"Ya jelas salah lah. dia kan membeli lukisan dengan maksud lain bukan karena suka lukisan ku. lebih baik lukisan ku gak laku daripada dibeli orang seperti dia," tegas Vania. "Kamu jangan keterlaluan sama Ivan! dia sudah banyak berkorban untukmu, tau!" bentak Willy walaupun tidak sambil berteriak karena dia lihat sudah ada banyak orang yang memasuki galeri seni ini."Emang dia berkorban apa, ayah? kan sudah terbukti juga kalau waktu di Singapore itu, bukan Ivan yang membiayai pengobatan ayah.""Mana bisa kek gitu?!! itu kan rumah sakit milik Ivan. semua dokter juga mengakui hal itu," kata Willy ngotot."Bekas kepunyaan keluarga nya, ayah. karena, kenyataannya, saat ayah dioperasi, rumah sakit itu sudah berpindah tangan ke pemilik asal Hongkong dan para dokter sendiri yang mengatakan nya padaku," tegas Vania."Oke. taruhlah pemiliknya sudah berganti, tapi ingat, pasti karena Ivan juga hingga operasi ayahmu ini bisa ditangani dengan baik dan tanpa biaya. iya kan? gak mungkin lah pemil
"Jadi siapa yang membiayai pengobatan dan operasi ku, selama aku di Singapore?" tanya Willy memotong kata-kata Vania."Tentu saja Tuan Muda ku, Russel Wong itu," jawab Peter singkat."Terus apa tujuannya?" tanya Willy lagi sambil mengernyitkan keningnya. Willy masih tidak percaya kalau ada orang kaya lain di sekitarnya selain Ivan yang sudah kadung dianggap sebagai calon mantu ideal di mata nya."Tujuan utama nya untuk berbuat kebaikan. tujuan penting lainnya..., akan dia jelaskan sendiri nanti," kata Peter sambil tersenyum lagi. "Aku kok tetap gak percaya," ngotot Willy."Kan sudah terbukti Pak Willy, aku kan yang datang menawarkan lukisan Nyonya Muda, eh...lukisan Nona Vania itu sejak awal untuk ditaruh di galeri seni ini dan aku sudah membantah keras dugaan Pak Willy, kalau aku disuruh Ivan atau kalau aku ada hubungannya dengan Ivan. jadi, apa lagi yang membuat Pak Willy tidak percaya, pak?" tanya Peter dengan mulut tetap tersenyum ramah ke arah Willy."Karena aku gak pernah kenal
"Tuan Muda Wong tidak meminta Ivan untuk berlutut dihadapannya. tidak. tidak seperti itu. Tuan Muda Wong cuma meminta Ivan mengakui semua yang tidak pernah dilakukan nya tapi pernah diakuinya sebagai perbuatannya. dan itu harus dilakukan Ivan di hadapan orang tua dari wanita yang disukai Tuan Muda Wong. karena banyak sekali perbuatan yang dilakukan Tuan Muda Wong, yang kemudian diakui Ivan sebagai perbuatan Ivan. inilah yang tidak disukai Tuan Muda Wong," kata Peter kepada Fandy, Ayahnya Ivan, lewat sambungan video call."Baik. aku mengerti. duh, aku minta maaf. sampaikan permintaan maaf ku kepada Tuan Muda Wong. oh ya, kalau boleh tahu, apa saja yang diakui anakku itu? supaya aku bisa minta dia untuk mengakui semua nya dihadapan keluarga wanita yang disukainya itu," kata Fandy dengan perasaan campur aduk. ada rasa tidak enak kepada Tuan Muda Wong karena perbuatan Ivan kepada Tuan Muda Wong, juga ada perasaan marah di hati Fandy atas perbuatan Ivan yang memalukan itu."Ivan sepertinya
Keadaan pada saat ini, masih sama seperti beberapa saat yang lalu. Ivan masih tetap berlutut dan menundukkan kepalanya dalam-dalam dan masih juga belum bersuara.Vania masih berdiri dan tidak mau menuruti perintah Willy yang menyuruhnya untuk duduk serta menunggu kata-kata Ivan yang menurut pemikiran Willy, akan berupa lamaran kepada Vania. hati Willy sudah gugup bercampur senang sejak tadi, karena impian nya untuk memiliki Ivan sebagai mantu, akan segera dimulai Ivan dengan lamaran nya, kini, Willy tinggal mengendalikan Vania yang terlihat tidak antusias dengan apa yang dilakukan Ivan saat ini. Dua kemera handphone masih terarah kepada Ivan dan sesekali terarah kepada Vania, dua handphone itu dipegang oleh Asisten nya Ivan dan satunya oleh Wilson si Tangan Kilat. keduanya ingin mengabadikan momen ini dan kedua nya kini, sama-sama melakukan live, sebagai laporan langsung kepada orang-orang yang tidak atau belum berada di tempat ini.Asistennya Ivan melakukan live untuk Ayahnya Iva
Willy langsung melengos untuk menghindar dari cercaan Vania dan tatapan Vania yang menyalahkan dirinya yang selama ini terlalu mempercayai Ivan."Kamu berdirilah. ngapain masih berlutut disitu," kata Sita kepada Ivan. Ivan berdiri dan menatap Vania. dia masih berharap Vania akan mengapresiasi pengakuannya ini tapi, Vania tidak mau membalas tatapannya, akhirnya, dengan perasaan kecewa, Ivan pun pergi ke luar.Willy yang penasaran itu, langsung mengikuti langkah Ivan sampai keluar dari ruangan pelelangan. setelah berada diluar, Willy pun langsung menarik tangan Ivan dan membawa Ivan duduk di depan lukisan-lukisan asal Eropa yang dipajang di tempat itu."Iya, om?" tanya Ivan penuh harap. Ivan memang hanya disuruh ayahnya untuk mengakui semua kesalahannya didepan Vania dan orang tua nya, tidak disuruh untuk mundur dari persaingan merebut hati Vania karena itu, Ivan masih berharap banyak saat Willy mengejar nya sampai keluar dari ruangan pelelangan. "Om mau nanya nih, tentang Tuan Muda as
"Siapa yang mencelakai mu?" tanya Vania sambil menatap wajah Davin dan memegang tangan kiri Davin. mendengar pertanyaan Vania ini, Davin baru akan menjawab tapi dia hentikan dulu kata-katanya karena dokter Burhan sudah bicara lagi. "Pasien mengalami masa kritis pada saat itu, kami lah saksi peristiwa itu karena kami berdua inilah yang ikut menyelamatkan pasien pada saat itu," kata Dokter Burhan. Willy cuma terdiam mendengar penjelasan Dokter Burhan itu."Kalau gak percaya, aku akan tunjukkan bekas luka nya," kata Dokter Alvin sambil minta ijin pada Davin untuk membuka kemeja Davin. Vania sudah menunggu dengan cemas, Vania agak takut melihat bekas luka di tubuh Davin, tapi, Vania juga ingin tahu tentang luka di tubuh Davin, karena itu, Vania sudah menunggu dengan wajah khawatir.Kemeja milik Davin mulai dibuka, Willy dan Vania menunggu di depan Davin, sementara Sita memilih menjauh menuju ke pintu masuk ruang pelelangan karena takut melihat bekas luka di tubuh Davin itu.Kemeja milik
"Baguslah kalau gitu," kata Davin ringan."Kok bagus sih?" tanya Vania heran. Vania tidak menyangka kalau tanggapan Davin akan seringan ini. Vania pikir, Davin akan mengeluh kecewa karena mendengar kabar ini, tapi, tidak Vania sangka kalau Davin malah menanggapinya seringan itu."Karena, sepupuku kan nikahnya di Hongkong." "HAH?!!!" kini Vania yang kaget setengah mati. awalnya dia pikir, sepupunya Davin itu akan menikah di kampung, tidak Vania sangka kalau sepupunya Davin akan menikah di Hongkong. "Ya. kebetulan sekali, bukan? kamu ke Hongkong untuk tugas kantor, aku ke Hongkong untuk menghadiri pernikahan sepupuku. berarti kita bisa kesana sama-sama.""Sepupu kamu kerja di Hongkong ya?" tanya Vania. Vania pikir dengan kabar tentang adanya banyak sekali pekerja asing asal Indonesia yang bekerja di Hongkong, maka kemungkinan besar, sepupunya Davin, juga adalah salah satu pekerja Migran di Hongkong."Ya. Patrick memang kerja di Hongkong.""Oh. kalau gitu, aku bisa ikut bersama mu,.w
Willy tidak berpikir panjang, demi uang lima puluh miliar rupiah, Willy langsung minta maaf, walaupun tanpa berlutut karena dia harus merestui hubungan anaknya dengan seorang rendahan di matanya tapi, demi uang lima puluh miliar yang ditawarkan Vania asalkan dia mau merestui hubungan anaknya dengan Davin, akhirnya dia berkata," aku minta maaf dan..., baiklah. aku restui hubungan kalian. tapi ingat! KALAU KAMU BERANI MEMBUAT ANAKKU SAKIT HATI, AKU AKAN MENELAN MU BULAT-BULAT! MENGERTI?!!!""Iya, om. aku berjanji. aku tidak akan mengecewakan anak om. aku berjanji, om," kata Davin sambil menunduk dan mengangguk-angguk kan kepala nya dibawah tatapan mata melotot dari Willy."Bagus," dengus Willy yang merasa terpaksa merestui hubungan anaknya dengan Davin yang masih dianggapnya berasal dari kalangan rendahan itu."Oh iya, Bun..., ayah...,aku ingin pamitan. barusan aku dapat tugas dari kantor ku untuk membawa laporan tahunan perusahaan ke kantor pusat di Hongkong," kata Vania meminta ijin k
Saat berada di pesawat menuju ke Hongkong, Davin selalu mendekap tubuh Vania, dia hanya melepaskan tubuh istrinya saat salah satu diantara keduanya pergi ke toilet. Saat makan pun Davin selalu memegang tangan istrinya bahkan menyuapi istrinya."Kenapa ketawa? tanya Davin saat melihat Vania tertawa."Kayaknya kata-kataku tadi sangat mengena di hatimu, sehingga kamu sangat memanjakan aku.""Kamu membuat aku takut, sayang.""Hahaha, padahal walaupun kita cek up kesehatan menyeluruh di tubuhku selama 5 hari berturut-turut pun, tidak akan mendapatkan penyakit apapun, paling cuma ada kolesterol mungkin sedikit darah rendah tapi tidak ada penyakit yang berat," yakin Vania."Lalu kenapa tadi kata-katamu seperti itu?""Karena aku sedih melihat Xiaoyu dan aku sangat bersimpati kepada Xiaoyu, Jadi kalau memang aku tiba-tiba pergi, aku ingin ada Xiaoyu yang mendampingi aku, jadi, aku mengatakan itu bukan karena aku lagi sakit, tapi itu luapan kebanggaanku kepadamu dan juga luapan rasa simpatiku k
Akhirnya, tangisan dari Xiaoyu bahkan memerlukan waktu 2 jam bagi Davin dan Vania untuk bisa menenangkan Xiaomi. Vania yang lembut hatinya itu, malah sempat beberapa kali memberi isyarat kepada Davin agar Davin merubah keputusannya itu dan mau menerima Xiaoyu sebagai istri kedua Davin, tapi Davin tetap tegas kepada keputusannya untuk tidak menerima Xiaoyu menjadi istri keduanya.Walaupun Xiaoyu terus menangisi keputusan Davin itu, tetapi Davin terus mengeraskan hatinya, bagi Davin, Xiaoyu harus menerimanya sekarang walaupun berat, tapi Xiaoyu harus mulai belajar menerima kalau dirinya tidak akan mungkin bisa bersatu dengan Davin walaupun hanya menjadi istri yang kedua.Xiaoyu sempat beberapa kali memanfaatkan kelembutan hati Vania untuk mengetuk pintu hati Davin, karena itu Vania beberapa kali meminta Davin untuk memikirkan ulang keputusannya itu, bahkan Vania sempat ikut-ikutan menangis dengan Xiaoyu saat mendengar cerita Xiaoyu tentang betapa merananya dia sejak kecil menunggu Davin
Davin dan Vania masih terus berpegangan tangan mereka menunggu di depan kamar pemulihan pasca operasi tempat Xiaoyu dirawat setelah operasi, sementara A Hua masih sedang diperiksa di kantor polisi untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu di tempat ini, saat para ninja menyerang.Di sekeliling Davin dan Vania, para pengawal yang masih tersisa duduk mengawal mereka berdua, selain 2 pengawal tersisa Vania, yaitu Silvia dan A Tek, juga ada Wilson dan Melvin yang baru saja bergabung. Bersama mereka, juga ada David dan Eric Ginola yang sebenarnya tugas sehari-hari mereka adalah menjaga perusahaan-perusahaan Davin di Eropa Barat tapi karena mereka sedang liburan di New York maka mereka juga menjadi pengawal dadakan bagi Davin saat ini.Sebelumnya, salah satu dokter sudah keluar dan mengabarkan kalau operasi berjalan sukses tinggal menunggu Xiaoyu pulih dari anestesi yang dia terima saat operasi tadi karena itu Davin dan Vania tinggal menunggu di depan kamar pemulih
Tepat saat samurai di tangan Ninja yang bernama Robby ini akan ditusukkan ke tubuh Silvia yang saat itu sudah pasrah karena dia tidak mampu menghadapi tenaga dari Robby ini, tiba-tiba saja, samurai itu tidak bisa bergerak sama sekali saat jarak tinggal beberapa sentimeter lagi dari tubuh Silvia.Robby sudah berusaha menambah tenaganya tapi semua itu sia-sia, samurai tajam itu tidak bisa tertancap ke tubuh Silvia karena sebuah tangan yang kuat sudah memegang samurai itu dengan tanpa pengaman sama sekali.Setelah itu, tangan yang memegang samurai itu, langsung mendorong tubuh Silvia jauh-jauh ke belakang hingga Silvia melepaskan ikat pinggangnya yang telah mengikat tangan Robby tadi. "Lindungi nyonya mudamu," itulah yang Silvia dengar saat tangan yang menyelamatkan dia tadi, mendorong tubuh Silvia jauh ke belakang.Silvia yang nyawanya hampir saja melayang itu merasa sangat bersyukur dengan kedatangan orang yang mendorong tubuhnya itu karena orang itu, adalah tuan mudanya, Davin, yang
Di tempat lain, A Hua yang saat ini sedang berada di depan kamar operasi tempat Xiaoyu baru saja masuk untuk dioperasi, sudah menyuruh semua anggotanya untuk berjaga-jaga di depan pintu karena A Hua sudah sempat survei ke ruang operasi ini dan satu-satunya pintu masuk untuk ke ruang operasi ini hanya yang berada di belakang A Hua saat ini, sehingga A Hua hanya fokus di depan pintu.Beberapa saat sebelumnya, A Hua juga sudah menyuruh anak buahnya untuk memberi kabar-kabar bohong kepada para pengunjung yang ada di sekitar sini, agar supaya mereka tidak menunggu di sekitar tempat ini supaya tidak ada korban orang tak berdosa yang ikut-ikutan jatuh di tempat ini saat para ninja datang nanti.Tiba-tiba, terdengar suara besi yang diseret di lantai dan berasal dari arah timur dan di saat bersamaan terdengar suara besi yang di ketuk-ketukan di dinding beton dan berasal dari arah utara.A Hua langsung tahu kalau para ninja itu sudah datang dan mereka datang dari dua arah berlawanan, mereka sen
Sementara itu, di depan sana, mobil yang membawa Vania dan para pengawalnya sebenarnya sudah berada di bandara, Tapi terjadi kemacetan parah di depan bandara, hal ini membuat Silvia menjadi cemas, Silvia selalu menengok ke arah belakang karena dia takut mobil yang tadi mengejar-ngejar mobil mereka sudah berhasil keluar dari hadangan drone.Beberapa saat yang lalu, mobil yang mengejar itu, hampir bisa mengejar mobil Silvia ini, untungnya, mobil yang membawa si samurai itu, dihadang dua buah drone yang menurut dugaan Silvia, pasti berasal dari Melvin, karena itu mobil si samurai itu sempat terhenti dan tidak mengejar lagi ke arah mobilnya Silvia dan kawan-kawannya.Silvia sempat lega melihat hal itu, karena untuk sementara, mereka bisa melepaskan diri dari mobil itu, mobil di mana samurai itu berada.Tapi saat ini keadaan kembali memprihatinkan dan menegangkan, saat mobil yang ditumpangi oleh Sylvia ini harus mengalami kemacetan yang parah. Silvia tidak khawatir akan keselamatan dirinya
"Orang itu memiliki gerakan yang sangat cepat dan dia bisa menangkis peluru dengan samurainya, dia sangat hebat, dia bukan orang sembarangan, bahkan nampaknya, dia cuma bisa ditandingi oleh Tuan Muda," kata Silvia sambil menatap ngeri ke arah belakang.Vania yang mendengar kata-kata Silvia ini ikut-ikutan menjadi ngeri."Percepat mobilnya, kita masih dikejar, nampaknya dia sudah menghabisi orang-orang kita yang tersisa dan nampaknya dia memakai mobil ke-4 kita untuk mengejar kita," kata Silvia kepada pengemudi mobil."Iya, Silvia," kata pengemudi mobil yang langsung memacu mobilnya menuju ke arah bandara.Sylvia terus menatap ke arah belakang, dia terus menatap ngeri ke arah belakang karena di belakang sana ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan melakukan beberapa kali zig-zag yang bahkan kerapkali menyenggol mobil-mobil yang berada di samping kiri dan kanannya.**Sementara itu, di belakang sana, Davin baru saja mendapatkan telepon dari Melvin," Iya, ada apa, Melvin
Davin mengerutkan alisnya dia tidak menyangka kalau dalam waktu sesingkat ini, dia harus mendapatkan ancaman baru. Ancaman baru bernama Robby, ancaman baru yang berasal dari keturunannya Howard Livingstone.Davin segera teringat kepada Vania. Davin sangat khawatir akan Vania," bagaimana dengan Vania? hubungi Silvia ceritakan tentang ancaman baru ini.""Iya, tuan muda," kata A Hua yang langsung menghubungi Silvia."Tapi, Davin tidak puas hanya menyuruh A Hua, kemudian, dia sendiri yang putuskan untuk mengambil handphonenya dan menelepon Vania, karena kalau Robby itu sudah berhasil melakukan teror dengan membunuh 3 orang anak buahnya Melvin, itu berarti Robby itu memang memiliki kemampuan, karena itu Davin mulai mengkhawatirkan keselamatan Vania."Halo, sayang," sapa suara lembut Vania di ujung telepon."Kamu di mana? Kamu masih di hotel kan? aku akan segera kesana.""Kami sedang menuju ke bandara," jawab Vania di ujung telepon."Kenapa ke bandara?""Aku putuskan untuk balik ke Hongkong
"Aku sangat senang saat ini," kata Xiaoyu dengan mata berbinar-binar. Dia menatap Davin tanpa berkedip sehingga membuat Davin tidak tega untuk tidak membalas tatapan matanya ini."Aku berjanji, aku akan berusaha mencapai kondisi terbaik untuk operasi berikutnya yang harus aku jalani itu. Aku juga sudah mengundang beberapa dokterku di Shanghai untuk ikut membantu dalam operasiku nanti dan setelah operasi yang aku yakin sekali akan sukses itu, kamu harus melamarku di depan orang tuaku, Oke?" lanjut Xiaoyu sambil menatap mesra ke arah Davin."Ya sudah. Sebaiknya sekarang ini kamu istirahat supaya kamu bisa mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk persiapan operasi nanti. Ayo tidur.""Tapi aku mau tidur bersamamu," pinta Xiaoyu."Lihat! tanganmu itu penuh dengan selang infus, aku belum bisa tidur bersamamu.""Belum bisa? berarti nanti, begitu aku selesai operasi kamu bisa kan tidur denganku?" todong Xiaoyu.Davin tampak tersentak kaget karena kata-katanya tadi ternyata disalahartikan ol