Jika di rumah Bintang pagi ini terasa begitu hambar dan hening, berbeda dengan suasana pagi di rumah Miko. Di sana, suasana hangat dan penuh keceriaan terpancar dari interaksi yang terjalin para penghuni dalam rumah tersebut.Naina, yang mendapat perlakuan baik dari keluarga Miko, tentu saja sangat merasakan kenyamanan dalam jiwanya. Bahkan, dia juga sudah tidak merasa canggung lagi kala dirinya ikut mengeluarkan candaan atau menanggapi setiap pertanyaan yang tertuju padanya."Setelah ini, apa yang akan kamu lakukan, Nai? Apa kamu akan kembali ke rumah Bintang?" tanya Veronica disela-sela menikmati menu sarapannya."Kamu mau kembali ke rumah Mas Bintang, Mbak?" dengan wajah terkejut, Mika langsung melempar pertanyaan yang terdengar ketidak setujuannya seandianya Naina kembali ke rumah Bintang. "Kalau aku sih ogah amat, kembali ke sana."Senyum Naina lantas terkembang dengan tatapan tertuju pada Mika. Lalu tak lama setelahnya dia kembali melempar pandangannya ke arah Veronica. "Mungkin
Semenjak kepergian Tante Vero masuk ke dalam rumahnya sendiri, Bintang belum mengeluarkan satu kata pun dari mulutnya. Pria itu malah memandang ke arah lain seperti sedang memikirkan sesuatu yang akan dia bicarakan dengan wanita, yang saat ini bersamanya.Sikap Bintang tentu saja membuat Naina heran dan sedikit kesal. Dia sudah menunggu Bintang mengatakan sesuatu, namun, hingga beberapa detik berlalu, Bintang tak kunjung membuka suaranya."Kamu nggak jadi ngomong?" Naina yang sudah tidak sanggup menahan rasa kesalnya, sontak melempar pertanyaan untuk memastikan tujuan Bintang datang menemuinya. Dari pertanyaan tersebut, Bintang nampak terkejut sampai dia langsung menoleh ke arah wanita yang duduk di sebelah kirinya."Kamu nggak pulang?" mungkin karena terlalu bingung untuk mengatakan tujuannya datang kerumah Miko, Bintang malah asal melempar pertanyaan. Reaksi Naina langsung berubah menjadi semakin kesal dan heran."Kamu ke sini cuma mau menanyakan hal itu? Repot-repot amat," cibir
"Menikah?" raut wajah Naina seketika menunjukan keterkejutannya, dengan apa yang baru saja dia dengar, dari lawan bicaranya saat ini. Bahkan mata wanita itu, menatap lekat pada pria yang saat ini sedang menatapnya juga."Kamu lagi bercanda? Nggak lucu, tahu," Naina kembali melempar pertanyaan untuk memastikan kalau apa yang dkatakan Bintang itu hanya bohong belaka. "Kalau bohong, ngapain aku capek-capek datang ke sini? Tujuan aku kesini, salah satunya karena itu, mau ngasih tahu tentang rencana Mama. Malah aku sampai diancam semalam," balas Bintang dengan sikap yang cukup santai karena berhasil mengatakan sesuatu yang sangat menganggu pikirannya."Mana mungkin? Astaga! Nggak mungkin Tante Salma mengambil keputusan seperti itu. Siapa aku? Mau bukan siapa-siapa," ucap Naina berapi-api. Dari sikapnya sudah sangat pasti kalau dia menolaknya dengan tegas."Kamu tanyakan sendiri aja kalau nggak percaya," Bintang pun tak mau kalah untuk meyakinkan ucapannya, "Aku datang ke sini, untuk memb
"Apa! Bintang dijadikan pacar hasil taruhan oleh Naina? Maksudnya bagaimana, Bel?" tanya Salma. Dengan wajah terkejut, wanita yang sudah rapi karena mau pergi itu, semakin mengulur niat awalnya karena rasa penasaran yang kini menyelimuti dalam benaknya. Merasa rencananya akan membuahkan hasil, Belinda lantas tersenyum senang dan wajahnya seketika berubah ceria. Dia pun terlihat semakin bersemangat untuk membongkar masa lalu yang pernah terjadi antara Naina dan Bintang."Jadi, begini, Tante. Bintang kan dulu sangat populer di sekolah, dan banyak gadis yang suka sama dia. Nah, karena kondisi seperti itu lah, Naina membuat taruhan bersama teman-temannya untuk bisa menaklukkan perasaan Bintang. Teman-teman Naina tuh pada gagal saat melancarkan aksinya. Bintang menolak mentah-mentah tuh temen-temen Naina. Terus, pas giliran Naina mencoba mendekati Bintang, entah menggunakan cara apa, Bintang berhasil ditaklukan. Gitu, Tan.""Wah!" Salma semakin terkejut mendengar kisah masa lalu anak lak
"Apa, Tante?" tanya Naina dengan suara yang sedikit lebih tinggi tapi masih dengan sikap yang cukup sopan. Dari raut wajahnya, nampak jelas kalau Naina cukup terkejut atas pertanyaan yang diajukan ibunya Bintang. Setelah melempar tanya kepada Salma, Naina juga seketika itu juga melempar pandangan matanya, pada wanita seusianya, yang saat ini sedang salah tingkah. Pandangan Naina cukup tajam sampai Belinda sendiri tidak berani membalas tatapannya.Bintang juga sama terkejutnya dengan pertanyaan dari Mamanya. Dari apa yang Bintang dengar, dia saat itu juga langsung menyimpulkan, kalau sosok yang memberi tahu Mamanya tentang masa lalu Bintang, pasti wanita yang saat ini sedang ditatap oleh Naina.Bintang pun melayangkan tatapan tajam pada Belinda. Bahkan, bagi Belinda, tatapan Bintang lebih menakutkan daripada tatapan yang dilayangkan Naina. Belinda tidak menyangka kalau apa yang baru saja dia ceritakan, akan langsung diungkap secepat itu kepada orangnya."Apa benar, dulu kamu pernah me
Naina hanya tersenyum meski Bintang menatapnya dengan tatapan serius dan menuntut sebuah jawaban darinya. Bagi Naina tidak penting menjawab pertanyaan Bintang untuk saat ini, tapi bagi Bintang, entah kenapa dia malah bersikap seperti tidak terima. Bahkan di wajahnya, Bintang menunjukan rasa terkejut yang tidak biasa."Terus bagaimana setelah itu?" tanya Salma yang sudah tidak sabar untuk mendengarkan kelanjutan cerita tentang masa lalu anaknya. Wanita itu semakin tertarik dengan kisah anak muda yang saat ini bersama Salma."Yah, dari kejadian itu aku dan teman-temanku kan jadi benci banget sama Bintang, Tante. Apapun yang berhubungan dengan Bintang, aku jadi sangat membencinya. Apa lagi jika aku mendengar para cewek memuji Bintang dari berbagai aspek, rasanya tuh, aku ingin banget menyumpal mulut mereka," jawab Naina semakin antusias."Hahaha..." suara tawa Salma pecah. Dari tiga orang yang mendengarkan cerita Naina, hanya Salma yang nampak antusias. Dua orang lainnya lebih banyak di
"Apa!" kali ini Bintang memekik cukup keras. Selain terkejut dengan ucapan Naina, pria itu juga seketika berusaha mengingat kejadian beberapa tahun silam, di mana saat dia masih sekolah."Apa itu benar, Bel?" tanya Salma, langsung melempar pertanyaan kepada Belinda. Wanita itu juga terkejut begitu mendengar cerita dari Naina, dan Salma merasa sedikit janggal, karena cerita masa lalu anaknya memiliki versi yang berbeda."Kok ceritanya bisa berbeda dengan yang kamu ceritakan?" Salma tidak tahan menyembunyikan rasa herannya. Tapi apa yang ditanyakan Salma, cukup membuat Bintang dan Naina terkejut secara bersamaan,."Maksud Mama? Ceritanya berbeda bagaimana, Ma?" cecar Bintang dengan segala rasa penasaran yang kembali menyelimuti benaknya. Begitu juga yang dirasakan Naina. Beruntung, Bintang yang melempar pertanyaan, jadi Naina tinggal menunggu jawaban dari Salma."Sekarang, kamu jawab pertanyaan Tante, cerita mana yang benar? Cerita dari kamu apa cerita Naina barusan?" desak Salma tanpa
Naina tertegun dengan apa yang baru saja dia dengar. Saat itu juga wanita tersebut langsung menghindari tatapan Bintang yang menuntut sebuah penjelasan darinya. "Apaan sih," bantahnya agak salah tingkah.Namun, hal itu justru makin membuat Bintang menatap tajam wanita itu. Entah apa yang dirasakan Bintang saat ini, diwla justru merasakan keanehan pada sikap Naina, yang menurutnya janggal. Dia hendak mencecar Naina lagi, tapi pertanyaan Naina yang tiba-tiba meluncur, langsung membungkam mulut Bintang saat itu juga."Sekarang sudah jelas kan, siapa yang mengawali taruhan itu?" ucap Naina hati-hati.Bintang yang pikirannya sedang tertuju ke arah lain, sontak saja terdiam untuk beberapa saat. Hingga tidak membutuhkan waktu yang lama, pria itu pun bersuara, "tapi kan tetap saja apa yang kamu lakukan itu sudah keterlaluan. Sekarang, bagaimana kalau posisi kita dibalik. Jika kamu yang jadi bahan taruhan, apa yang kamu rasakan? Senang atau bagaimana?"Kali ini Naina langsung terbungkam. Wanit
Suasana hati Bintang saat ini masih belum baik-baik saja. Berbagai macam perasaan dan pikiran terus berkecamuk tanpa bisa dia ungkapkan. Sesekali tatapannya terlempar ke arah wanita yang matanya masih terpejam sejak beberapa jam yang lalu. Meskipun dokter serta beberapa perawat yang sedari tadi memantau keadaan Naina mengatakan, kalau keadaan wanita itu baik-baik saja, tapi informasi tersebut tidak sepenuhnya membuat Bintang merasa tenang. Justru dilema makin berkembang pesat memenuhi rongga dadanya."Bagaimana keadaan Naina sekarang, Tang?" sebuah suara berat khas seorang laki-laki, tiba-tiba menggema dalam ruang rawat inap, dimana saat ini Bintang sedang terbaring di atas sofa dengan mata terpejam. Mata Bintang seketika terbuka dan dia melempar pandangannya ke arah sumber suara untuk beberapa saat, lalu mata itu kembali terpejam. "Kata dokter sih, baik-baik saja. Mungkin dalam beberapa jam lagi, dia akan sadar dari tidurnya.""Syukurlah," balas pria lain, yang memilih duduk di sis
Bintang masih terdiam dengan posisi tubuh yang masih sama. Hingga beberapa puluh menit berlalu, dirinya masih dihinggapi kebimbangan setelah tadi berbicara dengan asisten perempuannya. Bintang tidak tahu, apa yang harus dia lakukan selanjutnya.Untuk saat ini, Bintang menyerahkan segala urusan yang berhubungan dengan pekerjaannya kepada Jona dan dua asistennya. Untuk sementara, mereka juga sepakat menutup mulut tentang identitas Naina dan semua yang berhubungan dengan kejadian penusukan beberapa waktu lalu. "Bintang," seru suara seseorang begitu masuk ke dalam ruang rawat inap dimana Bintang saat ini sedang membaringkan tubuhnya sendiri di atas sofa. Mata Bintang yang beberapa menit itu sedang terpejam, seketika terbuka dan dia langsung menoleh ke arah sumber suara."Bagaimana keadaan Naina? Kenapa bisa jadi begini sih?" orang itu adalah Salma. Dia terlihat cukup panik sembari memperhatikan Naina yang masih terlelap. Salma pun menoleh, manatap anaknya dan menuntut penjelasan."Aku ju
Syok, itulah yang terjadi pada Bintang saat ini. Dia yang sedang mencoba menenangkan diri di sebuah cafe and club, begitu terkejut ketika memutar badannya dan melihat apa yang terjadi di belakang tubuhnyaBukan hanya Bintang, beberapa pengunjung serta karyawan termasuk Dimdim pun juga sangat terkejut dengan kejadian tak terduga di depan mata mereka. Mungkin karena pengunjung di sana tidak terlalu banyak, jadi peristiwa yang menimpa Naina langsung menjadi perhatian."Naina!" teriak Bintang dengan suara yang begitu lantang. Pria itu segera mengambil tindakan, menyongsong tubuh Naina yang ambruk ke lantai sembari memegang perut bagian kirinya.Ya, Naina seketika ambruk ke lantai sembari mengerang dan memegang perutnya. Bintang terlihat begitu panik sampai dia sendiri juga ikut memegangi bagian perut Naina yang mengeluarkan darah. Sementara Dimdim dan beberapa pria lain saat itu juga langsung menangkap sosok misterius yang baru saja melakukan tindak kejahatan. Bahkan sosok yang belum dik
Seketika Naina sedikit ternganga begitu wanita yang sedang dia tatap, kembali mengajukan saran yang sedari tadi membuat Naina tercengang. Wanita itu tentu saja merasa bingung dengan sikap dari orang tua pria yang pernah dia sakiti hatinya di masa lalu."Apa, Tante? Menikah?" meski Naina sudah mendengar usulan Salma dengan cukup jelas, tapi wanita itu malah melempar pertanyaan karena merasa usulan itu masih tidak bisa diterima oleh akal.Salma dengan yakin, menganggukan kepalanya. "Ya, menikah. Bukankah itu ide yang bagus?" dengan enteng Salma kembali menegaskan usulannya, membuat Naina semakin tercengang dengan kedua mata menatap tak berkedip lawan bicaranya. "Maaf, Tante, kenapa Tante bisa menyarankan aku sama Bintang untuk menikah saja?" dengan sopan dan supaya tidak menyinggung perasaan, Naina melempar satu pertanyaan. Sementara Salma sendiri masih menunjukan senyum tipis penuh kehangatan, yang membuat lawan bicaranya cukup merasa nyaman dengan sikap hangat wanita, yang telah mel
Untuk beberapa saat, dua anak manusia yang sedang duduk bersama di taman depan sebuah rumah mewah, terdiam, sembari menyelami pikiran masing-masing. Dilihat dari kondisinya, pembicaraan mereka berdua belum ada tanda untuk berakhir, dan sepertinya pembahasan itu akan semakin panjang."Mungkin menurut kamu, tindakan kamu sudah benar karena apa yang kamu lakukan, itu demi menolong teman. Tapi, apa kamu tidak pernah mempertimbangkan perasaanku saat itu? Apa kamu menganggap perasaanku itu sebuah permainan, Nai?" ucap Bintang beberapa saat kemudian dengan mata menerawang ke arah lain. Naina pun sontak menoleh dan menatap pria yang saat ini baru bisa mengungkapkan rasa kecewanya akibat perbuatan Naina. Kemudian Naina menunduk tanpa mengeluarkan suaranya. Naina sadar, apapun alasan yang Naina katakan, akan tetap terlihat salah di mata Bintang."Baiklah, sekarang, semuanya terserah kamu aja, Nai. Lagian, jika aku memaksa kamu untuk terus tinggal bersamaku, semua orang akan menganggap aku yang
Naina tertegun dengan apa yang baru saja dia dengar. Saat itu juga wanita tersebut langsung menghindari tatapan Bintang yang menuntut sebuah penjelasan darinya. "Apaan sih," bantahnya agak salah tingkah.Namun, hal itu justru makin membuat Bintang menatap tajam wanita itu. Entah apa yang dirasakan Bintang saat ini, diwla justru merasakan keanehan pada sikap Naina, yang menurutnya janggal. Dia hendak mencecar Naina lagi, tapi pertanyaan Naina yang tiba-tiba meluncur, langsung membungkam mulut Bintang saat itu juga."Sekarang sudah jelas kan, siapa yang mengawali taruhan itu?" ucap Naina hati-hati.Bintang yang pikirannya sedang tertuju ke arah lain, sontak saja terdiam untuk beberapa saat. Hingga tidak membutuhkan waktu yang lama, pria itu pun bersuara, "tapi kan tetap saja apa yang kamu lakukan itu sudah keterlaluan. Sekarang, bagaimana kalau posisi kita dibalik. Jika kamu yang jadi bahan taruhan, apa yang kamu rasakan? Senang atau bagaimana?"Kali ini Naina langsung terbungkam. Wanit
"Apa!" kali ini Bintang memekik cukup keras. Selain terkejut dengan ucapan Naina, pria itu juga seketika berusaha mengingat kejadian beberapa tahun silam, di mana saat dia masih sekolah."Apa itu benar, Bel?" tanya Salma, langsung melempar pertanyaan kepada Belinda. Wanita itu juga terkejut begitu mendengar cerita dari Naina, dan Salma merasa sedikit janggal, karena cerita masa lalu anaknya memiliki versi yang berbeda."Kok ceritanya bisa berbeda dengan yang kamu ceritakan?" Salma tidak tahan menyembunyikan rasa herannya. Tapi apa yang ditanyakan Salma, cukup membuat Bintang dan Naina terkejut secara bersamaan,."Maksud Mama? Ceritanya berbeda bagaimana, Ma?" cecar Bintang dengan segala rasa penasaran yang kembali menyelimuti benaknya. Begitu juga yang dirasakan Naina. Beruntung, Bintang yang melempar pertanyaan, jadi Naina tinggal menunggu jawaban dari Salma."Sekarang, kamu jawab pertanyaan Tante, cerita mana yang benar? Cerita dari kamu apa cerita Naina barusan?" desak Salma tanpa
Naina hanya tersenyum meski Bintang menatapnya dengan tatapan serius dan menuntut sebuah jawaban darinya. Bagi Naina tidak penting menjawab pertanyaan Bintang untuk saat ini, tapi bagi Bintang, entah kenapa dia malah bersikap seperti tidak terima. Bahkan di wajahnya, Bintang menunjukan rasa terkejut yang tidak biasa."Terus bagaimana setelah itu?" tanya Salma yang sudah tidak sabar untuk mendengarkan kelanjutan cerita tentang masa lalu anaknya. Wanita itu semakin tertarik dengan kisah anak muda yang saat ini bersama Salma."Yah, dari kejadian itu aku dan teman-temanku kan jadi benci banget sama Bintang, Tante. Apapun yang berhubungan dengan Bintang, aku jadi sangat membencinya. Apa lagi jika aku mendengar para cewek memuji Bintang dari berbagai aspek, rasanya tuh, aku ingin banget menyumpal mulut mereka," jawab Naina semakin antusias."Hahaha..." suara tawa Salma pecah. Dari tiga orang yang mendengarkan cerita Naina, hanya Salma yang nampak antusias. Dua orang lainnya lebih banyak di
"Apa, Tante?" tanya Naina dengan suara yang sedikit lebih tinggi tapi masih dengan sikap yang cukup sopan. Dari raut wajahnya, nampak jelas kalau Naina cukup terkejut atas pertanyaan yang diajukan ibunya Bintang. Setelah melempar tanya kepada Salma, Naina juga seketika itu juga melempar pandangan matanya, pada wanita seusianya, yang saat ini sedang salah tingkah. Pandangan Naina cukup tajam sampai Belinda sendiri tidak berani membalas tatapannya.Bintang juga sama terkejutnya dengan pertanyaan dari Mamanya. Dari apa yang Bintang dengar, dia saat itu juga langsung menyimpulkan, kalau sosok yang memberi tahu Mamanya tentang masa lalu Bintang, pasti wanita yang saat ini sedang ditatap oleh Naina.Bintang pun melayangkan tatapan tajam pada Belinda. Bahkan, bagi Belinda, tatapan Bintang lebih menakutkan daripada tatapan yang dilayangkan Naina. Belinda tidak menyangka kalau apa yang baru saja dia ceritakan, akan langsung diungkap secepat itu kepada orangnya."Apa benar, dulu kamu pernah me