Keluargamu bukan KeluargakuPart 38POV Kania"Kamu mau kemana, Kania? Kok udah rapi?" tanya Mama saat aku baru keluar dari kamar.Seharusnya malam ini tetap di rumah dan tidak kemana-mana. Mengingat sudah menolak ajakan Bang Reno untuk makan malam. Tapi karena Pak Bara, terpaksa aku harus mengorbankan waktu rebahan."Ini, Ma. Bosnya Kania ada acara perusahaan. Jadi Kania tetap harus di sana," jawabku lesu. Aku sama sekali tidak ingin pergi sebenarnya, apalagi jika mengingat kelakuan Pak Bara yang sangat dingin. Bisa-bisa nanti di sana aku malah dicuekin."Kan bisa kamu tolak. Lagian itu kan bukan urusan kantor," sahut Bang Ruli sambil menyendokkan nasi ke dalam mulutnya."Udah. Tetap aja dipaksa," balasku kesal."Pantesan kamu nolak ajakan Reno malam ini ya?" sindir Bang Ruli lagi. Dia tetap santai, sedangkan Mama sama Papa melihatku dengan tatapan penasaran."Reno ajak kamu kemana, Kania?" tanya Mama penasaran."Aku nggak tau, Ma. Soalnya Kania nggak nanya sih. Karena kan nggak bisa
Keluargamu bukan KeluargakuPart 39POV KaniaAkhirnya setelah menunggu hingga tiga bulan lamanya. Aku dan Mas Noval resmi bercerai, kami semua berucap syukur karena akhirnya aku bisa lepas dari keluarga toxic seperti itu. Terlihat Ibu marah-marah di depan hakim, karena dia tidak terima jika sebagian dari tanah yang dimiliki oleh Mas Noval jatuh ke tanganku.Karena menurut Ibunya Mas Noval selama pernikahan aku hanya duduk di rumah dan tidak bekerja. Sedangkan tanah itu dibeli oleh Mas Noval dari hasil keringatnya sendiri."Saya dan keluarga tidak terima dengan keputusan ini, Pak Hakim. Tolong jadi hakim yang adil," teriak Ibu marah. Padahal palu baru saja diketuk tiga kali, tanda sidang telah usai."Mohon maaf, Bu. Sidang sudah ditutup. Dan keputusannya sudah diambil. Diantara penggugat dan yang menggugat, tidak ada yang keberatan. Kenapa sekarang malah Ibu marah-marah?" tanya Hakim dengan nada kesal. Padahal dia akan pergi dari ruangan ini. Tapi dicegat oleh Ibu. Kami semua melihat
Keluargamu bukan KeluargakuPart 40POV KaniaSetelah kejadian kemarin, Pak Bara kembali bersikap ketus. Malah terkesan sangat dingin. Hari ini saja sudah berulang kali aku disuruh merevisi dokumen. Padahal dia sama sekali tidak mengecek laporan yang aku berikan. Mau kesal tapi tidak bisa. Mau heran juga tapi bos, gimana dong."Capek ya?" tanya Mama ketika aku baru saja sampai rumah. Aku langsung merebahkan diri di sofa ruang utama. Di sana kebetulan ada Mama yang sedang mengupas mangga. Buah kesukaanku."Enak kayaknya, Ma. Mau dong," ucapku seraya mengambil satu potong mangga. Sangat enak, asam manis."Kamu ini asal comot. Ini buat Abangmu dan Reno," ucap Mama sambil menepis tanganku."Gitu ih, Kania kan mau juga," rengekku mengambil lagi satu potong mangga."Lagian tumben juga Mama beli mangga. Biasanya buah naga sama apel hijau," selorohku lagi. Hampir habis potongan mangga yang ada di atas piring. Mama melihatku dengan tatapan siap menyerang. Aku segera bangkit sebelum genderang p
Keluargamu bukan KeluargakuPart 41POV Kania"Kania, dengar. Abang serius," tegas Bang Reno menatapku dalam. Aku tercekat, bibirku terasa beku. Tidak tau harus mengucapkan apa lagi."Kania. Kamu tau, perasaan ini sebenarnya sudah ada sejak lama. Hanya saja dulu Abang terlalu naif untuk mengungkapkan. Sampai suatu hari kamu dilamar orang lain. Saat itulah Abang merutuki kebodohan ini. Tapi sekarang, Tuhan kembali memberi kesempatan buat Abang menyatakan semua ini. Pleas, ini nyata, rasa ini sungguh Kania," ucap Bang Reno lagi yang semakin membuat tubuhku panas dingin. Jika sudah begini, aku harus bersikap bagaimana?"Maaf, Bang. Jangan bercanda," ucapku lagi dengan sedikit senyuman. Entah mengapa aku memang bisa melihat ketulusan di mata Bang Reno. Hanya saja menurutku ini terlalu terburu-buru."Abang nggak bercanda. Mungkin ini terkesan buru-buru, tapi Abang cuma tidak mau melewatkan kesempatan ini lagi," kilahnya meyakinkan."Tapi Kania….""Abang nggak minta jawabnya malam ini juga
Keluargamu bukan KeluargakuPart 42Hai semuanya Untuk memudahkan aku menceritakan semuanya secara keseluruhan.Aku berniat untuk mengganti dari POV 1 ke POV Author.Selamat membaca dan terimakasih sudah setia membaca ceritaku.Cerita ini akan aku gratiskan sampai tamat.Namun mungkin setelah tamat, aku akan memasang koin🙏POV Author"Jadi itu makanan dari Pak Reno?" tanya Bara pada Kania dengan tatapan tajam. Kania menelan ludah dengan susah payah. Pasalnya dia tidak menyangka jika sikap atasannya akan berlebihan seperti ini."I-iya, Pak. Dan ini adalah makanan kesukaan saya," jawab Kania sambil terus menatap makanan yang ada di dalam boks putih. Ingin sekali dia langsung melahapnya, hanya saja tatapan mata Bara semakin membuatnya bergidik ngeri."Itu artinya Pak Reno membohongi saya," gumam Bara hampir tak terdengar."Mungkin Bang Reno salah dengar. Dia pikir mungkin Bapak menanyakan makanan yang tidak saya suka," jawab Kania sembarang. Bara yang mendengar itu kembali melihat Kani
Keluargamu bukan KeluargakuPart 43Malam ini Kania sedang bersiap-siap untuk pergi ke Bali besok. Dia mempersiapkan semua baju dan juha beberapa alat kosmetik yang dia rasa perlu dibawanya. Tidak lupa juga dia menyiapkan beberapa baju kerja untuk ke sana. Karena kata Pak Bara mungkin mereka akan menginap selama tiga hari di sana."Gak sekalian bawa koper aja?" Suara Ruli yang tiba-tiba masuk. Kania sempat terlonjak kaget dengan kehadiran Ruli yang tiba-tiba. Dia merutuki diri karena lupa menutup pintu tadi."Di sana bakalan lama, Bang. Tiga hari, jadi aku nggak mungkin lah bawa baju dua pasang," jawab Kania santai. Dia tidak terpengaruh dengan sindiran Abangnya itu.Ruli melangkah lebih dalam ke kamar Kania. Dia memilih duduk di sisi ranjang yang berwarna kuning. Warna kesukaan di empunya."Bagaimana dengan Reno?" tanya Ruli yang membuat Kania menghentikan aktivitasnya. Dia terdiam beberapa detik, tangan yang semula ingin memasukkan baju ke dalam tas terhenti."Memangnya kenapa denga
Keluargamu bukan KeluargakuPart 44POV KaniaSetelah melakukan perjalanan yang melelahkan, akhirnya kami sampai di hotel yang sudah aku booking jauh-jauh hari. Aku sengaja menyewa hotel di sini karena di hotel itu tempat kami melakukan pertemuan nanti.Belum lagi hotel ini adalah salah satu hotel terbaik di sini. Pak Bara yang menyuruhku untuk memesan hotel yang viewnya langsung menghadap ke arah laut. Dia juga sengaja menyuruhku untuk membooking kamar yang mempunyai balkon. Banyak sekali memang permintaannya."Kamar kita bersebelahan ya, Pak. Nanti kalau butuh apa-apa bisa langsung ketuk pintu," ucapku pada Pak Bara saat kami sudah sampai di depan kamar."Iya, kapan pertemuan pertama kita?" tanya Pak Bara padaku."Nanti malam jam tujuh, Pak. Ada beberapa dokumen yang harus bapak pelajari. Karena pertemuan kita kali ini sedikit susah," balasku yang membuat kening Pak Bara berkerut.Para pelayan hotel terus melakukan tugasnya, yaitu memasukan koperku dan Pak Bara. Aku memilih masuk ke
Keluargamu bukan KeluargakuPart 45POV Kania"Ya nggak papa. Kan Kania aja nggak keberatan kok," balas Bang Reno santai. Aku menepuk jidat."Dia cuma sekretaris," balas Pak Bara kesal."Yaudah kalau gitu, kamu pindah ke meja Abang aja yuk," ajak Bang Reno sambil tersenyum ke arahku."Berani kamu ninggalin saya?" tanya Pak Bara lagi padaku. Ya Tuhan, anugerahkan hamba jurus menghilang.Belum juga aku menjawab tawaran dari Bang Reno, tiba-tiba saja ada yang datang menyapa kami."Selamat malam, Pak Bara. Senang sekali rasanya bisa bertemu di sini malam ini," sapa seseorang yang sangat aku kenal. Untuk mengalihkan pandangan, akhirnya aku memilih untuk meminum jus yang di sediakan di atas meja."Selamat malam, Pak Elkan. Saya juga sangat senang sekali bisa ikut tender yang Anda adakan malam ini," balas Pak Bara sok ramah. Wajah dingin itu tidak henti-hentinya memancarkan senyum."Wah, ada Pak Reno juga. Selamat malam Pak Reno, semoga suka ya sama jamuan makan malamnya. Ini salah satu menu
Keluargamu bukan KeluargakuPart 50 POV Kania"Kania, kamu baca berita hari ini nggak?" tanya Bang Ruli ketika kami sedang sarapan. Aku menggeleng pelan menjawab pertanyaan Bang Ruli barusan. Karena memang aku tidak menonton Televisi dan juga tidak membaca koran pagi ini."Memangnya berita apa, Ruli?" tanya Mama penasaran."Iya nih. Jangan jahil tapi ya. Beritanya harus yang serius dan juga up to date!" seruku menatap Bang Ruli tajam. Karena aku sudah kapok dikerjain terus sama Bang Ruli. Apalagi dia pernah bohong tentang Bang Reno yang sudah menikah.Bang Ruli dan yang lainnya ikut tertawa karena bisa melihat aku seperti trauma dengan berita yang diberi sama Bang Ruli. Begitu juga istrinya, dia lah yang paling tau bagaimana jahilnya suami tercintanya itu. Kata Kakak ipar, dia mencintai Bang Ruli karena dia humoris. Tapi menurutku, dia jahil."Iya, dijamin dah berita ini up to date!" jawab Bang Ruli sambil tersenyum lebar. Aku terus menyuapkan nasi ke dalam mulut. Sudah lama sekali a
Keluargamu bukan KeluargakuPart 49POV NovalAku meringis kesakitan ketika tendangan kaki Ilham mengenai perutku. Jeritan Vivi tidak ditanggapi oleh Ilham. Dengan beringas Ilham mengambil tongkat bisbol yang ada di dinding kamarnya. Aku menelan ludah yang terasa pahit, sepahit nasibku hari ini."Mas, jangan, Mas. Sadar!" teriak Vivi memegangi Ilham yang sedang dikuasai amarah."Diam. Karena aku lagi sadar, makanya aku melakukan ini. Oh atau kamu msu ikut bergabung dengan laki-laki itu?" tanya Ilham sambil menyeringai lebar. Dia sangat menyeramkan. Lebih menyeramkan daripada setan yang pernah aku jumpai dalam mimpi.Perlahan Vivi melepaskan cengkraman tangannya dari Ilham. Sial, rupanya dia tidak mau membelaku."Tunggu. Kamu jangan salah paham. Aku baru saja sampai ke sini. Yang menikmati tubuh istri kamu bukan aku. Tapi dua laki-laki tadi, kamu pasti jumpa sama kedua laki-laki tadi di luar bukan? Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa tanyakan Dino kapan aku sampai ke sini. Jangan berti
Keluargamu bukan KeluargakuPart 48POV Kania"Huft…." Aku membuang nafas panjang ketika sudah berjalan di bandara. Tidak terasa nyatanya aku sudah pergi selama tiga tahun dari Indonesia. Bukan waktu yang sebentar memang, namun itu bisa memulihkan hatiku yang pernah patah. Jiwa yang pernah layu dan juga raga yang sangat lelah.Aku memutuskan untuk mengambil kesempatan melanjutkan pendidikanku di Swedia. Tempat dimana aku membuka lembaran baru dalam hidupku. Aku meninggalkan semuanya di sini, kenangan, impian dan harapan. Dan kini aku sudah kembali. Semoga hidupku menjadi lebih baik sekarang."Kaniaaa…." Terdengar suara teriakan Mama dan Papa yang sedang menunggu kedatanganku. Mereka bersorak senang dengan binar bahagia terpancar dari wajah tuanya. Mereka sampai membawa spanduk kecil dengan tulisan 'We Miss You Kania. Welcome back.' Aku sampai terpingkal melihat wajah kesal Bang Ruli yang berdiri mematung di samping Mama dan Papa memegang spanduk kecil itu."Mama… Papa… Kania kangen ba
Keluargamu bukan KeluargakuPart 47POV NovalHari ini tepat tiga tahun aku berpisah dari Kania. Hubungan yang selama ini aku jaga mati-matian, tapi harus kandas di tengah jalan. Aku sebenarnya tidak pernah membayangkan akan berpisah dari Kania. Hanya saja takdir membuatnya pergi dariku. Aku masih menatap foto pernikahan kami yang sampai saat ini masih terpajang di kamar. Ibu sebenarnya sudah menyuruhku untuk membuang saja foto itu. Tapi aku terlanjur jatuh ke dalam cintanya Kania.Dia wanita yang sangat cantik. Jika kalian menyuruhku untuk menggambarkan bagaimana rupa Kania. Kalian bisa bayangkan saja tubuhnya semampai dengan hidung mancung tapi kecil. Kulitnya putih cerah dan sangat bersih. Bibirnya yang merah alami, membuatnya semakin menawan. Tidak ada yang bisa menandingi Kaniaku, termasuk Vivi. Dia itu menawan, gadis ceria, tegas.Hanya saja entah kenapa dulu aku sampai tergoda olehnya. Dengan alasan anak, dia selalu menggodaku dan meminta uang dari setengah gajiku. Tentu saja s
Keluargamu bukan KeluargakuPart 46POV Kania"Kania Azzahra. Kenapa kamu meninggalkan saya?" tanyanya yang membuat dadaku kembali merasa nyeri."Itu sudah berlalu. Dan tidak penting untuk saya jawab," balasku pelan sambil menunduk ke bawah."Tapi bagi saya itu penting. Sangat penting, tolong jawab. Dan buat saya untuk membenci kamu!" teriaknya yang membuatku tergugu.Rasanya ingin sekali aku menjawab sambil berteriak, kalau aku terpaksa.Elkan Rayasa, dia adalah laki-laki pertama yang pernah singgah di hatiku dulu. Empat tahun yang lalu aku dan dia pernah menjadi sepasang kekasih. Dimana semua teman-temanku sangat iri dengan hubungan kami yang selalu hangat. Tidak pernah ada pertengkaran diantara kami. Jika pun ada, akulah yang akan sedikit marah dan setelag dia membujuk kami akan baik kembali.Elkan adalah Abang letingku di kampus. Kami bertemu dan akrab setelah acara sambutan mahasiswa baru. Kami sama-sama mengambil mata kuliah bisnis. Makanya kami saling mendukung satu sama lain.
Keluargamu bukan KeluargakuPart 45POV Kania"Ya nggak papa. Kan Kania aja nggak keberatan kok," balas Bang Reno santai. Aku menepuk jidat."Dia cuma sekretaris," balas Pak Bara kesal."Yaudah kalau gitu, kamu pindah ke meja Abang aja yuk," ajak Bang Reno sambil tersenyum ke arahku."Berani kamu ninggalin saya?" tanya Pak Bara lagi padaku. Ya Tuhan, anugerahkan hamba jurus menghilang.Belum juga aku menjawab tawaran dari Bang Reno, tiba-tiba saja ada yang datang menyapa kami."Selamat malam, Pak Bara. Senang sekali rasanya bisa bertemu di sini malam ini," sapa seseorang yang sangat aku kenal. Untuk mengalihkan pandangan, akhirnya aku memilih untuk meminum jus yang di sediakan di atas meja."Selamat malam, Pak Elkan. Saya juga sangat senang sekali bisa ikut tender yang Anda adakan malam ini," balas Pak Bara sok ramah. Wajah dingin itu tidak henti-hentinya memancarkan senyum."Wah, ada Pak Reno juga. Selamat malam Pak Reno, semoga suka ya sama jamuan makan malamnya. Ini salah satu menu
Keluargamu bukan KeluargakuPart 44POV KaniaSetelah melakukan perjalanan yang melelahkan, akhirnya kami sampai di hotel yang sudah aku booking jauh-jauh hari. Aku sengaja menyewa hotel di sini karena di hotel itu tempat kami melakukan pertemuan nanti.Belum lagi hotel ini adalah salah satu hotel terbaik di sini. Pak Bara yang menyuruhku untuk memesan hotel yang viewnya langsung menghadap ke arah laut. Dia juga sengaja menyuruhku untuk membooking kamar yang mempunyai balkon. Banyak sekali memang permintaannya."Kamar kita bersebelahan ya, Pak. Nanti kalau butuh apa-apa bisa langsung ketuk pintu," ucapku pada Pak Bara saat kami sudah sampai di depan kamar."Iya, kapan pertemuan pertama kita?" tanya Pak Bara padaku."Nanti malam jam tujuh, Pak. Ada beberapa dokumen yang harus bapak pelajari. Karena pertemuan kita kali ini sedikit susah," balasku yang membuat kening Pak Bara berkerut.Para pelayan hotel terus melakukan tugasnya, yaitu memasukan koperku dan Pak Bara. Aku memilih masuk ke
Keluargamu bukan KeluargakuPart 43Malam ini Kania sedang bersiap-siap untuk pergi ke Bali besok. Dia mempersiapkan semua baju dan juha beberapa alat kosmetik yang dia rasa perlu dibawanya. Tidak lupa juga dia menyiapkan beberapa baju kerja untuk ke sana. Karena kata Pak Bara mungkin mereka akan menginap selama tiga hari di sana."Gak sekalian bawa koper aja?" Suara Ruli yang tiba-tiba masuk. Kania sempat terlonjak kaget dengan kehadiran Ruli yang tiba-tiba. Dia merutuki diri karena lupa menutup pintu tadi."Di sana bakalan lama, Bang. Tiga hari, jadi aku nggak mungkin lah bawa baju dua pasang," jawab Kania santai. Dia tidak terpengaruh dengan sindiran Abangnya itu.Ruli melangkah lebih dalam ke kamar Kania. Dia memilih duduk di sisi ranjang yang berwarna kuning. Warna kesukaan di empunya."Bagaimana dengan Reno?" tanya Ruli yang membuat Kania menghentikan aktivitasnya. Dia terdiam beberapa detik, tangan yang semula ingin memasukkan baju ke dalam tas terhenti."Memangnya kenapa denga
Keluargamu bukan KeluargakuPart 42Hai semuanya Untuk memudahkan aku menceritakan semuanya secara keseluruhan.Aku berniat untuk mengganti dari POV 1 ke POV Author.Selamat membaca dan terimakasih sudah setia membaca ceritaku.Cerita ini akan aku gratiskan sampai tamat.Namun mungkin setelah tamat, aku akan memasang koin🙏POV Author"Jadi itu makanan dari Pak Reno?" tanya Bara pada Kania dengan tatapan tajam. Kania menelan ludah dengan susah payah. Pasalnya dia tidak menyangka jika sikap atasannya akan berlebihan seperti ini."I-iya, Pak. Dan ini adalah makanan kesukaan saya," jawab Kania sambil terus menatap makanan yang ada di dalam boks putih. Ingin sekali dia langsung melahapnya, hanya saja tatapan mata Bara semakin membuatnya bergidik ngeri."Itu artinya Pak Reno membohongi saya," gumam Bara hampir tak terdengar."Mungkin Bang Reno salah dengar. Dia pikir mungkin Bapak menanyakan makanan yang tidak saya suka," jawab Kania sembarang. Bara yang mendengar itu kembali melihat Kani