Radev menjalani hari-hari selama masa recovery dengan tiga hal yang sama berulang-ulang. Menonton film atau serial di saluran streaming, membaca buku pengembangan diri atau main PlayStation. Karena dilakukan secara continue tak ayal membuatnya hampir mati kebosanan. Tapi untung saja dengan ponsel pemberian Bjorka ia masih bsa berkomunikasi dengan Starla. Itu pun dengan cara sembunyi-sembunyi.Radev sedang berada di beranda samping ketika mendengar suara ribut-ribut dari arah dalam rumah. Ditajamkannya pendengaran serta menggeser kursi rodanya. Sekarang dengan jelas ia mendengar suara itu. Salah satunya adalah suara yang sudah tidak asing lagi di telinganya.“Nggak bisa begini, aku nggak terima anakku dituduh selingkuh.”“Nggak ada yang menuduh Ajeng selingkuh, Gin. Kamu jangan salah paham.”“Jadi apa maksud Radev menyuruh Ajeng tes DNA? Itu sama saja artinya dengan menuduh Ajeng berselingkuh!”“Regina, tolong jangan emosi dulu, saat itu Radev sedang syok makanya jadi bicara sembaranga
Seketika suasana menjadi canggung gara-gara celetukan Radev. Tapi Megan dengan cepat mengambil alih situasi.“Dev, kamu ini ngomong apa sih? Kalau ngomong dipikir dulu dong. Ini pasti kamu terpengaruh film yang kamu tonton.” Perempuan itu meremas pundak anaknya yang merupakan isyarat agar Radev menjaga ucapan. “Gin, nggak usah diambil hati kata-kata Radev barusan. Kadang dia memang suka asal bicara. Ya udah, sampai mana tadi?”Regina menghela napas, mencoba untuk mengabaikan ucapan yang baru saja didengarnya walau terasa sedikit mengganggu.“Tante nggak setuju tes DNA itu dilakukan. Tante amat sangat tidak menyukai sikap kamu ini, Dev. Tante heran kenapa kamu bisa berpikir anak yang dikandung Ajeng bukan anak kamu. Setahu Tante hubungan kamu dan Ajeng baik-baik saja. Kalau misalnya kamu pernah melihat Ajeng jalan sama laki-laki lain itu biasa, Dev. Paling itu hanya salah satu temannya Ajeng. Kamu nggak usah cemburu begitulah.”“Aku nggak cemburu, Tante. Aku benar-benar meragukan anak
Tatapan Starla masih tertuju pada layar komputer. Dan apa yang dilihatnya di sana tetap tidak berubah. Nama Radev dan Ajeng tertera di layar. Hanya ada satu Radev dan satu Ajeng yang Starla kenal. Tidak ada yang lain. Starla yakin sepenuhnya nama sepasang calon pengantin yang saat ini mengisi ruang matanya adalah Radev kekasihnya serta tunangan pria itu.Starla membeku di tempat duduknya. Janji demi janji manis Radev berputar-putar di kepalanya. Bahwa lelaki itu hanya akan menikahi Starla setelah memiliki kesempatan untuk lepas dari Ajeng. Nyatanya yang terjadi saat ini adalah sebaliknya.“La, ada masalah?” tanya Juni yang muncul lagi ke ruangan Starla lalu melihat perempuan itu termenung.Suara Juni membuat Starla terkesiap. Dengan cepat diperbaikinya posisi duduk yang tadi bersandar ke kursi.Lalu Starla menjawab pertanyaan tersebut dengan gelengan pelan.Juni tersenyum lalu mengambil post it yang tadi tertinggal di meja Starla. Saat perempuan itu akan melangkah ke luar, Starla mema
“Dev …” Gumaman halus kembali meluncur dari bibir Starla, masih belum percaya jika lelaki itu ada di dekatnya.“Kenapa?” Tatapan Radev masih semesra sebelumnya. Seulas senyum geli terselip di bibirnya melihat ekspresi Starla.“Kamu kok bisa ada di sini?” Starla menyuarakan pertanyaan yang sejak tadi mengendap di kepalanya.“Bukannya kamu mau aku ada di sini?” tanya Radev balik.“Iya sih, tapi—“Suara Starla tercekat di tenggorokan ketika menyadari satu hal. Dengan cepat perempuan itu duduk.“Dev, kok ada kruk?” Starla keheranan. Mata indahnya menyiratkan tanda tanya yang begitu besar.Radev mengalihkan arah pandangnya pada tongkat yang berfungsi untuk membantunya berjalan setelah sedari tadi tidak mampu melepaskan mata dari Starla.“Dev?” Starla ingin Radev memberinya penjelasan atas apa yang dilihatnya saat ini.Radev mengembalikan tatapannya pada Starla, lalu digenggamnya tangan kekasihnya itu.“Aku bakal cerita semua sekarang, kamu dengar baik-baik ya?”Starla menjawab dengan anggu
“Lo serius? Udah bener-bener lo pikirin risiko dan konsekuensinya?”Itu adalah reaksi yang ditunjukkan Bjorka ketika Radev mengatakan padanya akan menikahi Starla secara diam-diam tanpa sepengetahuan orang tua ataupun keluarga mereka.“Udah, gue udah mantap. Gue bakal nikahi Starla, Ka.” Radev menjawab tanpa ragu. Tekadnya sudah bulat. Tidak ada lagi yang bisa menggoyahkannya.“Terus nanti Ajeng gimana? Dia sama keluarganya pasti nggak bakal terima. Apalagi keluarga lo. Dan itu akan sangat membahayakan posisi Starla.” Bjorka mengutarakan pemikirannya.“Mau gue menikahi Starla atau nggak jatuhnya akan tetap sama, Ka. Starla tetap berada di posisi yang nggak menguntungkan. At least kalo gue nikahi dia, dia bisa sedikit tenang, begitu pun dengan gue. Gue mau saat anak kami lahir nanti dia udah punya bapak, yaitu gue,” urai Radev panjang lebar.Bjorka memahami alasan Radev. Sahabatnya itu benar. Mau dibawa ke manapun hubungannya dengan Starla tetap tidak akan bisa diterima oleh orang-oran
Titik-titik hujan menetes dengan deras sejak beberapa jam yang lalu. Hawanya yang dingin menusuk sampai ke tulang. Namun, dinginnya udara di luar sana tidak dirasakan oleh sepasang sejoli yang sedang dimabuk asmara.Setelah pernikahan mereka yang diselenggarakan tadi sore, saat ini Radev dan Starla sedang berada di kamar berdua. Kamar di rumah Bjorka, bukan honeymoon suite di hotel mewah berbintang lima.Starla duduk dengan punggung bersandar ke headboard, sementara tangannya aktif membelai helaian rambut suaminya yang saat ini sedang merebahkan kepala di pahanya.“Apa nggak bisa kalau kamu pulangnya lusa aja, Dev?” tanya Starla setelah cukup lama membiarkan hening menemani mereka.Radev juga ingin lebih lama lagi bersama Starla. Menikmati hari-hari berdua sebagai pasangan yang sah. Tapi sayangnya hal tersebut hampir mustahil. Besok ia sudah harus pulang ke rumah jika tidak ingin ibunya menaruh curiga.“Kalau aku nggak pulang besok Mami bisa curiga.”“Padahal aku masih kangen,” gumam
Waktu terasa begitu cepat berlalu saat bersama. Tahu-tahu alarm Starla berbunyi yang menandakan hari sudah pagi.Starla menggeliat dan menemukan Radev tidur di sampingnya dengan tangan melingkari perut Starla. Melihat wajah tenang lelaki itu membuat Starla tidak sampai hati untuk membangunkannya. Radev tidur begitu pulas. Mungkin juga karena kelelahan.Semalam mereka memang tidur terlambat. Bahkan sampai sekarang Starla masih mengantuk. Kelopak matanya begitu berat untuk dibuka.Seperti yang diinginkan Radev mereka melanjutkan percintaan sesi kedua sampai pukul dua malam. Bahkan kalau masih memiliki tenaga rasanya tidak ingin berhenti.Starla memakukan matanya di wajah Radev. Ia balas melingkarkan tangannya di tubuh lelaki itu karena nanti Radev akan pulang lalu mereka berpisah sementara sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Hanya saja Starla merasa sedikit lebih tenang karena saat ini statusnya sudah sah menjadi istri Radev. Lelaki itu juga berjanji akan mencari waktu agar nanti m
Begitu mengetahui majikannyalah yang datang, sekuriti rumah Radev langsung bergerak cepat. Mereka menyiapkan kursi roda untuk Radev lalu membantunya duduk di sana. Bjorka juga turun dari mobil.“Dev, kayaknya gue langsung balik aja ya, lo hati-hati.” Diusapnya pundak sang sahabat sebelum pergi.Radev mengangguk pelan. Ia membiarkan sekuriti mendorong kursi roda, mengantarnya masuk ke dalam rumah.Baru saja tiba di sana Radev disambut pemandangan para anggota keluarganya serta keluarga Ajeng, termasuk Ajeng-nya.“Ini dia Radev-nya datang,” ucap Megan melihat sang putra muncul. “Mami sama yang lain dari tadi menunggu kamu, Dev.”“Ada apa, Mi? Tumben pagi-pagi udah pada ngumpul,” jawab Radev ringan. Tanpa perlu bertanya pun ia sudah tahu apa maksud kedatangan mereka. Apa lagi kalau bukan menuntut Radev untuk segera menikahi Ajeng.“Om ke sini mau membicarakan hubungan kamu dengan Ajeng.” Andi angkat suara.“Kalau tentang Ajeng yang hamil dan ingin agar aku bertanggung jawab aku akan pen
"Pokoknya kalian wajib datang. Gue nggak mau ya nerima alasan apa pun.""Apa pun?""Ya, apa pun!" tegas suara di seberang sana penuh penekanan.“Ya udah, gue tanya Kaka dulu ya, dia mau apa nggak.”"Ya pasti mau lah. Kalau nggak mau gue pecat dia jadi adek ipar."Rachel tertawa lalu memutus panggilan."Siapa, Ra?" tanya Bjorka yang baru keluar dari kamar mandi."Rai.""Raihana?"Rachel mengiakan dengan anggukan kepala.Bjorka tidak bertanya lagi. Masih dengan mengenakan handuk dia membuka lemari mencari bajunya di sana. Biasanya Rachel yang menyediakan. Tapi karena tadi asyik teleponan dengan Rai, Rachel jadi lupa."Ka, Rai minta kita hadir di acara nikahannya." Rachel menyampaikan isi pembicaraan dengan Rai tadi.Setelah bertualang dari pelukan satu laki-laki ke laki-laki lain, akhirnya Rai memantapkan hati untuk menikah. Bukan pernikahan yang pertama memang. Dan mirisnya lagi adalah calon suami Rai berumur hampir dua kali lipat dari usianya. Saat Rachel protes, "Lo yakin mau nikah s
Prosesi pernikahan Rachel dan Bjorka akhirnya berjalan dengan lancar dan baru saja berakhir.Rachel tidak merasa lelah sedikit pun meski rangkaian acara tersebut berlangsung hampir lima belas jam lamanya. Yang ada hanya perasaan bahagia.Perlahan pikirannya mulai mereka ulang lagi adegan demi adegan yang terselenggara tadi. Mulai dari prosesi akad nikah yang mengharukan sampai acara resepsi yang mewahnya tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata.Zoia yang mulai saat ini ia panggil dengan sebutan Mama mengusahakan semuanya agar sempurna. Dia selalu memberikan yang terbaik untuk pernikahan kliennya, dan tentu saja saat pernikahan anak sendiri harus luar biasa.Seperti yang Rachel sepakati dengan Bjorka, Bjorka akan menunggunya di ballroom. Setelah mendengar komando dari MC, Rachel kemudian masuk diiringi oleh para bridesmaid. Yang menjadi bridesmaid adalah Starla, model-model Lavender Manajemen serta para sepupu Bjorka.Setelah menapakkan kaki di ballroom, wajah Rachel tertimpa lampu flas
Bagi orang-orang mungkin keputusan Bjorka untuk menikahi Rachel hanya dalam jangka waktu satu bulan setelah status mereka berpacaran adalah keputusan yang paling gila. Mungkin mereka juga menganggap Bjorka tidak berpikir panjang. Tapi demi apa pun Bjorka sudah memikirkan semua ini.Setelah jadian malam itu Bjorka mulai memikirkan untuk menjalin hubungan yang lebih serius dengan Rachel. Bjorka sudah mengenalnya bertahun-tahun. Ia tahu persis bagaimana sifat dan karakter Rachel. Dalam waktu satu bulan itu juga ia mulai merasakan chemistry demi chemistry di antara mereka yang tidak pernah ia temukan saat dulu bersama Nicole. Perlahan Bjorka menyadari bahwa ia lebih cocok dengan Rachel. Maka saat menyampaikan pada mamanya bahwa ia sudah punya pacar dan juga mengatakan ingin menikahi pacarnya itu mamanya terkejut oleh kenekatan Bjorka. Mungkin Bjorka memang nekat. Tapi nekat yang ini bukan tanpa alasan. Nekat yang ini juga akan ia pertanggungjawabkan.Setelah meyakinkan kedua orang tuany
Starla menatap Rachel sambil senyum-senyum sendiri menyaksikan tingkah adik iparnya itu.Saat ini Rachel sedang mematut diri di cermin sambil memindai diri dari puncak kepala hingga bawah kaki. Rachel mengenakan dress berwarna peach dan masih merasa ada yang kurang. Ini entah dress ke berapa yang ia coba sejak tadi.Malam ini Bjorka akan mengajak ke rumahnya. Dan status sebagai kekasihnya yang Rachel sandang saat ini membuatnya merasa harus memberikan yang terbaik. Rachel memang sudah ribuan kali mondar-mandir ke rumah Bjorka, namun itu sebagai sahabat. Malam ini adalah untuk pertama kalinya ia akan menginjakkan kaki di sana sebagai pacar Bjorka. Dan rasanya gugup bukan main."Gimana, Ra? Masih belum juga?" tanya Starla melihat Rachel yang masih bimbang akan mengenakan baju yang mana."Ini sih bagus, tapi agak ketat di bagian dada," jawab Rachel."Atau coba yang ini."Rachel menerima midi dress floral berwarna putih dengan motif bunga-bunga kecil berwarna biru yang Starla sodorkan la
"Please, Ka, jangan sekarang." Rachel menolak ketika Bjorka mengatakan akan membawa ke rumahnya dan mengenalkan pada orang tuanya bahwa saat ini Rachel adalah kekasihnya.Sudah satu bulan mereka berpacaran namun tidak seorang pun tahu perubahan status tersebut karena sejak awal mereka mengetahui keduanya bersahabat. Semua berjalan sebagaimana biasa."Kenapa nggak boleh?" Bjorka menatap Rachel lekat, ingin tahu apa alasannya.Tentu saja Rachel tidak siap dengan semua ini adalah karena ia khawatir respon yang akan diterimanya dari orang tua Bjorka. Selama ini mereka bisa menerima Rachel sebagai teman anak mereka. Namun hal yang sama belum tentu akan terjadi jika mereka tahu bahwa Rachel adalah kekasih putra mereka. Rachel tidak akan pernah lupa ucapan mamanya Bjorka yang pernah ia dengar dengan tidak sengaja. Dari sana sudah lebih dari cukup untuk menjelaskan sikap mereka pada Rachel."Bukan nggak boleh tapi aku rasa belum saatnya," jawab Rachel mengatakan alasannya."Jadi kapan saatnya
Satu tahun kemudian.365 hari telah berlalu. Bjorka kehilangan jejak Nicole. Sejak Nicole resign Bjorka tidak tahu lagi bagaimana kabarnya. Bjorka tidak pernah mencari tahu atau menghubunginya. Karena jika keep in touch dengannya semua akan semakin sulit.Hari-hari terasa begitu berat, hampa dan sunyi. Ternyata begini rasanya patah hati. Sampai detik ini Bjorka masih memikirkan perkataan Nicole waktu itu.Pintu kamar Bjorka diketuk. Lalu kepala Papanya menyembul. Javas tampak sudah rapi dengan Polo shirt hitam dan jeans biru pudar. Walau sudah bapak-bapak tapi papanya masih muda. Papanya bahkan jarang mengenakan celana kain selain ke kantor."Nggak malmingan, Ka?""Mau malmingan sama siapa, Pa?"Javas mendekat lalu duduk di pinggir tempat tidur tempat Bjorka berbaring."Masa udah mau kepala tiga masih jomblo aja," ledek Javas padanya."Ya mau gimana, nggak ada yang mau sama aku.""Yaelah, Ka, Ka ... Baru kehilangan cewek satu kali letoynya sampai satu tahun." Papa menoyor kepala Bjorka
Radev tidak menjawab pertanyaan Rachel. Aura dingin yang menguar dari ekspresinya membuat Rachel jadi ketakutan. Dulu Radev sudah menasihatinya agar jangan terpengaruh oleh Megan. Tapi yang terjadi Megan berhasil memanfaatkan Rachel. Megan tahu Rachel adalah anak yang patuh dan penurut. Kelemahannya itu digunakan Megan untuk menekan Rachel."Dev, lo tahu dari mana?" tanya Rachel sekali lagi masih dengan ekspresi yang sama. Takut-takut seperti tadi."Nggak penting gue tahu dari mana. Yang penting adalah gue tahu.""Lo tahu dari Kaka?""Sahabat gue bukan orang munafik. Dia pandai menjaga rahasia. Dia nggak bakal koar-koar ke mana-mana sekalipun sama gue."Rachel menggigit pipi bagian dalam. Kalau memang bukan dari Bjorka lantas dari mana Radev tahu? Apa selama ini Radev mengawasi pergerakan Rachel dari jauh? "Udah berkali-kali gue kasih nasihat. Lo mesti hati-hati sama Mami. Tapi nyatanya dia berhasil menjebak lo.""Sorry, Dev, gue emang salah. Abisnya gue kasihan sama Mami. Lagian wak
Hujan gerimis mengiringi pemakaman Marvel. Langit seakan berduka dan turut menangis. Satu demi satu para pelayat sudah mulai pulang. Takut kena gerimis yang akan menjelma menjadi hujan deras.Rachel masih terpaku memandangi gundukan tanah di hadapannya. Jasad Marvel sudah terkubur jauh di dalam tanah sana namun Rachel masih belum bisa menghentikan air matanya.Saat ini hanya tinggal Rachel, Radev, Starla dan Bjorka di pemakaman tersebut. Teman-teman dari Lavender Manajemen serta rekan kerja Radev sudah pulang. Sedangkan Megan dan Rai tidak mau datang sama sekali meskipun ini adalah untuk terakhir kalinya."Ra, sudah. Kita sama-sama ikhlasin Papi biar beliau tenang di alam sana," bujuk Radev mengusap punggung Rachel."Gue masih nggak percaya kalau Papi bunuh diri, Dev. Seharusnya nggak begini. Papi mengambil jalan pintas karena ngerasa nggak ada yang mendukungnya, dia ngerasa sendiri," ratap Rachel dengan perasaan sedih yang tidak kunjung habis. Mata gadis itu merah dan bengkak akibat
Sidang akan dimulai ketika Bjorka, Nicole dan Rachel masuk ke dalam ruangan.Rachel melihat Marvel mengenakan kemeja putih dan celana hitam. Tubuhnya terlihat semakin kurus dan ceking. Membuat Rachel ingin menangis melihat kondisi sang ayah. Di saat-saat begini seharusnya pria itu mendapatkan support dari orang-orang terdekatnya. Terutama istrinya. Yang terjadi, istrinya malah meninggalkannya dan meminta cerai darinya. Lalu pacaran dengan pria lain yang kaya-raya.Rachel tidak sempat berbicara dengan Marvel. Tapi mereka sempat saling mengirim tatapan. Marvel bersyukur. Semua orang meninggalkannya. Hanya putri bungsunya yang selalu setia mengunjungi dan memberi support.Sidang atas kasus penyuapan itu dimulai. Diawali oleh pembacaan susunan acara oleh panitera. Selama itu pula detak jantung Rachel tidak karuan. Semoga saja hukuman untuk papinya tidak terlalu berat.Jika diibaratkan dengan kata-kata, mungkin Rachel sudah begah oleh sidang demi sidang yang disaksikannya. Hari ini sua