***"Oh, jadi karena itu ya."Selesai Gibran bercerita, ucapan tersebut lantas Alnaira lontarkan sebagai respon. Tak dengan perasaan yang tenang, jujur saja dia degdegan. Namun, karena tak mau memancing kecurigaan sang adik, sebisa mungkin Alnaira bersikap biasa.Ditelepon sang adik, Alnaira sedikit terkejut setelah si bungsu bercerita tentang perjodohan Gema dan Aneska. Tak ada di kadar tinggi, kekagetannya bisa dibilang standar sampai akhirnya Gibran membuat keterkejutannya meningkat setelah membahas status dia dan Gema.Tak pernah bercerita pada siapa pun tentang hubungannya dengan Gema, Alnaira kaget usai mendengar ucapan Gibran sehingga bertanya tentang tahu darimana sang adik perihal statusnya dan Gema pun dilakukan, dan Gibran menjelaskan semuanya secara rinci.Bukan dari orang lain, Gibran katanya tahu sendiri status Alnaira dan Gema setelah beberapa bulan ke belakang tak sengaja membuka pesan dari Gema untuk sang kakak tengah. Tak pernah dilarang membuka ponsel Alnaira, wakt
***"Iya," kata Elara. "Tadi Mama mendadak ngide aja ngajak Gema sarapan dan katanya setelah dichat Anes, dia bisa. Jadi mungkin jam tujuh Gema ke sini.""Oh," kata Alnaira."Kamu kalau mau ngajak Sky juga boleh," kata Elara—teringat lagi pada kedekatan sang putri tengah dengan Sky. "Masih di Jakarta, kan, dia?""Masih, Ma, tapi kayanya enggak usah karena jam segini dia belum bangun," kata Alnaira. "Biasalah suka begadang.""Oh ya udah, Gema aja berarti," kata Elara. "Sarapannya mau apa?""Pancake gimana, Ma? Enak kayanya makan itu.""Boleh," kata Elara. "Gema suka enggak?""Suka kok," kata Alnaira. "Beberapa kali aku bekal itu, dia selalu minta.""Oh ya udah Mama bikin itu deh ya sama Bibi," ucap Elara. "Kamu istirahat aja biar nanti Mama panggil kalau udah siap.""Iya, Ma.""Selamat istirahat.""Makasih, Ma."Ditinggal Elara, Alnaira masih tersenyum hingga setelah menutup kembali pintu kamar, senyumannya perlahan memudar. Menghela napas sambil bersandar, dia buka suara."Ya Tuhan, p
***"Dokter Nana, apa ada di dalam?"Tengah menyantap makan siang, atensi Alnaira beralih setelah panggilan tersebut terdengar dari luar. Tak diam, dia yang siang ini sendirian di ruangan seketika beranjak untuk kemudian membukakan pintu, dan yang didapatinya setelah itu adalah seorang perawat bernama Suster Riska."Suster.""Siang, Dokter, maaf mengganggu waktunya," kata suster Riska—membuat Alnaira tersenyum."Enggak ganggu kok, ada apa?""Ada yang mencari Dokter," ucap suster Riska. "Katanya mau ketemu Dokter Nana, tapi beliau malas berjalan terlalu jauh. Jadi menunggu di meja informasi gedung kemuning.""Siapa Suster?""Hm, kalau enggak salah namanya Mas Sky.""Sky?" tanya Alnaira dengan kedua alis yang hampir bertaut.Cukup heran, itulah yang dia rasakan sekarang karena ketika dua hari lalu—tepatnya minggu, Sky berkata akan terbang ke Malaysia untuk urusan pekerjaan.Tak sebentar, Sky bilang akan menetap di sana selama seminggu sehingga ketika Alnaira mengajak pria itu bertemu, p
***"Iya," Sambil meringis, Alnaira memberikan jawaban. "Aku sebenarnya bingung karena semua pasti kerasa dadakan, tapi opsi itu menurut aku yang paling aman karena kan nikahnya duluan Gema sama Anes. Jadi kita bisa batalin semuanya tanpa bikin mereka gagal nikah.""Tapi kan kita kayanya harus bikin persiapan juga, Na," kata Sky. "Setelah tunangan, gue yakin orang tua kita bakalan nyuruh kita siapin pernikahan dan kalau seandainya batal, apa enggak sayang?""Apanya?""Ya semua," kata Sky. "Persiapannya, uangnya, terus semacamnya. Sayang, kan, kalau dibubarin gitu aja?""Terus gimana dong?" tanya Alnaira. "Kalau masalah persiapan, dua opsi dari Gema mengharuskan kita lakuin persiapan cuman kalau opsi tunangan bareng, kita enggak perlu nikah biar Gema sama Anes nikah, Sky. Paham, kan, maksud aku?""Paham.""Persiapan pernikahan nanti biar aku yang handle deh," kata Alnaira. "Aku bakalan pilih WO yang beda sama Anes terus aku minta mereka lambat-lambatin semua biar pas kita gagalin semua
***"Gema."Barusaja membuka pintu utama rumah, panggilan tersebut Alnaira lontarkan setelah di depannya kini berdiri pria jangkung yang sangat tak asing untuknya.Gema Cakra Ardhana.Dialah pria yang Alnaira dapati dan entah apa tujuan Gema datang, dia sendiri tak tahu. Namun, yang jelas di tangannya kini sang mantan memeluk buket mawar berwarna putih."Hai," sapa Gema dengan senyuman tipis. "Enggak usah kaget gitu dong, aku ke sini bukan mau nagih hutang. Aku cuman mau ikut makan malam.""Makan malam?" tanya Alnaira sambil menaikkan sebelah alis."Iya," kata Gema. "Malam ini kamu sama Sky mau izin buat tunangan bareng aku dan Anes, kan? Nah, aku pengen lihat aja pas kalian minta izin. Kira-kira diizinin apa enggak gitu dan ya ... aku penasaran."Terkejut setelah mendapat kabar tentang Alnaira dari Aneska, sore tadi Gema memang meminta untuk diajak makan malam bersama di rumah Regan.Tak ada larangan, Aneska yang tak merasa curiga terhadap tujuan Gema menginginkan makan malam bersama
***Diam selama beberapa menit, Alnaira kembali melanjutkan langkah hingga setibanya di lantai bawah yang dia tuju adalah ruang makan.Bertemu Elara, Alnaira membantu Elara menyiapkan makan malam hingga setelah sepuluh menit berlalu, bunyi bel terdengar—membuat dia dengan segera pergi ke depan."Sky," ucap Alnaira tatkala mendapati Sky berdiri dengan setelan kemeja yang rapi."Malam, Dokter.""Malam," sapa Alnaira dengan senyuman tipisnya. "Ayo masuk. Ada Gema juga di dalam.""Lah, ngapain?""Ikut makan.""Ikut makan apa pengen manas-manasin kamu?""Enggak tahu," kata Alnaira. "Ayo masuk.""Oke."Tak datang dengan tangan kosong, Sky membawa buket mawar merah untuk Alnaira pun dua kotak puding untuk Elara. Disambut baik, Sky dan Regan mengobrol selama beberapaa menit sebelum akhirnya pergi menuju ruang makan.Berkumpul, Alnaira dan Sky duduk bersebelahan dengan Aneska dan Gema di depan keduanya. Elara dan Regan? Sepasang suami istri tersebut duduk di bagian ujung dengan posisi berhadap
***"Boleh."Ditanya tentang boleh tidaknya Alnaira bertunangan di malam yang sama dengan Aneska dan Gema, Regan memberikan jawaban tersebut—membuat semua orang di meja makan seketika memasang raut wajah lega, terkecuali Gema.Ya, Gema.Belum sepenuhnya ikhlas, faktanya selain peduli pada Alnaira yang dia inginkan segera memiliki pendamping, segala syarat yang Gema ajukan adalah cara untuknya menggagalkan semua.Terkadang rela, tapi tak jarang pula ingin bersikap egois, itulah Gema sehingga setiap kali memberikan syarat, dirinya selalu membuat semuanya sulit karena bukan berharap dikabulkan, Gema justru mengharapkan yang sebaliknya yaitu; kegagalan Alnaira mengabulkan syarat yang dia ajukan.Alasannya? Tentu saja agar dia punya dalih menolak perjodohan dengan Aneska, karena jika Alnaira gagal memenuhi setiap permintaan yang dia lontarkan, Gema merasa dirinya punya kuasa untuk membatalkan semua.Namun, sialnya semua syarat sulit yang dia ajukan justru selalu berhasil dikabulkan gadisny
***"Aku usahain ya," ucap Alnaira sambil tersenyum. "Mungkin enggak akan sebentar, tapi aku bakalan serius berusaha.""Tenang aja, gue bakalan sabar kok," kata Sky. "Gue tahu gimana perasan lo ke Gema karena hubungan kalian juga enggak sebentar. Jadi enggak usah buru-buru karena selama apa pun gue bakalan nunggu.""Makasih, Sky.""Sama-sama," ucap Sky. "Gue pergi dulu ya kalau gitu. Takut macet terus ketinggalan pesawat. Besok pagi ada kegiatan soalnya.""Iya," ucap Alnaira. "Semangat ya nanti balapnya dan kalau mau pulang, kamu kabarin aku aja biar aku jemput.""Ke bandara?""Iya," kata Alnaira. "Cuman usahain pulangnya malam karena siang sampe jam delapan malam aku sibuk sama kegiatan di rumah sakit sama di kantor.""Oke deh," kata Sky. "Lo kalau mau oleh-oleh bilang biar nanti gue beliin. Gimana pun juga sekarang kita pacaran. Jadi, gue pengen bawain sesuatu setiap dari luar negeri karena pacaran harusnya gitu.""Siap," kata Alnaira.Sky tersenyum. Merasa gemas dengan senyuman Aln
***"Tapi Gema enggak cinta sama Anes, Na, dia cintanya sama lo dan gue rasa percuma juga kalau pernikahan mereka dilanjutin," kata Sky. "Jujur deh coba ke Om Regan sama Tante El. Siapa tahu mereka bisa cari jalan keluar terbaik atau barangkali kalau tahu semuanya, pernikahan Anes sama Gema bakalan langsung dibatalin.""Apa aku bisa sejahat itu?" tanya Alnaira. "Menikah sama Gema pasti impian Anes banget. Apa aku tega hancurin mimpi dia setelah sebelumnya aku pernah lakuin hal sama? Kamu ingat? Anes pengen jadi dokter lho, Sky, tapi semuanya enggak bisa diwujudin setelah dia punya phobia sama darah dan kamu enggak lupa, kan, siapa yang bikin Anes punya phobia?""Ya tapi kan, Anes juga udah jahat sama lo, Na," kata Sky. "Peduli amat lo sama perasaan dia. Anes aja enggak peduli."Tak menjawab, Alnaira hanya bisa menghela napas kasar sebagai respon. Memandang Sky dengan raut wajah bingung, itulah dia sekarang sehingga untuk beberapa saat suasana diantara dirinya dan Sky hening."Na.""En
***"Makanannya enggak enak ya, Na?"Setelah sebelumnya memperhatikan, pertanyaan tersebut Sky lontarkan dengan rasa penasaran yang kini melanda. Tengah makan malam bersama, itulah dia dan Alnaira sekarang karena memang usai banyak drama menghampiri putri tengah Regan tersebut, Sky akhirnya datang juga.Belum tahu apa pun termasuk undangan pernikahan Aneska dan Gema, Sky sendiri datang sekitar dua puluh menit lalu, sehingga belum bercerita apa-apa, Alnaira masih menyimpan semuanya sendirian."Eh, enak kok. Kata siapa enggak enak?" tanya Alnaira yang memang sejak beberapa saat lalu menyantap makanan pemberian Sky.Bukan masakan sang mama, makanan tersebut Sky beli dari restoran favoritnya seperti biasa, dan tak aneh, makanan yang dia bawa adalah; nasi dengan olahan daging sapi dan sayuran."Kirain enggak enak," kata Sky. "Gue perhatiin lo makannya enggak semangat kaya biasa. Jadi gue pikir makanannya enggak enak.""Enak kok, cuman emang pikiran aku lagi agak ke mana-mana. Jadi gitu deh
*** "Aku cinta sama kamu dan sampai kapan pun perasaanku enggak akan berubah," kata Gema—membuat Alnaira memasang raut wajah kaget. Namun, tentunya tetap bersikap tenang sehingga setelahnya dia pun melanjutkan ucapan. "Kalau kamu pikir keputusan aku buat nikahin Anes dilandasi rasa capek karena hubungan kita yang enggak bisa mulus, kamu salah karena kalau bisa milih, aku lebih baik hadapin jalan terjal asalkan sama kamu dibanding lewatin jalanan mulus tapi sama orang lain." "Jadi intinya apa?" tanya Alnaira. "Coba to the point karena aku bingung sama ucapan kamu." Gema menghela napas pelan. "Intinya aku nikahin Anes demi keselamatan hidup kamu," ucapnya kemudian. Tak mau terus memendam rahasia besar tersebut sendirian, pada akhirnya Gema memutuskan untuk jujur. Meskipun semua tak akan berubah karena Alnaira yang akan tetap memintanya bersama Aneska, setidaknya dia ingin sang pujaan hati tahu jika sampai detik ini, tak ada sedikit pun perubahan di dalam rasa cintanya untuk perempua
***"Nah, itu pasti Sky."Dengan senyuman merekah, tebakan tersebut keluar dari mulut Alnaira setelah bunyi bel dari pintu apartemen kembali terdengar. Tak banyak menunda, dengan segera dia bergegas menuju pintu.Sudah menunggu Sky cukup lama, Alnaira antusias menunggu kedatangan sahabatnya itu sehingga ketika pintu terbuka, tanpa ba bi bu sapaan pun dilontarkan."Sky, akhirnya kamu datang jug ... Gema?"Senyuman seketika luntur, itulah yang terjadi pada Alnaira setelah di depannya kini yang dia dapati bukan Sky, melainkan Gema. Sebulan tak bertemu, jujur saja Alnaira kaget ketika calon suami dari kakaknya itu datang tanpa permisi sehingga setelaahnya yang dia lakukan adalah; diam—memandang sang calon kakak ipar lekat.Beberapa detik berlalu, suasana masih saja hening hingga akhirnya Gema buka suara lebih dulu."Hai, Na. Apa kabar?""Gem," panggil Alnaira. "Kabar aku baik. Kamu sendiri gimana?"Canggung.Demi apa pun itulah yang Alnaira rasakan karena cukup lama tak bertemu, bahkan be
***Meskipun kesal, dongkol, bahkan benci pada calon istrinya itu, Gema tetap mengejar Aneska menuju lift. Berbeda dengan dia dan sang calon istri yang masih terus berdebat, Alnaira sendiri sudah kembali tenang.Tak lagi memegang undangan, dia kini tengah menikmati angin di balkon hingga di tengah kegiatannya itu, sebuah panggilan masuk.Mengambil ponselnya itu, senyuman terukir di bibir Alnaira setelah nama Regan terpampang, sehingga dengan segera dia pun menjawab panggilan."Halo, Pa.""Halo, cantiknya Papa. Apa kabar kamu hari ini, Nak? Baik?""Alhamdulillah baik, Pa," ucap Alnaira. "Papa sama Mama gimana? Baik?""Baik, Cantik. Alhamdulillah," kata Regan. "Oh ya, Anes sama Gema udah ke sana? Mereka katanya mau anterin undangan ke kamu sama yang lainnya di Bandung.""Udah, Pa," kata Alnaira. "Anes aja sih, Gema enggak ada. Dia mungkin nunggu di mobil atau anterin undangan ke tempat lain, aku sendiri enggak tahu.""Oh gitu," kata Regan. "Lama enggak Anesnya di sana? Sebulan enggak ke
***"Bukan siapa-siapa. Orang iseng kayanya, udah pergi juga tuh barusan yang pencet bel."Memberikan jawaban bohong, itulah Aneska setelah pertanyaan tentang siapa yang datang ke apartemen Alnaira, dilontarkan sang pemilik.Bukan tanpa alasan, jawaban bohong tersebut sengaja dia katakan karena bukan orang asing, faktanya yang sejak tadi menekan bel adalah Gema dan sebagai calon istri yang akan segera dinikahi oleh pria itu, Aneska tak mau Gema bertemu dengan Alnaira."Oh, kirain Sky," kata Alnaira. "Dia janji buat ke sini soalnya.""Bukan," kata Aneska sambil tersenyum. Mendekat pada Alnaira, dia kemudian berkata, "Oh ya, Na, karena aku masih ada urusan di Bandung, aku pamit dulu ya. Kamu nanti jangan lupa pulang karena aku sama Gema nunggu kehadiran kamu.""Buru-buru banget.""Iya, karena masih ada undangan yang harus aku bagiin," kata Aneska. "Teman aku kan ada juga yang di Bandung.""Oh gitu ya," kata Alnaira. "Ya udah kalau gitu hati-hati di jalan ya. Habis dari Bandung, kalau bi
***"Iyalah, apa coba yang enggak gue tahu tentang lo?" tanya Sky. "Semua rasa sakit lo aja gue tahu. Iya enggak?""Mulai deh," kata Alnaira sambil tersenyum."Kenapa?" tanya Sky."Enggak sih," kata Alnaira. "Bingung juga harus ngomong apa.""Yeee, enggak jelas," kata Sky yang direspon senyuman oleh Alnaira, sehingga tak ada lagi obrolan, setelahnya suasana hening.Berlangsung selama beberapa detik, Sky kembali memulai percakapan dan kalimat yang dia lontarkan adalah; sebuah harapan."Semoga enggak cuman kaki, hati lo bisa sembuh juga di sini ya, Na," kata Sky. "Enggak ada lagi kesedihan dan air mata, gue harap ke depannya cuman senyuman yang lo tampilin dan kalau boleh, gue berharap lo bisa nemuin pengganti Gema di sini yang jauh lebih baik daripada dia. Lo gadis yang baik dan lo sangat pantas buat dapatin laki-laki baik."Tersenyum sambil memandang Sky yang kini berdiri sambil bersandar pada pagar, kedua mata Alnaira berkaca-kaca. Bukan karena sedih, semua terjadi karena dirinya bah
***"Udah, kan? Kita udah tahu di mana apartemen Nana selama tinggal di Bandung. Jadi daripada diem terus di sini mendingan kita pergi, karena selama di Bandung aku pengen mampir dulu ke suatu tempat."Memandangi Alnaira dan yang lainnya di lobi gedung apartemen, ucapan tersebut Aneska lontarkan pada Gema. Berada di parkiran depan apartemen, sejak beberapa waktu lalu dia dan sang calon suami mengawasi Alnaira beserta keluarganya karena kata Gema, pria itu tak mau pergi sebelum Alnaira memasuki apartemen.Beberapa jam perjalanan, mereka akhirnya sampai di Bandung. Tak ketahuan, keberadaan Aneska dan Gema sampai saat ini aman karena meskipun selalu berada di dekat mobil yang dikendarai Sky, tak ada satu pun yang curiga perihal Aneska dan Gema yang ikut pergi ke Bandung.Tak sia-sia meminjam mobil sang sahabat, Gema lega karena meskipun tak bisa bertemu langsung, setidaknya dia bisa mengawal Alnaira dengan selamat sampai tempat tujuan, dan karena cintanya pada perempuan itu masih sangat
***"Selama gue belum punya istri, lo boleh bergantung sama gue kapan pun lo mau, Na," ucap Sky. "Gue bakalan selalu ada buat lo, karena gue cinta sama lo, cuman tolong jangan terbebani sama perasaan gue karena meskipun cinta, gue enggak berambisi buat dapatin lo. Ambisi gue tuh bahagiain lo dan kalau nanti lo bahagia sama cowok lain, gue tentunya ikhlas. Lega malah karena lo bahagia, gue bahagia.""Kamu baik banget Sky," ucap Alnaira. "Aku sampe bingung mau bilang apa saking baiknya kamu.""Bilang gue ganteng aja udah cukup kok," kata Sky sambil tersenyum. "Udah ah, jangan sedih-sedih. Daripada mikirin Anes, mendingan lo nikmatin perjalanan sambil senderan di bahu gue. Setelahnya mau tidur? Silakan, gue enggak akan keberatan.""Pegal nanti.""Enggak akan," ucap Sky. "Ayo buruan senderan.""Enggak apa-apa?""Enggak apa-apa, Nana. Ayo buruan mumpung gue lagi baik."Tak banyak bicara, selanjutnya Alnaira memilih untuk melakukan apa yang Sky anjurkan. Bersandar di bahu kiri sang sahabat,