"Bin, kenapa kamu memilihku untuk jadi pacar pura-pura kamu?" begitu selesai tanda tangan, Naina langsung meluncurkan sebuah pertanyaan yang membuat wanita penasaran sekaligus geram dalam waktu yang bersamaan sejak pengakuan sang aktor di hadapan para wartawan.
"Kenapa? Apa kamu sudah tidak pandai berpura-pura?" bukannya menjawab, Bintang malah melempar pertanyaan yang membuat Naina cukup tersindir. Pria itu bahkan sempat melempar senyum sinisnya setelah sindiran sukses keluar dari mulut sang aktor."Bukan begitu," Naina agak tergagap. Tentu saja relung hati wanita itu tertohok dengan sindiran lawan bicaranya."Selama ini, yang aku lihat jika ada berita tentang kamu, banyak wanita yang kamu kencani. Bahkan kabarnya dalam satu bulan, kamu bisa dengan mudah berganti pasangan sesuka hati, kenapa kamu malah memilihku? Bukankah saat ini kamu juga sedang ada ikatan sama Yura?""Terus kamu percaya dengan semua berita itu?" Bintang masih menanggapi ucapan Naina dengan kembali melempar pertanyaan dan sikap yang lebih sinis."Bukankah kamu yang membuat aku trauma berhubungan dengan lawan jenis? Terus kamu percaya begitu saja dengan semua berita yang beredar? Ck, ck, ck, Wajar sih kalau kamu percaya denga semua berita tentangku. Kamu kan wanita paling jujur sedunia yang pernah aku kenal.""Ya ampun, Bin," Naina nampak frustasi. Bintang selalu sukses membuat Naina tersindir."Setidaknya kamu dengerin dulu penjelasanku dulu. Setelah itu kamu bebas memvonis apapun tentang aku, silahkan."Bintang kembali menyeringai. "Setelah hampir sepuluh tahun kamu baru ada niat untuk menjelaskan? Dari dulu kamu kemana aja, Nai? Bahkan setelah aku tahu semuanya, kamu sama sekali tidak ada niat untuk minta maaf dan memberi penjelasan. Lalu, apa manfaatnya penjelasan yang kamu lakukan sekarang?"Seketika Naina terbungkam. Wanita itu seakan kehabisan akal untuk berpikir dan mencari kesempatan agar bisa memberi pengertian kepada Bintang."Sudah, sekarang kita keluar," Bintang langsung bangkit dari duduknya. Naina pun dengan malas ikut bangkit dan berjalan pelan sembari menarik kopernya mengikuti langkah Bintang.Begitu sampai di luar ruangan, Naina dibuat terkejut kala Bintang tiba-tiba merebut koper yang dia bawa dan menyerahkan koper tersebut kepada sang menager."Kalian berangkat dulu, ada yang harus aku lakukan bersama kekasihku. Bawa koper ini ke tempat tinggal pribadiku, paham?" titah Bintang kepada tiga orang yang berdiri menghadapnya."Baik, Bin, tapi kamu harus hati-hati," ucap Jona. Ucapan Bintang memang begitu tegas jadi tanpa banyak pertanyaan sang manager langsung mengiyakannya."Kalian tenang saja, selain dia sebagai kekasihku, anggap aja dia juga pengawal pribadiku. Kalian tahu kan, apa artinya?" ucap Bintang, yang sangat memahami kekhawatiran sang manager dan dua asisten pribadinya.Setelahnya, Bintang kembali menyeret tangan Naina begitu saja sampai wanita itu kaget dan hampir terjatuh. Naina hanya bisa menggerutu dalam hati, tidak bisa bebas melampiaskan kekesalannya."Mas Jona, kamu yakin kalau wanita itu adalah kekasih Mas bintang?" tanya Silvi, salah satu asisten Bintang sembari matanya terus menatap punggung sang aktor dan Naina, yang semakin menjauh."Kalian sendiri yakin tidak, kalau mereka ada hubungan?" bukannya menjawab Jona malah melempar pertanyaan dengan tatapan yang sama seperti kedua asistennya."Kalau menurutku sih, mereka tidak pacaran," jawab Dimdim, asisten satunya berjenis kelamin pria."Nah, itu kalian tahu," balas Jona setelah menghadap dua asistennya. "Malah aku merasa, Bintang seperti ada dendam pada wanita itu. Aku perhatikan setiap Bintang menatap wanita itu, kayak ada kebencian dari sorot matanya."Dimdim dan Silvi nampak tertegun. Untuk beberapa saat keduanya saling tatap sejenak dan dari sorot mata mereka, jelas sekali banyak tanya yang tumbuh dalam benak keduanya."Apa jangan-jangan, depresinya Mas Bintang, ada hubungannya dengan wanita itu?" terka Silvi. "Bukankah dari dulu, Mas Bintang digosipkan pernah mengalami depresi hampir dua tahun?""Aku kurang tahu. Aku aja masih nggak yakin kalau Bintang pernah depresi," balas jona. "Udahlah, mending kita berangkat. Entah apa yang akan kita hadapi setelah kabar kencan Bintang kemarin, kita harus pasang badan sekuat mungkin."Dimdim dan Silvi serentak mengangguk. Mereka melangkah ke arah lain, dimana arah yang mereka tuju adalah tempat mobil yang akan mengantar mereka menuju ibu kota.Arah yang dituju Bintang dan Naina juga sebenarnya arah tempat parkir mobil. Bintang memarkirkan mobilnya di sana. Seperti biasa, kalau keluar kota, Bintang memang tidak mengendarai satu mobil bersama sang manager. Hal itu dikarenakan bintang merasa lebih nyaman berkendara sendiri."Kita mau kemana?" tanya Naina kala dirinya sudah berada di dalam mobil dan mobil itu melaju meningggalkan hotel."Ke ibu kota lah, emang kemana lagi?" balas Bintang ketus."Tadi, katanya kamu mau mampir kemana dulu," ucap Naina menatap heran ke arah Bintang."Cuma alasan. Kenapa? Nggak suka?"Naina sontak mendengus. lama-lama wanita itu benar-benar kesal dengan tingkah aktor yang satu ini. Naina melempar pandanganya ke arah jalan dan memilih diam, karena lelah harus berdebat terus dengan sang aktor.Di saat keheningan sedang melanda kedua anak manusia tersebut, Bintang dan Naina dikejutkan dengan dering sebuah telephone sampai keduanya serentak melempar pandangan ke satu arah.Setelah melihat sebuah nama tertera dalam layar mobil yang terhubung dengan ponsel milik Bintang, Naina memilih langsung berpaling, kembali menatap jalanan. Sedangkan Bintang langsung menggeser tombol hijau."Hallo, Ma!" sapa Bintang dengan suara cukup kencang. Terdengar balasan dari seorang wanita yang dipanggil Mama. Dari pembicraan yang tidak sengaja Naina dengar, rupanya gosip tentang bintang yang sudah memiliki kekasih menyebar hingga ke telinga orang tuanya.Dari nada bicaranya yang tertangkp telinga Naina, wanita itu menyimpulkan kalau Ibunya Bintang begitu khawatir dan juga senang dengan pemberitaan tersebut."Kamu dengar kan, pembicaraan aku dan Mama barusan?" tanya Bintang begitu panggilan telfon dengan sang mama berakhir. Naina sontak mengangguk beberapa kali tanpa mengeluarkan suaranya."Kamu juga pasti dengar bukan, betapa bahagianya Mama mendengar berita kalau aku sudah memiliki pacar?" tanya Bintang lagi, dan Naina kembali mengganguk."Bukankah itu bukti kalau selama ini aku tidak pernah memiliki kekasih?" cecar Bintang lagi, dan kali ini ucapan pria itu sukses membuat Naina menatapnya."Sekarang, jika Mama tahu kamulah yang menyebabkan aku sampai tidak pernah pacaran. Bahkan sampai depresi, kira kira reaksi apa yang akan Mama tunjukan sama kamu?"Naina terdiam. Wanita itu langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. Tentu saja Naina tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan Bintang untuknya. Pastinya ada rasa panik dan juga takut yang seketika menjalar dalam benak Naina saat itu juga.Bintang sendiri kembali tersenyum sinis begitu melihat reaksi yang ditunjukan wanita di sebelahnya. Ada kepuasan tersendiri dalam benak sang aktor kala melihat wajah tertekan pada diri Naina. Inilah yang Bintang harapkan, membuat Naina terus tertekan sebagai wujud balas dendamnya."Tidak perlu panik berlebihan seperti itu," ucap Bintang beberapa saat kemudian. "Aku tidak akan langsung memberi tahu orang tuaku tentang siapa kamu sebenarnya. Biarkan mereka tahu sendiri kenyataannya suatu hari nanti."Apa yang dikatakan Bintang, sudah pasti mengusik telinga Naina, sampai wanita itu kembali menatap sang aktor. "Apa maksud kamu?" tanya Naina dengan tatapan menuntut penjelasan."Masa gitu aja kamu tidak maksud sih, Nai?" ejek Bintang, "baiklah, biar
Hening, seketika suasana benar-benar terasa hening. Namun anehnya suasana hening itu terjadi, hanya pada salah satu gubug yang ada di sudut rumah makan, di mana dalam gubug tersebut ada sepasang pria dan wanita yang saling terdiam sembari menikmati hidangan.Dengan segala rasa canggung yang luar biasa, sepasang mata milik kedua pria dan wanita itu sama sekali tidak berani saling menatap karena masih dalam suasana hati yang syok atas apa yang yang baru saja terjadi di antara mereka.Sungguh, jika difilmkan, mungkin itu adalah salah satu adegan paling romantis yang sering menjadi penguat cerita dalam drama penuh cinta. Namun sayangnya adegan yang harusnya romantis, malah berakhir saling kesal dalam benak pria dan wanita tersebut."Heran, nih tangan kenapa bisa spontan gitu sih? bikin malu aja?" rutuk si pria dalam hati."Maksudnya apa coba berbuat kayak gitu? Mau dianggap pria romantis? Nggak mempan," dumel si wanita juga dari dalam hatinya.Tentu saja masih terekam dengan sangat jelas
"Bos lagi nggak bercanda kan? Bos mau menyerahkan wanita itu pada pria buaya? Sainganku? Hah, apa itu bukan saran yang konyol, Bos?" kesal Bintang begitu mendengar ide pimpinan agensinya yang menurutnya memang tidak masuk akal.Bintang sangat mengenal siapa Miko dan bagaimana sepak terjang aktor tersebut. Meskipun dirinya menyimpan kebencian kepada Naina, Bintang tidak mungkin menyetujui usulan sang Bos begitu saja. Apa lagi diantara mereka sudah terikat kesepakatan tertulis, jelas saja, Bintang dengan jelas menantangnya."Justru jika wanita itu terus berada di sekitar kamu, dia yang akan banyak mengalami kesulitan," sang Bos tentu saja langsung mengemukakan alasan yang menurutnya tepat untuk mengambil keputusan tersebut. Pria 40 tahun itu jelas tidak mau kalah dari aktor yang bernaung di bawah agensinya."Oke, mungkin dalam berita yang beredar, wajah wanita itu disamarkan. Tapi kamu tahu sendiri, sekarang sudah jaman canggih? Bisa saja saat ini banyak penggemar kamu yang mencari info
"Baguslah, tanpa aku bergerak sendiri, akan ada yang membantuku membuat kamu terkurung dalam rasa bersalah, Nai," ucap Bintang sembari menatap langit-langit kamarnya yang terbilang ruangan paling mewah dari banyaknya ruangan, dalam bangunan rumahnya.Setelah tadi tanpa sengaja menguping pembicaran Naina dan Silvi, Bintang memilih bergegas masuk ke dalam kamarnya. Niat hati ingin terus mengerjai mantan kekasihnya, tapi niat itu Bintang urungkan kala mendengar pembicaraan dua wanita muda tersebut."Setelahnya, apa yang harus aku lakukan lagi ya?" Bintang tak berhenti memikirkan untuk membalas rasa sakit hatinya. Rasa sakit atas perbuatan Naina dulu membuat pria itu terus memikirkan cara untuk membuat wanita itu merasakan hal yang sama.Seiring berjalannya waktu, karena rasa lelah yang mendera tubuhnya, Bintang pun harus menyerah oleh rasa kantuk yang menyerang matanya. Aktor yang namanya sedang naik daun tersebut, akhirnya terlelap tanpa mendapatkan hasil dari apa yang sedang dia pikir
Di depan teras rumah, Naina masih berbincang dengan dua anak muda yang baru dia kenal sejak pindah ke rumah itu. Mungkin karena perbedaan usai ketiga orang itu tidak terlalu jauh, jadi mereka cukup nyambung dalam obrolan yang mereka lakukan.Ketika mereka sedang membahas tentang si pemilik rumah, tanpa mereka sadari pemilik rumah yang merupakan seorang aktor, turut mendengar pembicaraan mereka. Bintang tidak menunjukan kemarahannya sama sekali. Tetapi sang pemilik rumah justru terlihat tersenyum senang."Nah, kalau kayak gini terus kan, Naina bakalan semakin yakin dan merasa bersalah terus. Biar tahu rasa itu perempuan," umpat Bintang penuh kemenangan. Naina memang sudah mendengar dari mulut Silvi dan Dimdim secara langsung tentang masa lalu sang aktor. Naina memang dihantui rasa bersalah dan itu sesuai dengan harapan Bintang."Kita berangkat sekarang, Mas Bintang?" tanya Dimdim begitu matanya menangkap sosok majikannya yang keluar dari rumah. Saat itu juga Bintang memasang wajah da
"Mbak Nai, kamu kenapa?" suara tanya yang keluar dari mulut Silvi dengan nada yang cukup keras, dan disertai tepukan di pundak kanan Naina, sontak mengejutkan Naina yang baru saja berteriak agak kencang. Naina seketika mengedarkan pandangannya dan kening wanita itu saat itu juga langsung berkerut."Apa tadi aku sedang berhalusinasi?" gumam Naina kala menyadari semua mata memandang ke arahnya dengan tatapan penuh tanya. Namun sekian detik kemudian, wanita itu langsung senyum-senyum diringi rasa malu dan canggung begitu dirinya telah sepenuhnya menyadari kalau dia baru saja behalusinasi."Maaf, tadi aku sedang melamun," ucap Naina tak enak hati. Wanita itu langsung menangkup kedua tangan di depan dadanya sembari mengucapkan kata maaf kepada beberapa orang yang tadi menatapnya."Apaan sih. gangguin fokus orang aja," gerutu salah satu kru dari pihak produksi, membuat Naina semakin merasa bersalah dan merutuki kebodohannya sendiri. "Kamu sakit, Mbak?" tanya Silvi begitu suasana sudah ke
Tanpa terasa sudah empat jam bintang menjalani berbagai proses yang bersangkutan dengan pekerjaannnya. Untuk hari ini, pekerjaan yang berhubungan dengan produk minuman itu telah selesai dan akan dilanjut esok hari di tempat lain. Menjalani shooting sebuah produk sponsor memang lebih menyenangkan daripada menjalani shooting drama yang bisa memakan waktu tak menentu. Maka itu, Bintang hari ini tidak terlihat begitu lelah karena dia sangat menikmati pekerjaanya yang berakhir lebih cepat."Setelah ini, apa aku ada jadwal lain, Jon?" tanya Bintang saat menikmati waktu istirahatnya, di ruang yang telah disediakan tim produksi. Pria itu menyesap minuman botol yang sedari tadi sudah disediakan sesuati permintaannya."Tidak ada. Bukankah kamu sendiri yang meminta istirahat beberapa hari, setelah proses shooting drama kamu berakhir kemarin?" balas Jona setelah mengecek jadwal artisnya melalui ponsel. "Apa kamu ada rencana lain?" tanua Jona menatap lekat lawan bicaranya.Bintang mengela nafasn
"Jon, berhenti, Jon! Berhenti!" titah Bintang begitu mobil baru melaju sejenak"Iya, iya," balas Jona sembari memperlambat kecepatan mobilnya sembari perlahan menepi. Setelah mobil benar-benar berhenti, Bintang lantas menoleh ke arah belakang dan memperhatikan sepanjang jalan yang baru saja dia lewati."Mbak Nainanya tidak kelihatan," celetuk Silvi yang ikutan memandang ke arah yang sama dengan Bintang. "Mas Bintang keterlaluan deh. Kasihan kan Mbak Nainanya," gadis itu nampak begitu khawatir dan juga kesal secara bersamaan."Biar dia tahu rasa. Siapa suruh melanggar perintahku," balas Bintang tak mau kalah. Silvi melirik sejenak lalu dia langsung mendengus. Kalau Bintang bukan bos yang menggajinya, gadis itu pasti sudah memaki Bintang saat itu juga."Kamu keterlaluan banget, Tang. Nanti kalau dia ilang gimana?" protes Jona. Pria itu pun merasakan hal yang sama dengan yang dirasakan Silvi. Namun Jona juga tidak bisa berbuat banyak karena dia juga cukup tergantung pada aktor tersebut
Suasana hati Bintang saat ini masih belum baik-baik saja. Berbagai macam perasaan dan pikiran terus berkecamuk tanpa bisa dia ungkapkan. Sesekali tatapannya terlempar ke arah wanita yang matanya masih terpejam sejak beberapa jam yang lalu. Meskipun dokter serta beberapa perawat yang sedari tadi memantau keadaan Naina mengatakan, kalau keadaan wanita itu baik-baik saja, tapi informasi tersebut tidak sepenuhnya membuat Bintang merasa tenang. Justru dilema makin berkembang pesat memenuhi rongga dadanya."Bagaimana keadaan Naina sekarang, Tang?" sebuah suara berat khas seorang laki-laki, tiba-tiba menggema dalam ruang rawat inap, dimana saat ini Bintang sedang terbaring di atas sofa dengan mata terpejam. Mata Bintang seketika terbuka dan dia melempar pandangannya ke arah sumber suara untuk beberapa saat, lalu mata itu kembali terpejam. "Kata dokter sih, baik-baik saja. Mungkin dalam beberapa jam lagi, dia akan sadar dari tidurnya.""Syukurlah," balas pria lain, yang memilih duduk di sis
Bintang masih terdiam dengan posisi tubuh yang masih sama. Hingga beberapa puluh menit berlalu, dirinya masih dihinggapi kebimbangan setelah tadi berbicara dengan asisten perempuannya. Bintang tidak tahu, apa yang harus dia lakukan selanjutnya.Untuk saat ini, Bintang menyerahkan segala urusan yang berhubungan dengan pekerjaannya kepada Jona dan dua asistennya. Untuk sementara, mereka juga sepakat menutup mulut tentang identitas Naina dan semua yang berhubungan dengan kejadian penusukan beberapa waktu lalu. "Bintang," seru suara seseorang begitu masuk ke dalam ruang rawat inap dimana Bintang saat ini sedang membaringkan tubuhnya sendiri di atas sofa. Mata Bintang yang beberapa menit itu sedang terpejam, seketika terbuka dan dia langsung menoleh ke arah sumber suara."Bagaimana keadaan Naina? Kenapa bisa jadi begini sih?" orang itu adalah Salma. Dia terlihat cukup panik sembari memperhatikan Naina yang masih terlelap. Salma pun menoleh, manatap anaknya dan menuntut penjelasan."Aku ju
Syok, itulah yang terjadi pada Bintang saat ini. Dia yang sedang mencoba menenangkan diri di sebuah cafe and club, begitu terkejut ketika memutar badannya dan melihat apa yang terjadi di belakang tubuhnyaBukan hanya Bintang, beberapa pengunjung serta karyawan termasuk Dimdim pun juga sangat terkejut dengan kejadian tak terduga di depan mata mereka. Mungkin karena pengunjung di sana tidak terlalu banyak, jadi peristiwa yang menimpa Naina langsung menjadi perhatian."Naina!" teriak Bintang dengan suara yang begitu lantang. Pria itu segera mengambil tindakan, menyongsong tubuh Naina yang ambruk ke lantai sembari memegang perut bagian kirinya.Ya, Naina seketika ambruk ke lantai sembari mengerang dan memegang perutnya. Bintang terlihat begitu panik sampai dia sendiri juga ikut memegangi bagian perut Naina yang mengeluarkan darah. Sementara Dimdim dan beberapa pria lain saat itu juga langsung menangkap sosok misterius yang baru saja melakukan tindak kejahatan. Bahkan sosok yang belum dik
Seketika Naina sedikit ternganga begitu wanita yang sedang dia tatap, kembali mengajukan saran yang sedari tadi membuat Naina tercengang. Wanita itu tentu saja merasa bingung dengan sikap dari orang tua pria yang pernah dia sakiti hatinya di masa lalu."Apa, Tante? Menikah?" meski Naina sudah mendengar usulan Salma dengan cukup jelas, tapi wanita itu malah melempar pertanyaan karena merasa usulan itu masih tidak bisa diterima oleh akal.Salma dengan yakin, menganggukan kepalanya. "Ya, menikah. Bukankah itu ide yang bagus?" dengan enteng Salma kembali menegaskan usulannya, membuat Naina semakin tercengang dengan kedua mata menatap tak berkedip lawan bicaranya. "Maaf, Tante, kenapa Tante bisa menyarankan aku sama Bintang untuk menikah saja?" dengan sopan dan supaya tidak menyinggung perasaan, Naina melempar satu pertanyaan. Sementara Salma sendiri masih menunjukan senyum tipis penuh kehangatan, yang membuat lawan bicaranya cukup merasa nyaman dengan sikap hangat wanita, yang telah mel
Untuk beberapa saat, dua anak manusia yang sedang duduk bersama di taman depan sebuah rumah mewah, terdiam, sembari menyelami pikiran masing-masing. Dilihat dari kondisinya, pembicaraan mereka berdua belum ada tanda untuk berakhir, dan sepertinya pembahasan itu akan semakin panjang."Mungkin menurut kamu, tindakan kamu sudah benar karena apa yang kamu lakukan, itu demi menolong teman. Tapi, apa kamu tidak pernah mempertimbangkan perasaanku saat itu? Apa kamu menganggap perasaanku itu sebuah permainan, Nai?" ucap Bintang beberapa saat kemudian dengan mata menerawang ke arah lain. Naina pun sontak menoleh dan menatap pria yang saat ini baru bisa mengungkapkan rasa kecewanya akibat perbuatan Naina. Kemudian Naina menunduk tanpa mengeluarkan suaranya. Naina sadar, apapun alasan yang Naina katakan, akan tetap terlihat salah di mata Bintang."Baiklah, sekarang, semuanya terserah kamu aja, Nai. Lagian, jika aku memaksa kamu untuk terus tinggal bersamaku, semua orang akan menganggap aku yang
Naina tertegun dengan apa yang baru saja dia dengar. Saat itu juga wanita tersebut langsung menghindari tatapan Bintang yang menuntut sebuah penjelasan darinya. "Apaan sih," bantahnya agak salah tingkah.Namun, hal itu justru makin membuat Bintang menatap tajam wanita itu. Entah apa yang dirasakan Bintang saat ini, diwla justru merasakan keanehan pada sikap Naina, yang menurutnya janggal. Dia hendak mencecar Naina lagi, tapi pertanyaan Naina yang tiba-tiba meluncur, langsung membungkam mulut Bintang saat itu juga."Sekarang sudah jelas kan, siapa yang mengawali taruhan itu?" ucap Naina hati-hati.Bintang yang pikirannya sedang tertuju ke arah lain, sontak saja terdiam untuk beberapa saat. Hingga tidak membutuhkan waktu yang lama, pria itu pun bersuara, "tapi kan tetap saja apa yang kamu lakukan itu sudah keterlaluan. Sekarang, bagaimana kalau posisi kita dibalik. Jika kamu yang jadi bahan taruhan, apa yang kamu rasakan? Senang atau bagaimana?"Kali ini Naina langsung terbungkam. Wanit
"Apa!" kali ini Bintang memekik cukup keras. Selain terkejut dengan ucapan Naina, pria itu juga seketika berusaha mengingat kejadian beberapa tahun silam, di mana saat dia masih sekolah."Apa itu benar, Bel?" tanya Salma, langsung melempar pertanyaan kepada Belinda. Wanita itu juga terkejut begitu mendengar cerita dari Naina, dan Salma merasa sedikit janggal, karena cerita masa lalu anaknya memiliki versi yang berbeda."Kok ceritanya bisa berbeda dengan yang kamu ceritakan?" Salma tidak tahan menyembunyikan rasa herannya. Tapi apa yang ditanyakan Salma, cukup membuat Bintang dan Naina terkejut secara bersamaan,."Maksud Mama? Ceritanya berbeda bagaimana, Ma?" cecar Bintang dengan segala rasa penasaran yang kembali menyelimuti benaknya. Begitu juga yang dirasakan Naina. Beruntung, Bintang yang melempar pertanyaan, jadi Naina tinggal menunggu jawaban dari Salma."Sekarang, kamu jawab pertanyaan Tante, cerita mana yang benar? Cerita dari kamu apa cerita Naina barusan?" desak Salma tanpa
Naina hanya tersenyum meski Bintang menatapnya dengan tatapan serius dan menuntut sebuah jawaban darinya. Bagi Naina tidak penting menjawab pertanyaan Bintang untuk saat ini, tapi bagi Bintang, entah kenapa dia malah bersikap seperti tidak terima. Bahkan di wajahnya, Bintang menunjukan rasa terkejut yang tidak biasa."Terus bagaimana setelah itu?" tanya Salma yang sudah tidak sabar untuk mendengarkan kelanjutan cerita tentang masa lalu anaknya. Wanita itu semakin tertarik dengan kisah anak muda yang saat ini bersama Salma."Yah, dari kejadian itu aku dan teman-temanku kan jadi benci banget sama Bintang, Tante. Apapun yang berhubungan dengan Bintang, aku jadi sangat membencinya. Apa lagi jika aku mendengar para cewek memuji Bintang dari berbagai aspek, rasanya tuh, aku ingin banget menyumpal mulut mereka," jawab Naina semakin antusias."Hahaha..." suara tawa Salma pecah. Dari tiga orang yang mendengarkan cerita Naina, hanya Salma yang nampak antusias. Dua orang lainnya lebih banyak di
"Apa, Tante?" tanya Naina dengan suara yang sedikit lebih tinggi tapi masih dengan sikap yang cukup sopan. Dari raut wajahnya, nampak jelas kalau Naina cukup terkejut atas pertanyaan yang diajukan ibunya Bintang. Setelah melempar tanya kepada Salma, Naina juga seketika itu juga melempar pandangan matanya, pada wanita seusianya, yang saat ini sedang salah tingkah. Pandangan Naina cukup tajam sampai Belinda sendiri tidak berani membalas tatapannya.Bintang juga sama terkejutnya dengan pertanyaan dari Mamanya. Dari apa yang Bintang dengar, dia saat itu juga langsung menyimpulkan, kalau sosok yang memberi tahu Mamanya tentang masa lalu Bintang, pasti wanita yang saat ini sedang ditatap oleh Naina.Bintang pun melayangkan tatapan tajam pada Belinda. Bahkan, bagi Belinda, tatapan Bintang lebih menakutkan daripada tatapan yang dilayangkan Naina. Belinda tidak menyangka kalau apa yang baru saja dia ceritakan, akan langsung diungkap secepat itu kepada orangnya."Apa benar, dulu kamu pernah me