“Darren, jangan asal bicara! Orang ini adalah Pak Hendo Adijaya. Bagaimana mungkin dia seorang pedagang manusia?” Rachel berusaha mengelak perkataan anaknya.Kemudian dia berjalan mendekati Hendo, lalu berkata, “Maaf ya, Pak, anak kecil memang suka asal bicara. Saya harap Anda tidak marah karena ucapan mereka.” “Mama, dia itu benar-benar pedagang manusia. Cuma pedagang manusia yang menawarkan lolipop ke anak perempuan seperti Michelle,” ujar Eddy sambil mengerutkan keningnya.Michael langsung menganggukkan kepalanya, lalu berkata, “Kita juga sudah lapor polisi kok!”Hendo tetap berusaha tenang seraya berkata, “Bu Rachel, anak ini terlihat sangat menggemaskan, makanya saya menawarkan lolipop untuknya. Saya sama sekali tidak bermaksud jahat.”“Saya mengerti kok, Pak,” ujar Rachel sambil menganggukkan kepalanya.Kemudian dia menoleh ke arah anaknya seraya berkata, “Michael, batalkan laporan polisinya.”Michael hanya berdiri diam dan tidak menghiraukan perintah ibunya. Michael tetap mencu
Waktu makan malam sudah tiba ketika Ronald dan Rachel tiba di kediaman mereka. Keempat anak mereka sudah duduk dengan rapi di depan meja makan. Ketika melihat Ronald dan Rachel masuk, Darren buru-buru meletakkan peralatan makannya dan bergegas menghampiri Rachel. “Hore ... Mama sudah pulang!” seru Darren senang.“Apa malam ini Mama masih harus pergi lagi ke rumah sakit?” tanya Michael. “Ehem!” Ronald memberikan isyarat dengan mengeluarkan suara batuk yang cukup keras. Dalam sekejap, pandangan anak-anak itu langsung tertuju ke arah Ronald.“Papa sudah keluar dari rumah sakit?” tanya Eddy dengan wajah terkejut.“Hufh ... kenapa Papa nggak dirawat di sana lebih lama lagi sih,” ujar Darren dengan wajah kecewa.Darren merasa bebas dan bahagia selama ayahnya dirawat di rumah sakit. Karena tidak ada orang yang memperhatikan semua tingkah lakunya. Dia bisa melakukan apa pun sesuka hatinya.Kenapa dengan anak-anak ini? Bagaimanapun juga Ronald adalah Ayah mereka. Kenapa mereka terlihat tidak
“Kalau begitu, sekarang kita ke atas ya,” ajak Farah kepada cucu-cucunya. Kemudian dia menggandeng tangan Darren dan memberi isyarat kepada cucunya yang lain untuk mengikutinya. “Kamu masih memiliki waktu yang panjang untuk menebus kesalahanmu kepada anakmu. Tapi tidak untuk malam ini. Lagi pula malam ini adalah malam istimewa untuk kita. Waktu sangatlah berharga,” bisik Ronald di telinga Rachel.Wajah Rachel langsung memerah. Laki-laki ini sungguh tidak sopan. Bagaimana mungkin dia masih berani berbicara seperti ini di hadapan orang banyak? Hilmi langsung menyipitkan matanya dan tersenyum ketika melihat interaksi kedua sejoli ini.Kemudian dia berkata, “Bu Rachel dan Pak Ronald, silakan kalau mau ke atas untuk melihat keadaan kamar. Kalian berdua bisa memberitahuku jika ada yang harus aku siapkan lagi.”Rachel langsung tersentak. Seketika dia menyadari jika dirinya sudah benar-benar menikah dengan Ronald. Jadi, dia sekarang sudah menjadi bagian dari keluarga Tanjaya.“Ayo kita naik
Rachel buru-buru meletakkan piamanya dan berlari menuju kamar mandi. Dia langsung mengetuk pintu seraya berkata dengan suara tinggi, “Ronald, kamu kenapa?”“Nggak ... aku nggak apa-apa,” jawab Ronald. Suara Ronald bercampur dengan suara shower di dalam kamar mandi. Rachel langsung berbalik setelah mendengar jawaban Ronald.Di sisi lain, Ronald sedang terduduk di atas lantai kamar mandi. Dia merasa sulit untuk melakukan aktivitasnya. Selama dua puluh enam tahun dia hidup, ini adalah pertama kalinya dia merasa kalau mandi adalah suatu hal yang sulit untuk dilakukan. Apa mungkin luka di kaki kirinya belum sembuh? Kenapa kakinya langsung keram ketika terkena air dingin? Ronald terjatuh di kamar mandi. Karena kakinya kram dan lantai kamar mandi sangat licin. Laki-laki setinggi Ronald jatuh di dalam kamar mandi. Bukankah hal itu terdengar sangat konyol? Ronald merasa sangat tertekan dengan kondisi tubuhnya saat ini. Dia duduk di atas lantai sampai kram di kakinya membaik. Kemudian per
“Kamu pakai handuk dulu!” perintah Rachel sambil menutup matanya. “Lenganku lemas nggak ada tenaganya lagi. Kalau aku bisa pakai handuk sendiri, buat apa aku memanggilmu,” ujar Ronald sambil sedikit merentangkan tangannya.Rachel sempat terdiam selama beberapa saat. Kemudian dia menarik napasnya dan perlahan membuka mata. Dia melihat ke sekeliling kamar mandi untuk mencari handuk yang entah berada di mana. Setelah menemukan handuk, dia langsung mengambil dan memberikannya kepada Ronald. Lalu Rachel berkata, “Cepat pakai! Kalau sudah, baru aku mau menolongmu”Ronald berusaha untuk menahan tawanya. Perempuan ini terlihat sangat menggemaskan. Kemudian Ronald menghela napas seraya berkata, “Bantu aku, dong! Aku benar-benar nggak ada tenaga.”Rachel benar-benar kesal dengan perilaku Ronald yang sangat manja ini. Rachel berusaha menarik napas berusaha menenangkan diri. Kemudian dia memakaikan handuk di tubuh Ronald tanpa banyak basa-basi. Rachel tanpa sengaja menyentuh kulit Ronald yang t
Di depan pintu kamar utama, Farah dan Hilmi terlihat sedang mengembangkan senyuman penuh arti di wajah mereka. “Bu Farah, saya akan memerintahkan bagian dapur untuk memasakkan sup jamur daging. Jadi, besok pagi Pak Ronald bisa menikmati sup hangat itu ketika beliau bangun,” ujar Hilmi dengan nada suara hormat.Farah langsung mengangguk seraya berkata, “Jangan lupa buat sup ayam juga. Makanan itu sangat bagus untuk wanita.”“Kenapa Mama harus makan sup ayam?” Farah dan Hilmi langsung menoleh ke arah sumber suara. Kemudian mereka melihat Michelle serta kakak-kakaknya sedang menatap ke arah mereka berdua dengan tatapan polos. “Kakek, kenapa Papa harus minum sup jamur daging?” tanya Darren penasaran.Hilmi langsung tersenyum lalu berkata, “Ayahmu kan masih sakit. Jadi sup jamur daging sangat bagus untuk membantu penyembuhannya .... ”Michael terlihat mengerutkan keningnya seraya berkata, “Aku pernah baca sebuah buku yang mengatakan kalau sup jamur daging bisa meningkatkan stamina untuk
Rachel sangat terkejut dengan reaksi yang ditunjukkan oleh Ronald. Dia buru-buru melompat turun dari pelukan Ronald.Kemudian bertanya dengan cemas, “Apa ada yang sakit? Yang mana?”“Kepala bagian belakangku sakit,” jawab Ronald sambil memegangi pelipisnya.“Tolong ambilkan dua butir obat yang ada di laci. Tadi, dokter sempat meresepkan obat itu untukku,” tambah Ronald.Rachel bergegas mengambil obat itu sekaligus menuangkan air hangat untuk Ronald. Setelah Ronald selesai meminum obatnya, Rachel pun langsung berkata, “Kayaknya lebih baik kamu dirawat dulu saja di rumah sakit. Di sana dokter bisa mengobservasi keadaanmu ....”Ronald langsung terbaring lesu di atas tempat tidur, lalu dia pun berkata, “Bagaimana mungkin aku bisa terbaring tenang di rumah sakit? Hari pernikahan kita semakin dekat. Hari terpenting bagi hidup kita berdua. Ada banyak hal yang harus disiapkan.”“Kamu hanya perlu mengepas pakaian pengantin pria. Selain itu, serahkan semuanya padaku. Kamu nggak perlu mempersiap
Lima orang koki sudah berdiri di depan pintu masuk ruang makan dengan senyuman penuh arti mengembang di wajah mereka ketika Rachel tiba. Mereka semua siap melayani Rachel dan anak-anaknya. “Ehem!”Rachel merasa tenggorokannya gatal. Dia menyadari kalau semua pelayan di sini pasti mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya dan Ronald tadi malam.“Rachel, kamu bangunnya pagi sekali?” tanya Farah sambil tersenyum.Kemudian dia menghampiri Rachel dan kembali berkata, “Ini ada sup ayam yang dibuatkan khusus untukmu. Kamu minum, ya! Sup ini bagus untuk kulitmu.”“Terima kasih Tante,” jawab Rachel.Kemudian dia memakan sup yang diberikan oleh Farah dengan kepala tertunduk. Dia sama sekali tidak berani melihat ke arah orang-orang di sekelilingnya. Ini adalah saat yang paling memalukan bagi Rachel seumur hidupnya. Dia ingin sekali pergi melarikan diri dari tempat ini secepat mungkin. Ketika Rachel teringat akan Ronald yang sedang tertidur lelap tiba-tiba saja dia mendengar para pelayan berkat