Selain itu, aku merasa sangat bangga.Aku berhasil mengalahkan Dono. Aku bahkan menakuti para preman ini. Aku hebat sekali.Namun, aku tidak mengendurkan kewaspadaanku. Aku terus menekan leher Dono dengan kuat."Aku tahu kamu nggak akan menyerah, tapi aku nggak menyangka gerakanmu akan secepat ini.""Kamu terobsesi dengan Aula Damai milik Pak Harmin. Kamu juga nggak menyukaiku. Kamu pasti nggak akan menyerah sampai kamu mencapai tujuanmu.""Tapi, aku beri tahu kamu. Kamu nggak boleh menyentuh Aula Damai. Kamu juga nggak bisa menyentuhku. Jangan coba-coba merebut Aula Damai. Kalau kamu benar-benar menyudutkanku, aku bisa melakukan apa saja."Saat berbicara, aku menambah kekuatan di tanganku. Bilah pisau itu melukai kulit Dono hingga darah mengalir keluar.Dono merasakan sakit di lehernya. Dia ketakutan hingga wajahnya semakin pucat. "Oke, oke. Aku akan melakukan apa pun yang kamu katakan. Cepat singkirkan pisau itu. Aku rasa kamu telah melukai leherku."Saat menyerang, aku memperhatikan
"Oke, oke. Seleramu paling bagus. Sebenarnya, Agnes lumayan cantik."Aku ingin mengulurkan tangan dan menepuk bahu Kiki. Namun, saat aku mengangkat lenganku, aku merasa lenganku sangat sakit.Yasan segera melangkah maju untuk memapahku. "Edo, ayo kembali. Kita obatiku lukamu."Aku memandang Yasan dengan perasaan campur aduk.Sebelumnya, bajingan ini salah paham padaku. Aku merasa sangat kesal. Aku juga diam-diam bersumpah bahwa aku tidak akan pernah ikut campur urusannya lagi.Namun, saat toko tertimpa masalah atau aku terlibat masalah, dia benar-benar peduli padaku.Barusan, aku melihat adegan Tasya dan Willy terus bergaul bersama. Aku tidak tahu apakah aku harus mengatakannya atau tidak.Namun, aku tidak bisa menyembunyikan rahasia. Jika aku tidak mengatakannya, aku merasa seolah aku akan mati.Jadi, aku menceritakan kepada Yasan apa yang terjadi barusan."Pokoknya, aku sudah memberitahumu semuanya. Terserah kamu memutuskan bagaimana memilihnya."Setelah berkata, aku merasa lega dan
"Gadis itu belum pernah berpacaran. Saat kamu pergi ke sana, berhati-hatilah. Jangan berjalan-jalan di rumah hanya memakai celana pendek ...."Saat aku sedang berbicara dengan Kiki, tiba-tiba kepala menjulur kemari dan bertanya, "Mahasiswi? Belum pernah berpacaran? Kalau begitu, kamu bisa memperkenalkannya padaku."Orang itu adalah Sean.Pria ini adalah salah satu dari segelintir pria lajang di toko ini. Setiap hati, dia terus berpikir untuk menggoda wanita. Namun, dia belum berhasil menaklukkan satu wanita pun.Aku langsung menjadi sangat kesal. "Mimpi kamu? Dia adalah seorang mahasiswi. Dia masih sekolah. Menurutmu, apa kamu pantas bersanding dengannya?"Sean berkata dengan tidak tahu malu, "Apa maksudmu pantas atau nggak? Kami bahkan belum pernah bertemu. Bagaimana kamu tahu aku nggak pantas bersanding dengannya?"Sialan, orang ini benar-benar mempermainkan kami.Aku langsung menendangnya. Sementara Sean menghindar sambil tersenyum."Kak Edo, tolong perkenalkan aku pada mahasiswi it
Apa maksudnya?Apa dia merasa aku suka memamerkan tubuhku?Aku terdiam seribu bahasa.Lupakan saja. Aku juga malas untuk menjelaskannya.Jika aku terus membahas masalah ini, kami akan semakin merasa malu.Aku berjalan ke depan ketel, lalu menuangkan segelas air untuk diriku sendiri.Sharlina tiba-tiba bertanya, "Kak Edo, saat kamu masih sekolah, apa nilai fisiologimu baik?"Aku berkata dengan santai, "Bukankah ini adalah pelajaran dasar untuk mahasiswa kedokteran? Fisiologi dan struktur manusia adalah yang paling dasar. Kalau kamu nggak bisa mempelajarinya dengan baik, bagaimana kamu bisa menguasai titik akupunktur tubuh manusia? Bagaimana kamu bisa menjadi dokter pengobatan tradisional?"Pipi Sharlina memerah dengan ekspresi malu."Tapi, aku nggak bisa mempelajarinya dengan baik. Setiap kali aku melihat gambar yang dipajang dosen di kelas fisiologi, aku sangat malu.""Kali ini, aku hanya mendapat nilai C di mata kuliah Fisiologi."Nilai C berarti gagal. Hal ini akan memengaruhi kelulu
"Tapi, mereka telah mengajari banyak hal padaku. Kalau aku nggak berhasil dalam ujian, aku takut akan mengecewakan mereka.""Kamu terlalu banyak berpikir. Kalau kamu selalu mempertimbangkan pendapat orang lain, kamu akan kehilangan jati dirimu." Orang dengan kepribadian seperti ini sangat kasihan. Demi memuaskan orang lain, mereka akan merugikan diri mereka sendiri.Namun, jika Sharlina tidak bahagia dalam hidupnya, kenapa dia harus mengkhawatirkan banyak hal?Sekarang, aku merasa orang-orang seperti Nancy dan Jessy cukup bagus.Mereka hidup dengan bebas dan tanpa batasan!Mereka tidak akan menambah tekanan atau tuduhan yang tidak perlu pada diri mereka sendiri."Aku nggak tahu apa yang terjadi. Sejak aku masih kecil, aku sudah seperti ini ....""Itu hanya kepribadianmu. Itu bukan salahmu," hiburku.Sharlina mendengus dan melanjutkan, "Kak Edo, aku benar-benar ingin berubah. Aku ingin keluar dari bayang-bayang masa lalu.""A ... aku butuh bantuanmu."Aku berkata sambil mengangguk tanpa
"Kamu gila, ya! Kamu itu dekan. Bagaimana kalau murid-murid melihatmu?"Tempat ini adalah sekolah, bukan Vila Dragonfly. Aku berpikir, "Bagaimana Jessy bisa begitu berani?"Jessy tidak berkata apa-apa. Namun, tangannya yang halus menjulur masuk ke dalam pakaianku ....Tangannya menggarukku dengan lembut."Tatap mataku." Napas Jessy semanis bunga anggrek. Tubuhnya menempel erat padaku, hingga aku merasa bergairah dengan perlahan.Aku segera meraih tangannya dan berkata, "Jangan. Aku nggak ingin menjadi seperti dulu.""Aku ingin menjadi kuat seperti Kak Andre."Jessy berdiri berjinjit, lalu dia mencium bibirku dengan lembut. Napasnya yang hangat itu pun mengembus di daguku."Sekalipun kamu menjadi sekuat Andre. Itu nggak akan memengaruhi kamu tidur denganku.""Nggak ... nggak bisa seperti itu."Sebelum aku selesai berbicara, Jessy tiba-tiba menggigit daguku.Namun, gigitannya sangat lembut.Dia sengaja menggodaku. Tangan yang berada di balik pakaianku telah bergerak ke bawah dengan perla
Pada pukul sebelas malam.Aku pergi lari malam di taman di bawah rumah kakakku.Tiba-tiba aku mendengar suara gemerisik seorang pria dan seorang wanita yang datang dari rerumputan."Wiki, kamu sebenarnya mampu nggak? Kamu bilang kamu nggak terangsang kalau di rumah. Aku ikut ke sini bersamamu, kenapa kamu masih seperti ini?"Saat aku mendengarnya, bukankah ini suara anggun Kak Nia?Bukankah kakakku dan Kak Nia pergi makan malam? Kenapa muncul di taman, bahkan di rerumputan?Biarpun belum pernah punya pacar, aku sudah menonton banyak video instruksional, jadi aku langsung mengerti bahwa mereka sedang mencari sensasi.Nggak kuduga kakakku dan Kak Nia jago mainnya! Mereka ternyata melakukannya di taman ... ini seru sekali.Mau tak mau aku pun mendekat dan menguping.Kak Nia sangat cantik dan memiliki bodi yang super seksi. Mendengar rintihan Kak Nia adalah impianku.Aku berjingkat ke rumput dan diam-diam menjulurkan kepalaku.Kulihat Kak Nia duduk di atas kakakku. Walaupun punggungnya men
"Lina, kamu sudah sampai, ayo masuk, duduk dulu." Selagi aku bertanya-tanya, Kak Nia menghampiri dan berkata kepada wanita itu dengan sangat antusias.Wanita itu masuk ke dalam rumah atas ajakan Kak Nia.Kak Nia memperkenalkan kami satu sama lain.Ternyata wanita itu adalah sahabatnya yang bernama Lina Lasma yang tinggal di sebelah."Lina, ini adik Wiki dari desa yang sama. Namanya Edo Didi. Dia baru tiba kemarin."Lina menatapku dengan heran, lalu berkata sambil tersenyum, "Aku nggak menyangka adiknya Wiki begitu muda dan tampan!""Edo baru saja lulus kuliah, bagaimana mungkin nggak muda? Selain itu, dia bukan hanya muda, dia juga sangat kuat."Entah apakah itu hanya imajinasiku, aku merasa perkataan Kak Nia ada maksud lain dan matanya menatap bagian tertentu di tubuhku.Itu membuatku merasa sangat tidak nyaman.Lina menatapku dari atas ke bawah dan bertanya, "Nia, kalau begitu tukang pijat yang kamu bicarakan itu adikmu ini 'kan?""Benar, itu Edo. Dia belajar ilmu pijat dari kakeknya
"Kamu gila, ya! Kamu itu dekan. Bagaimana kalau murid-murid melihatmu?"Tempat ini adalah sekolah, bukan Vila Dragonfly. Aku berpikir, "Bagaimana Jessy bisa begitu berani?"Jessy tidak berkata apa-apa. Namun, tangannya yang halus menjulur masuk ke dalam pakaianku ....Tangannya menggarukku dengan lembut."Tatap mataku." Napas Jessy semanis bunga anggrek. Tubuhnya menempel erat padaku, hingga aku merasa bergairah dengan perlahan.Aku segera meraih tangannya dan berkata, "Jangan. Aku nggak ingin menjadi seperti dulu.""Aku ingin menjadi kuat seperti Kak Andre."Jessy berdiri berjinjit, lalu dia mencium bibirku dengan lembut. Napasnya yang hangat itu pun mengembus di daguku."Sekalipun kamu menjadi sekuat Andre. Itu nggak akan memengaruhi kamu tidur denganku.""Nggak ... nggak bisa seperti itu."Sebelum aku selesai berbicara, Jessy tiba-tiba menggigit daguku.Namun, gigitannya sangat lembut.Dia sengaja menggodaku. Tangan yang berada di balik pakaianku telah bergerak ke bawah dengan perla
"Tapi, mereka telah mengajari banyak hal padaku. Kalau aku nggak berhasil dalam ujian, aku takut akan mengecewakan mereka.""Kamu terlalu banyak berpikir. Kalau kamu selalu mempertimbangkan pendapat orang lain, kamu akan kehilangan jati dirimu." Orang dengan kepribadian seperti ini sangat kasihan. Demi memuaskan orang lain, mereka akan merugikan diri mereka sendiri.Namun, jika Sharlina tidak bahagia dalam hidupnya, kenapa dia harus mengkhawatirkan banyak hal?Sekarang, aku merasa orang-orang seperti Nancy dan Jessy cukup bagus.Mereka hidup dengan bebas dan tanpa batasan!Mereka tidak akan menambah tekanan atau tuduhan yang tidak perlu pada diri mereka sendiri."Aku nggak tahu apa yang terjadi. Sejak aku masih kecil, aku sudah seperti ini ....""Itu hanya kepribadianmu. Itu bukan salahmu," hiburku.Sharlina mendengus dan melanjutkan, "Kak Edo, aku benar-benar ingin berubah. Aku ingin keluar dari bayang-bayang masa lalu.""A ... aku butuh bantuanmu."Aku berkata sambil mengangguk tanpa
Apa maksudnya?Apa dia merasa aku suka memamerkan tubuhku?Aku terdiam seribu bahasa.Lupakan saja. Aku juga malas untuk menjelaskannya.Jika aku terus membahas masalah ini, kami akan semakin merasa malu.Aku berjalan ke depan ketel, lalu menuangkan segelas air untuk diriku sendiri.Sharlina tiba-tiba bertanya, "Kak Edo, saat kamu masih sekolah, apa nilai fisiologimu baik?"Aku berkata dengan santai, "Bukankah ini adalah pelajaran dasar untuk mahasiswa kedokteran? Fisiologi dan struktur manusia adalah yang paling dasar. Kalau kamu nggak bisa mempelajarinya dengan baik, bagaimana kamu bisa menguasai titik akupunktur tubuh manusia? Bagaimana kamu bisa menjadi dokter pengobatan tradisional?"Pipi Sharlina memerah dengan ekspresi malu."Tapi, aku nggak bisa mempelajarinya dengan baik. Setiap kali aku melihat gambar yang dipajang dosen di kelas fisiologi, aku sangat malu.""Kali ini, aku hanya mendapat nilai C di mata kuliah Fisiologi."Nilai C berarti gagal. Hal ini akan memengaruhi kelulu
"Gadis itu belum pernah berpacaran. Saat kamu pergi ke sana, berhati-hatilah. Jangan berjalan-jalan di rumah hanya memakai celana pendek ...."Saat aku sedang berbicara dengan Kiki, tiba-tiba kepala menjulur kemari dan bertanya, "Mahasiswi? Belum pernah berpacaran? Kalau begitu, kamu bisa memperkenalkannya padaku."Orang itu adalah Sean.Pria ini adalah salah satu dari segelintir pria lajang di toko ini. Setiap hati, dia terus berpikir untuk menggoda wanita. Namun, dia belum berhasil menaklukkan satu wanita pun.Aku langsung menjadi sangat kesal. "Mimpi kamu? Dia adalah seorang mahasiswi. Dia masih sekolah. Menurutmu, apa kamu pantas bersanding dengannya?"Sean berkata dengan tidak tahu malu, "Apa maksudmu pantas atau nggak? Kami bahkan belum pernah bertemu. Bagaimana kamu tahu aku nggak pantas bersanding dengannya?"Sialan, orang ini benar-benar mempermainkan kami.Aku langsung menendangnya. Sementara Sean menghindar sambil tersenyum."Kak Edo, tolong perkenalkan aku pada mahasiswi it
"Oke, oke. Seleramu paling bagus. Sebenarnya, Agnes lumayan cantik."Aku ingin mengulurkan tangan dan menepuk bahu Kiki. Namun, saat aku mengangkat lenganku, aku merasa lenganku sangat sakit.Yasan segera melangkah maju untuk memapahku. "Edo, ayo kembali. Kita obatiku lukamu."Aku memandang Yasan dengan perasaan campur aduk.Sebelumnya, bajingan ini salah paham padaku. Aku merasa sangat kesal. Aku juga diam-diam bersumpah bahwa aku tidak akan pernah ikut campur urusannya lagi.Namun, saat toko tertimpa masalah atau aku terlibat masalah, dia benar-benar peduli padaku.Barusan, aku melihat adegan Tasya dan Willy terus bergaul bersama. Aku tidak tahu apakah aku harus mengatakannya atau tidak.Namun, aku tidak bisa menyembunyikan rahasia. Jika aku tidak mengatakannya, aku merasa seolah aku akan mati.Jadi, aku menceritakan kepada Yasan apa yang terjadi barusan."Pokoknya, aku sudah memberitahumu semuanya. Terserah kamu memutuskan bagaimana memilihnya."Setelah berkata, aku merasa lega dan
Selain itu, aku merasa sangat bangga.Aku berhasil mengalahkan Dono. Aku bahkan menakuti para preman ini. Aku hebat sekali.Namun, aku tidak mengendurkan kewaspadaanku. Aku terus menekan leher Dono dengan kuat."Aku tahu kamu nggak akan menyerah, tapi aku nggak menyangka gerakanmu akan secepat ini.""Kamu terobsesi dengan Aula Damai milik Pak Harmin. Kamu juga nggak menyukaiku. Kamu pasti nggak akan menyerah sampai kamu mencapai tujuanmu.""Tapi, aku beri tahu kamu. Kamu nggak boleh menyentuh Aula Damai. Kamu juga nggak bisa menyentuhku. Jangan coba-coba merebut Aula Damai. Kalau kamu benar-benar menyudutkanku, aku bisa melakukan apa saja."Saat berbicara, aku menambah kekuatan di tanganku. Bilah pisau itu melukai kulit Dono hingga darah mengalir keluar.Dono merasakan sakit di lehernya. Dia ketakutan hingga wajahnya semakin pucat. "Oke, oke. Aku akan melakukan apa pun yang kamu katakan. Cepat singkirkan pisau itu. Aku rasa kamu telah melukai leherku."Saat menyerang, aku memperhatikan
Dono adalah orang yang sangat pendendam, berpikiran sempit dan pencemburu.Dia dipukuli tanpa alasan. Dia tidak bisa melupakan kejadian itu, jadi dia harus mencariku untuk mendapatkan harga dirinya kembali.Saat di Aula Juve, dia baru menyadari bahwa Larto tidak mengambil tindakan karena aku, tetapi karena Helena.Dia berpikir setelah Helena pergi, dia akan melunasi utangnya dengan perlahan.Tidak disangka, dia mendapatkan kesempatan itu.Begitu mobil Helena dan Larto pergi, Dono segera berteriak. Dia memerintahkan anak buahnya untuk kembali bertarung.Aku benar-benar tidak menyangka mereka akan datang begitu tiba-tiba dan begitu cepat.Selain itu, begitu orang-orang ini datang, mereka mulai memukuli kami dengan tongkat.Akibatnya, tidak seorang pun di antara kami yang sempat melawan. Banyak di antara kami yang langsung terjatuh.Dono berdiri di tengah kerumunan. Dia menunjukku dan berkata, "Jangan pedulikan yang lain, hajar saja bajingan itu!"Setelah dia memberi perintah itu, semua p
Awalnya, aku berpikir jika aku memberi Dono pukulan yang keras, dia bisa takut.Namun, Dono sama sekali tidak takut padaku. Sebaliknya, dia menatapku dengan ekspresi kesal.Mungkin di matanya, aku tidak layak untuk ditakuti sama sekali."Kamu pemberani! Hari ini, kamu memiliki pendukung yang hebat. Tapi, apa kamu selalu seberuntung itu?""Kamu lebih baik berdoa agar kamu nggak jatuh ke tanganku di masa depan. Kalau nggak, aku akan membuatmu menyesal!"Begitu menatap mata Dono, aku tidak dapat menahan diri untuk bergidik.Kali ini, aku tahu aku benar-benar telah menyinggung Dono.Jika Dono tidak membalas dendam, dia pasti tidak akan melepaskanku.Namun, haruskah aku menjadi pengecut?Tidak. Aku tidak bisa menjadi pengecut lagi.Aku telah mengatakan bahwa aku ingin berubah. Aku ingin menjadi lebih kuat. Jadi, ketika menghadapi masalah, aku tidak boleh mundur.Jadi, aku menendang Dono dengan keras lagi dan berkata, "Tunggu sampai kamu punya nyali untuk menangkapku.""Pergi!"Aku berteriak
Sekitar setengah jam kemudian, Dono muncul di Aula Juve bersama sekelompok orang.Saat musuh bertemu, mereka selalu merasa marah.Dono dan aku semakin tidak menyukai satu sama lain.Orang yang datang bersama Dono adalah beberapa preman yang selama ini selalu mencari masalah denganku.Di antara mereka ada Willy si rambut kuning. Di samping Willy, ada wajah yang aku kenal. Dia adalah Tasya.Saat aku melihat Tasya, aku tidak bisa diri untuk mengerutkan kening.Bukankah dia bersama Yasan? Kenapa dia bergaul dengan pria berambut kuning ini?Wanita ini benar-benar bukan wanita baik-baik.Namun, sebelum aku sempat memikirkannya, Dono menunjuk hidungku dan berkata dengan nada dingin, "Edo, kamu yang membuat masalah di sini?""Apa kamu anjing yang dirawat oleh Harmin? Kenapa kamu selalu membelanya?"Aku menepis tangan Dono dan berkata, "Dasar bajingan nggak tahu terima kasih! Bos Harmin selalu bersikap baik padamu. Tapi, kamu memperlakukannya seperti ini! Kamu benar-benar bajingan!"Dono mengge