Tangan perempuan itu berada di lengan Ronald. Untuk pertama kalinya dalam seumur hidup Rachel, dia berada di satu acara yang sama dengan lelaki itu. Hal ini merupakan sesuatu yang dia impikan selama empat tahun ini. Akhirnya malam ini terkabulkan.Rachel tahu pasti Eddy sudah mencari Ronald dan membicarakannya. Oleh karena itu, lelaki ini membawa Shania menghadiri acara yang begitu penting.Malam ini perempuan itu tampak berdandan secara khusus. Dia mengenakan gaun dengan taburan berlian dan juga kalung berlian edisi terbatas yang baru saja dikeluarkan. Selain itu, tangannya menenteng sebuah tas kulit kecil yang hanya ada satu di dunia ini. Dandanannya membuat dia menjadi perempuan yang paling menarik perhatian dalam acara malam ini.Shania mengangkat dagunya tinggi-tinggi dan dengan bangga menerima tatapan dari semua orang. Dalam dunia perbisnisan semua orang tahu kalau Ronald tidak begitu suka menghadiri acara formal seperti ini. Meski dia datang, lelaki itu selalu datang seorang dir
Ronald memperkenalkan klien sepenting ini pada dirinya. Apa maksud dari lelaki itu? Apakah Ronald telah menganggapnya sebagai orang sendiri?Pemikiran tersebut membuat senyuman di bibir Shania semakin lebar. “Pak Alec selain rambutnya yang tipis, sebenarnya pribadinya cukup tampan.”Perempuan itu mulai melayangkan pujian pada lelaki di depannya ini. Alec yang baru saja dipuji oleh perempuan cantik otomatis bahagia hingga rasanya melayang ke langit ke tujuh.“Bu Shania yang merupakan perempuan benar-benar cantik. Aku sering menghadiri banyak acara di Suwanda dan baru pertama kalinya melihat perempuan yang jauh lebih cantik dari bintang dan bulan di angkasa,” ujar Alec balas memuji.Senyuman di bibir perempuan itu membuat kedua matanya semakin menyipit. Perempuan mana yang tidak suka dipuji apalagi oleh seorang pengusaha sukses? Dia menunduk sambil menahan senyum sambil menunjukkan ekspresi malu-malu.Ronald meneguk setengah gelas alkoholnya dan berkata, “Bu Shania baru saja keluar dari
Ronald berkeliling dari luar dan setelah itu masuk kembali ke dalam ballroom. Pemandangan pertama yang menghampirinya adalah sosok seorang perempuan yang tengah dikelilingi oleh banyak lelaki.Perempuan itu memiliki kulit seputih susu. Cahaya lampu yang menerpa wajahnya menunjukkan rona merah di pipinya dan juga membuat bibir merahnya berkilat. Perempuan itu mengenakan gaun terusan berwarna putih yang simpel dengan model ketat hingga ke daerah pinggang.Kedua kaki jenjangnya berdiri di atas sepatu hak dengan betis yang begitu ramping dan mulus.Sedetik kemudian Ronald paham kenapa orang-orang banyak yang tertarik dengan bagian tungkai milik perempuan. Karena ternyata ada beberapa orang yang memiliki kaki indah hingga membuat orang lain sulit mengalihkan tatapannya.Dia menyesap minumannya dan menarik pandangannya dengan berat hati. Akan tetapi dia menemukan senyuman Rachel yang menghiasi wajah indah perempuan itu. Rachel tengah tersenyum dengan para lelaki yang mengelilingi.Sebersit p
Rachel terdiam mendengar ucapan lelaki itu. Kalau dia tidak salah mengingatnya, seharusnya Shania cukup mementingkan ketampanan seseorang. Kalau Alec memiliki wajah yang cukup menarik, kemungkinan dia akan sedikit memercayai ucapan Ronald.Akan tetapi, berdasarkan pengetahuan dia akan sosok Shania seharusnya perempuan itu tidak akan tertarik dengan lelaki yang botak. Ronald hanya menatap mata Rachel yang memancarkan sorot curiga.Dia menyesap alkohol tersebut satu teguk kemudian mengalihkan topik dengan berkata, “Bagaimana dengan Michelle?”Waktu itu setelah perempuan ini menggendong anak kecil tersebut, dia sudah tidak pernah menghubunginya lagi. Ronald merasa sedikit khawatir dengan keadaan Michelle. Awalnya Rachel ingin menyahuti lelaki itu bahwa tidak ada hubungannya dengan Ronald.Akan tetapi, lelaki ini lah yang membawa Michelle mandi dan mengganti bajunya.Rachel hanya menjawab dengan datar, “Baik-baik saja.”“Aku kenal dengan dokter spesialis yang khusus mengobati autisme pada
“Tante Rachel, aku kangen Tante ….”Darren terisak hebat sambil memeluk leher Rachel dengan erat. Dia menyembunyikan wajahnya di bahu perempuan itu dengan tangis yang tidak berhenti. Mendengar suara tangis seseorang membuat Michael berjalan keluar.Ketika dia melihat sosok Darren, sorot matanya berubah dingin dan bertanya, “Kenapa kamu masih nggak pergi?!”Rachel memeluk Darren sambil bertanya dengan kening berkerut, “Ada apa sebenarnya?”“Tante Rachel, aku datang mencari Tante tapi dia nggak mengizinkan aku masuk. Dia mengusirku keluar,” lapor Darren dengan suara yang masih terisak.“Aku kangen sama Tante Rachel, kangen juga sama Michelle, aku hanya ingin datang untuk bertemu kalian dan nggak akan berbuat jahat.”Satu jam yang lalu, Darren mengetuk rumahnya dan memaksa untuk masuk ke dalam. Asisten pamannya sudah diminta pulang oleh Michael sedari tadi. Di rumah hanya tersisa dia dan adiknya saja. Oleh karena itu Michael tidak mungkin membiarkan orang lain masuk ke rumah dengan sembar
Dia tidak mengerti kenapa Darren selalu menempel pada dirinya. Rachel menatap wajah memelas milik bocah itu dan teringat kembali pada kejadian malam kemarin. Michelle diam-diam kabur dari sekolah demi mencari Ronald, sedangkan sekarang Darren melakukan hal yang sama untuk mencarinya.Ada apa ini sebenarnya?Kepala Rachel nyaris pecah karena bingung dengan pikirannya sendiri. Dia mengelus rambut Darren yang dipenuhi oleh dedaunan dan tanah. Dengan pasrah dia menggendong bocah itu dan berkata,“Papa kamu akan tiba 20 menit lagi. Tante bawa kamu mandi dulu.”Ronald pernah memandikan Michelle, anggap saja dia membalasnya dengan memandikan Darren. Michael mengikuti langkahnya dan berkata, “Ma, dia sudah berusia empat tahun dan sudah bisa mandi sendiri.”Darren menghirup aroma Rachel yang membuatnya sangat tenang hingga tidak rela melepaskan gendongan perempuan itu. Bocah tersebut memeluk leher Rachel dengan erat dan berkata, “Aku nggak bisa mandi dan lepas baju! Tante Rachel bantuin aku!”“
“Siapa yang mengerjaimu? Kamu yang nggak bisa kira-kira isi air di bathtub tapi kamu malah menyalahkan aku,” jawab Michael sambil tersenyum miring.Dia merupakan sosok yang penurut dan dewasa di mata Rachel dan Bu Jessy. Akan tetapi sekarang dia justru terlihat sangat mirip sekali dengan Ronald. Senyum dingin dan sedikit misterius dengan tatapan yang terkesan sinis.Darren yang selama ini bersikap seperti tidak takut pada apa pun, sekarang wajahnya terlihat memerah. Dia datang untuk mencari Rachel, bukan untuk ditindas! Darren yang merupakan iblis kecil di keluarga Tanjaya tentu saja tidak pernah diperlakukan seperti ini oleh orang lain.Lelaki kecil itu melangkah keluar dari dalam bathtub dan langsung menarik pintu kamar mandi. Akan tetapi Michael menghentikannya dengan berdiri di depan Darren sambil berkata, “Kamu janji satu hal denganku, aku akan membiarkanmu keluar.”Darren terlihat sangat marah dan rasanya ingin sekali berantem dengan Michael. Akan tetapi tubuhnya yang tidak menge
Michael mengepalkan tangannya. Ini pertama kalinya Rachel berbicara dengan nada suara menyalahkan seperti ini pada dirinya. Semua ini karena Darren!Dia menggigit bibir dalamnya dan menunduk sambil mengakui kesalahannya, “Maaf, Ma. Aku yang salah.”“Michael, kamu temenin adik kamu untuk cerita dongeng. Mama yang mandiin Darren.”Rachel menggendong Darren masuk ke dalam kamar mandi lagi dan menutup pintu tersebut. Sedangkan Michael hanya melirik pintu sekilas kemudian berbalik menuruni anak tangga. Sekitar sepuluh menit kemudian, Rachel turun ke lantai bawah dengan menggendong Darren.“Michael, Mama meminjamkan baju kamu. Kamu nggak keberatan, bukan?”“Darren, baju ini cocok untukmu, anggap saja sebagai hadiah permintaan maafku padamu,” kata Michael sambil menoleh ke arah bocah itu.Darren tidak ingin mengenakan pakaian milik Michael. Akan tetapi kalau dia tidak bersedia, maka dia tidak memiliki baju lagi. Atau mungkin hanya tersisa rok milik Michelle saja.Rachel menepu kepala Darren d