Renata tercengang, saat melihat foto yang ada di ponsel Hera. Sungguh hatinya begitu sakit dan kecewa saat melihat cara Daren memegang tangan Anna yang terlihat cukup tidak seperti biasanya. "Jangan bilang jika selama ini mas Daren, belum bisa melakukan itu hanya karena dia sedang memikirkan wanita lain?" Renata bertanya-tanya dalam hati. Dengan perasaan yang cemas dan gelisah. Melihat sikap istri bosnya, Hera terlihat sangat senang. karena dia seolah telah berhasil untuk menyalakan percik api kemarahan pada wanita yang ada di depannya. "Bagus deh kalau nyonya Renata sudah mulai terpancing, dengan begitu aku yakin sebentar lagi, Anna pasti di pecat," Racau Hera dalam hati seraya memancarkan senyum licik. Tak ingin terlihat sedih, Renata akhirnya mempunyai sebuah ide untuk memastikan kejelasan foto yang di perlihatkan padanya dengan cara memanfaatkan Hera. "Aku masih belum yakin, suamiku mempunyai hubungan lain dengan wanita ini. Tapi jika bukti yang kau tunjukkan banyak dan akurat
"Buatkan aku segelas kopi hitam dan jangan terlalu manis. Setelah aku mandi harus sudah tersedia," perintah Daren dengan nada ketus dan sikap arogannya. Anna yang baru saja masuk hanya mengangguk patuh, saat bosnya memberikan sebuah perintah. "Baik tuan," sahut Anna. Tanpa banyak bicara wanita cantik itu pun mulai berjalan ke arah dapur kamar hotel yang begitu luas dan mewah itu dengan perasaan kesal di dalam hati. Daren yang masuk ke dalam kamar mandi, perlahan mulai menyalakan air shower setelah melepas seluruh pakaian yang ada di tubuh kekar dan sixpacknya. Berada di dalam ruangan yang sama dengan Anna entah kenapa seolah menjadi kebahagiaan tersendiri untuk Daren. Anna yang baru saja menyeduh kopi dan mengaduk-ngaduknya, sekilas dia Dejavu saat mendengar beberapa gosip yang ada di perusahaan jika istri bosnya itu bukanlah seorang wanita biasa. "Bagaimana ini, kenapa tuan bersi keras ingin tetap aku satu kamar dengannya bagaimana ini?" Anna bertanya-tanya dalam hati dengan tubu
"Kenapa masih bengong, cepat mandilah bersihkan seluruh tubuhmu," perintah Daren dengan nada yang penuh penekanan sembari meneguk kopi yang baru saja di buatkan oleh sekertarisnya. Anna yang masih berdiri mematung pun mulai terbuyar, lalu mengangguk patuh dan segera melaksanakan perintah Daren. "Menyebalkan dia selaku saja menyuruhku dengan semena-mena, dasar menyebalkan," umpat Anna dalam hati, lalu menutup pintu dengan cukup keras. BRUK!"Ck, berani sekali kamu marah Anna," geram Daren sembari menyimpan gelas kosong lalu Baru saja Daren ingin menyusul Anna ke dalam kamar mandi, tiba-tiba saja satu panggil kembali terdengar di ponselnya. Drrrttt...drrrtttDengan langkah yang lebar, Daren mulai menghampiri lalu meraih dan menatap benda canggih berbentuk pipih itu. "Renata!" Daren terkejut, saat sang istri menelponnya secara tiba-tiba. Setelah menarik nafas dalam-dalam. Lelaki tampan berperawakan tinggi itu pun mulai menjawab panggilan itu. "Hallo?""Mas-mas Daren, akhirnya kamu
"Tidak tuan, aku tidak mau anda sudah punya istri kalau dia tahu dia pasti akan marah," tolak Anna dengan tubuh yang gemetar. Daren mendengus kesal saat mendengar perkataan Anna yang telah berani menolak perintahnya. Tanpa banyak bicara lagi Daren mengangkat Anna layaknya seperti karung beras. Sampai membuat Anna kaget dan sangat ketakutan. "Aaakkkkh tuan, tolong lepaskan saya," teriak Anna yang berusaha meronta. Daren tidak menggubris perkataan Anna, dengan sedikit kasar dia pun mulai membaringkan sekertaris barunya itu di atas ranjang. "Atas dasar apa kau berani menolakku Anna? kita sudah membuat perjanjian waktu itu,' bisik Daren yang mengingatkan. Anna menelan salivanya dengan tubuh yang sangat gemetar saat berada di bawah kukungan tubuh sang bos. "Maafkan aku tuan, dulu aku bersedia karena aku pikir status tuan masih single tapi setelah aku tahu ternyata anda sudah memiliki istri, aku tidak mau dan itu salah besar jika anda mengkhianati istri anda tuan," jelas Anna yang menc
Anna merasa tidak nyaman saat memakai lingerie yang di berikan oleh atasannya, tapi dia tidak punya pilihan lain lagi selain memenuhi semua perintah. "Tu-tuan menurut anda bagaimana?" tanya Anna berjalan dengan langkah yang pelan menghampiri sang bos yang tengah duduk serius menatap layar laptopnya. Kedua bola mata Daren terbeliak saat melihat penampilan Anna yang terlihat sangat cantik dan seksi yang seolah mampu menggoda hasrat dan gairahnya. "Tidak di sangka, kau sangat seksi Anna, tubuhmu indah sekali," sanjung Daren lalu memeluk Anna dari belakang dan mencium bahu mulus sang sekertaris dengan gelora hasrat yang menggebu-gebu. Jantung Anna berdegup sangat kencang, saat merasakan nafas hangat atasannya yang terasa hangat di leher jenjangnya sampai membuat seluruh bulu di tubuhnya merinding, bahkan Anna sampai memejamkan kedua pelupuk matanya saat Daren mengigit kecil daun telinga dan mengecup leher jenjangnya sampai membuat tanda merah sebagai kepemilikannya. "Kau sangat canti
"Tu-tuan, aku harus segera bersiap untuk menyiapkan sarapan dan beberapa berkas materi meeting hari ini," Anna sengaja menghindar dari pertanyaan atasannya itu. Dengan langkah yang pelan dan pinggang yang terasa leleh Anna bergegas ke kamar mandi, melihat punggung Anna yang semakin menjauh dari pandangannya membuat Daren menggelengkan kepala. "Ck, kenapa dia tidak mau menjawab pertanyaan ku? kadang wanita begitu sengaja menghindar," gumam Daren yang terasa sangat bahagia, setelah melalui lama panjang bersama dengan sekertaris yang selalu membuatnya nyaman. Anna berdiri di bawah guyuran air shower, ia membersihkan seluruh tubuh polosnya yang telah di jamah oleh pria yang seharunya dia jauhi. "Sampai kapan aku harus seperti ini? aku takut istrinya tuan Daren tahu dengan semua ini," keluh Anna dengan perasaannya yang sangat dilema. Beberapa jam kemudian, setelah Anna dan berpakaian rapih memakai kemeja putih dan rok span yang di senadakan dengan blazernya. Dengan cepatnya ia menyiapk
Suara tepuk tangan menggema di ruangan meeting, setelah Anna mempresentasikan semua proyek yang akan di lauchingkan oleh perusahaan. Semua para pria berdasi itu terlihat kagum pada Anna yang begitu jelas dan logis, dan menyampaikan beberapa hal tentang meeting proyek yang akan di laksanakan. Dirga yang kebetulan ikut dalam meeting itu. Lelaki itu terus lagi-lagi kembali memperhatikan kedekatan antara Anna yang tidak pernah jauh dari Kaka sepupunya. "Dia sangat cerdas dan juga sangat rajin, aku jadi semakin tertarik padanya," sanjung Dirga dalam hati seraya menatap Anna lebih dekat dan dalam lagi. Ketika Daren tengah menyiapkan beberapa file untuk menyiapkan kontrak kerja sama dengan para rivalnya. Membuat Dirga memberanikan diri untuk menghampiri Anna yang duduk tepat di sampingnya. "Anda terlalu memuji tuan Dirga, aku hanya menyampaikan apa yang sudah aku pelajari dan pahami saja," balas Anna dengan nada sikap cueknya. "Nona Anna terlalu merendah, sudah jelas-jelas anda Sangat h
Anna berjalan dengan langkah yang tergesa-gesa, saat Renata yang baru datang menghampiri bosnya. Entah kenapa melihat mereka berdua membuat hatinya merasa tidak nyaman. "Ck, Anna apa yang sedang kamu pikirkan? sudah jelas-jelas wanita tadi adalah istri tuan Daren, lalu kenapa kamu harus sedih?" Anna merutuki diri sendiri. Saat mengingat dirinya yang tadi berada di antara mereka berdua.Meskipun hanya seorang sekretaris dan seorang partner di atas ranjang, entah kenapa ia tidak bisa memungkiri jika hatinya merasa cemburu saat melihat atasannya yang sedang bersama dengan wanita lain. Meskipun wanita itu istrinya. Daren yang masih mematung, dia berusaha untuk tetap tenang dan melontarkan beberapa pertanyaan pada Renata. "Datang ke sini kenapa tidak memberitahu aku?" Daren bertanya dengan nada datar dan sikap dinginnya. Melihat ekspresi wajah sang suami yang terlihat tidak senang membuat Renata sedikit kesal, tapi dia berusaha memperlihatkan kesabarannya. "Kenapa mas, aku ini istrimu
Daren terlihat sangat gelisah, saat dia masih dalam perjalanan mengejar Anna. bahkan beberapa kali lelaki itu terlihat terus menekan asistennya untuk mempercepat laju kecepatan mobilnya. "Cepat jalannya, apakah kamu tidak bisa menyetir!" bentak Daren dengan nada meninggi dan terlihat sangat gelisah. "Baik tuan, ini sudah sangat cepat," sahut sang asisten. Yang masih fokus melakukan tugasnya. Daren benar-benar terlihat cemas dan panik, berharap Anna tidak pergi sebelum dia datang. Tak hanya bisa menunggu sampai ke tempat tujuan, Daren meraih ponsel miliknya lalu berusaha untuk menghubungi wanita yang sangat dia cintai. Drrrt..drtt Panggilan telepon terus berbunyi, namun nihil tidak ada jawaban dari Anna, walaupun hanya sekedar pesan balasan. Membuat Daren semakin tak sabar dan lebih naik pitam. "Aakkkh, sial kenapa dia tidak mengangkat teleponku jangan bilang Anna benat-benar sudah pergi," Daren meracau dalam hati, perasaannya sama sekali tidak tenang. Lalu menekan kembali
Setelah Renata masih di ruangan UGD, semua orang terlihat sangat cemas dan panik. Setelah melihat insiden yang terjadi tadi. Tapi Nyonya Hanum yang masih belum mengerti dengan semua ucapan pelayan pribadinya. Membuat ia kembali memastikan apa maksud perkataanya tadi. "Bi Laksmi katakan padaku, maksud Bibi tadi apa mengatakan jika Renata adalah putrimu?" Nyonya Hanum menatap penuh selidik. Laksmi tertunduk malu, tapi setelah melihat putrinya yang saat ini sedang terpojok membuat ia tidak bisa lagi menyembunyikan kenyataan yang sebenarnya. "Nyonya benar, Renata adalah putriku yang sengaja aku bawa untuk nyonya rawat agar hidupnya bahagia, tapi yang aku liat malah sebaliknya," sesal Laksmi. "Astaga Bi, kenapa bibi sangat tega membiarkan Renata di panti asuhan saat itu? sekarang lihatlah Renata malah semakin susah untuk di atur karena obsesinya yang terlalu tinggi," Nyonya Hanum tak habis pikir. Mendengar perkataan mereka, tuan dan nyonya Wijaya segera menghampiri lalu menega
Daren dan kedua orang tuanya melirik ke arah sumber suara yang berada tepat di samping mereka, ibu Hanum dan bibi Laksmi merasa tak tega ketika melihat Renata yang berlutut memohon di bawah sana. "Nyonya Hanum, kebetulan anda kemari kami ingin membicarakan tentang putrimu yang sudah membuat kami malu dengan skandalnya." Hardik tuan Wijaya memberitahukan dengan nada tinggi. Nyonya Hanum dan bi Laksmi segera menghampiri dan berusaha untuk membantu Renata untuk bangun. "Renata bangunlah kamu nak," bujuk nyonya Hanum. Renata menggelengkan kepala, rasanya dia tidak ingin beranjak sebelum kedua mertuanya memberikan ampun padanya. "Nggak Bu, aku tidak mau, biarkan aku memohon pada mas Daren dan kedua orang tuanya," ucap Renata dalam tangisnya. Daren tersenyum getir, saat melihat dan mendengar kata-kata maaf dari Renata yang begitu enteng, seolah perbuatannya itu adalah hal kecil yang mudah untuk di maafkan. "Tidak! aku tidak sudi memaafkan wanita murahan sepertimu Renata mulai ma
"Aaakh tidak! kenapa semuanya jadi kacau seperti ini? dan kau tuan Andre! lihat ini semuanya gara-gara kamu," teriak Renata setengah frustasi sembari menjambak rambutnya. "Aku tidak tahu akan seperti ini Renata, jadi tenanglah. Kau bisa menjadi wanita ku untuk selamanya," bujuk Andrew menghampiri. Renata menepis kasar tangan pria itu, tak ingin kehilangan Daren. Ia segera memakai gaunnya kembali, lalu berusaha untuk mengejar dengan langkah yang tertatih-tatih. "Renata! tunggu!" panggil Andrew, yang masih di kerumuni oleh beberapa karyawan yang masih membidik kamera ke arahnya. Renata tidak menggubris panggilan Andrew. Baru saja keluar dari hotel, Kiki yang sudah lama menunggunya dari mobil segera menghampiri dan memanggil Renata. "Nyonya Renata! naiklah!" "Kiki, kau ternyata di sini?" Renata tak membuang waktu lagi, dengan cepat masuk ke dalam mobil dan meminta asistennya untuk mengejar Daren. Dengan patuh, Kiki melakukan sesuai perintah walaupun terpaksa harus mengebut.
Nyonya Wijaya benar-benar kecewa, sampai dia terduduk lemas di sofa dengan kepala yang sudah sangat sakit dan pusing. Karena bagaimana bisa menantu yang selalu dia idamkan malah ternyata hanya seorang wanita murahan yang sering bergonta-ganti seorang pria. "Renata! benar-benar kamu mengecewakan keluarga ini," Nyonya Wijaya sangat kesal, dengan berita yang mengegerkan hati ini membuat wajah keluarga Wijaya hilang di depan semua orang. "Tidak! Meskipun pernikahan Daren dan Renata sudah di sepakati oleh mas Wijaya, aku tetap tidak setuju dengan masalah ini," Nyonya Wijaya tak tahan lagi dengan berita yang tersebar. Ia segera menghubungi Daren dan juga suaminya tak lupa juga dengan Renata. Beberapa kali wanita paruh baya itu , terus menghubungi putra dan suaminya untuk membicarakan hal ini. Sementara Kiki asisten dari Renata sangat kaget ketika melihat skandal model yang ada dalam naungannya. "Astaga! gawat, bagaimana foto dan video nyonya Renata dan tuan Andrew bisa tersebar s
Kedua tangan Anna terkepal, netra coklatnya berkaca-kaca saat mendengar perkataan nyonya Wijaya. Yang begitu memandang rendah dirinya. Setelah berpikir dengan waktu yang cukup lama, Anna menarik nafas lalu dengan tegas kembali menolak tawaran uang dari wanita kaya itu. "Nyonya tidak usah repot-repot memberikan saya uang, jika itu keinginan anda maka aku akan melakukannya," Lirih Anna menangis. "Baguslah, kamu memang seharusnya tahu diri perbedaan kamu dan Daren sangatlah jauh berbeda, ambil saja cek itu tidak usah terlalu munafik!" ledek wanita paruh baya itu sembari memutar kedua mata malasnya. Lalu pergi begitu saja dengan sikap angkuh dan sombong. Bu Ratih yang tak sengaja mendengar obrolan mereka, membuat dia sangat kesal dan marah saat putri yang sangat sayangi di perlakukan rendah oleh orang lain. Dengan amarah yang menguasai dirinya, Bu Ratih memungut cek yang di berikan oleh nyonya Wijaya yang tergeletak di bawah lantai. "Tunggu!" panggil Bu Ratih. Langkah
Setelah Daren pergi untuk menyelesaikan semua masalah yang ada, Bu Ratih kembali mengingatkan putri kesayangannya atas apa yang baru saja dia dengarkan tadi. "Anna, jawab ibu. Apa kamu benar-benar akan menerima kembali pinangan tuan Daren? sudah jelas-jelas dia pria yang sudah memiliki pasangan," peringat Bu Ratih, berharap jika putrinya tidak salah mengambil keputusan dalam hidupnya. Anna menghela nafas panjang, lalu ia memutar badan dan menatap ibunya. Lalu menjawab. "Ya ibu, Anna sudah berpikir, jika calon bayi yang ada di dalam kandungan ini dia begitu membutuhkan figur seorang ayah, dan Anna juga yakin apa yang di katakan oleh tuan Daren membuat aku yakin," jelas Anna. Sebagai seorang ibu, ibu Ratih tidak bisa mencegah dia hanya berharap jika putrinya benar-benar bisa merasakan kebahagiaan. "Ya sudah, ibu hanya bisa berharap kamu dan tuan Daren segera menikah!" imbuh Bu Ratih. "Iya Bu," Anna tersenyum. Ketika ibu dan anak itu tengah berbicara serius tiba-tiba saj
"Tidak Anna! kamu sekarang tidak bisa lari dariku lagi, bagaimana pun juga calon bayi yang ada dalam kandunganmu adalah darah dagingku," tegas Daren meraih dan memegang kedua bahu mungil Anna. Kedua insan yang saling mencintai itu menatap satu sama lain dengan tatapan mendalam, terutama Anna rasanya air matanya sudah tak terbendung lagi. "Ku mohon, Anna. Jangan pernah lagi kamu pergi dariku, Renata dan aku hanya menikah dalam perjodohan, tidak ada rasa cinta dalam hatiku untuknya." jelas Daren sembari memeluk Anna dengan sangat erat. Bu Ratih yang hanya terpaku, entah kenapa dia melihat sebuah ketulusan di kedua manik mata Daren. Akan tetapi ada satu hal yang membuatnya sangat ragu dan di lema. "Tuan Daren sepertinya tulus pada Anna, tapi statusnya sebagai nyonya Renata hanya akan membawa masalah untuk Anna, bahkan semua orang mungkin akan mencemoohnya," batin Ratih. Setelah Anna dan Daren saling memeluk wanita paruh baya itu pun menghampiri dan mengingatkan keduanya. "Ann
Anna tercengang, dia sampai menutup mulut dengan kedua tangannya saat baru mengetahui semua kenyataan yang ada bahkan dia benar-benar tak habis pikir. "Tidak! itu tidak mungkin, bagaimana bisa mas Dirga begitu tega untuk mencelakai ku!" Dirga yang tak terima dengan cara Daren yang sengaja membuat Anna untuk menjauh dan membencinya. Pria itu pun segera menjelaskan. "Ana! apa yang di katakan oleh ka Daren itu bohong, aku tidak ingin mempunyai niat buruk padamu, dan aku benar-benar menyukaimu," Jelas Dirga beralibi. Mendengar perkataan Dirga yang berusaha untuk membela diri, membuat darah Daren mendidih. Dan tak kuasa lagi menahan diri untuk melayangkan kepalan tangannya tepat di wajah sepupunya itu. BLUGH! "Kau munafik sekali Dirga! Sudah jelas-jelas dirimu ingin mencelakai Anna dan calon bayinya." Bentak Daren yang sudah tak bisa lagi menahan emosi. Sampai Dirga terkena pukulan dan terjatuh tersungkur ke bawah lantai, tak terima di perlakukan kasar. Dirga berusaha mem