Bab 65
"Aku hanya seorang anak angkat, Tante," ucap Salwa. Dia menunduk malu.
"Anak angkat, kalau sudah resmi diadopsi, sama seperti anak sendiri, Sayang. Kamu jangan khawatir. Jikalau nanti Daddy kamu dan Chintya resmi menikah, kamu masih punya hak kok di RVM group..."
"Bukan itu maksudku, Tante," ralat Salwa. Jantungnya terasa ingin berhenti berdetak. Inilah pernyataan terang benderang tentang perjodohan kedua insan itu.
Salwa menarik nafas sesaat, lantas melanjutkan ucapannya.
"Aku tidak punya ambisi sedikitpun tentang RVM group.""Tante bisa menilai kamu gadis yang baik. Mommy kamu pasti mendidikmu dengan benar. Namanya Airin, kan?" Nyonya Elina mengetahui tentang Airin dan Salwa melalui cerita Oma Jihan.
"Benar, Tante."
Bab 66Nyonya Elina terdiam. Usia Cynthia baru 32 tahun dan Salwa sudah 20 tahun. Bagaimana mungkin anak berumur 12 tahun bisa melahirkan seorang anak?Perempuan tua itu menggelengkan kepala, mengibaskan semua pikiran buruk di benaknya."Axel pun waktu itu juga sangat muda, Cynthia. Kalau dihitung dari umurnya sekarang, waktu itu dia baru berumur 20 tahun," ujar nyonya Elina."Iya, Mom, tapi pemuda berumur 20 tahun sudah bisa bikin anak lo." Chintya tertawa kecil."Ya, Mommy tahu, tapi apa mungkin gadis itu adalah darah daging Axel?" Kelebatan demi kelebatan masa lalu putranya melintas di benak nyonya Elina."Ah, iya. Tadi Salwa menyebut nama mommynya adalah Airin. Atau jangan-jangan Airin yang itu ya?" Perempuan tua itu teringat dengan sosok perempuan yang pernah di bawa putranya ke rumah ini."Maksud mommy
Bab 67"Tapi aku cemburu, Dad. Daddy terlihat akrab dengan wanita itu." Suara Salwa terdengar lirih. Dia menyembunyikan wajahnya di dada bidang Regan."Daddy hanya ngobrol dengan Chintya dan tidak memiliki rasa apapun. Daddy hanya mencintaimu, Sayang. Gesekan dari wajah Salwa di dadanya membuat tubuh lelaki itu panas dingin. Dia meraih tubuh itu dan mengungkung di bawahnya.Keduanya saling tatap. Tatap mata Salwa yang sendu tapi menghanyutkan. Regan seperti di bawa menyelam ke dasar lautan, memasuki palung terdalam."Aku hanya takut kehilanganmu, Daddy. Kamu adalah duniaku. Dari sejak aku kecil sampai sekarang, tak ada yang bisa menggesermu dari hatiku, sugar daddy my love," bisiknya parau. Bibirnya bergetar."Aku bukan sugar daddymu. Aku kekasihmu. Hubungan kita bukan sekedar untuk bersenang-senang. Kalaupun aku menunda untuk menikah
Bab 68 Gadis itu memejamkan mata, merasakan jari-jemari halus milik nyonya Elina yang membelai rambutnya. Jari-jemari itu seperti menyisir rambutnya dan terkadang terasa sedikit menyakitkan. Salwa tidak mengetahui jika sebenarnya perempuan tua itu tengah mencabut beberapa helai rambutnya. Nyonya Elina tersenyum manis, meskipun di dalam hatinya merasa iba. Gadis muda yang kini bersandar di bahunya terlihat sangat kekurangan kasih sayang. "Apa kamu tahu siapa orang tua kandungmu, Salwa?" tanyanya. "Tidak tahu, Oma. Sejak lahir aku tinggal di panti asuhan dan setelah itu diadopsi oleh mom Airin." "Apakah selama ini kamu tidak berusaha mencari orang tua kandungmu?" pancing nyonya Airin. "Tidak, Oma. Kehadiran daddy dan mommy sudah lebih dari cuku
Bab 69Axel terus membawa mobilnya menuju suatu daerah di luar kota. Sekarang jalanan yang dilaluinya tidak lagi mulus seperti sebelumnya, tetapi penuh liku dan kelokan. Di kanan kiri jalan nampak pohon-pohon besar yang berjajar. Sesekali mobilnya melewati areal perkebunan karet dan kelapa sawit.Hari sudah semakin gelap. Aura yang timbul di sekitar jalanan yang di laluinya terasa semakin mencekam. Maklum, di daerah itu sangat jarang ada rumah-rumah penduduk.Tak sampai sepuluh menit kemudian, akhirnya dia sampai ke tempat tujuan. Sudah lama sekali dia tidak mengunjungi tempat ini. Terakhir dia mengunjungi sekitar dua tahun yang lalu.Tanpa merasa takut, lelaki itu segera turun dari mobil dan melangkah masuk. Ya, tempat ini memang areal pemakaman. Axel terus melangkah menuju salah satu makam yang bertuliskan nama Winnie Kumalasari."Lelaki pengecut ini datang,
Bab 70Axel mengangguk pelan. Lelaki itu menyeruak masuk ke dalam, melewati tubuh renta itu dan menjatuhkan tubuhnya di sofa."Tuan Axel sudah sangat lama tidak mengunjungi tempat ini." Suara wanita tua itu bergetar. Dia turut menyusul duduk di hadapan lelaki gagah itu."Aku pikir Tuan sudah melupakan tempat ini," imbuhnya."Mana mungkin aku bisa melupakan tempat ini, Bun? Tempat ini sangat bersejarah buatku dan Winnie," sahutnya sendu."Aku mengerti," ucap bunda Khadijah. Dua puluh tahun yang lalu adalah sejarah kelam dalam hidup Axel.Percintaan yang tak di restui orang tua, kekasihnya hamil dan ia tak bisa menikahinya, sampai akhirnya ajal menjemput Winnie sesaat setelah ia melahirkan Salwa.Perempuan tua itu memindai penampilan tamu lelakinya ini. Dia masih seperti dulu. Tampan dan gagah. Bedanya hanya
Bab 71 "Mom, memilih istri itu bukan seperti kontes, sehingga segalanya perlu dinilai, bibit, bebet dan bobot. Tidak harus sekaku itu, karena persoalannya ada disini, Mom." Axel memegang dadanya. "Cinta?!" Tawa perempuan itu semakin keras. "Keluarga kita hanya mengenal keuntungan, Axel. Cinta yang tidak menguntungkan lebih baik kamu buang jauh-jauh!" Percuma berdebat dengan mom Elina. Dia sama saja dengan mom Jihan. Kedua wanita tua itu memang bersahabat. Itulah kenapa Regan dan Axel pun bersahabat, meskipun tidak terlalu dekat. Kedekatan mereka hanya terbatas sebagai sesama pengusaha lantaran kesibukan masing-masing. Namun, Axel mengenal Regan sebagai lelaki yang baik. Selama ini dia sangat setia dengan istrinya, tidak pernah terlibat affair dengan wanita manapun. Airin, istri yang dipilihnya sendiri dengan susah payah dan m
Bab 72"Gimana kalau kamu menemani Om Axel makan?" tawar Axel.Lelaki itu melambaikan tangan kepada pelayan restoran yang tengah membawa makanan pesanannya ke meja yang semula didudukinya."Ayam bakar madu!" serunya. Salwa mengamati makanan yang baru datang dengan antusias."Kamu suka?" tanya Axel."Itu makanan kesukaanku, Om. Dulu saat masih bersama mommy, aku sering menyuruh bi Lastri untuk memasak ayam bakar madu spesial," ceritanya riang."Ya udah. Kalau begitu, makanan ini buat kamu saja. Om pesan lagi yang baru ya." Tanpa menunggu persetujuan Salwa, lelaki itu kembali memesan makanan yang serupa."Om juga suka sama makanan ini?""Suka banget, Salwa. Ini makanan makanan favorit Om sejak kecil....""Kalau begitu,
Bab 73"Aku mengerti. Daddy mengenal Axel sebagai seseorang yang baik, walaupun di dalam beberapa hal ia memiliki. kekurangan. No problem. Setiap manusia pasti memiliki kekurangan," ungkapnya bijak. "Daddy juga memiliki kekurangan," celetuk Salwa. "Apa saja kekurangan kekasih tuamu ini?" pancing Regan. Lagi-lagi tangannya terulur merangkul gadis itu. "Posesif dan mudah cemburu!" Gadis itu tersenyum lebar. Dia mencubit lengan besar itu dengan gemas. Sejak tadi dia menahan hatinya untuk tidak menggoda sang kekasih. Sikap dan gestur tubuh Regan saat cemburu terasa begitu menggemaskan. Padahal kecemburuan Regan sangat tidak masuk akal. Dia hanya makan siang bersama Axel, tidak lebih. Salwa bangkit dari tempat duduk dan berlari kecil menuju ruang peristirahatan Regan. Regan yang menyusul gadis itu, berulang kali mengetuk pintu. Namun tak ada jawaban. Gadis itu mengunci dirinya di ruangan peristirahatannya. Regan hanya menghela nafas. Salwa baru berumur dua puluh tahun dan sikapnya mas
Bab 123Sebidang lahan kosong yang sedianya akan digunakan untuk pembangunan gedung RVM group yang baru telah disulap menjadi sebuah tempat pesta yang megah. Tenda-tenda yang besar dipasang untuk menampung semua tamu yang datang. Tempat ini digunakan untuk tempat jamuan para tamu undangan, mengingat seluruh karyawan RVM group diundang tidak terkecuali, mulai dari jajaran direksi sampai OB dan petugas cleaning service.Sementara itu, di sebuah aula dalam gedung RVM group juga dihias dengan indah. Di salah satu bidang dinding terdapat kursi pelaminan yang juga sangat megah. Namun, orang-orang yang bisa masuk ke dalam aula ini hanya kalangan terbatas. Ini atas permintaan Regan sendiri yang tidak mau istrinya kelelahan, lantaran terlalu banyak menerima ucapan selamat dari para tamu.Hal yang paling membahagiakan bagi Salwa adalah kehadiran Bunda Khadijah, ustadzah Aisyah dan ustadz Rasyid. Pada acara siang ini, Salwa mengenakan gaun pengantin muslimah bernuansa biru muda. Perempuan muda i
Bab 122Sejak pintu pesawat terbuka dan ia mengiringi langkah sang suami menuruni tangga pesawat, dada Salwa serasa diketok-ketok. Dia terus memegangi lengan sang suami yang kondisinya justru berbanding terbalik dengannya.Lelaki yang kini berumur 38 tahun itu nampak seperti pahlawan yang baru saja memenangkan peperangan. Tubuhnya yang tegap begitu bangga menggendong putri mungilnya. Wajahnya tak henti menebarkan senyum kepada orang-orang yang menyambut kedatangannya malam ini."Selamat datang kembali di Indonesia, putriku!" Axel berlari kecil, tak sabar menghampiri putrinya. Lelaki itu memeluk putrinya sekilas kemudian mengambil alih baby Airin yang masih berada dalam gendongan Regan.Kedua lelaki itu saling menggenggam dan tersenyum, seolah tak memperdulikan apa yang tengah Salwa rasakan saat ini. "Para lelaki memang tidak peka," keluhnya pada diri sendiri. Namun ia tetap tersenyum dan larut dengan kebahagiaan orang-orang di sekelilingnya.Meskipun Salwa ingin menolak, tetapi ia t
Bab 121"Hmmm... Menurutmu?" sahut Jihan tenang. Dia tahu persis putranya sangat cerdas dalam membaca situasi."Selalu ada timbal balik di setiap apa yang kita lakukan," jawab Jihan diplomatis."Tuh, akhirnya Mommy sudah mengakui, kan?" Lelaki itu tersenyum kecut. "Apa yang Mommy inginkan dari kami?""Pulanglah ke Indonesia, bawa Istri dan anakmu dan tinggallah bersama Mommy. Itu yang Mommy inginkan. Sangat sederhana, kan?" pinta Jihan tenang."Apa yang sedang Mommy rencanakan?" Regan berusaha mengikis jarak diantara mereka dengan menatap lekat wajah tua itu."Tidak ada. Aku hanya ingin menimbang cucuku. Kamu tahu, kan? Itu impian terbesar Mommy sejak dulu.""Aku tahu, tapi Salwa bukanlah istri yang Mommy inginkan." Regan menghela nafas."Kamu mencurigai Mommy?" Spontan Jihan membentak."Regan, dengarlah. Mommy tidak pernah mempersoalkan dari rahim siapa anakmu lahir. Bahkan bukankah Mommy dulu pernah mengusulkan agar kamu menitipkan benihmu di rahim ibu pengganti?" Perempuan tua itu
Bab 120Sebuah tepukan akhirnya yang menyadarkan Axel dari keseriusannya berbicara dengan sang menantu."Daddy? Kok Daddy ada disini?" Lelaki itu seketika berdiri melihat sosok tubuh tua yang menatapnya penuh kehangatan. Axel memeluk tubuh itu dan tuan Gunadi pun menggenggam erat tangannya.Regan pun tak kalah terkejut saat mendapati sesosok perempuan tua yang berdiri di samping tuan Gunadi."Mana cucu Mommy? Pasti cantik, kan?" Perempuan tua itu tersenyum hangat, senyum yang tak pernah Jihan perlihatkan kepada Regan selama belasan tahun."Cucu Mommy perempuan dan sangat cantik. Dia sangat mirip denganku," ucap Regan terbata-bata. Dadanya seketika berdesir."Benarkah? Bolehkah Mommy melihatnya?" tanya Jihan.Meskipun di benak keduanya masih penuh dengan berbagai pertanyaan, akhirnya Regan mengizinkan tuan Gunadi dan mommy Jihan masuk ke dalam ruangan tempat Salwa dan bayinya dirawat.Salwa sangat terkejut. Dia tak menyangka kedua orang itu akan sampai ke sini. Dia hanya bisa diam dan
Bab 119Ini adalah kali pertama Regan menghadapi persalinan seorang wanita. Tak terbayangkan, betapa risaunya ia melihat Salwa yang merintih kesakitan. Sembari tetap menggenggam tangan perempuan itu demi untuk menenangkannya, Regan terus berdoa dalam hati.Beberapa orang berpakaian putih di sekelilingnya mulai melakukan tugasnya masing-masing. Dokter Emily yang spesialis kandungan mulai mengecek kondisi Salwa."Nyonya Salwa sudah pembukaan empat, Tuan. Kami akan segera memberikan suntik epidural untuk menawar rasa sakitnya," ujar seorang dokter perempuan yang bertugas melakukan anestesi.Regan mengangguk. Dia membantu istrinya untuk duduk. Lagi-lagi Salwa meringis.Sembari dokter perempuan itu melaksanakan tugasnya, Regan menatap istri kecilnya prihatin. Sebenarnya dia tidak rela Salwa harus melahirkan semuda ini, di saat perempuan itu belum siap menerima rasa sakit di dalam proses persalinan. Secanggih apapun metodenya, tetap saja yang namanya melahirkan itu rasanya sakit.Setelah me
Bab 118Salwa bermaksud membantah, tapi jemari lelaki itu begitu ketat menempel di bibirnya. "Jangan memikirkan apapun. Semua perubahan yang terjadi pada keluarga kita, nyatanya tak akan bisa merubah apapun. Kita akan tetap bersama seperti ini." Lelaki itu melepaskan tangannya lalu mengecup bibir ranum itu berkali-kali. "Daddy sengaja membawa kamu ke Amerika, bukan karena takut dengan gangguan mereka, tetapi agar kamu merasa lebih rileks dan merasakan suasana baru. Lagi pula sudah lama sekali Daddy tidak mengunjungi keluarga di sana dan juga makam daddy Richard. Nanti kita ziarah ya. Daddy ingin mengenalkan istri dan calon anak daddy, meskipun yang kita datangi hanya sekedar makamnya saja." Salwa melihat lelaki di sampingnya seperti menahan sebuah kesedihan. Seperti ada luka lama yang disembunyikan oleh suaminya. Salwa tak tahu seperti apa luka itu. Salwa merasa ada rahasia yang ia sendiri tidak tahu meskipun belasan tahun mereka bersama. "Aku akan senang sekali bisa berkenalan den
Bab 117"Aku pasti akan selalu merindukanmu, Pa," sahut Salwa sendu. Baru saja ia merasa mendapatkan kasih sayang seorang ayah, kini tiba-tiba dia harus terpisah lagi. Namun Salwa percaya semua ini demi kebaikannya. Salwa percaya penuh kepada suami dewasanya itu.Axel kian erat memeluk tubuh Salwa. Rasanya dia tak ingin terpisah dari putri kesayangannya. Namun dia sudah menitipkan Salwa kepada Regan dan ia percaya lelaki itu pasti mampu membimbing putrinya untuk menjadi perempuan yang lebih baik lagi.Salwa menyusut air matanya dengan ujung jilbab. Sementara Axel beralih memeluk Regan, menepuk bahu lelaki itu. Keduanya berpegangan tangan erat, seolah saling menguatkan satu sama lain."Sebelum kalian meninggalkan negara ini, ada seseorang yang ingin bertemu dengan kalian." Axel memutar tubuhnya, lantas melambaikan tangan kepada seorang lelaki tua yang sejak tadi berdiri agak jauh dari tempat itu. Namun mata elangnya tak lepas mengamati semua keharuan yang terjadi."Tuan Gunadi?" Salwa
Bab 116"Lihatlah, ini akibat dari kecerobohanmu!" Tuan Gunadi melemparkan sebuah map berwarna coklat tua kepada istrinya."Daddy!" teriak Chintya. Dia melihat tatapan daddynya yang sangat menyeramkan. Tidak pernah tuan Gunadi sampai semarah ini kepada mereka berdua."Apa ini, Dad?" tanya nyonya Elina sembari membuka map yang diberikan oleh suaminya."Kamu lihat dan baca isi map itu," tunjuk tuan Gunadi kepada map yang berada di pangkuan istrinya.Lelaki itu mendaratkan tubuhnya duduk di hadapan sang istri sementara Nyonya Elina mulai membuka dan membaca isi map tersebut."Tidak mungkin! Ini tidak mungkin terjadi. Ini pasti hanya prank, kan?" Nyonya Elina histeris setelah beberapa menit kemudian. Dia melempar map itu ke sembarang arah."Prank, katamu?? Kau pikir ini sebuah lelucon?! RVM group membatalkan kerjasama dan kita mengalami kerugian besar!" Mata itu berkilat-kilat di terpa cahaya lampu yang tergantung di langit ruangan."Tetapi kenapa mereka sampai melakukan hal tidak profesi
Bab 115"Bagaimana bisa? Kenapa sampai gagal? Gimana sih kerja kalian?" teriak nyonya Elina kepada seseorang di seberang telepon. Perempuan tua itu bahkan menghentakkan kakinya ke lantai. Dia sangat kesal, karena rencananya untuk menyingkirkan Salwa dan juga janin di dalam kandungannya gagal total. Ini adalah kegagalan yang pertama kali setelah sebelumnya 20 tahun yang lalu, setelah itu 3 tahun kemudian, dia berhasil menyingkirkan Winnie dan Airin dari kehidupan Axel, putranya. "Gagal?" sembur Chintya. Perempuan itu seketika mendongakkan wajah. Perhatiannya teralih kepada sang mommy setelah sebelumnya ia sibuk memainkan ponsel. "Mereka gagal, Chintya. Kakakmu sendiri yang langsung turun tangan menyelamatkan anak haramnya itu!" Akhirnya nyonya Elina kembali duduk di sisi putrinya. Wajahnya memerah dalam amarah. Nyonya Elina memijat pelipisnya. Dia tidak habis pikir, kenapa kali ini dia gagal? Orang-orangnya adalah orang yang terlatih dalam urusan culik menculik. Mereka bergerak sang