Sebelum memulai lemparannya, telinga super peka Davin, kini mendengarkan ke arah ke tujuh musuhnya di balik tembok sana, sampai ke kaki mereka dan detak jantung mereka. Karena kalau detak jantung mereka tidak terlalu kacau dan kakinya tidak terlalu gelisah maka orang yang detak jantungnya tidak terlalu kacau dan tidak gelisah Itu, akan menjadi sasaran pembunuhannya sementara orang yang detak jantungnya paling kacau dan kakinya bergerak-gerak dengan gelisah, itu berarti dia yang paling ketakutan, dialah yang tidak akan dibunuh Davin.Davin ingin mencari seseorang yang bisa membuka informasi untuk mengungkap otak di belakang penyerangan kepada keluarganya ini, untuk itu, Davin memilih orang yang paling ketakutan, karena orang yang paling ketakutan itu, biasanya akan segera mengungkapkan semua yang diketahuinya secara langsung tidak akan dia tutup-tutupi. Beda dengan orang yang tidak terlalu ketakutan, karena orang yang tidak terlalu ketakutan itu, bisa saja dia tidak akan mengungkap s
Silvia membukakan pintu untuk Davin karena memang sejak tadi Silvia sudah mendengar suara Davin diluar kamar, namun Silvia memilih untuk menunggu hingga Davin mengetuk pintu kamar ini, kamar tempat Vania dirawat ini.Setelah menunjuk ke dalam, Silvia langsung mengajak Letty dan perawat yang sejak tadi ada di dalam kamar ini untuk keluar dari kamar ini, untuk memberi kesempatan kepada Davin bertemu dengan istri dan anak-anaknya.Davin yang sebelumnya hanya mengetahui kalau istrinya sudah melahirkan itu agak kaget saat melihat ada dua anak kembar yang sedang tidur di samping Vania. Karena memang, belakangan, sebelum Vania melahirkan, Vania yang tidak pernah lagi bertemu dengan Davin itu, memilih untuk merahasiakan tentang anak kembarnya yang sudah dia ketahui sebelumnya lewat pemeriksaan USG itu, karena itulah, Davin sangat kaget melihat anak kembar ini."Halo sayang, ini loh, anak kembar kita," kata Vania menyambut kedatangan Davin dengan senyum merekah indah walaupun wajahnya masih ag
Untuk sementara, Davin melihat ke arah luar, dia melihat persiapan para pengawalnya, setelah itu, dia pun mulai mengatur posisi para anak buahnya supaya ada yang berjaga di tembok di depan sana, supaya tembok itu, tidak lagi menjadi tempat sembunyi bagi para penyerang yang akan datang nanti.Karena itu, Davin meminta beberapa orang untuk berada di sana, berjaga di sana, sementara yang lainnya Davin minta untuk berjaga di ujung gank menuju ke kamar tempat Vania dirawat dengan sikap yang selalu waspada, sambil bersembunyi di balik tembok.Silvia mendekati Davin dan berkata," Melvin sudah sampai di bandara Hongkong. Melvin bilang, pasukan yang sekarang sedang mengepung kita adalah pasukan tambahan yang terlambat datang ke Hongkong. Pasukan itu, ada yang berasal dari Eropa timur dan ada juga yang berasal dari Amerika Selatan, tapi walaupun mereka terlambat datang, sebenarnya merekalah pasukan yang terbanyak di antara semua pasukan milik musuh."Davin agak tercekat mendengar kata-kata Sil
Begitu turun dari atas, posisi Davin langsung berada di tengah lima orang musuh yang hanya bisa melongo kaget saat melihat kehadiran Davin di tengah mereka ini. Sebelum mereka bereaksi, belati di tangan Davin langsung bergerak dengan cepat untuk menebas leher dari musuh-musuhnya ini.Dalam waktu singkat, mereka berlima langsung tersungkur ke tanah, suara ngorok terdengar dari mulut mereka, mereka sempat berkelojotan sebelum akhirnya mereka tidak bergerak lagi.Bagi Davin, menghabisi musuh adalah wajib, karena kalau tidak, musuh yang akan menghabisi dia, keluarganya dan juga para pengawalnya, walaupun Davin tahu para pengawalnya sudah di sumpah untuk melindungi anggota kieluarga Wong dengan seluruh jiwa raga mereka sehingga kalaupun mereka harus mati, mereka sudah rela tapi walau bagaimanapun, Davin sudah memiliki ikatan dengan para pengawalnya itu, sehingga Davin tidak tega kalau para pengawalnya menjadi korban, karena itulah Davin muncul untuk beraksi sebelum para musuh mendekati kel
Tiba-tiba terdengar bunyi suara tembakan menuju ke arah Davin. Dengan gerakan refleks yang secepat kilat, Davin segera membuang tubuhnya ke kiri untuk menghindari tembakan yang nampaknya berasal dari seorang sniper itu.Davin bahkan merasakan tembakan yang melesat ke arahnya itu hampir mengenai tubuhnya, bahkan hawa panas dari peluru itu, sempat dirasakan Davin. Davin benar-benar merasa beruntung karena disaat terakhirnya, insting dan gerakan tubuhnya yang super cepat masih mampu menyelamatkannya.Sebelum ini, Davin memang hanya fokus untuk mendengarkan suara langkah kaki atau suara orang-orang yang memakai senjata api yang beredar di lingkungan rumah sakit ini di bagian bawah, Davin tidak pernah menyangka kalau ternyata ada seorang sniper yang sedang beroperasi di atas sana dan nampaknya, memang sedang menargetkan Davin hingga tembakan sniper itu, hampir saja menembak Davin.Sekarang ini, sambil bersembunyi, Davin mulai berusaha mendengarkan posisi sniper yang Davin yakin berada di a
Davin melompat tinggi ke atas, tubuhnya melenting ke atas hingga mencapai atap gedung, sambil melompat, sebuah lemparan belati dari Davin sudah langsung mengenai leher dari sniper yang kaget dengan kemunculan Davin yang tiba-tiba ini.Sniper yang sebelumnya menghadap ke arah selatan itu, dengan kagetnya menatap kearah kemunculan Davin ini, tangannya langsung bereaksi untuk mengambil senjata api genggam di pinggangnya, tapi belum sempat dia mengambil senjata api genggamnya itu, sebuah belati telah tertancap di lehernya, membuat darah muncrat dari lehernya. Dia segera menjerit kesakitan, ada suara ngorok keluar dari mulutnya.Kedua tangannya memegang lehernya seakan ingin menghentikan keluarnya darah dari lehernya itu tapi, tentu saja itu tidak berguna. Setelah berkelojotan beberapa saat, akhirnya sniper itu menghembuskan nafas terakhirnya dengan mata melotot penasaran.Davin tidak mau berlama-lama lagi, karena dia dengar suara pertempuran di bawah sana semakin seru, orang-orang yang se
Kalau saja Davin terlambat sedikit saja, maka niscaya kepala Davin sudah tertembus oleh timah panas bertekanan tinggi yang meluncur dari sebuah senapan jarak jauh yang biasa dipakai seorang sniper yang membidik Davin dari kejauhan sana.Untunglah Davin bergerak lebih cepat dari peluru sniper yang mengincarnya itu, sehingga Davin selamat dari tembakan pertama itu. Davin tahu, tembakan kedua sudah langsung disusulkan oleh penembaknya itu, karena itu, Davin langsung berguling-guling di atap untuk menghindari tembakan kedua dan tembakan ketiga dari sniper di ujung sana itu.Sambil berguling-guling, Davin sudah tahu dari mana arah datangnya peluru bertekanan tinggi ini, Davin tahu, ada seorang sniper yang sedang mengincarnya di kejauhan sana karena itu Davin segera mencari tempat yang terlindung dari tembakan sniper itu.Di sebuah tempat, Davin terlindung oleh tangki air besar yang biasa digunakan rumah sakit atau hotel, dia berlindung di belakang tangki air itu sambil berusaha memikirkan
Suara tembakan di bawah sana semakin riuh terdengar, Davin tahu, dia tidak bisa berlama-lama bersembunyi seperti ini. Davin tahu, kalau dia harus menghabisi sniper yang tinggal seorang itu, yang masih menembak Davin dari jarak jauh itu.Davin takut ada banyak korban yang berjatuhan dari pihak para pengawalnya dan yang Davin lebih takutkan lagi, kalau para penyerang itu, bisa menerobos masuk ke kamar tempat beradanya, tiga orang yang sangat dikasihinya yaitu Vania dan si kembar, karena itu, Davin berencana untuk segera bertindak menghabiskan si sniper yang satu ini yang kemungkinan besar adalah sniper terakhir yang harus dihadapi dan harus Davin habisi, supaya Davin bisa fokus membantu para pengawalnya.Setelah berpikir seperti itu, Davin langsung bergerak dengan cepat ke arah depan sambil bergelantungan di dinding, karena Davin tidak bisa keluar dari posisi sebelumnya yang nampaknya sudah ditunggu sniper di ujung sana itu.Setelah Davin merasa posisinya sudah agak jauh dari posisi sem
Saat berada di pesawat menuju ke Hongkong, Davin selalu mendekap tubuh Vania, dia hanya melepaskan tubuh istrinya saat salah satu diantara keduanya pergi ke toilet. Saat makan pun Davin selalu memegang tangan istrinya bahkan menyuapi istrinya."Kenapa ketawa? tanya Davin saat melihat Vania tertawa."Kayaknya kata-kataku tadi sangat mengena di hatimu, sehingga kamu sangat memanjakan aku.""Kamu membuat aku takut, sayang.""Hahaha, padahal walaupun kita cek up kesehatan menyeluruh di tubuhku selama 5 hari berturut-turut pun, tidak akan mendapatkan penyakit apapun, paling cuma ada kolesterol mungkin sedikit darah rendah tapi tidak ada penyakit yang berat," yakin Vania."Lalu kenapa tadi kata-katamu seperti itu?""Karena aku sedih melihat Xiaoyu dan aku sangat bersimpati kepada Xiaoyu, Jadi kalau memang aku tiba-tiba pergi, aku ingin ada Xiaoyu yang mendampingi aku, jadi, aku mengatakan itu bukan karena aku lagi sakit, tapi itu luapan kebanggaanku kepadamu dan juga luapan rasa simpatiku k
Akhirnya, tangisan dari Xiaoyu bahkan memerlukan waktu 2 jam bagi Davin dan Vania untuk bisa menenangkan Xiaomi. Vania yang lembut hatinya itu, malah sempat beberapa kali memberi isyarat kepada Davin agar Davin merubah keputusannya itu dan mau menerima Xiaoyu sebagai istri kedua Davin, tapi Davin tetap tegas kepada keputusannya untuk tidak menerima Xiaoyu menjadi istri keduanya.Walaupun Xiaoyu terus menangisi keputusan Davin itu, tetapi Davin terus mengeraskan hatinya, bagi Davin, Xiaoyu harus menerimanya sekarang walaupun berat, tapi Xiaoyu harus mulai belajar menerima kalau dirinya tidak akan mungkin bisa bersatu dengan Davin walaupun hanya menjadi istri yang kedua.Xiaoyu sempat beberapa kali memanfaatkan kelembutan hati Vania untuk mengetuk pintu hati Davin, karena itu Vania beberapa kali meminta Davin untuk memikirkan ulang keputusannya itu, bahkan Vania sempat ikut-ikutan menangis dengan Xiaoyu saat mendengar cerita Xiaoyu tentang betapa merananya dia sejak kecil menunggu Davin
Davin dan Vania masih terus berpegangan tangan mereka menunggu di depan kamar pemulihan pasca operasi tempat Xiaoyu dirawat setelah operasi, sementara A Hua masih sedang diperiksa di kantor polisi untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu di tempat ini, saat para ninja menyerang.Di sekeliling Davin dan Vania, para pengawal yang masih tersisa duduk mengawal mereka berdua, selain 2 pengawal tersisa Vania, yaitu Silvia dan A Tek, juga ada Wilson dan Melvin yang baru saja bergabung. Bersama mereka, juga ada David dan Eric Ginola yang sebenarnya tugas sehari-hari mereka adalah menjaga perusahaan-perusahaan Davin di Eropa Barat tapi karena mereka sedang liburan di New York maka mereka juga menjadi pengawal dadakan bagi Davin saat ini.Sebelumnya, salah satu dokter sudah keluar dan mengabarkan kalau operasi berjalan sukses tinggal menunggu Xiaoyu pulih dari anestesi yang dia terima saat operasi tadi karena itu Davin dan Vania tinggal menunggu di depan kamar pemulih
Tepat saat samurai di tangan Ninja yang bernama Robby ini akan ditusukkan ke tubuh Silvia yang saat itu sudah pasrah karena dia tidak mampu menghadapi tenaga dari Robby ini, tiba-tiba saja, samurai itu tidak bisa bergerak sama sekali saat jarak tinggal beberapa sentimeter lagi dari tubuh Silvia.Robby sudah berusaha menambah tenaganya tapi semua itu sia-sia, samurai tajam itu tidak bisa tertancap ke tubuh Silvia karena sebuah tangan yang kuat sudah memegang samurai itu dengan tanpa pengaman sama sekali.Setelah itu, tangan yang memegang samurai itu, langsung mendorong tubuh Silvia jauh-jauh ke belakang hingga Silvia melepaskan ikat pinggangnya yang telah mengikat tangan Robby tadi. "Lindungi nyonya mudamu," itulah yang Silvia dengar saat tangan yang menyelamatkan dia tadi, mendorong tubuh Silvia jauh ke belakang.Silvia yang nyawanya hampir saja melayang itu merasa sangat bersyukur dengan kedatangan orang yang mendorong tubuhnya itu karena orang itu, adalah tuan mudanya, Davin, yang
Di tempat lain, A Hua yang saat ini sedang berada di depan kamar operasi tempat Xiaoyu baru saja masuk untuk dioperasi, sudah menyuruh semua anggotanya untuk berjaga-jaga di depan pintu karena A Hua sudah sempat survei ke ruang operasi ini dan satu-satunya pintu masuk untuk ke ruang operasi ini hanya yang berada di belakang A Hua saat ini, sehingga A Hua hanya fokus di depan pintu.Beberapa saat sebelumnya, A Hua juga sudah menyuruh anak buahnya untuk memberi kabar-kabar bohong kepada para pengunjung yang ada di sekitar sini, agar supaya mereka tidak menunggu di sekitar tempat ini supaya tidak ada korban orang tak berdosa yang ikut-ikutan jatuh di tempat ini saat para ninja datang nanti.Tiba-tiba, terdengar suara besi yang diseret di lantai dan berasal dari arah timur dan di saat bersamaan terdengar suara besi yang di ketuk-ketukan di dinding beton dan berasal dari arah utara.A Hua langsung tahu kalau para ninja itu sudah datang dan mereka datang dari dua arah berlawanan, mereka sen
Sementara itu, di depan sana, mobil yang membawa Vania dan para pengawalnya sebenarnya sudah berada di bandara, Tapi terjadi kemacetan parah di depan bandara, hal ini membuat Silvia menjadi cemas, Silvia selalu menengok ke arah belakang karena dia takut mobil yang tadi mengejar-ngejar mobil mereka sudah berhasil keluar dari hadangan drone.Beberapa saat yang lalu, mobil yang mengejar itu, hampir bisa mengejar mobil Silvia ini, untungnya, mobil yang membawa si samurai itu, dihadang dua buah drone yang menurut dugaan Silvia, pasti berasal dari Melvin, karena itu mobil si samurai itu sempat terhenti dan tidak mengejar lagi ke arah mobilnya Silvia dan kawan-kawannya.Silvia sempat lega melihat hal itu, karena untuk sementara, mereka bisa melepaskan diri dari mobil itu, mobil di mana samurai itu berada.Tapi saat ini keadaan kembali memprihatinkan dan menegangkan, saat mobil yang ditumpangi oleh Sylvia ini harus mengalami kemacetan yang parah. Silvia tidak khawatir akan keselamatan dirinya
"Orang itu memiliki gerakan yang sangat cepat dan dia bisa menangkis peluru dengan samurainya, dia sangat hebat, dia bukan orang sembarangan, bahkan nampaknya, dia cuma bisa ditandingi oleh Tuan Muda," kata Silvia sambil menatap ngeri ke arah belakang.Vania yang mendengar kata-kata Silvia ini ikut-ikutan menjadi ngeri."Percepat mobilnya, kita masih dikejar, nampaknya dia sudah menghabisi orang-orang kita yang tersisa dan nampaknya dia memakai mobil ke-4 kita untuk mengejar kita," kata Silvia kepada pengemudi mobil."Iya, Silvia," kata pengemudi mobil yang langsung memacu mobilnya menuju ke arah bandara.Sylvia terus menatap ke arah belakang, dia terus menatap ngeri ke arah belakang karena di belakang sana ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan melakukan beberapa kali zig-zag yang bahkan kerapkali menyenggol mobil-mobil yang berada di samping kiri dan kanannya.**Sementara itu, di belakang sana, Davin baru saja mendapatkan telepon dari Melvin," Iya, ada apa, Melvin
Davin mengerutkan alisnya dia tidak menyangka kalau dalam waktu sesingkat ini, dia harus mendapatkan ancaman baru. Ancaman baru bernama Robby, ancaman baru yang berasal dari keturunannya Howard Livingstone.Davin segera teringat kepada Vania. Davin sangat khawatir akan Vania," bagaimana dengan Vania? hubungi Silvia ceritakan tentang ancaman baru ini.""Iya, tuan muda," kata A Hua yang langsung menghubungi Silvia."Tapi, Davin tidak puas hanya menyuruh A Hua, kemudian, dia sendiri yang putuskan untuk mengambil handphonenya dan menelepon Vania, karena kalau Robby itu sudah berhasil melakukan teror dengan membunuh 3 orang anak buahnya Melvin, itu berarti Robby itu memang memiliki kemampuan, karena itu Davin mulai mengkhawatirkan keselamatan Vania."Halo, sayang," sapa suara lembut Vania di ujung telepon."Kamu di mana? Kamu masih di hotel kan? aku akan segera kesana.""Kami sedang menuju ke bandara," jawab Vania di ujung telepon."Kenapa ke bandara?""Aku putuskan untuk balik ke Hongkong
"Aku sangat senang saat ini," kata Xiaoyu dengan mata berbinar-binar. Dia menatap Davin tanpa berkedip sehingga membuat Davin tidak tega untuk tidak membalas tatapan matanya ini."Aku berjanji, aku akan berusaha mencapai kondisi terbaik untuk operasi berikutnya yang harus aku jalani itu. Aku juga sudah mengundang beberapa dokterku di Shanghai untuk ikut membantu dalam operasiku nanti dan setelah operasi yang aku yakin sekali akan sukses itu, kamu harus melamarku di depan orang tuaku, Oke?" lanjut Xiaoyu sambil menatap mesra ke arah Davin."Ya sudah. Sebaiknya sekarang ini kamu istirahat supaya kamu bisa mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk persiapan operasi nanti. Ayo tidur.""Tapi aku mau tidur bersamamu," pinta Xiaoyu."Lihat! tanganmu itu penuh dengan selang infus, aku belum bisa tidur bersamamu.""Belum bisa? berarti nanti, begitu aku selesai operasi kamu bisa kan tidur denganku?" todong Xiaoyu.Davin tampak tersentak kaget karena kata-katanya tadi ternyata disalahartikan ol