah hingga posisi tergeser.”Pedro berdiri dari kursi, menarik dagu Philip. “Di antara putra-putraku yang lain, kau adalah putraku yang paling lemah. Saat kakak pertamamu seusiamu, dia sudah mendapatkan posisi yang luar biasa. Jika kau tidak meniru kakak-kakakmu, setidaknya kau tidak boleh membuatku malu.”Philip merasakan dadanya sangat sesak. Ayahnya selalu saja membanding-bandingkannya dengan kakak-kakaknya yang lain tanpa pernah memberikan apresiasi apa pun padanya atas semua keberhasilannya. Ia akan mendapatkan hukuman jika gagal, dan tidak akan pernah dianggap ad