Setelah menembak ke arah tiga orang yang memegang senjata, pintu lift terbuka, Davin langsung keluar dari lift, melompat ke arah kiri sambil menjatuhkan dirinya dengan punggung menyentuh lantai, setelah itu, dia mulai menembak ke arah beberapa orang yang keluar dari pintu lift hingga peluru di senjata api genggamnya habis. Begitu habis, Davin langsung bangun dan duduk serta melompat ke arah tembok di sebelah kanannya yang posisinya tersembunyi dari musuh-musuhnya yang masih berada di dalam dan depan lift itu. Karena senjata api di tangannya sudah kehabisan peluru, dengan cepat, Davin mengambil sebuah senjata apinya yang tersimpan di kaus kakinya. Setelah membuka kuncinya, dan mengokang senjatanya, Davin mengambil handphonenya. Belakang handphonenya, terbuat dari kristal sehingga bisa menjadi cermin baginya untuk melihat ke arah pintu lift.Dari handphonenya yang bisa menjadi cermin itu yang sedang dia pegang dengan tangan kanannya, Davin melihat beberapa musuh sedang berjalan menuju
Davin langsung melompat ke samping untuk mendekati tubuh lawan yang baru dia kalahkan tadi. Refleks dari Davin sudah mulai berjalan saat dia mendengar suara senjata api dikokang di belakangnya. Peluru telah ditembakkan dan terus mencecar Davin yang masih bersalto di lantai kamar. Hingga Davin mengangkat tubuh ,musuh yang baru dia kalahkan dan bersembunyi di belakang tubuh musuhnya itu sambil mengambil satu senjata api yang dia sembunyikan di balik bajunya. Musuhnya terus mencecarnya hingga posisi musuhnya sudah berada di dalam kamar.Begitu suara tembakan dari musuh berhenti, gantian Davin yang berdiri untuk menembak musuh yang sedang mengambil magazine peluru baru dari balik kemejanya dan hanya sebuah tembakan saja dari Davin tapi akibatnya, peluru itu menancap dengan mulus di dahi musuhnya yang langsung membuat dia jatuh tak bergerak lagi.Kini, Davin baru sadar kalau musuh yang hampir membuatnya tertembak ini adalah musuh yang sempat dia bikin pingsan tadi, nampaknya, dia sudah siu
Saat ini, Davin sangat khawatir dengan keselamatan Vania, karena, setelah membaca chatting di handphone yang tertinggal di ruang informasi ini, Davin sadar kalau Vania sedang diincar oleh Genk Macan Tutul yang nampaknya mendapat perintah dari Melissa untuk menghabisi Vania.Davin yakin kalau pemilik handphone ini adalah salah satu anggota Genk Macan Tutul, nampaknya mereka sempat berada di tempat ini dan pemilik handphone ini, sempat chatting dengan teman-temannya yang sedang menyandera Meyling dan keluarganya, hanya saja, mungkin karena sesuatu dan lain hal, pemilik handphone ini, meninggalkan tempat ini tanpa membawa handphonenya.Davin langsung mencari sebuah laci rahasia, laci yang malah tidak terlihat dari luar supaya tidak diketahui orang lain, termasuk pegawai-pegawai yang biasa bekerja di ruang komunikasi ini. karena yang terlihat di dinding, hanya ada sebuah gambar wanita cantik dengan lukisan timbul di dinding, tapi, saat Davin menyentuh mata kanan sekali, hidung sekali, mat
Saat melihat Davin sedang menelpon dan berteriak-teriak cemas di telpon, anggota Genk Macan Tutul yang sedang bersiap di belakang Davin dengan senjata tajamnya langsung menyerang Davin. Sasarannya adalah punggung Davin, dia ingin menusuk Davin secara membokong di punggung Davin.Tapi, di saat yang tepat, Davin yang sebelumnya menelpon dengan Peter menaruh handphonenya di tangannya karena dia ingin menelpon A Gong secara Video Call, kepala pengawal Ibu Suri, supaya A Gong mulai berpihak kepadanya untuk mulai mempengaruhi Ibu Suri.Tepat saat itu, karena Davin sudah mengaktifkan kamera depan/selfie, Davin bisa melihat ancaman di belakangnya, dengan gerakan cepat, Davin langsung menjatuhkan dirinya ke samping kiri, melepas handphonenya di atas meja dan segera menghindar menjauh dari meja.Sambil menghindar keluar dari meja itu, Davin meraih sebuah kursi untuk dia lempar ke arah musuhnya yang memegang senjata tajam dan hampir menusuknya tadi.Musuhnya yang masih mengejar Davin itu, berhas
Sylvia mencari Vania dengan hati kalut. Dia merasa bersalah kepada dirinya sendiri karena kalau Vania kembali hilang, itu berarti untuk kedua kalinya dia lalai pada tugasnya menjaga Vania. Sebelumnya saat di Paris, Sylvia juga yang mendapat tugas utama untuk mengawasi Vania tapi, karena terlalu sibuk mencari info tentang Davin yang pergi bersama David Ginola, Sylvia malah melalaikan Vania hingga Vania kabur dari pengawasannya.Saat ini, Sylvia kembali merasa melakukan kesalahan yang sama. Karena, semenjak keluar dari pesawat, Peter sudah menyuruh Sylvia untuk mengawasi Vania. Peter meminta Sylvia untuk tidak melepaskan pengawaannya satu detikpun dari Vania dan itu dilakukan Sylvia.Hanya saja, saat di bandara, Sylvia yang seharusnya mengawasi Vania itu, teringat akan teman lamanya sesama pengawal di Keluarga Wong, teman lamanya yang sudah pensiun karena harus mendampingi orang tua yang sakit keras, tapi, karena biaya perawatan orang tua dari teman lamanya itu dibiayai oleh Keluarga Wo
Pria bertubuh gempal itu langsung mencengkram lengan Vania dan mulai membawa Vania berjalan. Vania berusaha memperlambat jalannya tapi, pria itu memperkuat cengkramannya saat Vania mencoba berjalan pelan. Akhirnya, Vania terpaksa berjalan agak cepat sesuai yang dikehendaki penculiknya itu.Di depan sana, Vania bisa melihat kalau Meyling nampaknya juga telah berada di tangan penculik. Meyling menatap Vania dengan sedih, mungkin karena gara-gara dialah Vania jatuh ke tangan penculik. Penculik Meyling itu nampaknya menunggu hingga Vania dan penculiknya tiba di dekatnya, setelah itu, barulah dia berjalan.“Aku minta maaf, Van. Mereka menyandera keluargaku,” kata Meyling kepada Vania. Mendengar itu, Vania tidak menyalhkan Meyling, karena Vania tahu kalau penyebab orang-orang ini menyandera Meyling sekeluarga adalah karena Vania sendiri, jadi, Vania hanya tersenyum ke arah Meyling. Vania ikut prihatin dengan apa yang terjadi pada Meyling dan keluarganya.Saat ini, Vania dan Meyling terus d
Karena itu, saat mendekati mobil van itu dan saat cengkraman penculiknya tidak lagi terlalu kuat di bahunya, Vania memutuskan untuk bertindak nekad-nekadan.Vania tahu, penculiknya ini, memiliki sebuah senjata api yang sedang di todongkan di perut Vania, tapi, Vania putuskan untuk memegang mocong senjata api itu dan mengarahkan senjata api itu ke arah teman si penculik yang berada di dalam mobil van di depan mereka.Terdengar suara tembakan saat sang penculik berbadan gempal itu kaget saat senjata apinya dipegang Vania dan diarahkan ke depan. Penculik itu yang berpikir, Vania akan merampas senjatanya apinya ini, secara refleks menarik pelatuk hingga peluru yang berada di moncong senjata api itu, meluncur ke arah depan dan mengenai temannya yang sedang menunggu di mobil. Vania langsung menarik tangannya karena kaget setelah moncong senjata api itu mengeluarkan peluru. Sesaat kemudian, letusan senjata api kedua terdengar di dekat Vania dan Vania langsung berteriak saat melihat penculik
“Baik, pa. Tapi, bagaimana kalau papa dan mama menyingkir dulu ke atas dan naik helikopter di atas, biar aku yang menyelamatkan nainai. Bagiamana, pa?” tanya Davin kepada Gerald Wong.“Iya, pa. Russel benar. Kita harus menyingkir dulu, biar dia fokus menolong Ibu Suri,” timpal Miriam.“Bagaimana keadaan diatas?” tanya Gerald Wong kepada Davin.“Sudah aku bersihkan, pa. Jalanan aman. Cuma, papa dan mama sekalian, harus ke atas lewat tangga darurat karena, kalau lewat lift, bisa saja ketemu mereka dan bisa saja mereka membuat liftnya macet karena kontrol lift berada di ruang multimedia yang berada di lantai yang mereka kuasai, pa,” jawab Davin.“Bagus. Kalau gitu, kamu harus kuat naik ke atas sana. Nanti semua pengawal kita akan mengawalmu ke atas,” kata Gerald Wong kepada Miriam Wong.“Kenapa cuma aku? Aku gak mau pergi kalau cuma aku!” protes Miriam Wong.“Aku tinggal disini untuk membantu anak kita---”“Tidak, pa. Mama lebih membutuhkan papa. Lagipula, untuk membuka pintu-pintu darur
Saat berada di pesawat menuju ke Hongkong, Davin selalu mendekap tubuh Vania, dia hanya melepaskan tubuh istrinya saat salah satu diantara keduanya pergi ke toilet. Saat makan pun Davin selalu memegang tangan istrinya bahkan menyuapi istrinya."Kenapa ketawa? tanya Davin saat melihat Vania tertawa."Kayaknya kata-kataku tadi sangat mengena di hatimu, sehingga kamu sangat memanjakan aku.""Kamu membuat aku takut, sayang.""Hahaha, padahal walaupun kita cek up kesehatan menyeluruh di tubuhku selama 5 hari berturut-turut pun, tidak akan mendapatkan penyakit apapun, paling cuma ada kolesterol mungkin sedikit darah rendah tapi tidak ada penyakit yang berat," yakin Vania."Lalu kenapa tadi kata-katamu seperti itu?""Karena aku sedih melihat Xiaoyu dan aku sangat bersimpati kepada Xiaoyu, Jadi kalau memang aku tiba-tiba pergi, aku ingin ada Xiaoyu yang mendampingi aku, jadi, aku mengatakan itu bukan karena aku lagi sakit, tapi itu luapan kebanggaanku kepadamu dan juga luapan rasa simpatiku k
Akhirnya, tangisan dari Xiaoyu bahkan memerlukan waktu 2 jam bagi Davin dan Vania untuk bisa menenangkan Xiaomi. Vania yang lembut hatinya itu, malah sempat beberapa kali memberi isyarat kepada Davin agar Davin merubah keputusannya itu dan mau menerima Xiaoyu sebagai istri kedua Davin, tapi Davin tetap tegas kepada keputusannya untuk tidak menerima Xiaoyu menjadi istri keduanya.Walaupun Xiaoyu terus menangisi keputusan Davin itu, tetapi Davin terus mengeraskan hatinya, bagi Davin, Xiaoyu harus menerimanya sekarang walaupun berat, tapi Xiaoyu harus mulai belajar menerima kalau dirinya tidak akan mungkin bisa bersatu dengan Davin walaupun hanya menjadi istri yang kedua.Xiaoyu sempat beberapa kali memanfaatkan kelembutan hati Vania untuk mengetuk pintu hati Davin, karena itu Vania beberapa kali meminta Davin untuk memikirkan ulang keputusannya itu, bahkan Vania sempat ikut-ikutan menangis dengan Xiaoyu saat mendengar cerita Xiaoyu tentang betapa merananya dia sejak kecil menunggu Davin
Davin dan Vania masih terus berpegangan tangan mereka menunggu di depan kamar pemulihan pasca operasi tempat Xiaoyu dirawat setelah operasi, sementara A Hua masih sedang diperiksa di kantor polisi untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu di tempat ini, saat para ninja menyerang.Di sekeliling Davin dan Vania, para pengawal yang masih tersisa duduk mengawal mereka berdua, selain 2 pengawal tersisa Vania, yaitu Silvia dan A Tek, juga ada Wilson dan Melvin yang baru saja bergabung. Bersama mereka, juga ada David dan Eric Ginola yang sebenarnya tugas sehari-hari mereka adalah menjaga perusahaan-perusahaan Davin di Eropa Barat tapi karena mereka sedang liburan di New York maka mereka juga menjadi pengawal dadakan bagi Davin saat ini.Sebelumnya, salah satu dokter sudah keluar dan mengabarkan kalau operasi berjalan sukses tinggal menunggu Xiaoyu pulih dari anestesi yang dia terima saat operasi tadi karena itu Davin dan Vania tinggal menunggu di depan kamar pemulih
Tepat saat samurai di tangan Ninja yang bernama Robby ini akan ditusukkan ke tubuh Silvia yang saat itu sudah pasrah karena dia tidak mampu menghadapi tenaga dari Robby ini, tiba-tiba saja, samurai itu tidak bisa bergerak sama sekali saat jarak tinggal beberapa sentimeter lagi dari tubuh Silvia.Robby sudah berusaha menambah tenaganya tapi semua itu sia-sia, samurai tajam itu tidak bisa tertancap ke tubuh Silvia karena sebuah tangan yang kuat sudah memegang samurai itu dengan tanpa pengaman sama sekali.Setelah itu, tangan yang memegang samurai itu, langsung mendorong tubuh Silvia jauh-jauh ke belakang hingga Silvia melepaskan ikat pinggangnya yang telah mengikat tangan Robby tadi. "Lindungi nyonya mudamu," itulah yang Silvia dengar saat tangan yang menyelamatkan dia tadi, mendorong tubuh Silvia jauh ke belakang.Silvia yang nyawanya hampir saja melayang itu merasa sangat bersyukur dengan kedatangan orang yang mendorong tubuhnya itu karena orang itu, adalah tuan mudanya, Davin, yang
Di tempat lain, A Hua yang saat ini sedang berada di depan kamar operasi tempat Xiaoyu baru saja masuk untuk dioperasi, sudah menyuruh semua anggotanya untuk berjaga-jaga di depan pintu karena A Hua sudah sempat survei ke ruang operasi ini dan satu-satunya pintu masuk untuk ke ruang operasi ini hanya yang berada di belakang A Hua saat ini, sehingga A Hua hanya fokus di depan pintu.Beberapa saat sebelumnya, A Hua juga sudah menyuruh anak buahnya untuk memberi kabar-kabar bohong kepada para pengunjung yang ada di sekitar sini, agar supaya mereka tidak menunggu di sekitar tempat ini supaya tidak ada korban orang tak berdosa yang ikut-ikutan jatuh di tempat ini saat para ninja datang nanti.Tiba-tiba, terdengar suara besi yang diseret di lantai dan berasal dari arah timur dan di saat bersamaan terdengar suara besi yang di ketuk-ketukan di dinding beton dan berasal dari arah utara.A Hua langsung tahu kalau para ninja itu sudah datang dan mereka datang dari dua arah berlawanan, mereka sen
Sementara itu, di depan sana, mobil yang membawa Vania dan para pengawalnya sebenarnya sudah berada di bandara, Tapi terjadi kemacetan parah di depan bandara, hal ini membuat Silvia menjadi cemas, Silvia selalu menengok ke arah belakang karena dia takut mobil yang tadi mengejar-ngejar mobil mereka sudah berhasil keluar dari hadangan drone.Beberapa saat yang lalu, mobil yang mengejar itu, hampir bisa mengejar mobil Silvia ini, untungnya, mobil yang membawa si samurai itu, dihadang dua buah drone yang menurut dugaan Silvia, pasti berasal dari Melvin, karena itu mobil si samurai itu sempat terhenti dan tidak mengejar lagi ke arah mobilnya Silvia dan kawan-kawannya.Silvia sempat lega melihat hal itu, karena untuk sementara, mereka bisa melepaskan diri dari mobil itu, mobil di mana samurai itu berada.Tapi saat ini keadaan kembali memprihatinkan dan menegangkan, saat mobil yang ditumpangi oleh Sylvia ini harus mengalami kemacetan yang parah. Silvia tidak khawatir akan keselamatan dirinya
"Orang itu memiliki gerakan yang sangat cepat dan dia bisa menangkis peluru dengan samurainya, dia sangat hebat, dia bukan orang sembarangan, bahkan nampaknya, dia cuma bisa ditandingi oleh Tuan Muda," kata Silvia sambil menatap ngeri ke arah belakang.Vania yang mendengar kata-kata Silvia ini ikut-ikutan menjadi ngeri."Percepat mobilnya, kita masih dikejar, nampaknya dia sudah menghabisi orang-orang kita yang tersisa dan nampaknya dia memakai mobil ke-4 kita untuk mengejar kita," kata Silvia kepada pengemudi mobil."Iya, Silvia," kata pengemudi mobil yang langsung memacu mobilnya menuju ke arah bandara.Sylvia terus menatap ke arah belakang, dia terus menatap ngeri ke arah belakang karena di belakang sana ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan melakukan beberapa kali zig-zag yang bahkan kerapkali menyenggol mobil-mobil yang berada di samping kiri dan kanannya.**Sementara itu, di belakang sana, Davin baru saja mendapatkan telepon dari Melvin," Iya, ada apa, Melvin
Davin mengerutkan alisnya dia tidak menyangka kalau dalam waktu sesingkat ini, dia harus mendapatkan ancaman baru. Ancaman baru bernama Robby, ancaman baru yang berasal dari keturunannya Howard Livingstone.Davin segera teringat kepada Vania. Davin sangat khawatir akan Vania," bagaimana dengan Vania? hubungi Silvia ceritakan tentang ancaman baru ini.""Iya, tuan muda," kata A Hua yang langsung menghubungi Silvia."Tapi, Davin tidak puas hanya menyuruh A Hua, kemudian, dia sendiri yang putuskan untuk mengambil handphonenya dan menelepon Vania, karena kalau Robby itu sudah berhasil melakukan teror dengan membunuh 3 orang anak buahnya Melvin, itu berarti Robby itu memang memiliki kemampuan, karena itu Davin mulai mengkhawatirkan keselamatan Vania."Halo, sayang," sapa suara lembut Vania di ujung telepon."Kamu di mana? Kamu masih di hotel kan? aku akan segera kesana.""Kami sedang menuju ke bandara," jawab Vania di ujung telepon."Kenapa ke bandara?""Aku putuskan untuk balik ke Hongkong
"Aku sangat senang saat ini," kata Xiaoyu dengan mata berbinar-binar. Dia menatap Davin tanpa berkedip sehingga membuat Davin tidak tega untuk tidak membalas tatapan matanya ini."Aku berjanji, aku akan berusaha mencapai kondisi terbaik untuk operasi berikutnya yang harus aku jalani itu. Aku juga sudah mengundang beberapa dokterku di Shanghai untuk ikut membantu dalam operasiku nanti dan setelah operasi yang aku yakin sekali akan sukses itu, kamu harus melamarku di depan orang tuaku, Oke?" lanjut Xiaoyu sambil menatap mesra ke arah Davin."Ya sudah. Sebaiknya sekarang ini kamu istirahat supaya kamu bisa mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk persiapan operasi nanti. Ayo tidur.""Tapi aku mau tidur bersamamu," pinta Xiaoyu."Lihat! tanganmu itu penuh dengan selang infus, aku belum bisa tidur bersamamu.""Belum bisa? berarti nanti, begitu aku selesai operasi kamu bisa kan tidur denganku?" todong Xiaoyu.Davin tampak tersentak kaget karena kata-katanya tadi ternyata disalahartikan ol