Home / Pernikahan / Keluarga Beracun / Bab 24 Tak bisa Masuk

Share

Bab 24 Tak bisa Masuk

last update Last Updated: 2022-09-06 00:22:33

“Ibu!” Anggita berteriak melihat Ibunya pingsan.

“Puas kamu bisa membuat Ibuku pingsan!” sentaknya.

“Lho? Kok aku? Aku kan Cuma menyampaikan kado terindahku buat kamu,” jawabku santai.

Ayahnya ikut panik, berusaha menyadarkan istrinya. Tak berapa lama istrinya sadar setelah diolesi minyak di hidungnya. Wajahnya terlihat lemas. Sedangkan Ayah Anggita menatapku nyalang.

“Om dan Tante seharusnya melarang anak kalian saat akan menikah dengan suami orang. Bukannya malah mendukung.

Sekarang terima akibatnya kalau yang kaya adalah istrinya.” Kedua orang tua Anggita yang kadung malu hanya bisa terdiam. Apalagi cemoohan dari para tamu tak ada hentinya.

“Heh, perempuan mandul! Aku tidak akan membayar hutang itu, kamu pikir aku percaya hah?!” Anggita tak terima

“Terserah, tapi tanyakan pada suamimu apa yang sudah dia tanda tangani bersama Omku.”

Mas Dani dari tadi hanya diam, mungkin masih shock dengan kedatanganku.

“Dek, kalau dia benar Paman kamu, harusnya bisa memintanya agar tidak memecat
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Keluarga Beracun    Bab 25 Tidurlah Kalian Diluar!

    Papa memang sudah membangun untuk satpam tapi aku tak pernah menggunakannya. Tapi kini aku bersyukur Papa sudah memikirkan sampai sejauh itu. Tubuh dan pikiranku sudah lelah. Kejadian yang terjadi hari ini sangat menguras energi. Aku pun pergi ke alam mimpi setelah membersihkan diri. Lamat-lamat aku mendengar suara pintu diketuk, setelah sepenuhnya bangun aku membuka pintu. Wahyu sudah berdiri di depan pintu kamarku. “Ada apa?” tanyaku masih sedikit mengantuk. “Keluarga suami Nona ada di depan. Saya sudah mengusirnya tapi mereka tidak mau pergi sebelum bertemu Nona,” jelas Wahyu. “Suruh mereka menunggu!” Sebenarnya aku tak berniat menemui mereka, jadi sengaja aku bersantai masak, beres-beres rumah, bahkan mandi dengan berendam. Kira-kira dua jam kemudian baru kutemui mereka, itu pun karena Wahyu yang memanggilku kembali. “Ada apa?” tanyaku berada agak jauh dari mereka. Aku melihat wajah mereka sudah memerah karena panas matahari yang terik atau karena amarah. “Tega kamu, Ra! Se

    Last Updated : 2022-09-06
  • Keluarga Beracun    Bab 26 PoV Dani

    Namaku, Dani. Aku seorang manajer Pemasaran di sebuah perusahaan swasta. Gajiku cukup lumayan, sebulan mencapai dua puluh lima juta, belum lagi bonus kalau tembus target atau bonus akhir tahun, bisa lebih dari itu. Aku punya seorang istri yang cantik dan penurut bernama, Rara. Atas perintah Ibu, aku tak memberikan semua gajiku sejak menikah dengannya. Kubuka rekening baru agar Rara percaya kalau gajiku hanya lima juta sebulan. Sisa gaji lainnya kuberikan pada Ibu dan kedua saudaraku. Dua tahun pernikahan tapi Rara masih belum hamil, Ibu selalu merongrongku untuk segera memiliki anak. Namun nyatanya masih belum diberi juga, padahal aku sehat, walaupun belum pernah periksa kesuburan tapi aku yakin aku tak mandul. Saat perjalanan pulang dari kantor, aku melihat seorang wanita cantik sedang kesusahan. Aku mendatanginya dan menolongnya bak pahlawan. Ternyata dia adalah Anggita, mantan pacarku dulu yang selingkuh dengan temanku yang lebih kaya, padahal secara tampang masih ganteng aku

    Last Updated : 2022-09-15
  • Keluarga Beracun    Bab 27 PoV Dani 2

    Rara sungguh terlihat sangat cantik saat dia berjalan mendekat. Ingin rasanya memeluknya tapi Anggita memegang tanganku sangat kencang. Anehnya M C acara ini memperkenalkan Rara sebagai anak pemilik R.D Company, bukankah itu kantor tempat Anggita bekerja? Bisa gawat kalau yang diucapkan M C itu benar! Rara sudah sampai di depanku, wajahnya sungguh cantik dengan make up tipis seperti itu. Sadar posisiku tidak menguntungkan aku mencoba menjelaskan padanya. “Dek ... ini ....” Aku berusaha menjelaskan namun dia malah memberikan sesuatu yang paling aku takuti. Surat panggilan sidang perceraian. Aku shock! Apa yang kutakuti akhirnya terjadi! Rara menggugatku. Tidak! Ini tidak boleh terjadi! Aku harus merayunya agar membatalkan gugatan ini. Aku yakin dia pun masih cinta sama aku. Belum sempat aku memikirkan cara untuk merayunya, mertuaku tiba-tiba pingsan setelah mendengar hutangku yang diberikan kepada Anggita, tapi untunglah, bosku adalah pamannya Rara, jadi tidak jadi dipenjara karena

    Last Updated : 2022-09-15
  • Keluarga Beracun    Bab 28 Bertemu Orang Tua Rara

    Matahari semakin meninggi. Panasnya membuat Dani dan keluarganya kegerahan.Dani dan keluarganya masih kebingungan. Rara benar-benar tak mau membukakan pintu pagar untuknya. Istri yang dulu patuh dan taat kepadanya, sudah menjadi istri yang berani dan membuat dirinya kesusahan.“Bu, kita sementara ke pos ronda itu lagi saja, menunggu pintu dibuka baru kita terobos masuk!” saran Dani. Pos ronda letaknya memang berseberangan dengan rumah Rara.“Aku mau pergi saja! Kalau sudah bisa masuk kabari, ya!” tanpa menunggu jawaban yang lain Imron segera pergi.“Aku juga pergi ya, Sayang. Ada urusan sebentar.” Ken ikut meninggalkan rombongan itu. Nia hanya mengangguk tanpa menanyai hendak kemana suaminya itu. Tinggallah mereka bertiga duduk di pos Ronda. Menatap rumah yang dua tahun mereka tinggali, kini diambil oleh pemiliknya.“Dan, beli makanan sana! Ibu sudah lapar,” ucap Bu Intan.“Mana uangnya, Bu?” Dani meminta uang tapi malah disingkirkan tangan Dani dari hadapannya.“Pakai uangmu saja,

    Last Updated : 2022-09-15
  • Keluarga Beracun    BB 29 Meminta izin untuk Poligami

    “Pa, boleh aku bicara berdua saja dengan Rara?” Mas Dani meminta izin pada Papa.Papa menengok ke arahku. “Terserah Rara mau bicara atau tidak,” ucap Papa.Aku pun mengangguk. Kami berdua bicara di teras. “Keluarlah sekarang, Mas. Ajak kakak dan Ibumu pergi. Pernikahan kita sudah tak bisa dilanjutkan lagi. Kamu sendiri yang merusaknya dengan menghadirkan pihak ketiga. Bahkan ia mengandung anakmu.” Aku memberi pengertian kepada Mas Dani agar meninggalkan rumah ini. “Dek, kalau mau dimadu, surga menantimu. Istri Solehah yang ikhlas menerima suaminya menikah lagi.Apa kamu tidak ingin seperti istri Nabi yang ikhlas menerima suaminya menikah lagi?” Mas Dani berusaha menggunakan dalil agama.“Jangan bicara soal Nabi, Mas. Beliau poligami menikahi janda yang sudah berumur, bukan seorang gadis dan menghamilinya. Kamu memintaku seperti Aisyah, tapi kelakuanmu sama sekali tak mencerminkan sikap suami Aisyah!” sungutku. Jarang salat tapi sok mengerti agama.“Tapi aku benar-benar tak mau ber

    Last Updated : 2022-09-28
  • Keluarga Beracun    Bab 30 PoV Anggita

    Dasar wanita sialan! Bisa-bisanya bilang hutang satu milyar diberikan padaku. Sok banget, memangnya dia siapa! Gara-gara dia pula Ibuku sakit dan marah padaku. Dia bilang aku bodoh karena tidak mencari tahu Mas Dani seperti apa. Kalau benar dia dipecat dan tak bisa bekerja, masa aku yang harus menafkahinya? Aku tidak mau!. Daripada uring-urinngan mending aku ke salon agar diriku semakin cantik. Baru selesei mandi, handphoneku berdering, tanda ada panggilan masuk. Nomor baru, aku pun mengangkatnya.[Halo]Aku hafal suara itu.Suara seorang laki-laki yang meninggalkanku saat mengetahui aku hamil. Ya, anak ini memang bukan anak Mas Dani. Aku masih memiliki pacar saat bertemu dengan Mas Dani kala itu. Saat mengetahui diriku hamil, aku meminta pertanggung jawaban kepada pacarku. Namun dia malah memutuskanku dan menghilang. Aku yang panik karena malu hamil diluar nikah lalu merayu Mas Dani agar mau berhubungan denganku, dan mengakui janin ini sebagai anaknya. Biarlah, daripada anakku t

    Last Updated : 2022-09-28
  • Keluarga Beracun    Bab 31 Penyesalan Dani

    Rara mulai mengepak barang-barang. Untuk sementara dia akan kembali ke rumah Papanya sampai rumahnya laku. Rumah ini sudah diberi tanda kalau dijual, tapi Rara tidak mencantumkan nomornya, melainkan nomor Papanya. Ia benar-benar sudah tak mau lagi berhubungan dengan keluarga Dani, ia mulai mengganti nomornya dan memblokir nomor Dani dan keluarganya. “Sidangmu hari ini, ya?” tanya Alex. Rara memang dibantu Alex membereskan barangnya.“Iya, nanti jam sembilan pagi, ini masih jam enam kok,” tukas Rara.“Ya sudah, nanti aku antar sekalian. Mana lagi barang yang perlu dipacking?” tanya Alex sambil mengikat kardus berisi novel-novel milik Rara.“Barang di lantai dua, bawa seperlunya saja gak usah semuanya, Lex,” kata Rara sedikit berteriak karena dia sudah berada di tangga. Rara memasukkkan beberapa peralatan memasaknya. Tak sengaja Rara menengok ke arah pintu kamar Pembantu—yang sempat dipakai Anggita— karena pintunya terbuka. Rara pun masuk kamar itu. Ia lupa belum membereskan sisa bar

    Last Updated : 2022-09-28
  • Keluarga Beracun    Bab 32 Dipecat!

    “Yang aku coret semuanya adalah laporan fiktif! Tidak ada kegiatan tersebut di kantor ini. Lalu ke mana uangnya?! Bentak Sang direktur yang membuatnya tambah panik. Apalagi orang itu menatapnya terus-menerus.**** “Kenapa kamu diam saja Anggita?” tatap Bosnya tajam. Tentu saja Anggita tak bisa menjawab. Kebingungan juga mendapat tatapan tajam dari seseorang membuatnya tambah grogi.Karena tak menjawab, Pak Bos mengambil sesuatu dari laci mejanya.“Lalu apa ini?!” Bos Anggita memberikan beberapa slip gaji palsu yang biasa Anggita pakai untuk menggaji karyawan kantor itu. Tanpa perlu memegangnya pun Anggita sudah mengenali tumpukkan kertas itu.Anggita masih terdiam, dia benar-benar tak menyangka bosnya akan mengetahui semua hal yang sudah dia sembunyikan rapat selama ini. Benar kata pepatah, sepandai-pandainya menyimpan bangkai, baunya akan tercium juga. Sekarang Bosnya sudah tahu, dia tak bisa mengelak lagi. Pak Ardi memberikan slip gaji asli dari kantor, dan membandingkan dengan s

    Last Updated : 2022-09-28

Latest chapter

  • Keluarga Beracun    Bab 87 Tamat

    “Kamu sedih?” Tanya Alex, suami Rara.Alex bertanya karena ia melihat istrinya terdiam begitu tiba di rumah setelah pulang dari tempat mantan suaminyaRara menggeleng, karena memang bukan itu yang dirasakan olehnya.“Bukan sedih sih, Mas. Tapi lebih ke kasihan aja dengan Bu Intan. Mas Dani dulu jadi satu-satunya tulang punggung keluarga, sekarang tak ada lagi. Entah bagaimana nasib Ibu kini.”Alex menghela napas.“Semua itu ada sebab ada akibat, Sayang. Apa yang dia tanam, itulah yang akan dia tuai. Dani dan keluarganya hanya menuai apa yang selama ini mereka tanam. Kamu tak perlu kasihan terhadap mereka. Kenapa? Karena mereka semua sehat dan sudah dewasa, mereka bisa menghidupi diri mereka sendiri dengan bekerja. Kecuali kalau setelah menikah Dani memiliki anak yang yang masih kecil-kecil, maka kita perlu membantu karena mereka menjadi anak yatim.” Jelas Alex panjang.“Emang sih, tapi tetep aja kasihan lihatnya. Tapi mungkin memang itu takdir yang harus mereka jalani. Semua pasti sud

  • Keluarga Beracun    Bab 86

    “Bagaimana kondisi Lala?” Alex datang dengan wajah cemasnya.“Tulang di kakinya retak, lalu ada luka di kepala dan tangannya. Kata dokter tidak berbahaya, hanyalecet saja.”“Lalu kenapa sekarang belum sadar?” tanya Alex. Aku menggeleng, aku pun tak tahu kenapa sampaisekarang dia belum membuka matanya.Tumpah lagi tangisku melihat kondisi Lala. Aku mengambil ponselku dan mengabari kedua Kakek dan Nenek Lala. Sama denganku, mereka pun terkejut. Tak pernah kusangka ternyata sesakit ini rasanya melihat anak sakit.Alex memelukku. “Kita doakan saja semoga Lala cepat sadar.” Ucapan Alex kuamini dalam hati. “Mas, kamu pulanglah, ambil beberapa keperluan untuk menginap. Aku akan menunggu di sini.Mungkin sebentar lagi Papa dan Mama juga akan datang.”Alex mengangguk. Sebelum pergi dia mengecup puncak kepala Lala pelan.“Cepat sadar putri kecil Papa.”Kepergian Alex membuat ruangan ini sunyi. Hanya terdengar suara jarum detik jam yang terus bergerak. Waktu seakan berjalan lambat. Dalam hati

  • Keluarga Beracun    Bab 85

    Pagi hari, kami bersiap mengantar anak-anak remaja itu berangkat naik gunung. Awalnya mereka ingin berangkat sendiri tapi suamiku tak mengizinkan, jadilah kami yang mengantarnya.“Disana harus jaga sikap, jangan buang Sampah sembarangan dan jangan lupa berdoa agar selamat sampai rumah.” Wejangan dari seorang Ayah yang menyayangi putrinya.Anak-anak remaja itu mengangguk.“Kalian yang laki-laki harus bisa bertanggung jawab kepada teman kalian yang perempuan.” Alexbicara dengan salah seorang teman Lala dengan menepuk kedua pundaknya.“Siap, Om!” jawab mereka kompak.Perjalanan sekitar tiga jam. Kami meninggalkan mereka, begitu sampai di basecamp.“Mereka sudah pergi. Jadi sepi ya, Sayang!” ucap Suamiku memasang wajah sedih.“Baru ditinggal bentar aja udah melow-melow apalagi kalau besok Lala menikah ya?!”“Kalau sampai ada laki-laki yang berani menyakiti putri kita, maka akan kupastikan kalau hidupnyaakan menderita.” Ucapan Alex membuatku bergidik ngeri.“Sudah doakan saja yang baik-b

  • Keluarga Beracun    Bab 84

    “Happy Anniversary juga, Sayang.” “Lala juga mau peluk!” teriak putriku.Kami bertiga berpelukan bersama. Setelah itu, banyak uang mengucapkan selamat kepada kami. Tanpa aku sadari, ada beberapa wartawan yang diundang di pesta ini. Tentu saja, karena Papa adalah pebisnis terkenal, sedangkan suamiku juga pebisnis dan juga ganteng.Pesta berlangsung sangat meriah, banyak teman-teman memberikan kado untuk kami berdua. Bahkan tetangga sekitar kami di desa pun turut diundang. Entah kapan Alex mempersiapkan hal ini, aku sama sekali tidak mengetahuinya.Hingga sekitar pukul sepuluh malam, satu per satu tamu mulai meninggalkan tempat ini. Kini tinggallah keluarga inti saja.“Sayang, memang kapan kamu membeli kalung itu? Kenapa aku sama sekali tidak tahu?” tanyakusaat kami semua tinggal duduk santai.“Rahasia dong! Harusnya tadi kubawa serta, kelupaan. Awalnya aku minta tolong Mama untuk mengambilnya diam-diam dari kamar kita, tapi Untunglah kamu menemukan sendiri kalung itu jadi aku dan Mama

  • Keluarga Beracun    Bab 83

    “Perfect! Kita ambil yang ini saja!” Mama berteriak untuk memanggil pelayan agar membungkussemua belanjaan Mama dan menuju kasir.“Mama cantik banget! Papa pasti klepek-klepek kalau melihat Mama pakai baju ini.”Mendengar Papanya disebut, seketika aku teringat dengan kalung itu. Siapa wanita itu? Wanita lain yang dicintai suamiku? Tanpa terasa air mataku turun, tapi langsung kuhapus karena tak ingin dilihat oleh anakku.“Mama kok nangis? Terharu ya?” goda Lala. Aku hanya tersenyum dan mengangguk.“Yuk pulang, Nenek sudah selesai bayarnya.” Mama mengajakku dan Lala keluar dari butik ini. “Kita pulang sekarang, Nek?” tanya Lala.“Nanti! Kita ke salon dulu! Masa bajunya udah cantik tapi orangnya belum.” “Iya deh, Nek. Tapi salat dan makan dulu ya, sudah magrib ini.” Pinta Lala. “Tentu saja, Sayang!” jawab Mama lalu mengacak rambut Lala.Setelah makan dan melakukan kewajiban sebagai umat muslim, kami segera menuju salon langganan yang juga terletak di mal ini.Ternyata tidak hanya Mama,

  • Keluarga Beracun    Bab 82

    Kukeluarkan pakaian-pakaian yang sudah tidak terpakai. Semuanya aku kumpulkan menjadi satu.Selesai dengan lemariku, berikutnya adalah lemari milik suamiku. Kubereskan juga baju-bajunya yang sudah jarang dipakai. Saat mengambil tumpukan yang paling bawah, aku melihat suatu benda terjatuh.Kupungut benda berwarna merah itu. Sebuah kotak berisi kalung emas yang sangat cantik. Tangankugemetar melihat tulisan yang tertera di kotak kalung itu. ‘Untukmu yang paling kusayangi’Badanku terasa lemas. Rasanya tulang lepas dari tubuhku begitu saja. Aku tak menyangka kalau Alex pun sama seperti Mas Dani.Aku menangis sesenggukan. Seorang diri di rumah ini menahan sesak di dada. Hari ini bukan ulang tahunku, bukan pula ulang tahun Lala. Kalau bukan kami berdua, lantas siapa?Kumasukkan kembali baju milik suamiku. Aku tak jadi merapikan isi lemarinya. Penemuan Kalung ini membuatku shock. Seakan tak ada yang bisa kulakukan. Aku hanya menangis dan menangis.Hingga kudengar ucapan salam dari pintu de

  • Keluarga Beracun    Bab 81

    Semakin hari usia Lala semakin bertambah. Dia bukan lagi gadis kecilku, melainkan gadis remaja yang semakin cantik. Tak ayal banyak pemuda yang mulai main ke rumah, hanya sekedar untuk bertemu dengan anakku.“Ma, kok banyak yang main ke sini sih? Lala risih karena gak gitu kenal sama mereka.”Aku tersenyum menanggapi putriku sayang. Kuputar otak agar bisa memberikan pemahaman kepada dirinya yang mulai dewasa.“Itu tandanya anak Mama menarik perhatian orang lain. Tapi ingat ya, Nak! Kamu nggak boleh terlalu dekat dengan laki-laki yang bukan mahram,” jelasku.“Bukan mahram itu apa, Ma?” tanya Lala kritis. Dia memang pintar, selalu menanyakan hal-hal yang dia tak tahu. Dan aku sebagai orang tuanya harus bisa memberikan penjelasan yang masuk akal juga.“Tergantung konteksnya, Sayang. Bukan mahram adalah orang yang haram untuk disentuh, atau tidak boleh bersentuhan. Bisa jadi bukan mahram adalah apabila bersentuhan bisa membatalkan wudhu, bisa juga bukan mahram artinya haram untuk dinikahi

  • Keluarga Beracun    Bab 80 Extra Part1

    “Dan, Ibu sudah lelah! Harus mengurusmu yang sedang sakit dengan penuh kekurangan. Bahkan untuk makan sehari-hari aja kita kesulitan. Sedangkan lihat Rara dan suami barunya?” Ibu menunjuk aku dan Alex.“Hidupnya penuh dengan kebahagiaan. Bahkan sekarang dia memiliki anak yang lucu. Kamar pun mendapat fasilitas yang kelas satu. Bukankah ini tidak adil untuk kita, Dan?” Ibu kembali menangis.“Kita untuk makan aja susah, rumah sempit, tak punya uang, saudaramu masih di penjara. Dan yang lebih penting, Ibu sudah tak bisa lagi belanja-belanja seperti dulu. Ibu sudah bosan, Dan! Ibu sudahlelah!”“Nia juga sampai sekarang seperti orang gila! Kerjanya hanya diam dirumah. Kadang tertawa dan kadang menangis. Ibu benar-benar tidak kuat lagi, Dan!” Ibu kembali menangis.Aku tak tahu sama sekali kalau Ibu mertuaku mengalami hal ini. Lalu kemana Anggita? Kenapa Ibu tidak membicarakan soal menantu tersayangnya itu?“Sudahlah, Bu. Harus kita syukuri, kita masih hidup. Maafkan aku Cuma bisa jadi beba

  • Keluarga Beracun    Bab 79

    Dua tahun kemudian ...Perutku semakin membesar karena HPL tinggal dua Minggu lagi. Saat hamil besar begini, gerakanku menjadi terbatas bahkan untuk memakai sepatu pun aku kesulitan. Tapi aku menikmati kehamilan ini.“Mas, perutku sakit sekali, sepertinya aku akan melahirkan,” erangku sambil memegang perut yangsudah membesar.Setelah menikah, memang aku memanggil Alex dengan sebutan Mas, untuk lebih menghormatinya sebagai suamiku meskipun awalnya kelihatan aneh aku memanggilnya Mas Alex.“Bukan kontraksi palsu lagi ya? Sudah benar-benar tidak kuat lagi?” tanya Alex panik dan mulaimencari tas baby kami tapi dia belum menemukannya.“Tenanglah, Mas. Tidak usah panik. Ambil tasnya di dekat lemari itu, lalu bantu aku berganti baju,kita ke rumah sakit sekarang,” ujarku perlahan sambil menahan sakitnya kontraksi.Untunglah meskipun di desa, tapi fasilitas kesehatan tidak terlalu jauh, hanya satu jam perjalanan sudah sampai di rumah sakit. Penanganannya juga bagus, tak kalah seperti rumah

DMCA.com Protection Status