Althon dan Brody seketika menoleh ke arah pintu. Seseorang di luar kamar terus berteriak seraya memukul pintu lebih keras.“Apa orang yang berteriak itu adalah temanmu, Brody?” tanya Althon seraya mendekati pintu, mengintip melalui lubang kecil di pintu. “Pria itu adalah pemilik gedung ini. Dia pasti marah karena aku belum membayar uang sewa selama dua bulan.” Brody berdecak. “Jika kau ingin aku menjadi partnermu, kau harus membayar biaya sewaku.”“Sayangnya, aku tidak bisa memenuhi permintaanmu, Brody.” Althon membuka pintu, bergegas bersembunyi di balik pintu. “Brengsek! Apa yang kau lakukan? Kenapa kau justru membuka pintu?”“Dasar berandal sialan!” Seorang pria tua memasuki ruangan, berkecak pinggang sembari memelotot tajam. “Kau sudah menunggak biaya sewa selama dua bulan! Aku tidak bisa memberimu waktu lagi! Jika kau tidak membayar uang sewa sore nanti, kau harus pergi dari kamar ini! Kau mengerti?”“Keluar dari ruanganku sekarang!” bentak Brody. “Tutup mulutmu, sialan!” Pria
“Dasar tua bangka sialan!” cibir seorang berandal, “pemilik toko roti ini menolak untuk memberikan kita uang. Dia bahkan melapor pada polisi sehingga kita harus bermalam di penjara. Kita beruntung karena bos kita membayar para polisi itu.”“Kita harus membalas tua bangka itu! Bos mengatakan kita bebas melakukan apa pun pada pria tua itu, kecuali membunuhnya,” sahut berandal lain.“Dia akan menutup toko roti pukul sembilan malam. Kita bisa berpura-pura menjadi pembeli dan menghajarnya di dalam tokonya. Kita juga bisa mengambil barang-barang berharganya. Bos mengingatkan agar kita tidak meninggalkan jejak.”Para berandal itu memasuki sebuah gang kecil. Althon mengikuti para berandal, bersembunyi di belakang dinding, mendengar rencana mereka saksama. “Aku tahu apa yang harus aku lakukan.”Althon mengamati toko roti, tersenyum. “Kau akan berhutang budi padaku, Pak Tua.”Althon mengunjungi beberapa toko, kembali ke apartemen beberapa menit kemudian. “Brody masih tertidur. Aku akan memban
Ton sontak terkejut, berbalik menghadap Althon, mengamati lekat-lekat. “Apa maksudmu, brengsek? Bagaimana kau bisa tahu jika mereka akan menyerangku?”Ton mencengkeram baju Althon, menatap tajam. “Aku sudah menduga jika kau adalah bagian dari para berandal. Enyahlah dari tokoku sekarang juga sebelum aku menendangmu dan saudaraku keluar atau melaporkan kalian pada polisi.”Brody masih berpura-pura tertidur. Ia ingin tahu apa yang akan Althon lakukan dalam menghadapi masalah ini. “Aku bukan seorang berandal. Aku hanya seseorang yang ingin menyewa bangunan kosong itu untuk bisnis kecilku.” Althon mencengkeram tangan Ton, tersenyum. “Aku melihat para berandal berkerumun di depan tokomu. Aku mendengar mereka akan menyerangmu malam nanti ketika kau sendirian.”“Lepaskan tanganku, brengsek!” Ton menarik tangannya sekuat mungkin, tetapi tenaganya bukanlah tandingan Althon. “Aku tidak mempercayai ucapan berandal sepertimu. Para berandal memang sempat membuat kekacauan di tokoku, dan mereka be
“Pergi dari tokoku sekarang juga!” teriak Ton seraya menghunuskan pipa besi pada para berandal. Tangannya bergetar hebat hingga pipa besi nyaris terjatuh. Keringat seketika membasahi sekujur tubuhnya. Ia menyesal karena tidak memedulikan peringatan Althon. Para berandal seketika tertawa terbahak-bahak. “Bagaimana kalian bisa keluar dari penjara?” Ton mundur hingga punggungnya menyentuh dinding. Ia melirik ke arah telepon yang berada di atas meja. “Bos kami membebaskan kami dari penjara. Kepala kepolisian Paulcity adalah sahabat dekat bos kami. Polisi tidak lebih dari para berandal berseragam yang dibiayai negara. Kau tidak akan mendapatkan perlindungan dari polisi selama kau bukan orang berpengaruh dan membayar mereka,” ujar seorang berandal.Seorang berandal lain menambahkan, “Kalaupun kau melaporkan kami semua ke polisi, kami akan bebas kembali dan mendatangimu lagi untuk membalas dendam.”Ton semakin ketakutan, mengamati para berandal yang mendekat. Ia mematikan listrik dengan c
Ton bergegas keluar dari tempat persembunyian, terkejut ketika melihat para berandal terbaring tidak sadarkan diri di lantai. “Sialan! Kau menghancurkan banyak alat dapurku! Kau juga membuat dapurku berantakan! Aku membatalkan kesepakatan!”Althon tertawa. “Kau tidak boleh berbuat curang, Pak Tua. Kau harus mematuhi kesepakatan kita. Jika kau curang, aku akan membangunkan kembali para berandal dan mengurungmu bersama mereka.”Ton segera mengarahkan pisau pada Brody. “Jika kau membangunkan para berandal, aku akan menyakiti saudaramu yang cacat!”“Siapa yang kau panggil cacat, sialan?” Brody mencengkeram tangan Ton dengan kuat. “Aku bisa menghajarmu meski aku berada di kursi roda sekarang!”“Kalian berdua memang berandal sialan! Kalian pasti bekerja sama dengan para berandal itu agar aku memberikan biaya sewa yang sangat murah!” Ton berusaha melepaskan cengkeraman Brody. “Lepaskan tanganku, pria cacat!”Althon mengambil segelas air, bersiap menjatuhkan air itu ke wajah pemimpin berandal
“Aku adalah anggota baru di sebuah kelompok. Bosku memerintahkanku untuk membangun sebuah restoran kecil untuk membuktikan kesetiaan dan kemampuanku. Jika aku berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, dia akan memberikan tugas lain dan hadiah besar padaku,” jelas Althon.“Siapa bosmu?” tanya Brody. “Aku tidak bisa memberitahumu karena larangan bosku. Akan tetapi, orang-orang yang mengawasiku pasti sudah mengirimkan informasimu pada bosku.”“Dasar brengsek! Kenapa kau tidak mencegahnya?” Brody memelotot. “Mereka tidak akan mencelakaimu selama kau tidak mencelakaiku, Brody. Bosku mungkin sedang menilaimu sekarang. Jika kau bekerja dengan baik, dia akan menawarkan pekerjaan penting padamu.”Brody mendengkus kesal. “Penjelasanmu masuk akal meski aku masih curiga padamu.”“Kau sebaiknya beristirahat sekarang, Brody. Kita memiliki tugas penting besok, dan aku tidak ingin kau bermalas-malasan.”“Membusuklah dalam neraka!” Brody membelakangi Althon, mengamati jendela. Althon memejamkan mat
Tonny Romildo terkejut ketika Arnold, Aaron, dan Andy memasuki ruangannya. Ia bergegas mengambil jas, memberi tanda pada seorang wanita untuk segera pergi. Wanita itu tampak kecewa, bergegas keluar dari ruangan. “Kau memiliki wanita yang sangat cantik, Tonny,” ujar Arnold, “tapi, bukankah kau sudah memiliki seorang istri?”Aaron dan Andy tertawa terbahak-bahak, duduk di sofa. Tonny membungkuk sesaat. “Aku minta maaf atas ketidak sopananku, Tuan. Aku tidak tahu jika Anda bertiga akan berkunjung. Aku tentu akan memberikan sambutan yang hangat saat Anda bertiga datang. Tonny bersikap senormal mungkin. “Apa yang bisa aku lakukan untuk kalian?”“Kau adalah salah satu kepercayaan ayah kami, Tonny. Kau tentu tahu jika ayah kami sangat mewanti-wanti para orang kepercayaannya untuk menjaga sikap. Ayahku akan sangat marah dan kecewa ketika tahu kau memiliki wanita lain selain istrimu.”Tonny menunduk sesaat. “Semua itu hanya kesalahpahaman, Tuan. Aku dan wanita itu tidak memiliki hubungan a
“Kita akan memasuki restoran melalui jalur belakang. Bersikaplah senormal mungkin,” ujar Althon seraya mengamati para berandal.Brody mendengkus kesal. “Jangan memerintahku, brengsek! Aku tahu apa yang harus aku lakukan untuk menghadapi para berandal itu”Althon dan Brody kembali berjalan, mengamati restoran, melewati para berandal.“Dasar brengsek! Ke mana pemilik restoran ini? Dia tidak kunjung muncul meski kita sudah menunggunya hampir setengah jam,” ujar seorang berandal. “Kita harus mendapatkan uang dari si pemilik restoran ini. Sial, bos mendesak kita untuk segera mengumpulkan uang. Jika tidak, dia akan menghajar kita dan tidak akan menolong kita lagi,” sahut berandal lain. “Kita bisa kembali ke tempat ini malam nanti. Aku yakin pemiliknya akan berada di restoran ini. Jika kita tidak bertemu dengan pemilik restoran, kita akan menerobos masuk untuk mencuri barang-barang berharganya.”“Sial, kita harus mencari teman-teman kita yang menghilang. Mereka menyiksa si pemilik toko rot
Semua kandidat menyiapkan semua hal dengan sebaik mungkin. Para pembeli mulai berdatangan. Beberapa kandidat masih cukup canggung saat berhadapan dengan pembeli maupun menyiapkan hidangan. Meski demikian, mereka bekerja sebaik mungkin untuk bisa lolos ke tahap berikutnya. Kesempatan menjadi CEO Star Company adalah sesuatu yang tidak akan datang dengan mudahWaktu terus berlalu. Beberapa kandidat mulai sibuk dengan kedatangan pembeli, sebagian yang lain harus berupaya agar pembeli terus berdatangan. “Sial!” Philip melirik seorang partner yang terus membuat kesalahan. “Aku benar-benar keliru memilih sampah itu! Itu pasti akan menjadi poin minus bagiku dalam ujian ini. Star Company menguji sejauh mana kemampuanku untuk memilih partner yang tepat dalam sebuah tugas. Selain itu, para pembeli tidak mengunjungi truk makananku, dan itu akan menjadi masalah.”Philip mengawasi keadaan sekeliling. “Aku yakin tim pengawas terus mengawasiku sejak tadi. Aku tidak boleh melakukan kesalahan.”Phili
Rombongan mobil mulai meninggalkan gerbang, melaju cukup kencang di hutan. Ryan mengamati kepergian pasukannya di teras, melirik sekeliling sesaat. “Aku tidak melihat orang-orang bertopeng itu hari ini.”Ryan mendengkus kesal, memasuki mobil. Ia membuka jendela, menghubungi Ronny. “Kau dan yang lain harus memastikan jika semua anggota tiba dengan selamat, Ronny. Kau dan yang lain juga harus melaporkan keanehan sekecil apa pun.”“Aku mengerti, Ayah,” sahut Ronny seraya mengamati gedung yang mulai mengecil. Ia menggertakkan gigi saat melihat seorang pria bertopeng berdiri di dahan pohon. “Sial! Aku masih kesal dengan orang bertopeng yang bertarung dengan ayah. Dia sengaja mengalah sehingga ayah sangat marah.”Ronny melirik Gon yang tampak serius dengan ponselnya. “Kenapa kau sangat serius hanya karena melihat ponsel bodohmu, Gon?”“Salah satu bawahanku mengirimkan pesan jika orang-orang sialan itu sudah sepenuhnya meninggalkan berbagai kota. Bos mereka yang bernama Draco kemungkinan su
Semua kandidat tampak bersiap untuk mendengarkan arahan ujian hari ketiga. Beberapa pegawai memberikan sebuah jam tangan pada setiap kandidat. Paul dan beberapa pegawai Star Company berdiri di hadapan semua kandidat, tersenyum. “Selamat pagi, Nona-nona dan Tuan-tuan. Aku sangat senang melihat kalian hari ini. Kalian tampil dengan sangat semangat. Kalian membuktikan jika kalian adalah orang-orang yang layar menjadi kandidat CEO Star Company.”“Aku yakin kalian sudah menyadari tujuan dari dua ujian yang sudah kalian lalui.” Paul tersenyum. “Ujian ketiga akan sangat berbeda dibandingkan dengan ujian pertama dan kedua.”Paul bertepuk tangan. Rombongan truk seketika memasuki gerbang, berbaris rapi di belakang semua kandidat. Philip, Lily, Randy, dan kandidat lain sontak terkejut, mulai menerka-nerka. Tak lama setelahnya lima puluh orang berseragam turun dari mobil, berbaris di samping kendaraan. Philip tersenyum, mengepalkan tangan erat-erat. “Apa yang sebenarnya Tuan Paul rencanakan? A
Malam semakin larut, dan suasana pusat kota semakin ramai dengan para berandal yang bermunculan di beberapa titik. Di beberapa gang, beberapa pria tengah menghajar para berandal hingga tumbang di tanah. Sebagian berandal melarikan diri hingga beberapa kali nyaris tertabrak mobil. Kerusuhan terjadi di beberapa titik pusat kota. Beberapa pria terus mendatangi kerumunan berandal, bertanya soal keberadaan para pemimpin pasukan berandal yang menghilang beberapa hari lalu. Jika tidak mampu menjawab, mereka berakhir menjadi samsak dan harus tidur di dinginnya malam dan jalan yang becek. Sonny, Ling, Lung, dan Lex bersembunyi di sebuah gudang. Beberapa bungkuk roti terlihat berserakan di lantai. Mereka terbaring di atas kotak kayu dan tumpukan jerami, larut dalam lamunan masing-masing. Kehidupan mereka berubah drastis setelah kemunculan kelompok itu. Sonny beranjak dari kursi, mendekati jendela, mengamati keadaan luar yang remang-remang. Ia bergegas sembunyi saat beberapa berandal berlaria
Arnold masih sibuk memeriksa beberapa dokumen. Ia menoleh ke arah pintu saat seseorang berbicara. “Masuklah.”Seorang pria memasuki ruangan, membungkuk singkat. “Aku datang sesuai dengan perintah Anda, Tuan.”Arnold mengembus napas panjang, merapikan beberapa dokumen. “Aku ingin mendengar kabar baik sekarang.”“Aku sungguh minta maaf karena aku justru membawa kabar buruk, Tuan. Aku masih belum bisa membujuk Tuan Sean agar mau menjadi bawahan Anda. Dia justru menamparku dan memberi teguran yang sangat keras padaku.”Arnold mendengkus kesal, menggebrak meja, berdiri dari kursi. “Aku tampaknya harus berbicara langsung padanya. Sayangnya, aku masih cukup sibuk sekarang.”Arnold tersenyum bengis. “Dasar sampah sialan! Hanya karena ayahku sedikit memanjakannya, dia bertingkah seolah bisa melakukan apa pun, padahal aku adalah penerus ayah. Jika dia tidak mau menjadi bawahanku dalam waktu dekat, dia akan menjadi orang pertama yang akan aku habisi.”Arnold berjalan menuju jendela, mengamati pe
Paul menekan sebuah tombol. Layar menampilkan nama-nama kandidat yang bergerak secara acak. Sebuah angka berukuran besar seketika tampil di tengah layar. “Nilai minimum untuk ujian tahap kedua adalah sembilan ratus. Kandidat yang memiliki nilai kurang dari sembilan ratus otomatis gagal.”Nama-nama kandidat terus bergerak acak sampai akhirnya tertulis berurutan sesuai nilai masing-masing. Philip, Lily, Randy, dan para kandidat lain menatap layar tidak berkedip selama beberapa waktu.Philip tersenyum saat ia berada di urutan pertama. Lily berada di posisi kedua dengan selisih poin yang sangat tipis dengan Philip, sedangkan Randy berada di posisi keempat.Semua kandidat seketika menoleh pada Althon. Pria itu mendapatkan nilai sembilan ratus tiga puluh dua, dan berada di posisi terakhir, selisih satu poin dengan seorang pria.“Sial! Si idiot itu kembali lolos ke tahap selanjutnya. Meski dia berada di posisi terakhir, tetapi nilainya hampir menyamai salah satu peserta.” Philip mengepalkan
Althon mengamati penampilan setiap kandidat di ruangannya. “Mereka masih menampilkan penampilan yang luar biasa. Mereka sangat tenang meski berada di bawah tekanan. Ya, mereka pasti sudah terbiasa dengan keadaan itu.”Althon mengepalkan tangan erat-erat, menonton penampilan seluruh kandidat hingga selesai. “Aku harus kembali menyamar.”Althon memberi tanda pada Paul.Paul membungkuk, berbicara dengan seluruh kandidat melalui layar. “Nona-nona dan tuan-tuan, semua kandidat harus kembali ke ruangan untuk beristirahat. Tes berikutnya akan diselenggarakan setelah makan siang. Terima kasih.”Satu per satu kandidat kembali ke ruangan. Mereka berbincang-bincang mengenai tes kedua. Para pelayan mulai berdatangan sembari makanan dan minuman.Lily mengembus napas panjang, mengambil segelas minuman. “Aku melakukan yang terbaik hingga sejauh ini. Tes kedua juga tidak sesulit yang aku bayangkan. Akan tetapi, aku merasa kedua tes ini bukan tes sungguhan.”“Kau sungguh berpikir demikian, Lily?” tany
“Kalian memiliki waktu setengah jam untuk mempersiapkan diri kalian,” ujar Paul.Paul dan beberapa pegawai meninggalkan ruangan. Para kandidat tampak bersiaps-siap. Mereka mulai menduga-duga tugas apa yang harus mereka selesaikan.Althon mengemati semua kandidat melalui layar hologram di saat ia berpura-pura mempersiapkan diri. “Mereka langsung mempersiapkan diri tak lama setelah kepergian Paul dan para pegawai Star Company. Aku harus memuji sikap mereka. Randy juga terlihat fokus pada persiapannya. Dia seolah menjadi sosok yang berbeda.”Philip melirik Althon, tersenyum sinis. “Aku benci saat melihatnya sangat serius. Sekeras apa pun dia mencoba, dia tidak akan bisa mengubah apa pun. Dia akan tetap tersingkir di ujian kedua. Aku yakin itu.”Setengah jam kemudian, Paul dan para pegawai memasuki ruangan kembali. Semua kandidat kembali bersiap, berdiri di kursi masing-masing.“Semua kandidat akan memasuki ruangan berbeda dalam waktu bersamaan. Kalian harus bisa melalui ujian ini dengan
Philip membungkuk hormat, tersenyum. “Aku terkejut karena kau berkunjung, Ayah. Aku minta maaf karena aku tidak menyambutmu saat kau datang.”“Aku sudah mendengar kabar jika kau lolos seleksi pertama posisi CEO Star Company dan mendapatkan nilai terbaik dari seluruh peserta. Akan tetapi, kau tidak boleh terlalu bangga dengan pencapaian itu, Philip. Poinmu hanya berbeda lima poin dari Lily Donteno. Aku tidak ingin kau lengah hingga posisi tergeser.”Pedro berdiri dari kursi, menarik dagu Philip. “Di antara putra-putraku yang lain, kau adalah putraku yang paling lemah. Saat kakak pertamamu seusiamu, dia sudah mendapatkan posisi yang luar biasa. Jika kau tidak meniru kakak-kakakmu, setidaknya kau tidak boleh membuatku malu.”Philip merasakan dadanya sangat sesak. Ayahnya selalu saja membanding-bandingkannya dengan kakak-kakaknya yang lain tanpa pernah memberikan apresiasi apa pun padanya atas semua keberhasilannya. Ia akan mendapatkan hukuman jika gagal, dan tidak akan pernah dianggap ad