Semenjak kepergian Tante Vero masuk ke dalam rumahnya sendiri, Bintang belum mengeluarkan satu kata pun dari mulutnya. Pria itu malah memandang ke arah lain seperti sedang memikirkan sesuatu yang akan dia bicarakan dengan wanita, yang saat ini bersamanya.Sikap Bintang tentu saja membuat Naina heran dan sedikit kesal. Dia sudah menunggu Bintang mengatakan sesuatu, namun, hingga beberapa detik berlalu, Bintang tak kunjung membuka suaranya."Kamu nggak jadi ngomong?" Naina yang sudah tidak sanggup menahan rasa kesalnya, sontak melempar pertanyaan untuk memastikan tujuan Bintang datang menemuinya. Dari pertanyaan tersebut, Bintang nampak terkejut sampai dia langsung menoleh ke arah wanita yang duduk di sebelah kirinya."Kamu nggak pulang?" mungkin karena terlalu bingung untuk mengatakan tujuannya datang kerumah Miko, Bintang malah asal melempar pertanyaan. Reaksi Naina langsung berubah menjadi semakin kesal dan heran."Kamu ke sini cuma mau menanyakan hal itu? Repot-repot amat," cibir
"Menikah?" raut wajah Naina seketika menunjukan keterkejutannya, dengan apa yang baru saja dia dengar, dari lawan bicaranya saat ini. Bahkan mata wanita itu, menatap lekat pada pria yang saat ini sedang menatapnya juga."Kamu lagi bercanda? Nggak lucu, tahu," Naina kembali melempar pertanyaan untuk memastikan kalau apa yang dkatakan Bintang itu hanya bohong belaka. "Kalau bohong, ngapain aku capek-capek datang ke sini? Tujuan aku kesini, salah satunya karena itu, mau ngasih tahu tentang rencana Mama. Malah aku sampai diancam semalam," balas Bintang dengan sikap yang cukup santai karena berhasil mengatakan sesuatu yang sangat menganggu pikirannya."Mana mungkin? Astaga! Nggak mungkin Tante Salma mengambil keputusan seperti itu. Siapa aku? Mau bukan siapa-siapa," ucap Naina berapi-api. Dari sikapnya sudah sangat pasti kalau dia menolaknya dengan tegas."Kamu tanyakan sendiri aja kalau nggak percaya," Bintang pun tak mau kalah untuk meyakinkan ucapannya, "Aku datang ke sini, untuk memb
"Apa! Bintang dijadikan pacar hasil taruhan oleh Naina? Maksudnya bagaimana, Bel?" tanya Salma. Dengan wajah terkejut, wanita yang sudah rapi karena mau pergi itu, semakin mengulur niat awalnya karena rasa penasaran yang kini menyelimuti dalam benaknya. Merasa rencananya akan membuahkan hasil, Belinda lantas tersenyum senang dan wajahnya seketika berubah ceria. Dia pun terlihat semakin bersemangat untuk membongkar masa lalu yang pernah terjadi antara Naina dan Bintang."Jadi, begini, Tante. Bintang kan dulu sangat populer di sekolah, dan banyak gadis yang suka sama dia. Nah, karena kondisi seperti itu lah, Naina membuat taruhan bersama teman-temannya untuk bisa menaklukkan perasaan Bintang. Teman-teman Naina tuh pada gagal saat melancarkan aksinya. Bintang menolak mentah-mentah tuh temen-temen Naina. Terus, pas giliran Naina mencoba mendekati Bintang, entah menggunakan cara apa, Bintang berhasil ditaklukan. Gitu, Tan.""Wah!" Salma semakin terkejut mendengar kisah masa lalu anak lak
"Apa, Tante?" tanya Naina dengan suara yang sedikit lebih tinggi tapi masih dengan sikap yang cukup sopan. Dari raut wajahnya, nampak jelas kalau Naina cukup terkejut atas pertanyaan yang diajukan ibunya Bintang. Setelah melempar tanya kepada Salma, Naina juga seketika itu juga melempar pandangan matanya, pada wanita seusianya, yang saat ini sedang salah tingkah. Pandangan Naina cukup tajam sampai Belinda sendiri tidak berani membalas tatapannya.Bintang juga sama terkejutnya dengan pertanyaan dari Mamanya. Dari apa yang Bintang dengar, dia saat itu juga langsung menyimpulkan, kalau sosok yang memberi tahu Mamanya tentang masa lalu Bintang, pasti wanita yang saat ini sedang ditatap oleh Naina.Bintang pun melayangkan tatapan tajam pada Belinda. Bahkan, bagi Belinda, tatapan Bintang lebih menakutkan daripada tatapan yang dilayangkan Naina. Belinda tidak menyangka kalau apa yang baru saja dia ceritakan, akan langsung diungkap secepat itu kepada orangnya."Apa benar, dulu kamu pernah me
Naina hanya tersenyum meski Bintang menatapnya dengan tatapan serius dan menuntut sebuah jawaban darinya. Bagi Naina tidak penting menjawab pertanyaan Bintang untuk saat ini, tapi bagi Bintang, entah kenapa dia malah bersikap seperti tidak terima. Bahkan di wajahnya, Bintang menunjukan rasa terkejut yang tidak biasa."Terus bagaimana setelah itu?" tanya Salma yang sudah tidak sabar untuk mendengarkan kelanjutan cerita tentang masa lalu anaknya. Wanita itu semakin tertarik dengan kisah anak muda yang saat ini bersama Salma."Yah, dari kejadian itu aku dan teman-temanku kan jadi benci banget sama Bintang, Tante. Apapun yang berhubungan dengan Bintang, aku jadi sangat membencinya. Apa lagi jika aku mendengar para cewek memuji Bintang dari berbagai aspek, rasanya tuh, aku ingin banget menyumpal mulut mereka," jawab Naina semakin antusias."Hahaha..." suara tawa Salma pecah. Dari tiga orang yang mendengarkan cerita Naina, hanya Salma yang nampak antusias. Dua orang lainnya lebih banyak di
"Apa!" kali ini Bintang memekik cukup keras. Selain terkejut dengan ucapan Naina, pria itu juga seketika berusaha mengingat kejadian beberapa tahun silam, di mana saat dia masih sekolah."Apa itu benar, Bel?" tanya Salma, langsung melempar pertanyaan kepada Belinda. Wanita itu juga terkejut begitu mendengar cerita dari Naina, dan Salma merasa sedikit janggal, karena cerita masa lalu anaknya memiliki versi yang berbeda."Kok ceritanya bisa berbeda dengan yang kamu ceritakan?" Salma tidak tahan menyembunyikan rasa herannya. Tapi apa yang ditanyakan Salma, cukup membuat Bintang dan Naina terkejut secara bersamaan,."Maksud Mama? Ceritanya berbeda bagaimana, Ma?" cecar Bintang dengan segala rasa penasaran yang kembali menyelimuti benaknya. Begitu juga yang dirasakan Naina. Beruntung, Bintang yang melempar pertanyaan, jadi Naina tinggal menunggu jawaban dari Salma."Sekarang, kamu jawab pertanyaan Tante, cerita mana yang benar? Cerita dari kamu apa cerita Naina barusan?" desak Salma tanpa
Naina tertegun dengan apa yang baru saja dia dengar. Saat itu juga wanita tersebut langsung menghindari tatapan Bintang yang menuntut sebuah penjelasan darinya. "Apaan sih," bantahnya agak salah tingkah.Namun, hal itu justru makin membuat Bintang menatap tajam wanita itu. Entah apa yang dirasakan Bintang saat ini, diwla justru merasakan keanehan pada sikap Naina, yang menurutnya janggal. Dia hendak mencecar Naina lagi, tapi pertanyaan Naina yang tiba-tiba meluncur, langsung membungkam mulut Bintang saat itu juga."Sekarang sudah jelas kan, siapa yang mengawali taruhan itu?" ucap Naina hati-hati.Bintang yang pikirannya sedang tertuju ke arah lain, sontak saja terdiam untuk beberapa saat. Hingga tidak membutuhkan waktu yang lama, pria itu pun bersuara, "tapi kan tetap saja apa yang kamu lakukan itu sudah keterlaluan. Sekarang, bagaimana kalau posisi kita dibalik. Jika kamu yang jadi bahan taruhan, apa yang kamu rasakan? Senang atau bagaimana?"Kali ini Naina langsung terbungkam. Wanit
Untuk beberapa saat, dua anak manusia yang sedang duduk bersama di taman depan sebuah rumah mewah, terdiam, sembari menyelami pikiran masing-masing. Dilihat dari kondisinya, pembicaraan mereka berdua belum ada tanda untuk berakhir, dan sepertinya pembahasan itu akan semakin panjang."Mungkin menurut kamu, tindakan kamu sudah benar karena apa yang kamu lakukan, itu demi menolong teman. Tapi, apa kamu tidak pernah mempertimbangkan perasaanku saat itu? Apa kamu menganggap perasaanku itu sebuah permainan, Nai?" ucap Bintang beberapa saat kemudian dengan mata menerawang ke arah lain. Naina pun sontak menoleh dan menatap pria yang saat ini baru bisa mengungkapkan rasa kecewanya akibat perbuatan Naina. Kemudian Naina menunduk tanpa mengeluarkan suaranya. Naina sadar, apapun alasan yang Naina katakan, akan tetap terlihat salah di mata Bintang."Baiklah, sekarang, semuanya terserah kamu aja, Nai. Lagian, jika aku memaksa kamu untuk terus tinggal bersamaku, semua orang akan menganggap aku yang