Selesai memeriksa dan membacanya pak Arkan menatap ke arah ku,"Ini sudah bagus." Ucapnya.Senangnya mendapatkan kabar ini."Sudah bisa lanjut bab berikutnya". Ucapnya lagi."Iya pak,Terima kasih". Jawabku antusias,tak sia-sia rasanya perjuanganku ini." Kamu ke sini naik apa? Saya tidak melihat motormu di parkiran". Tanyanya.Sedikit kaget mendengar perkataannya itu."Tadi pagi di antar kak Armand,ke sini naik taksi online". Jawabku." Nanti pulang saya antar". Ucapnya lagi."J-jangan pak,tidak usah merepotkan,kak Armand nanti mau jemput". Tolak ku halus." Tadi kakak mu menelpon saya,dia meminta tolong untuk mengantarkan mu pulang karena dia ada kerjaan yang belum bisa di tinggalkan". Katanya,apa maksud kak Armand menelpon dan meminta tolong sama pak Arkan sih,kesal sama kak Armand ini."Saya bisa naik taksi online lagi". Jawabku cepat." Saya tunggu di parkiran,kamu sudah selesai silahkan lanjutkan urusan mu,saya masih ada sedikit pekerjaan". Ucapnya lagi dengan nada yang tak mau di
Sepanjang perjalanan kami hanya diam,di belakang ada mobilnya mas Angga yang mengikuti mobil kami,ku lirik wanita paruh baya korban kecelakaan yang di selamatkan pak Arkan tadi masih duduk memegangi tangannya yang terluka.Siapa wanita paruh baya ini,apa masih ada kekerabatan dengan pak Arkan,Batinku.Mobil tiba di rumah sakit,gegas pak Arkan turun dan membantu paruh baya itu untuk turun dan menuntunnya ke dalam rumah sakit.Aku hanya diam mengikuti pak Arkan,sebetulnya apa gunanya aku di sini juga.sebelum memasuki ruangan gawat darurat pak Arkan menitipkan tas kecilnya kepadaku."Boleh saya titip ini Annisa". Pintanya menyodorkan tas kecilnya kepadaku.Aku hanya mengangguk dan menerima tas itu.Sementara pak Arkan masuk aku lebih memilih menunggunya di depan ruangan dan duduk di kursi yang sudah tersedia ini.Tak lama ku lihat mas Angga berlari ke arahku,hanya menatapku sekilas lalu berjalan masuk ke ruangan yang tadi di masuki pak Arkan bersama wanita paruh baya itu.Handphone di d
"Saya sudah selesai". Ucap mas Angga yang baru saja datang."Biar saya yang antar pulang". Kata pak Arkan yang berjalan kembali ke arah kursi roda wanita paruh baya itu."ARKAN". Teriak mamanya pak Arkan kembali emosi.Aku yang sedikit terkejut dengan sikap mamanya pak Arkan ini hanya bisa mengelus punggungnya saja."Ma,Arkan cuma nolong tante Dian". Ucap pak Arkan dengan sorot mata memohon."Nak Arkan biar tante di antar laki-laki ini saja". Ucap wanita paruh baya itu yang sedari tadi menundukkan kepalanya,tangannya menunjuk ke arah mas Angga."Kamu dengar Arkan". Ucap mamanya pak Arkan tegas.Pak Arkan yang tidak bisa berbuat apa-apa hanya bisa pasrah tak bisa melawan mamanya."Saya titip tante Dian sama anda". Pinta pak Arkan ke mas Angga."Tenang saja saya pasti antar kan sampai selamat karena saya yang telah melukainya". Jawab mas Angga tenang."Saya pamit,Terima kasih sudah membantu saya". Ucapnya lagi,lalu mendorong kursi roda yang di duduki wanita paruh baya itu.Aku,pak Arkan
Sesampainya di rumah kak Armand,aku mengajak mamanya pak Arkan untuk masuk dan mengenalkannya ke kak Armand dan mba Mita."Assalamu'alaikum". Ucapku memasuki rumah dengan tangan yang masih menggandeng tangan mamanya pak Arkan."Waalaikumsalam". Jawaban dari dalam."Kamu baru pulang Nis?" Tanya kak Armand yang menghampiriku."Iya kak tadi ada sedikit masalah,nanti ku ceritakan". Jawabku menjelaskan."Ini siapa Nis?" Tanya mba Mita menunjuk ke mamanya pak Arkan."Oh iya Nisa jadi lupa". Ucapku menepuk dahi."Ini mamanya pak Arkan" "Ma,ini kakakku dan istrinya,kak Armand dan mba Mita". Jawabku lalu mengenalkan kakak dan mba ke mamanya pak Arkan."Salam kenal tante saya Armand dan ini istri saya Mita". Ucap kak Armand mengenalkan diri."Saya Ranti Sadewa mamanya Arkan". Jawab mamanya pak Arkan."Mari duduk tante". mba Mita mengajak mamanya pak Arkan duduk di sofa."Mau minum apa tante?" mba Mita menawarkan."Jangan merepotkan". Jawab mamanya pak Arkan."Tidak kok tante". Ucap mba Mita ber
Tak ku hiraukan pesan dari mas Angga,sudah cukup tak ada lagi yang harus di bicarakan.Ku blokir nomor itu seperti ku blokir nomornya mas Angga.Seminggu berlalu,aktifitas yang sama selalu ku lakukan,mengajar dan pergi ke ke kampus.Bertemu dengan pak Arkan hanya sekedar mendiskusikan skripsi ku saja.Hari ini rencananya aku dan ke tiga temanku berencana pergi menonton bersama setelah pulang dari kampus,kami pergi menggunakan mobilnya Tia,sengaja tadi tak membawa motor saat pergi mengajar dan ke kampus karena acara hari ini sudah kami rencanakan dari kemarin.Sampai di bioskop membeli tiket film yang akan kami tonton,tak lupa membeli snack dan minuman untuk menemani kami menonton.Sedang asik mengantri dua orang yang selalu ku hindari ada di hadapan ku,kenapa harus bertemu mereka,malas rasanya,mood ku jadi jelek gara-gara melihat mereka,pamit untuk ke toilet kepada teman-temanku,untuk sedikit meredakan mood ku yang jelek ini.Keluar dari toilet tiba-tiba tangan ku di tarik seseorang."
Keputusan terberat yang ku ambil saat ini sangatlah bertentangan dengan hati ku.Annisa lah yang sebenarnya ku inginkan untuk mendampingiku menjadi pengantin ku,akan tetapi atas kebodohan yang ku lakukan dengan Rahmah semua harus hancur begitu saja.Satu tahun lebih berhubungan dekat dengan Rahmah rasanya semakin hari semakin nyaman,sampai saat tiba-tiba di suatu malam Rahmah datang dengan pakaian basahnya,dan dalam ke adaan berantakan,aku yang tak tega mengajaknya untuk masuk ke dalam kamar kost dan memberikan handuk dan pakaian ganti,menyuruhnya untuk mengganti pakaian di kamar mandi,sedangkan ku membuatkan teh hangat,kebetulan sekali sebelum Rahmah datang diriku sedang membuat skripsi di temani secangkir kopi.Duduk di lantai berhadapan sambil menyesap minuman kita masing-masing,Rahmah masih diam tidak mau bercerita apa yang sedang dia alami saat ini,aku pun tak memaksanya untuk bercerita mungkin Rahmah belum siap,dia hanya diam dan menundukan kepalanya.Beberapa menit berdiam Hand
Sebulan setelah kejadian itu Rahmah tak pernah lagi hadir di hidupku,baguslah tak perlu susah lagi untuk menjauhinya,tak perlu mencari cara agar bisa lepas dari hubungan terlarang ini dengan Rahmah,di mana dia dan sedang apa sudah tak ku pedulikan lagi,dalam hati ku hanya Annisa,dan hubungan kami pun mulai erat kembali,lebih intens untuk saling menghubungi satu sama lainnya,sudah ku rencanakan pula setelah selesai wisuda nanti aku akan melamar Annisa,mendengar itu Annisa sangat bahagian tak sabar rasanya menunggu ku segera wisuda katanya.Acara wisuda pun sudah di depan mata,sekitar seminggu lagi diriku akan wisuda,dan akan segera melamar Annisa.Sedang Asik berkirim pesan dengan Annisa,mama menelpon ku dengan nada suara gusar menyuruhku untuk segera pulang."Kamu harus pulang sekarang juga". Ucapnya dengan nada tegas."Tapi kan mah seminggu lagi Angga wisuda,3 hari lagi kalian juga ke sini kan". Jawabku menolak permintaan mama."Mama sama papa tak mau tau,hari ini kamu pulang kami tu
"Annisa".Ku hampiri Annisa tapi dia menolak,menyuruhku untuk berhenti dan tetap di tempatku."Stop mas". Ucapnya dengan tangan yang di rentangkan ke depan memintaku berhenti."Rahmah sudah menjelaskan semuanya,Nisa kecewa mas,tega kamu mas mengkhianati Nisa,apa salah Nisa mas selama ini,apa 7 tahun kita bersama itu sia-sia saja mas". Bentaknya emosi,air matanya yang terus mengalir tak kuasa rasanya melihatnya rapuh seperti ini,ku paksakan tetap melangkah menuju ke arahnya dan memeluknya erat,Nisa meraung dan mencoba untuk melepaskan pelukan ku.Pelukan kami terlepas,Nisa memundurkan badannya dan PLAAKK.. Nisa menamparku kencang meluapkan emosinya."MULAI SEKARANG HUBUNGAN KITA SELESAI MAS". Teriaknya kencang."Maafkan mas Nis". Ucapku menyesal,tangisan ku rasanya tak akan membuat Annisa memaafkan ku,kesalahan ku terlalu besar sehingga sangat mengecewakannya.Brugh.. Brugh.. Brugh.. " BRENGSEK LU ARKAN"."Kak Armand stop""Armand stop""Kak Armand kasian Arkan"Teriakan orang-orang ta
Keesokan paginya Annisa pun telah sadar sesuai interupsi dari Dokter. Melihat Annisa mulai sadar pak Arkan lekas menggenggam kembali tangan Annisa dan mengelusnya."Sayang." Panggil pak Arkan,menggenggam tangan Annisa, dan sebelah tangannya mengusap kepala Annisa lembut.Annisa yang mulai sadar saat membuka kedua matanya langsung melihat ke arah pak Arkan dan tampak terkejut lalu menarik tangannya yang di genggam pak Arkan."Mama mana?" Tanya Annisa yang lebih mencari mamanya dari pada suaminya sendiri."Mama pulang dulu,nanti kembali lagi ke sini." Jawab pak Arkan menatap kedua mata Annisa."Panggil suster Nisa mau ke kamar mandi." Annisa berkata sembari mencoba bangun dari tidurnya,tapi gagal karena rasa sakit di perutnya."Aawwwhh." teriaknya tertahan."Saya bantu,kamu belum boleh bangun." Pak Arkan mengangkat badan Annisa dan membawanya ke dalam kamar mandi.Annisa hanya diam saat pak Arkan mengangkatnya dan membawanya ke kamar mandi,mau menolak pun percuma karena kondisi badannya
Pukulan itu akhirnya terhenti ketika pak Arthur melihat sang istri sudah lemas karena ulahnya."Papa kecewa sama kamu Arkan,apa yang kamu perbuatan hingga mencelakai menantu dan calon cucu papa." Ucap papa menghampiri bu Ayunda yang terduduk di kursi."Stop pa." Tangis bu Ayunda di pelukan sang suami."Maafkan papa ma,papa emosi." Sesal pak Arthur. "Kalau sampai terjadi sesuatu,jangan pernah anggap saya ini papa kamu lagi." Ucap pak Arthur."Papa kecewa dengan kebodohan yang kamu lakukan,kalau saja Romi tak papa paksa untuk bercerita mungkin kamu dengan bodohnya mau menikahi perempuan yang jelas-jelas sudah membuat hidup mu hancur hanya demi harta." Sarkas pak Arthur mengeluarkan kekecewaannya."Pak Arthur saya mewakili istri dan keluarganya memohon maaf atas apa yang telah di perbuat, saya pun kecewa atas apa perbuatan mereka, saya akan membawa mereka kembali, sekali lagi saya memohon maaf pak." Ucap Hermawan suami dari Dira."Bawa mereka pergi dari hadapan saya." pak Arthur berkata
Annisa masih berada di dalam ruangan unit gawat darurat,pak Arkan nampak pucat dengan perasaan tak menentu setelah mengetahui kalau Annisa sedang hamil,pak Arkan menyesal dengan apa yang telah dia perbuat terhadap Annisa. Dia bersumpah tak akan pernah memaafkan dirinya sendiri kalau sampai terjadi sesuatu dengan Annisa dan calon anaknya itu.Pak Arkan duduk di kursi di depan unit gawat darurat menunggu kabar dari dalam,wajahnya sudah penuh dengan luka memar akibat di pukuli pak Arthur papanya tadi begitu sampai di rumah sakit setelah di hubungi bu Ayunda mamanya pak Arkan.__________Setelah mengatakan Annisa hamil bu Ayunda berlari menghampiri Annisa yang akan di angkat oleh beberapa suster yang akan di bawa menuju ruang unit darurat.Pak Arkan yang terlebih dahulu mengangkat badan Annisa membawanya sedikit berlari menuju ruangan gawat darurat,pikirannya sudah sangat kacau sekali.Di belakangnya, di ikuti mamanya yang tak kalah paniknya dengan pak Arkan, sambil tangannya meng
Aku benar-benar menumpahkan air mata ku di pelukan mama,mama dengan eratnya tak melepaskan pelukannya,dengan sabarnya mama menunggu ku untuk menceritakan apa yang sedang terjadi denganku dan pak Arkan.Tangisan ku pun berhenti tapi tetap berada di pelukan hangatnya mama, enggan sekali tuk melepaskannya, ini sangat nyaman. Aku tak seberuntung anak-anak di luar sana yang bisa merasakan pelukan hangat seorang ibu setiap saat,menyesal sangat amat menyesal karena tak memanfaatkan waktu dengan berharga tuk selalu memeluk ibuku dulu.Tapi sekarang aku merasakan amat sangat beruntung bisa mendapatkan dan di pertemukan dengan ibu mertua yang amat sangat baik,pengertian dan selalu ada untuk ku serta kehangatannya yang membuat ku nyaman seperti sekarang ini,beliau dengan sabar menunggu ku untuk bercerita."Sudah tenang sayang?" Tanyanya mengusap kepalaku lembut dan tersenyum,senyuman mama ini menghangatkan hatiku."Sudah ma." Aku mengangguk."Ceritakan sama mama apa yang terjadi dengan k
Sampai pagi pun Annisa masih belum pulang juga,mama pun menginap semalam karena mengkhawatirkan Annisa.Selesai sarapan aku kembali ke lantai atas untuk mencari info dari orang-orang ku yang ku tugaskan mencari Annisa kemarin,mereka belum menemukan tanda-tanda keberadaan Annisa.Terdengar suara mobil Annisa masuk ke halaman rumah,gegas ku langkahkan kaki turun ke lantai bawah menuju pintu depan ternyata mama sudah berada di sana.Terlihat sekali wajah Annisa yang muram."Nisa sayang,mama khawatir." Ucap mama lalu memeluk Annisa."Nisa baik-baik aja ma." Jawab Annisa lalu membalas pelukan mama.Aku yang berada di belakang mama tak di hiraukan nya."Boleh Nisa ke kamar ma?" Pintanya setelah melepaskan pelukan mereka."Boleh sayang." Jawab mama tersenyum mengelus kedua pipi Annisa.Annisa berjalan dengan menundukkan kepala melewati ku yang berdiri mematung saat Annisa melewati ku begitu saja."Nisa." Aku memanggilnya saat Annisa akan menaiki tangga menuju kamar kami."Iya." Jawabny
Semenjak kejadian hari itu selalu ada saja yang menjadi alasan bu Dina memintaku untuk bertemu dengan Dira,karena hanya dengan diriku ini Dira bisa menjadi tenang.Dira pun tak segan dan tak merasa risih menunjukkan kemanjaannya di hadapanku padahal dia tau aku sudah menikah karena melihat cincin di jari manis ku, dan menanyakan tentang Annisa lewat bu Dina."Mas, akhirnya kamu datang juga, aku nungguin dari tadi." Ucapnya saat melihat ku datang ke apartemen nya atas permintaan bu Dina.Dira menarik ku menuju sofa yang berada di ruang TV apartemennya,mendudukkan ku dan dia pun duduk di samping ku dengan tangannya yang terus menggandeng tanganku tanpa risih sedikit pun,justru aku yang merasa sangat risih sekali,pernah suatu waktu aku menjauh dari tempat duduk nya dan melepas kan rangkulannya tapi ternyata Dira tak Terima dan memasang wajah sedihnya."Mas, lihat ini hasil USG kemarin,kamu sih ga bisa antar aku USG." Ucapnya cemberut dan menunjukkan hasil USG bayinya.Aku hanya me
Beberapa bulan yang lalu saat Annisa dan ayah di rawat di rumah sakit aku tak sengaja bertemu dengan bu Dina sedang berada di kantin rumah sakit,duduk terdiam seorang diri. Entah mengapa kaki ini melangkah menuju ke arahnya,dan mendekatinya."Bu, sedang apa?" Sapa ku.Bu Dina sempat terkaget melihat ke arah ku."Ibu sedang minum kopi." Jawabnya yang sedikit aneh."Boleh saya duduk." ijin ku."Silahkan nak." bu Dina mempersilakan."Siapa yang sakit bu?" Tanyaku seraya mendudukkan diri di kursi di hadapan bu Dina."Hhmm... i-tu... itu Dira yang sakit." Jawabnya ragu dan gugup."Dira,sakit?" Tanyaku kaget,bukannya Dira sedang di luar negeri ikut suaminya,ah.. mengingatnya sedikit membuat hati berdenyut sakit.Bu Dina hanya mengangguk."Sakit apa?" Tanyaku lagi penasaran."Di-a, Dia hampir keguguran." Jawabnya terbata."Keguguran,Dira sedang hamil bu?" Tanyaku."I-iya sudah 4 bulan." Jawab bu Dina."Bukannya Dira Sedang berada di luar negeri bu? " Kenapa jadi penasaran seperti ini.
Selesai makan malam,aku berpamitan ke kamar terlebih dahulu, aku ingat untuk segera meminum vitamin yang dokter berikan tadi dan meminum susu, untungnya tadi setelah dari klinik aku pergi ke swalayan untuk mencari susu hamil dan menemukan susu dalam kemasan siap minum jadi bisa meminumnya langsung, aku menyembunyikan nya di dalam tasku bersama dengan vitamin dari dokter.Saat sedang menonton TV di dalam kamar, pak Arkan masuk ke dalam kamar mendekati ku."Boleh saya di sini?" Ucapnya."Silahkan." Jawab ku cuek.Pak Arkan duduk di kasur di samping ku."Kita harus bicara." Ucapnya menatapku."Bicara saja." Jawabku masih acuh menatap layar TV. "Lihat saya Nisa." Pintanya menarik tanganku."Ngomong aja, Nisa dengerin." Ucapku menarik tanganku yang di genggamnya.Terdengar pak Arkan menarik napasnya."Yang kamu lihat di cafe tak seperti apa yang kamu pikirkan,saya tak ada hubungan apa pun dengan perempuan itu, dia hanya masa lalu saya." Jelasnya tapi tak cukup membuatku puas.Pak Ar
GARIS DUA.. Mulutku menganga tak percaya, ku tutup mulutku lalu terisak.Di saat seperti ini kenapa engkau hadirkan dia. Tangis ku pecah tak kuasa menahan beban berat ini,badan ku meluluh ke lantai, duduk dan memeluk kedua lutut ku.Bukan aku tak bersyukur atas kehadiran janin di dalam perut ku tapi kondisinya yang tidak tepat saat ini,pak Arkan yang membohongi ku, apa dia akan menerima janin yang ada di kandungan ku. Setelah tangis ku mereda, ku putuskan untuk mandi dan bersiap untuk pulang.Ya.. setelah memikirkan semuanya aku memutuskan untuk pulang dan mencari tau siapa perempuan yang sedang bersama pak Arkan kemarin di cafe.sebelum pulang ku putuskan untuk memeriksakan kehamilan ku terlebih dahulu,ingin mengetahui kondisinya,sengaja mencari klinik bersalin yang biasa saja karena ingin merahasiakan nya untuk sementara waktu."Selamat ibu,usia kandungan anda sudah memasuki minggu ke 5." jelas dokter tersenyum. "Terimakasih dok,bagaimana kondisinya?" Tanyaku."Janinnya sehat, ib