Semalam Ariel pulang dalam keadaan mabuk. Padahal siang ini ia harus segera ke lokasi syuting untuk pemotretan. Biasanya Ariel selalu menjemput Aisyah di apartemennya. Tapi kali ini sudah terlewat jamnya, Ariel belum juga muncul. Karena gelisah akhirnya Aisyah menelepon Ariel.
Tak ada jawaban. Aisyah tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Ia akhirnya memutuskan untuk pergi ke apartemen Ariel. Ia takut jika pria itu ketiduran.
Untung saja kebetulan ada taksi yang lewat sehingga Aisyah bisa langsung naik taksi itu. Sesekali ia menelepon kembali Ariel, tapi tetap saja tidak ada yang mengangkat teleponnya.
Lima belas menit, Aisyah sampai di depan apartemen Ariel. Sebenarnya ia sungkan jika di suruh datang ke apartemen bosnya itu. Takut ada kejadian yang tidak ingin di lihatnya, mengingat Ariel suka membawa wanita.
Jari lentik Aisyah mengetuk pintu apartemen Ariel. Tak ada jawaban atau tanda-tanda langkah kaki yang mendekat untuk mencoba membukakan pintu.&
Marini sudah menunggu di lokasi pemotretan. Melihat Ariel datang bersama Aisyah, ada semacam perasaan tidak senang menjalar di hatinya. Dulu ia tidak peduli jika Ariel bersama artis mana pun. Karena menurut Marini pada akhirnya Ariel akan kembali padanya.Namun melihat kedekatan Ariel dan Aisyah, ada perasaan berbeda yang berkecamuk dihatinya. Ada semacam ganjalan hati yang mengatakan seolah Ariel tidak akan pernah bosan dengan Aisyah. Selama mengenal Ariel, ia selalu tahu siapa saja wanita yang pernah dekat dengan Ariel. Rata-rata dari kalangan dunia hiburan.Kali ini kedekatannya dengan Aisyah justru membuatnya cemas. Ia tidak bisa menjauhkan Ariel dengan Aisyah. Apalagi mereka terlibat hubungan pekerjaan."Sayang, aku sudah menunggu cukup lama di sini. Tadi aku mampir dari salon," kata Marini dengan suaranya yang agak manja.Aisyah membiarkan Marini bergelayut manja di lengan Ariel. Sementara Ariel merasa risih karena menurutnya sikap Marin
Ariel menarik tangan Aisyah agar berdiri di dekatnya. "Jam kerja kau malah enak-enakan di sini bersama pria asing. Apa ini sebenarnya kelakuanmu! Suka menggoda pria lain di jam kerja. Kemarin Wildan, sekarang pria ini!" tunjuk Ariel. Hati Aisyah sangat perih mendengar tuduhan dari Ariel. Ia tidak menyangka bos yang selama ini di kenalnya tega menuduhnya sebagai wanita penggoda. Melihat bulir air mata menetes di pipi Aisyah, Ariel menjadi sadar jika telah melakukan kesalahan. Ia marah karena terbakar api cemburu. Aisyah buru-buru berlari masuk ke dalam tanpa menghiraukan kedua lelaki itu. "Tunggu Aisyah!" teriak Gilang. Pria itu langsung menatap tajam ke arah Ariel. "Ku pikir kau seorang artis terkenal. Yang selalu di kagumi orang. Tapi, kali ini aku melihat dengan mata kepala sendiri kau merendahkan seorang wanita baik-baik," tandas Gilang. "Tahu apa kau tentang aku! Kau hanya pengganggu hubungan kami!" tunjuk Ariel. Gilang malahan tersenyum mendengar ucapan Ariel yang terakhir.
"Boleh, aku masuk?" tanyanya. Aisyah masih saja berdiri termangu di hadapan Ariel. Tak percaya pria tampan itu kembali mendatanginya. Ia tidak seperti wanita kebanyakan pada umumnya yang menyambut Ariel dengan senyum lebar di teruskan dengan tangan yang bergelayut manja. Ariel tidak mendapati itu pada Aisyah, yang ia temui malahan kebingungan yang ada pada wajah gadis cantik itu. "Kau tidak menyuruhku masuk?" tanya Ariel. Aisyah membuka pintu lebar-lebar agar Ariel dapat masuk tanpa dirinya memberi jalan. Mata Ariel memindai ke dalam, biasanya kemarin ia datang apartemen masih berantakan. Sekarang tampaknya sangat rapi. Gadis itu masih berdiri di belakang Ariel karena ia tahu tanpa di persilahkan sekalipun pria itu akan duduk di sofa tamu dengan sendirinya. "Aku ingin minum," kata Ariel. Aisyah masih diam tak bergeming. "Kau dengar tidak?" Ariel mendongak melihat ke arah Aisyah yang masih diam. Ia baru sadar jika Aisyah tengah marah padanya. "Aku tidak jadi minum, sekarang dud
Tidak seperti biasanya Aisyah menekan-nekan wajah Ariel dengan kasar saat meratakan foundation ke permukaan wajah Ariel. Di lihat dari tingkahnya agaknya ia masih marah dengan Ariel. Keinginannya untuk mundur di abaikan. Sementara dari jauh Marini terus saja mengawasinya."Kalau kerja yang bener. Memangnya kau kira wajahku terbuat dari apa? Kau pukuli pakai spon sedari tadi," ucap Ariel.Mendengar teguran dari Ariel, ia pun bertindak lebih pelan meratakan foundationnya. Namun bibirnya masih manyun. Aisyah seperti tidak ikhlas melakukan pekerjaannya."Kau harus profesional, Aisyah. Jangan bawa kemarahan dalam pekerjaanmu," sindir Ariel."Ya, bos," sahut Aisyah lemah. Akhirnya setelah beberapa menit ia dapat menyelesaikan pekerjaannya. Ariel terlihat lebih tampan seperti biasanya."Kamu tunggu aku di sini sebentar," kata Ariel. Ia pun ke lokasi pemotretan.Aisyah menatap kosong ke arah ariel yang sedang melakukan pemotretan dengan artis
"Ibu!" seru Aisyah.Wanita paruh baya yang tengah menyapu halaman menoleh ke arah asal suara. Ia tak percaya dengan apa yang di lihatnya."Aisyah!" Ia langsung menjatuhkan sapunya dan memeluk putri tercintanya.Aisyah melepaskan ramgkulan ibunya dan mencium punggung tangan Marni. "Bagaimana kabarmu, Nduk?""Baik, Bu. Seperti yang ibu lihat, Aisyah sehat-sehat saja.""Ayo masuk dulu, kamu pasti sangat lelah dari Jakarta," ucap Marni."Ini toko kelontong ibu?" tunjuk Aisyah. Sebuah toko kelontong bangunan permanen yang terletak di depan rumah menyita perhatiannya."Iya, Nduk. Lumayan, kangen ibu sama kamu jadi teralihkan karena ada toko itu," tutur Bu Marni.Sesampainya di dalam rumah, Aisyah melihat ke sekeliling. Tidak ada yang berubah sama sekali. Mulai dari perabotan dan penataan ruangannya."Kamu mau mandi dulu, atau langsung makan?" tanya Bu Marni."Mandi dulu, Bu. Nggak tahan badan udah keringetan dari
Aisyah tidak tahu jika Ariel mengejarnya ke kampung karena pria itu tidak bisa sehari pun berjauhan dengannya. Dalam pandangannya Ariel adalah artis play boy, jadi Aisyah tidak pernah memasukkan dalam hati rayuan Ariel."Kapan pulang ke Jakarta?" tanya Ariel."Yah, baru sampai kok di suruh pulang," jawab Aisyah cemberut."Bukan begitu, kamu tidak bisa tinggal lama-lama di sini. Aku banyak kerjaan," kata Ariel pelan agar tidak terdengar Bu Marni yang tengah sibuk di toko depan rumahnya."Iih, aku pingin lama di sini. Bos cari penggantiku saja. Marini kayaknya lebih cocok menggantikan pekerjaanku. Jadi ... kalian bisa tambah lengket kemana-mana bareng terus," goda Aisyah."Marini tidak bisa aku kerjain. Kalau kamu kan_,""Aku kenapa? Nah, benar kan dugaanku, bos itu sukanya menyiksaku. Sepertinya ada kebahagiaan tersendiri kalau berhasil membuatku menangis," sahut Aisyah."Bukaaan, aku tuh tidak bisa jauh sehari pun darimu,"
"Terima kasih, Bu sudah menyajikan berbagai makanan pada saya hari ini. Dan, ini akan saya bawa semua ke Jakarta, oleh-oleh dari ibu," tutur Ariel. Ia dengan berat hati tidak bisa tinggal lebih lama lagi karena tuntutan pekerjaan."Ibu senang, Nak Ariel mau singgah di gubuk ibu ini. Tolong titip Aisyah, sebenarnya ibu berat melepasnya jika harus kembali ke Jakarta lagi. Tapi, melihat bosnya adalah Nak Ariel, ibu jadi lega," kata Bu Marni.Aisysh pun berpamitan dengan Bu Marni. Mereka saling memeluk satu sama lainnya. Tak terasa air mata Aisyah menetes membasahi pundak wanita paruh baya itu."Jangan nangis, Nduk. Ibu selalu doakan agar kamu jadi orang sukses. Tidak usah kamu pikirkan ibu," Bu Marni menepuk pundak Aisyah penuh kasih sayang.Ariel pun mencium punggung tangan Bu Marni. "Tolong, jaga Aisyah ya, Nak," kata Bu Marni."Tentu, Bu."Ariel dan Aisyah pun masuk ke dalam mobil sport, tak lupa Aisyah melambaikan tangannya. Warga kam
"Drrrtzzt!" Bunyi suara telepon mengagetkan Ariel yang masih bergulat dengan guling kesayangannya. Apalagi nada dering teleponnya sangat keras sekali."Berisik, tidak tahu masih ngantuk apa," gerutu Ariel. Ia menutup ponselnya dengan bantal.Aisyah kelihatan gelisah. Tangannya menggenggam ponsel itu sudah sedari subuh tapi yang di hubungi tidak juga mengangkat teleponnya."Bos, gimana sih. Katanya mau syuting subuh-subuh, tapi kok belum bangun," gerutu Aisyah.Tak ada cara lain, Aisyah naik taksi dan bergegas untuk pergi ke apartemen Ariel untuk membangunkan bosnya. Untung saja jaraknya tidak terlalu jauh sehingga langsung cepat sampai.Aisyah sudah tahu passcode apartemen Ariel. Setelah berhasil membuka pintu utama, ia berjingkat-jingkat mengetuk pintu kamarnya Ariel."Bos, bangun sudah saatnya syuting sekarang," ucap Aisyah dari luar pintu. Tak ada sahutan sama sekali.CeklekAisyah memberanikan diri m
Marni mengajak Aisyah masuk ke dalam rumahnya. Ia tidak menyangka setelah sekian lama, Aisyah akhirnya pulang ke kampung menjenguknya. "Kebetulan, ibu masak tadi. Syukurlah kamu pulang, Nak. Ibu kangen padamu," tutur Marni. Aisyah masuk ke kamar mandi sebentar untuk membersihkan diri. Tak lama kemudian dia keluar sudah dalam keadaan segar. Aisyah duduk di kursi menunggui ibunya yang tengah sibuk membuatkan minuman hangat untuknya. "Minumlah dulu, karena bisa menghilangkan rasa letihmu." Marni menyodorkan secangkir teh hangat. "Hemm, teh buatan ibu selalu yang terbaik," puji Aisyah. Mereka berdua lalu makan bersama, hanya lauk sederhana tapi bagi Aisyah sudah membuatnya merasa nyaman. Karena baginya, masakan ibunya mengandung cinta dan kasih sayang. "Bu, ikan asin sama sambalnya enak," kata Aisyah. "Tadi, ibu hanya buat ini. Lah, makan sendirian terkadang tidak semangat Nduk," tutur Marni. Mendengar pernyataan ibunya Aisyah menjadi kasihan. Selama ini ibunya tinggal sendirian da
"Bukan tempat tongkrongan, tapi tempat makan," balas Aisyah sembari tersenyum. "Nanti gak laku dong jualanku, kalau buat nongkrong saja," imbuh Aisyah. "Duh Aisyah, tenang saja nanti teman-teman kantorku aku ajak makan di sini. Biar makin terkenal restoranmu," kata Daniel. "Makasih, ya. Aku seneng deh punya kakak seperti kamu," kata Aisyah. "Hemm, kakak ya." Daniel garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal, ternyata Aisyah hanya menganggapnya seperti kakaknya. Padahal ia sudah berharap lebih dari Aisyah. Setelah cerai dari Ariel, Daniel berharap menjadi pengganti suaminya. Daniel sudah merasa cocok dengan karakter Aisyah. Baginya Aisyah adalah wanita pujaan nya. ** Keluarga Devon tengah berkumpul dan bercerita, termasuk Mariska di sana. Setelah adanya Aisyah di rumah mereka, Mariska lebih semangat. Ia merasa punya anak perempuan. Aisyah yang ramah dan suka tersenyum membuat Mariska menyayanginya. Ia berharap Aisyah menikah dengan Daniel, putra kandungnya Mariska. Aisyah datang dar
"Belikan aku baju baru, semua bajuku sudah tidak muat kupakai," keluh Marini.Ariel hanya meletakkan kartu atmnya di meja. Ia malas banyak bicara melayani permintaan Marini yang ini itu. Ia merasa Marini memang sengaja menjadikan kehamilannya sebagai alat untuk meminta banyak hal padanya."Kok hanya kartu, aku kan juga ingin di temenin beli bajunya. Biar kamu bisa milihin yang sesuai seleramu, Mas," bujuk Marini.Ariel yang hendak pergi berangkat ke lokasi syuting menghentikan langkahnya sejenak, ia lalu berbalik menghadap ke arah Marini."Dengar ya, pernikahan ini terjadi agar anak ini memiliki status di mata hukum. Jadi, kau jangan menganggap pernikahan ini seperti orang-orang lainnya yang bisa berumah tangga dengan bahagia.""Karena akal licikmu, kau memisahkan ku dari Aisyah. Kau mungkin memiliki tubuhku tapi tidak dengan hatiku," tandas Ariel.Setelah mengatakan hal itu, ia pun berlalu pergi meninggalkan Marini yang masih terbengong-bengong. Wanita itu tidak percaya Ariel tega me
Aisyah pergi menjauh dari Ariel untuk selamanya. Ia tidak lagi ada kabar beritanya, seperti hilang tertelan bumi. Dan Ariel kelimpungan mencari Aisyah kemanapun tapi tidak juga di temukannya. Semenjak kejadian itu, Marini makin gencar-gencarnya mendekati Ariel. Perutnya makin membesar, dan rasanya tidak ada alasan lagi bagi Ariel selain mempertanggung jawabkan perbuatannya.Kini Marini boleh bangga karena Ariel mempersuntingnya, meski semua itu di lakukan Ariel dengan rasa terpaksa. Di hati Ariel hanya ada Aisyah saja yang bertahta.Pernikahan mereka di gelar secara sederhana, karena Ariel sejak awal memang tidak menginginkan pernikahan itu berlangsung. Ia membuat kesepakatan pada Marini kalau bayi itu sudah lahir maka mereka akan bercerai. Pernikahan itu di buat untuk status anaknya yang akan lahir kelak. Kasihan kalau tidak memiliki status kejelasan."Mas, aku pingin makan rujak. Beliin dong," pinta Marini."Kamu kan bisa menyuruh pelayan. Aku m
"Tolong, jangan pergi!" seru Ariel. Bersamaan itu pula, hujan mengguyur bumi. Hujan begitu deras, membuat baju Aisyah basah kuyup seketika.Ariel berlari berniat melindungi Aisyah dari hujan dengan memberikannya jaket miliknya."Berhenti, tolong jangan mendekat," kata Aisyah. Matanya basah dengan air mata, basah juga dengan tetesan air hujan yang mengguyur kepalanya."Aisyh, maafkan aku...""Tolong berhenti, jangan melangkah lebih dekat lagi!""Atau aku akan membencimu selamanya!" ancam Aisyah. Wanita itu berdiri tegak di bawah derasnya air hujan yang membasahi langit. Air matanya bercampur dengan air hujan. "Aisyah, tolong jangan seperti ini. Aku bisa jelaskan semuanya," kata Ariel."Tidak ada yang perlu di jelaskan, kau menuduhku buta? Aku melihat semuanya dengan mata kepalaku sendiri!" tegas Aisyah. Ia tidak ingin hatinya rapuh dengan bujuk rayu Ariel."Cukup sudah, dari awal aku memang sudah salah melangkah. Kau sudah pernah menikahiku, dan bertanggung jawab atas pemerkosaan wakt
Pagi ini tidak seperti biasanya, pasalnya banyak yang mengantri membeli gado-gado Aisyah. Baru pukul sembilan pagi, gado-gado Aisyah sudah terjual habis. Ia juga heran berasal darimana para pelanggannya itu, soalnya beberapa di antara mereka bukan pelanggan tetapnya. Ada yang minta berswa foto bersama, mereka tampak bangga bisa foto dengan Aisyah. Aisyah tidak sadar kalau dirinya saat ini makin terkenal di sosial media. Ia memang jarang membuka ponselnya karena takut Ariel menghubunginya. Ponselnya ia biarkan mati begitu saja. Aisyah menjalani hidup tanpa ponsel.Sementara Ariel yang tengah istirahat sehabis syuting iseng-iseng membuka ponselnya. Ia kaget melihat berita viral di sosmed yang menunjukkan gambar Aisyah sebagai penjual gado-gado cantik.Ariel langsung beranjak dari tempat duduknya, ia sudah tidak mau berpikir panjang. Tekadnya sudah bulat untuk bertemu dengan Aisyah. "Mau kemana?" tanya sutradara."Aku ada perlu," jawab Ariel."Syuting sebentar lagi di lanjutkan, ingat
"Dimana kau Aisyah," gumam Ariel.Pria berwajah tampan itu akhir-akhir ini sulit untuk tidur. Ia sering memikirkan isterinya yang pergi entah kemana. Ariel sudah membayar orang untuk mencari Aisyah, tapi belum ada kabar yang menggembirakan dari orang suruhannya.Di sela-sela jadwal syutingnya yang padat, dia juga sering menyempatkan diri untuk mencari keberadaan Aisyah. Baginya, Aisyah seperti di telan bumi. Hilang tanpa jejak.Hal itu membuat Ariel kurang bersemangat, ia menjalankan ritinitas pekerjaannya serasa membosankan tanpa kehadiran Aisyah. Aisyah adalah penghilang dahaganya di oase. Tapi penghilang dahaga itu telah pergi meninggalkannya. Rasa bersalah terus saja menghantui hatinya. Ia sadar sudah melukai hati Aisyah terlalu dalam. Lamunan Ariel buyar manakala ponselnya menyala. Bukan telepon yang masuk melainkan notifikasi pesan dari Marini. Ia kesal mengapa wanita itu terus mengganggunya. Dengan malas ia membuka pesan dari Marini. Wanita itu mengirimkan gambar tespek bergar
"Akhirnya kau datang juga," kata Marini. Ariel tidak menggubris perkataan Marini. Ia langsung membuka pintu mobilnya tanpa banyak kata."Masuk!"Marini berjalan melanggang masuk ke dalam mobil Ariel. Lelaki itu mulai menyetir mobilnya, entah kemana Ariel membawa Marini pergi. Marini tersenyum melihat wajah tampan pria yang duduk di sampingnya. Pria yang selalu membuatnya jatuh cinta sepanjang waktu."Apa kita mau ke hotel?" tanya Marini percaya diri. "Tidak, ke neraka!" Ariel semakin mempercepat laju mobilnya membuat wajah Marini pias. Ia takut kalau Ariel akan membuktikan ucapannya."Jangan main-main, aku tidak mau mati sekarang!" teriak Marini. "Kau sudah membuatku terpisah dengan orang yang aku cintai, apa bedanya kematian bagiku," ancam Ariel."Tidak, aku tidak mau mati!""Tolong hentikan mobilnya! Aku tidak mau mati bersamamu!" teriak Marini."Hahaha, kau takut mati juga!""Katamu, kau cinta mati padaku. Tapi tidak mau mati bersamaku. Cintamu omong kosong!" ledek Ariel."Sekara
Ariel melihat Wildan di lokasi syuting sendirian tanpa Aisyah. Itu berarti Aisyah kemarin tidak pergi bersama Wildan. Lalu kemana Aisyah sebenarnya, mengapa pergi tiba-tiba tanpa meninggalkan pesan. Apakah ada sesuatu yang terjadi dengan ibunya sehingga dia buru-buru pulang? Berbagai spekulasi muncul dalam benak Ariel. Namun ia belum menemukan jawaban yang benar, semua itu hanya perkiraannya saja.Syuting berjalan agak alot tidak seperti biasanya, karena Ariel selalu saja salah memerankan adegan tokohnya. Ia cenderung suka melamun tidak seperti biasanya. Hingga Sang Sutradara sering marah dan tidak sabaran dengan ulah Ariel."Kita sedang kejar tayang, kalau kamu punya masalah pribadi aku harap tidak usah kamu bawa-bawa dalam peranmu," kata Sutradara lirih sembari menepuk pundak Ariel. Wildan juga terlihat galau, ia penasaran apa yang terjadi dengan Aisyah mengapa tiba-tiba tidak mau bekerja padanya lagi. Apakah ada kesalahan yang pernah di perbuatnya hingga Aisyah tidak kerasan beker