Share

Ingin rujuk

"Setan alas! Tuyul! Genderwo!" Rancauku ketika tiba-tiba hujan turun menguyur tubuhku.

"Bangun! Ngapain tidur di mari?!" Ibu berteriak. Ternyata bukan hujan tapi ibu yang menyemprotkan selang padaku.

"Ketiduran, Bu. Habisnya gedor pintu ngga ada yang buka. Tidur apa pingsan!" Cebikku.

"Hei! Ngomong sama orang tua jangan ngawur. Pake nyumpahin pingsan segala. Mau aku jadiin bregedel?!"

"Iya, Bu. Maaf!"

"Lagian ngapain kemari, kan kamu punya rumah? Apa kamu di usir Nisa? Bukankah dia setuju dengan kehadiran Syasya?" Ibu menatap penuh selidik.

"A-anu, Bu. Putramu ini sudah jadi duda." Aku mlehoy, hampir menangis.

"Apa? Kemana istrimu semua. Mati!"

"Ibu! Kenapa sumpahin mereka mati?"

"Noh! Siapa yang sumpahin. Kan kamu sendiri yang bilang jadi duda."

"Ya bukan berarti mati kali, Bu. Aku jadi duda cerai!"

Ibu menyempitkan mata. Mungkin dia heran, kenapa aku yang punya dua istri menjadi duda.

"Tunggu-tunggu! Kalau bicara yang jelas jangan buat Ibumu yang tua ini ngga mudeng."

"Bu, anakmu in
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
cepiws
jembutan hahhhhh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status