Bab 32 Desahan itu terdengar begitu memilukan. Lelaki dingin yang sehari-hari begitu tegas memimpin RVM gruop itu membawa tubuhnya kembali ke pembaringan. Dia merebahkan tubuhnya masih dengan bingkai foto di dalam pelukannya. Di saat seperti inilah Regan bisa menjadi dirinya sendiri, seorang lelaki yang sebenarnya rapuh. Dia pun butuh sandaran, tetapi tak seorangpun yang bisa dijadikan tempat untuk menyandarkan kesedihannya. Dia hanya bisa menyimpannya sendiri. Regan tak bisa menampakkan kesedihannya di hadapan Salwa. Dia tidak mau membuat gadis itu semakin bersedih. Ah, mengingat gadis itu membuatnya teringat akan janjinya untuk mengirimkan orang menambah penjagaan di rumah Dewi sahabatnya Regan menyeka air matanya dan kembali duduk. Dia meletakkan foto itu di pangkuannya, kemudian mengambil ponsel. Dia menghubungi orang-orangnya, meminta
Bab 33 "Cantik," pujinya dalam hati. Dia memandang gadis itu tanpa berkedip. Dia baru menyadari, little girl-nya ini mirip sekali dengan mommynya. Airin memastikan putrinya tumbuh menjadi gadis yang sederhana, cerdas, penuh perhatian dan juga cantik, bukan hasil polesan tetapi cantik alami. "Daddy," tegur Salwa. Dia merasa jengah dengan cara Regan menatapnya. Regan yang tersadar buru-buru memalingkan wajahnya. "Iya, ayo kita berangkat!" "Aku pamit dengan Dewi dulu. Daddy duluan saja ke mobil, nanti aku menyusul," sahutnya. Regan mengangguk. Dia bergegas keluar dari rumah itu, menuju mobilnya. Sementara Salwa masuk lagi ke dalam, menuju ruang makan. "Aku berangkat dulu, Wi. Sampai jumpa di kampus," pamit Salwa. "Pagi-pagi amat. Bukannya kita masuk kuliah siang?" Kening gadis itu berkerut "Daddy mengajakku ke kantor, Dewi," ujarnya. "Oh iya, hati-hati ya." Salwa mengacungkan tangan, lantas berlari kecil meninggalkan ruang makan. Dia segera masuk ke mobil, duduk di samping Rega
Bab 34"Pekerjaan lain? Apa maksud Tuan?" tanya Shafira. Dia bangkit dari tempat duduk, berdiri dan melangkah agak menjauh dari lelaki itu."Kamu cantik." Regan mengulangi ucapannya. "Bagaimana kalau kamu menjadi kekasihku saja? Aku jamin semua kebutuhanmu akan terpenuhi. Kamu bisa minta apa saja dan aku pasti akan mengabulkannya. Aku juga akan memberikan kamu credit card dengan limit tak terbatas dan apartemen atau rumah mewah. Yang penting kamu mau menjadi kekasihku ....""Menjadi kekasih Tuan?" Shafira kaget bukan kepalang. "Setahu saya, Tuan sudah memiliki istri.""Ya, Airin adalah istriku, tetapi aku belum memiliki kekasih. Maukah kamu menjadi kekasihku?" Lelaki itu maju selangkah, mendekat kepada wanita yang menatap tajam kepadanya. Wajahnya merah padam"Saya datang kesini untuk mengajukan lamaran menjadi sekretaris Tuan, bukan untuk menjadi kekasih Tuan," ujar Shafira tegas sembari menepis tangan laki-laki yang mencoba menyentuh bahunya."Kamu menolakku?
Bab 35"Sudah siap semuanya," gumam Regan.Dia sudah selesai memasukkan barang-barangnya ke dalam koper. Beberapa stel pakaian kerja, pakaian santai, berkas-berkas penting, laptop dan foto pernikahannya dengan Airin.Lelaki itu menghela nafas. Sepasang matanya menyisir setiap sudut ruangan. Ranjang ukuran king size, beberapa lemari, meja rias tempat Airin biasa berdandan, ah ... Bahkan semua perlengkapan pribadi Airin pun masih tertata rapi di tempatnya. Tak ingin lebih lama mendramatisir suasana, Regan pun meraih koper, lantas menyeretnya keluar, turun menapaki anak-anak tangga."Regan!"Teriakan sang mommy membuatnya urung melangkah lebih jauh. Jihan muncul di hadapannya sembari mengatur nafas yang ngos-ngosan akibat berlari kecil dari ruang makan ke ruang tamu."Kamu mau ke mana malam-malam begini, Regan?" tegur Jihan."Ak
Bab 36 "Lho, daddy!" Salwa membuka pintu mobil di bagian belakang, bermaksud menaruh kopernya. Dia terkejut melihat sebuah koper berukuran besar lebih dulu teronggok di sana. "Daddy akan menemani kamu di apartemen, Sayang. Jangan khawatir. Daddy tidak akan membiarkan kamu sendirian," ucap Regan seolah bisa membaca isi pikiran Salwa. "Tapi ..." Ucapan Salwa menggantung. "Nggak perlu takut. Oma Jihan tidak akan berani macam-macam sama kamu. Daddy sudah menyuruh orang-orang Daddy untuk mengawasi oma Jihan. Situasi aman terkendali." "Ya, Daddy. Aku cuman khawatir saja." Regan malah tertawa kecil sembari membuka pintu mobil. "Silakan masuk, Tuan Putri." "Baiklah, Gusti Prabu.
Bab 37 Regan terkesiap. Matanya menatap putri angkatnya itu dalam-dalam, membuat jantung Salwa berdetak lebih cepat. Mereka masih di dalam lift dengan tubuh berdempetan. "Apa maksudmu, Little Girl?" Regan menaikturunkan alis, tak habis pikir dengan pertanyaan little girl-nya. Dia sangat mencintai Airin dan tak ada pikiran apapun tentang wanita lain, apalagi terhadap Shafira, sekretarisnya. "Aku tidak punya maksud apapun. Aku hanya ingin menanyakan, apa hubungan Daddy dengan tante Shafira?" Sejak tadi siang gadis itu memendam rasa penasaran dengan kalimat-kalimat yang terlontar dari mulut Shafira yang menurutnya terasa ambigu. Inilah kesempatan yang terbaik untuk mengetahui rahasia daddynya dengan Shafira. "Shafira itu sekretaris Daddy. Sekretaris paling profesional yang pernah Daddy
Bab 38Regan terjaga saat indera penciumannya mengendus bau harum masakan. Refleks tangannya meraba-raba, mencari sosok itu. Akan tetapi, dia tak menemukan siapapun. Dia membuka matanya lebar-lebar.Sementara itu, bau harum masakan membuatnya meneguk air liur. Sepertinya little girl-nya sedang memasak. Regan merasa surprise. Di rumah yang lama, boro-boro memasak, yang ada mereka lebih sering memesan makanan jadi, jika bi Lastri dan pembantu lainnya pulang kampung atau sedang cuti lebaran.Regan bangkit dari tempat tidur. Otaknya yang masih belum bisa mencerna seutuhnya keadaan, membuatnya tak sadar kalau ia masuk ke kamar mandi milik putrinya. Regan melepas seluruh pakaiannya, kemudian memposisikan tubuhnya di bawah shower air yang mengalir. Terasa menyegarkan, meskipun dingin cuaca di pagi hari.Regan mengambil handuk yang tersangkut di gantungan di dinding kamar mandi, kemudian melilit
Bab 39 "Dewi!" teriak Salwa. Gadis itu bermaksud kembali mencubit lengan sahabatnya. Namun Dewi lebih gesit. Dia menghindar dengan berlari meninggalkan gadis itu. Salwa yang gemas mengejar sahabatnya. Mereka berkejaran di halaman kampus seperti anak TK, membuat para mahasiswa lain yang melihatnya menggelengkan kepala. "Kena kau!" teriak Salwa saat berhasil menangkap tangan sahabatnya itu. Dia mencubit lengan Dewi berkali-kali. Pipinya sudah bersemu merah sejak tadi. "Tega bener kamu menyebut daddy punya aura penakluk wanita," keluhnya. Dia pura-pura merajuk. "Emang bener kok, cuma untungnya daddymu itu laki-laki setia, jadi dia cuma mencintai mommy kamu dan tak pernah menduakannya dengan wanita lain, sejauh pengamatan aku sih." Derai tawa Dewi kian menjadi-jadi.
Bab 123Sebidang lahan kosong yang sedianya akan digunakan untuk pembangunan gedung RVM group yang baru telah disulap menjadi sebuah tempat pesta yang megah. Tenda-tenda yang besar dipasang untuk menampung semua tamu yang datang. Tempat ini digunakan untuk tempat jamuan para tamu undangan, mengingat seluruh karyawan RVM group diundang tidak terkecuali, mulai dari jajaran direksi sampai OB dan petugas cleaning service.Sementara itu, di sebuah aula dalam gedung RVM group juga dihias dengan indah. Di salah satu bidang dinding terdapat kursi pelaminan yang juga sangat megah. Namun, orang-orang yang bisa masuk ke dalam aula ini hanya kalangan terbatas. Ini atas permintaan Regan sendiri yang tidak mau istrinya kelelahan, lantaran terlalu banyak menerima ucapan selamat dari para tamu.Hal yang paling membahagiakan bagi Salwa adalah kehadiran Bunda Khadijah, ustadzah Aisyah dan ustadz Rasyid. Pada acara siang ini, Salwa mengenakan gaun pengantin muslimah bernuansa biru muda. Perempuan muda i
Bab 122Sejak pintu pesawat terbuka dan ia mengiringi langkah sang suami menuruni tangga pesawat, dada Salwa serasa diketok-ketok. Dia terus memegangi lengan sang suami yang kondisinya justru berbanding terbalik dengannya.Lelaki yang kini berumur 38 tahun itu nampak seperti pahlawan yang baru saja memenangkan peperangan. Tubuhnya yang tegap begitu bangga menggendong putri mungilnya. Wajahnya tak henti menebarkan senyum kepada orang-orang yang menyambut kedatangannya malam ini."Selamat datang kembali di Indonesia, putriku!" Axel berlari kecil, tak sabar menghampiri putrinya. Lelaki itu memeluk putrinya sekilas kemudian mengambil alih baby Airin yang masih berada dalam gendongan Regan.Kedua lelaki itu saling menggenggam dan tersenyum, seolah tak memperdulikan apa yang tengah Salwa rasakan saat ini. "Para lelaki memang tidak peka," keluhnya pada diri sendiri. Namun ia tetap tersenyum dan larut dengan kebahagiaan orang-orang di sekelilingnya.Meskipun Salwa ingin menolak, tetapi ia t
Bab 121"Hmmm... Menurutmu?" sahut Jihan tenang. Dia tahu persis putranya sangat cerdas dalam membaca situasi."Selalu ada timbal balik di setiap apa yang kita lakukan," jawab Jihan diplomatis."Tuh, akhirnya Mommy sudah mengakui, kan?" Lelaki itu tersenyum kecut. "Apa yang Mommy inginkan dari kami?""Pulanglah ke Indonesia, bawa Istri dan anakmu dan tinggallah bersama Mommy. Itu yang Mommy inginkan. Sangat sederhana, kan?" pinta Jihan tenang."Apa yang sedang Mommy rencanakan?" Regan berusaha mengikis jarak diantara mereka dengan menatap lekat wajah tua itu."Tidak ada. Aku hanya ingin menimbang cucuku. Kamu tahu, kan? Itu impian terbesar Mommy sejak dulu.""Aku tahu, tapi Salwa bukanlah istri yang Mommy inginkan." Regan menghela nafas."Kamu mencurigai Mommy?" Spontan Jihan membentak."Regan, dengarlah. Mommy tidak pernah mempersoalkan dari rahim siapa anakmu lahir. Bahkan bukankah Mommy dulu pernah mengusulkan agar kamu menitipkan benihmu di rahim ibu pengganti?" Perempuan tua itu
Bab 120Sebuah tepukan akhirnya yang menyadarkan Axel dari keseriusannya berbicara dengan sang menantu."Daddy? Kok Daddy ada disini?" Lelaki itu seketika berdiri melihat sosok tubuh tua yang menatapnya penuh kehangatan. Axel memeluk tubuh itu dan tuan Gunadi pun menggenggam erat tangannya.Regan pun tak kalah terkejut saat mendapati sesosok perempuan tua yang berdiri di samping tuan Gunadi."Mana cucu Mommy? Pasti cantik, kan?" Perempuan tua itu tersenyum hangat, senyum yang tak pernah Jihan perlihatkan kepada Regan selama belasan tahun."Cucu Mommy perempuan dan sangat cantik. Dia sangat mirip denganku," ucap Regan terbata-bata. Dadanya seketika berdesir."Benarkah? Bolehkah Mommy melihatnya?" tanya Jihan.Meskipun di benak keduanya masih penuh dengan berbagai pertanyaan, akhirnya Regan mengizinkan tuan Gunadi dan mommy Jihan masuk ke dalam ruangan tempat Salwa dan bayinya dirawat.Salwa sangat terkejut. Dia tak menyangka kedua orang itu akan sampai ke sini. Dia hanya bisa diam dan
Bab 119Ini adalah kali pertama Regan menghadapi persalinan seorang wanita. Tak terbayangkan, betapa risaunya ia melihat Salwa yang merintih kesakitan. Sembari tetap menggenggam tangan perempuan itu demi untuk menenangkannya, Regan terus berdoa dalam hati.Beberapa orang berpakaian putih di sekelilingnya mulai melakukan tugasnya masing-masing. Dokter Emily yang spesialis kandungan mulai mengecek kondisi Salwa."Nyonya Salwa sudah pembukaan empat, Tuan. Kami akan segera memberikan suntik epidural untuk menawar rasa sakitnya," ujar seorang dokter perempuan yang bertugas melakukan anestesi.Regan mengangguk. Dia membantu istrinya untuk duduk. Lagi-lagi Salwa meringis.Sembari dokter perempuan itu melaksanakan tugasnya, Regan menatap istri kecilnya prihatin. Sebenarnya dia tidak rela Salwa harus melahirkan semuda ini, di saat perempuan itu belum siap menerima rasa sakit di dalam proses persalinan. Secanggih apapun metodenya, tetap saja yang namanya melahirkan itu rasanya sakit.Setelah me
Bab 118Salwa bermaksud membantah, tapi jemari lelaki itu begitu ketat menempel di bibirnya. "Jangan memikirkan apapun. Semua perubahan yang terjadi pada keluarga kita, nyatanya tak akan bisa merubah apapun. Kita akan tetap bersama seperti ini." Lelaki itu melepaskan tangannya lalu mengecup bibir ranum itu berkali-kali. "Daddy sengaja membawa kamu ke Amerika, bukan karena takut dengan gangguan mereka, tetapi agar kamu merasa lebih rileks dan merasakan suasana baru. Lagi pula sudah lama sekali Daddy tidak mengunjungi keluarga di sana dan juga makam daddy Richard. Nanti kita ziarah ya. Daddy ingin mengenalkan istri dan calon anak daddy, meskipun yang kita datangi hanya sekedar makamnya saja." Salwa melihat lelaki di sampingnya seperti menahan sebuah kesedihan. Seperti ada luka lama yang disembunyikan oleh suaminya. Salwa tak tahu seperti apa luka itu. Salwa merasa ada rahasia yang ia sendiri tidak tahu meskipun belasan tahun mereka bersama. "Aku akan senang sekali bisa berkenalan den
Bab 117"Aku pasti akan selalu merindukanmu, Pa," sahut Salwa sendu. Baru saja ia merasa mendapatkan kasih sayang seorang ayah, kini tiba-tiba dia harus terpisah lagi. Namun Salwa percaya semua ini demi kebaikannya. Salwa percaya penuh kepada suami dewasanya itu.Axel kian erat memeluk tubuh Salwa. Rasanya dia tak ingin terpisah dari putri kesayangannya. Namun dia sudah menitipkan Salwa kepada Regan dan ia percaya lelaki itu pasti mampu membimbing putrinya untuk menjadi perempuan yang lebih baik lagi.Salwa menyusut air matanya dengan ujung jilbab. Sementara Axel beralih memeluk Regan, menepuk bahu lelaki itu. Keduanya berpegangan tangan erat, seolah saling menguatkan satu sama lain."Sebelum kalian meninggalkan negara ini, ada seseorang yang ingin bertemu dengan kalian." Axel memutar tubuhnya, lantas melambaikan tangan kepada seorang lelaki tua yang sejak tadi berdiri agak jauh dari tempat itu. Namun mata elangnya tak lepas mengamati semua keharuan yang terjadi."Tuan Gunadi?" Salwa
Bab 116"Lihatlah, ini akibat dari kecerobohanmu!" Tuan Gunadi melemparkan sebuah map berwarna coklat tua kepada istrinya."Daddy!" teriak Chintya. Dia melihat tatapan daddynya yang sangat menyeramkan. Tidak pernah tuan Gunadi sampai semarah ini kepada mereka berdua."Apa ini, Dad?" tanya nyonya Elina sembari membuka map yang diberikan oleh suaminya."Kamu lihat dan baca isi map itu," tunjuk tuan Gunadi kepada map yang berada di pangkuan istrinya.Lelaki itu mendaratkan tubuhnya duduk di hadapan sang istri sementara Nyonya Elina mulai membuka dan membaca isi map tersebut."Tidak mungkin! Ini tidak mungkin terjadi. Ini pasti hanya prank, kan?" Nyonya Elina histeris setelah beberapa menit kemudian. Dia melempar map itu ke sembarang arah."Prank, katamu?? Kau pikir ini sebuah lelucon?! RVM group membatalkan kerjasama dan kita mengalami kerugian besar!" Mata itu berkilat-kilat di terpa cahaya lampu yang tergantung di langit ruangan."Tetapi kenapa mereka sampai melakukan hal tidak profesi
Bab 115"Bagaimana bisa? Kenapa sampai gagal? Gimana sih kerja kalian?" teriak nyonya Elina kepada seseorang di seberang telepon. Perempuan tua itu bahkan menghentakkan kakinya ke lantai. Dia sangat kesal, karena rencananya untuk menyingkirkan Salwa dan juga janin di dalam kandungannya gagal total. Ini adalah kegagalan yang pertama kali setelah sebelumnya 20 tahun yang lalu, setelah itu 3 tahun kemudian, dia berhasil menyingkirkan Winnie dan Airin dari kehidupan Axel, putranya. "Gagal?" sembur Chintya. Perempuan itu seketika mendongakkan wajah. Perhatiannya teralih kepada sang mommy setelah sebelumnya ia sibuk memainkan ponsel. "Mereka gagal, Chintya. Kakakmu sendiri yang langsung turun tangan menyelamatkan anak haramnya itu!" Akhirnya nyonya Elina kembali duduk di sisi putrinya. Wajahnya memerah dalam amarah. Nyonya Elina memijat pelipisnya. Dia tidak habis pikir, kenapa kali ini dia gagal? Orang-orangnya adalah orang yang terlatih dalam urusan culik menculik. Mereka bergerak sang