Allen tersentak. Sontak, ia menoleh dan memaki, “Berengsek! Siapa yang─”Suara Allen tersendat ketika melihat sosok Anna Bentley yang telah menatapnya dengan tajam.“Siapa yang kamu panggil Berengsek, hm? Aku rasa kamu sedang memanggil dirimu sendiri,” cibir Anna yang membuat ekspresi Allen menggelap.Akan tetapi, Anna tidak peduli dengan kemarahan pria itu. Justru, ia sudah bersiap siaga dengan kuda-kudanya untuk menghajarnya apabila Allen berani memukulnya.Allen masih ingat jelas jika Anna adalah pemegang sabuk hitam judo. Ia tidak bisa sembarangan menyinggung gadis itu atau salah satu tulangnya harus rela dipatahkan!Namun, Allen tetap memasang wajah marahnya dan berkata. “Jaga ucapanmu, Anna Bentley. Ini bukan urusanmu. Jangan ikut campur.”Anna tersenyum smirk. Ia meletakkan kembali gelas yang diambilnya dari baki pelayan restoran yang baru saja ingin disajikan ke meja lain.“Nanti aku a
Sienna telah kembali ke tempat duduknya bersama Anna. Makanan dan minuman yang dipesannya tadi telah diantar oleh salah seorang pelayan.“Aku hampir saja lupa memberikan kadomu,” ucap Anna sembari mengeluarkan kado yang telah dipersiapkannya dan menyerahkannya kepada Sienna. Ia juga telah mempersiapkan kue tart kecil dan meletakkannya di atas meja mereka.“Wah, kamu begitu royal, huh? Padahal kamu tidak perlu serepot ini,” ucap Sienna seraya membuka bungkusan kado yang diberikan sahabatnya tersebut. Ia sangat takjub ketika melihat isi di dalamnya.“Ini … ini serius untukku?” tanya Sienna dengan wajah syok ketika menemukan sebuah tablet keluaran terbaru yang selalu diinginkannya.“Tentu saja serius dong. Aku sudah tahu kalau kamu pasti akan menyukainya. Kamu pasti sangat membutuhkannya untuk mendesain karyamu.” Anna menjawab dengan bangga.Bola mata zamrud Sienna tampak berkaca-kaca. Ia pun langsung menghambur ke arah gadis itu dan memeluknya dengan erat. “Terima kasih, An,” cicitnya d
“Menjaga jarak? Apa yang terjadi, Sienna?” Anna telah mengerutkan keningnya dengan bingung.Sienna pun menceritakan segala dugaan yang terjadi kepada sahabatnya tersebut. Anna sangat terkejut mendengar pengakuannya.“Kenapa kamu begitu ceroboh, Sienna?” tukas Anna dengan frustasi.Sienna tersenyum pahit. “Aku tidak berpikir terlalu jauh. Salahku memang,” akunya.“Tapi … tapi, dia belum tahu kan kalau kamu mau menyelidiki hal itu?” tanya Anna lagi.Sienna menggeleng. “Entahlah. Dia tidak bertanya apa pun. Malah kembali jadi Zombi Kutub lagi. Dingin, tapi tidak terlalu menyebalkan seperti dulu,” jawabnya.Anna menatap Sienna yang sibuk membalikkan daging di atas panggangan yang ada di hadapan mereka.Dahi Anna mengerut. Ia tampak tertegun dan bergumam, “Aneh sekali. Kenapa dia diam saja? Tidak seperti Lucas Morgan yang pernah kudengar. Apa jangan-jangan ….”“Jangan-jangan gila kali,” timpal Sienna dengan malas.Anna berdec
“Aku rasa kamu ajukan surat pengunduran diri saja, Sienna. Sekalian gunakan hal itu untuk menguji Zombi Kutubmu itu,” cetus Anna yang membuat Sienna terperangah.“Bagaimana kalau dia malah langsung menyetujuinya?” balas Sienna.“Lho, bukannya kamu tadi bilang memang mau mengundurkan diri? Kenapa? Jadi kamu tidak rela meninggalkan Zombi Kutub kesayanganmu itu, hm?” goda Anna sembari mencolek dagu gadis itu.Sienna berdeham canggung dan berkata, “Siapa bilang kalau aku tidak rela. Tentu saja aku akan berhenti dari pekerjaan itu, tapi bukan sekarang juga. Aku hanya … hanya masih berpikir kalau aku masih membutuhkan uang untuk membayar hutangku kepada Martin.”“Cih, alasan saja,” timpal Anna. Ia tahu jelas jika Martin McKenzie tidak akan menagih uang kepada Sienna karena pria itu tidak pernah kekurangan uang.“Aku tidak beralasan kok. Walau dia tidak meminta uangnya, tapi aku tetap harus membayarnya nanti,” celetuk Sienna yang mencoba untuk membela diri.“Iya deh. Apa katamu saja,” sahut
“Kamu di mana, Sayang? Apa malam ini kamu ada waktu?” Suara manis nan manja seorang wanita terdengar dari seberang ponsel Allen. Namun, raut wajah Allen masih terlihat kesal. Ia tidak menjawab pertanyaan lawan bicaranya tersebut dan malah berkata, “Jemput aku di dekat jalan Broadway sekarang.” “Lho, ke mana mobilmu?” tanya wanita itu dengan nada yang terdengar kaget. Allen memang meninggalkan mobilnya di gedung Luminous. Saat tadi ia melihat Sienna keluar dari kantor, tanpa berpikir panjang, ia langsung mengikutinya karena ingin mencari kesempatan untuk berbicara dengannya. Siapa sangka Sienna malah memperlakukannya dengan dingin dan sekarang ia malah menjadi seperti lelaki tercampakkan dengan penampilan yang mengenaskan. “Ceritanya sangat panjang. Pokoknya sekarang juga jemput aku. Ada hal penting yang ingin kubicarakan juga denganmu,” tukas Allen dengan netra yang bergerak mengawasi sekitarnya. “Baiklah,” sahut wanita itu, lalu sambungan telepon mereka pun terputus. Perlahan
“Virus apanya? Kamu pikir aku sudah gila?” protes Lucas dengan kesal.Namun, Oliver malah menertawakannya dan beranjak dari duduknya. “Aku rasa kamu butuh sedikit minuman penyegar,” ucapnya.“Kamu tahu kan kalau aku paling tidak suka minuman keras, Oliver,” sahut Lucas sembari berdecak malas.“Tenang saja. Aku tidak akan membuatmu mabuk. Kamu hanya akan merasa lebih rileks, Luke,” ucap Oliver dengan penuh percaya diri.Tanpa menunggu tanggapan Lucas, Oliver berjalan menuju ke meja bartender dan mengambil beberapa botol minuman keras, kemudian meraciknya.Tidak berapa lama kemudian, Oliver pun menyuguhkan minuman racikannya kepada Lucas. “Minumlah sedikit. Kamu pasti akan menyukainya,” ujarnya.Alis Lucas bertaut. Netranya memandang minuman berwarna biru dengan dasar berwarna keemasan tersebut dengan ragu. “Kamu tidak menambahkan yang aneh kan?” selidiknya dengan sorot mata penuh curiga.Akan tetapi, Oliver tidak tersinggung. Ia malah tertawa kecil, kemudian mengambil minuman tersebut
“Perangkap apa maksudmu?” gerutu Lucas yang mulai terlihat kesal.Akan tetapi, Oliver malah kembali menertawakan kebingungannya. “Lucas, Lucas … ternyata kamu bisa menjadi bodoh juga ya,” ledeknya.Lucas pun berdecak malas. “Apa kamu tidak bisa bicara dengan lebih jelas?” protesnya.Perlahan tawa Oliver terhenti. Ia menyeka sudut matanya yang berair dengan punggung tangannya, lalu ia berkata, “Lucas, apa kamu tidak sadar kalau hatimu sudah dicuri oleh sekretarismu itu, hm?”“Apa maksudmu?” desis Lucas tanpa mengubah ekspresinya sedikit pun.Oliver terlihat sangat gemas dengan ketidaktahuan Lucas. “Maksudku … kamu sudah jatuh cinta dengannya. Apa kamu tidak sadar?” celetuknya dengan tegas.Gerakan tangan Lucas yang sedang memutar gelas di tangannya terhenti seketika. Ia menatap Oliver dengan sorot mata tajam yang membesar.Ya, Lucas sangat syok saat ini. Ia sempat terdiam cukup lama dan bergumam di dalam hati, ‘Aku … jatuh cinta dengan gadis itu?’“Kenapa? Kamu tidak percaya kalau kamu
Melihat wajah terkejut Lucas, suara tawa kecil meluncur kembali dari bibir Oliver. “Tidak perlu sekaget itu. Jatuh cinta itu tidak semenakutkan itu,” ledeknya.Netra Lucas memicing tajam. “Memangnya kamu pernah jatuh cinta?” cibirnya sembari mendengkus remeh.Selama ini Lucas sering melihat Oliver dekat dengan banyak wanita. Ia ragu pria itu pernah jatuh cinta dalam arti yang sesungguhnya.Begitu banyak wanita yang dikencani sahabatnya tersebut. Lucas yakin Oliver tidak mungkin jatuh cinta sebanyak itu selama ini.Oliver tampak salah tingkah mendapatkan pertanyaan tersebut. Ia pun berdeham pelan dan berkata, “Cinta bagiku sudah seperti makanan sehari-hari, Luke. Rasanya sudah hambar.”Lucas berdecih remeh. “Bukan hambar, tapi kamu hanya belum pernah menemukannya yang bisa membuatmu menetap,” timpalnya.Oliver mengedikkan bahunya dengan acuh tak acuh. “Mungkin kamu benar,” balasnya.“Berhentilah mempermainkan perasaan wanita, Oliver. Hati-hati, kamu belum ketemu batunya,” ujar Lucas me
Di depan pintu, Felix Harvey telah menunggu dengan senyum lebar di wajahnya. Ia terpukau melihat penampilan Sienna. "Kamu cantik sekali, Putriku.""Terima kasih, Ayah," jawab Sienna malu-malu.Felix menghela napas berat. “Apa boleh Ayah tidak menyerahkanmu kepada putra Morgan itu?” gerutunya.“Ayah ….” Sienna mencebikkan bibirnya dengan malas. Ia tahu jika ayahnya masih enggan melihatnya menjadi milik orang lain karena kebersamaan mereka yang terlalu singkat. Namun, ia juga tahu bahwa ayahnya tidak serius dengan ucapannya tadi.“Bocah Morgan itu benar-benar beruntung memilikimu. Kalau dia berani menyakitimu, kembalilah kepada Ayah. Biar Ayah menghadapinya,” ucap Felix lagi.Bola mata zamrud Sienna kembali basah. Air matanya hampir menetes jika Ivona tidak buru-buru menyekanya dengan tisu yang sudah dipersiapkannya.“Paman Felix, jangan mengacaukan riasan yang sudah susah payah kubuat,” protes Ivona yang telah mendelik tajam.Felix terkekeh pelan. Ia pun menutupi wedding veil putrinya,
Pandangan Sienna beralih kepada Diane dan Aurora serta para rekan sedivisinya dulu yang juga berada di dalam ruangan itu. Hari ini mereka menjadi bridesmaid-nya. Mereka jugalah yang telah merancang tiara dan beberapa perhiasan yang telah dikenakan oleh Sienna saat ini. Semua telah diatur sedemikian rupa oleh Lucas dan kedua kakak iparnya tersebut.“Terima kasih atas kerja keras kalian selama beberapa bulan ini. Pasti kalian sangat capek, tapi hasilnya sangat luar biasa. Aku suka,” puji Sienna dengan penuh rasa terima kasih.“Perhiasan desain kami bisa dipakai oleh desainer sekelas Sienna Harvey sudah menjadi suatu kebanggaan buat kami. Benar kan, Teman-teman?” timpal Diane Hyatt seraya menoleh kepada para rekannya yang mendapatkan anggukan persetujuan.“Kemampuan Manajer Hyatt sekarang makin luar biasa, hum?” goda Sienna kepada mantan rekannya itu.Ya, sejak Sienna meninggalkan Luminous dan memilih untuk pergi ke Paris
“Ah, ya ampun! Bisa-bisanya kamu malah mesra-mesraan di sini, Luke!” Suara omelan Ivona terdengar menggelegar dan membuat Lucas perlahan melepaskan pelukannya.Wajah kakak keduanya itu sudah dipenuhi kekesalan. “Waktuku untuk mendadaninya jadi terbatas, kan?” protesnya yang membuat Sienna terkekeh geli.Tanpa menunggu tanggapan adik laki-lakinya itu, Ivona langsung menarik pergelangan tangan Sienna agar mengikutinya. “Ayo, Sienna. Aku akan membuatmu menjadi pengantin paling memukau hari ini,” ujarnya.Sebelum menghilang dari balik pintu depan vila, Ivona sempat menoleh kepada Lucas. “Sebaiknya kamu bersiap-siap sekarang, Luke. Awas nanti kamu belum selesai kalau aku sudah selesai mendandani Sienna nanti,” peringatnya.Lucas hanya bisa menghela napas pelan, lalu bergegas ikut masuk ke dalam vila. Ia tahu jika Ivona tidak main-main dengan ucapannya dan ia harus sudah siap sebelum para tamu hadir petang ini.
Setelah beberapa jam berkendara, mobil yang dikemudi Ethan akhirnya berhenti di sebuah vila besar yang terletak di pinggir kota. Bangunan vila itu terlihat megah dengan taman luas yang tertata rapi. Bagian belakang vila terhubung dengan hutan kecil yang masih sangat natural dan memiliki pemandangan indah dengan latar pegunungan yang menjulang megah di kejauhan. Lucas masih duduk di dalam mobil, menatap wajah damai Sienna yang masih terlelap di pangkuannya. Ia enggan membangunkannya karena tahu gadis itu sangat lelah setelah menempuh perjalanan selama hampir 12 jam di dalam pesawat. Jarak yang begitu jauh ditempuh Lucas selama dua tahun ini apabila ia merindukan kekasih hatinya itu. Namun, karena kesibukannya seminggu ini, ia terpaksa menahan rasa rindunya. Belaian lembut yang dilakukan Lucas pada wajah kekasihnya itu membuat gadis itu akhirnya terjaga. Perlahan sinar zamrud dari netra gadis itu terpancar lebar.
"Apa maksudmu tidak tahu? Anna, kamu sahabatku, bukan? Tolong jangan ada yang disembunyikan dariku," desak Sienna sekali lagi. “Apa benar Lucas sering bertemu dengan wanita di Goddess?” Terdengar suara dehaman berat dari Anna sebelum akhirnya ia menjawab, "A-aku juga tidak tahu. Oliver yang mengatakannya padaku. Ta-tapi … aku tidak tahu apa dia hanya salah lihat atau sengaja melebih-lebihkan saja. Mungkin saja hanya klien bisnisnya, Sienna.” Kedua alis Sienna bertaut. Jawaban sahabatnya itu tidak memuaskannya. Justru malah memperkuat kecurigaannya bahwa ada rahasia besar yang ditutupi darinya. “Kamu tahu sendiri kan seperti apa Oliver? Terkadang dia sangat menyebalkan dan sengaja membuatku kesal. Mungkin saja waktu itu dia hanya ingin mempermainkanku, biar aku mengadu padamu,” imbuh Anna. Sienna tersenyum kecil. “Kalian tidak berubah. Mau sampai kapan terus berantem seperti ini? Padahal kalian mau menikah bulan depan. Apa k
“Jadi … apa maumu?” tanya Lucas. Ia ingin mendengar pendapat kekasihnya tersebut. “kamu mau putus?” Sienna sangat terkejut mendengar penawaran pria itu. Ia menundukkan wajahnya dan bergumam, “Apa aku boleh egois dengan tetap memilih menjadi kekasihmu?” Sudut bibir Lucas terangkat tipis. Ia menarik tubuh Sienna dan memeluknya dengan erat. “Tentu saja boleh. Kalaupun kamu tidak mau bersikap egois, aku yang akan bersikap egois dengan terus berada di sisimu, Sienna. Aku akan tetap ada untukmu, apapun yang terjadi.” Sienna merasakan kehangatan pelukan Lucas, dan semua keraguan yang menggelayuti hatinya mulai memudar. Ia pun mengangguk kecil dan kembali menitikkan air mata. “Terima kasih, Lucas,” cicitnya. Selang beberapa waktu kemudian, Lucas melepaskan pelukannya. Ia mengusap sisa air mata di sepasang netra zamrud indah gadis itu dan berkata, “Dasar bodoh. Katakan padaku apa yang akan kamu lakukan? Kamu
Sienna tersipu malu. Hatinya terasa berbunga-bunga dan menyapu semua kesedihan yang menyesakkan dadanya selama dua hari ini. “Terima kasih, Lucas. Ini semua benar-benar indah.”Pelayan datang untuk mengambil pesanan mereka. Sienna dan Lucas memilih hidangan yang paling mereka sukai. Percakapan mereka berlanjut dengan santai sembari menyantap hidangan utama.Setiap hidangan yang disajikan tampak begitu mewah dan menggugah selera. Setelah hidangan utama selesai, Lucas memberikan isyarat kepada pelayan untuk membawa hidangan penutup yang spesial.“Kamu pesan dessert apa?” tanya Sienna dengan bingung.Ia menatap hidangan yang masih ditutup dengan tudung stainless steel di hadapannya, lalu menatap Lucas yang tersenyum misterius.“Luke ….”“Coba saja kamu buka,” sela Lucas seraya mengisyaratkan pelayan agar menjalankan rencananya.Sienna menatap Lucas dengan curiga, tetapi ia tidak dapat membendung rasa antusiasnya. Perlahan i
Pandangan Felix tertuju pada putrinya. Ia tidak dapat memahami maksud putrinya, tetapi gadis itu melanjutkan, “Kini aku mengerti. Pantas saja selama ini dia memperlakukan Sam lebih baik. Mungkin karena dia mirip denganmu.” Seulas senyuman miris kembali terukir di bibir Sienna. “Sebaliknya, dia membenciku, mungkin karena aku mirip dengan ibu kandungku dan kehadiranku sangat menyiksanya," imbuhnya. "Padahal dia memiliki banyak kesempatan untuk membunuhku jika dia memang tidak menyukaiku, tapi dia tidak pernah melakukannya. Aku rasa dia pasti dihantui rasa bersalah atas tindakannya dulu," lanjut Sienna atas analisanya terhadap mendiang ibu asuhnya itu. Namun, apa pun analisanya, baik ibu kandungnya maupun wanita yang berpura-pura menjadi ibu kandungnya itu, sudah tidak dapat hidup kembali. Lucas menggenggam tangan Sienna lebih erat. Sejak tadi ia tidak mengatakan apa pun, tetapi setelah mendengar cerita Felix Harvey dan pandangan Sienna terhadap Nancy, ia berpikir jika ia perlu member
“Maaf kalau Ayah baru menemukanmu sekarang, Sienna,” ucap Felix dengan sorot mata yang terselubungi penyesalan dan kerinduan yang mendalam.Sienna terhenyak.Untungnya, Lucas menopang tubuh kekasihnya tersebut sehingga tidak terjatuh. Lucas tidak terkejut sedikit pun karena dugaannya ternyata benar.Sebelumnya Oliver sempat mengatakan jika para bawahannya sempat mengikuti Ace Tucker dan melihat dia mengambil hasil dari pemeriksaan DNA seseorang di salah satu laboratorium rumah sakit.Walaupun mereka tidak berhasil menemukan laporan pemeriksaan tersebut, tetapi berdasarkan kesaksian dari tim terkait, mereka mengatakan jika sampel DNA yang menjadi perbandingan adalah milik Felix Harvey.Meski hatinya masih berkecamuk dengan berbagai emosi, Sienna berusaha menenangkan diri. Dengan suara yang bergetar pelan dan nyaris tidak terdengar, Sienna bergumam, "Paman Felix... jadi, Anda adalah … ayah kandungku?"Fel