Edo langsung duduk dan berkata dengan hormat pada Yuna, "Bu Yuna, ada apa?""Bukan apa-apa. Aku butuh bantuanmu." Yuna sebenarnya ingin membantu Edo. Dia takut Edo akan kelelahan karena Jessy. Jadi, dia menelepon Edo terlebih dahulu. Dia ingin menyuruh Edo pergi.Edo tidak mengetahui hal ini. Dia berpikir Yuna benar-benar membutuhkan bantuannya.Edo turun dari ranjang dan berkata, "Bu Yuna, katakan saja apa yang kamu butuhkan. Kamu nggak perlu merasa sungkan.""A ... aku ingin kamu membelikanku sebotol air."Edo sudah berjalan ke pintu kamar. Saat dia mendengar Yuna mengatakan ini, dia langsung tercengang."Ah, apa di kamarmu nggak ada air minum?"Bukankah di setiap kamar ada air minum? Sekalipun air minumnya telah habis, mereka bisa menelepon resepsionis dan meminta mereka mengantarkan air minum.Untuk masalah sepele seperti itu, Yuna secara khusus menelepon Edo? Mengapa Edo merasa sangat aneh?Namun, Yuna berkata, "Aku nggak mau minum air di kamar. Aku ingin minum Evian."Air itu air
"Edo, maaf. Aku nggak sengaja."Yuna juga menyadari hal ini. Dia segera meminta maaf.Sebaliknya, Edo merasa malu. "Bu Yuna, nggak apa-apa. Kamu nggak perlu meminta maaf padaku."Edo merasa konyol. Edo merasa Yuna terlalu berlebihan. Dia tidak sengaja menyentuh Edo. Apakah Yuna perlu meminta maaf seperti itu?Yuna menatapku dengan sangat serius dan berkata, "Aku khawatir kamu akan salah paham kalau aku mencoba merayumu. Aku hanya merasa sedikit nggak nyaman bertemu denganmu mengenakan pakaian seperti ini. Aku merasa sangat panik sehingga aku nggak sengaja menyentuh tanganmu.""Bu Yuna, aku tahu bukan orang seperti itu. Kalau nggak, kamu nggak akan membiarkan aku membantumu menutup ritsleting saat kamu sedang berbelanja pakaian."Wajah Yuna semakin memerah. "Jangan bicarakan lagi. Apa yang terjadi saat itu bukanlah ideku sama sekali.""Ah?""Aku akan mengatakan yang sebenarnya padamu. Faktanya, Helena yang memintaku untuk mengujimu saat itu. Kamu bahkan nggak tahu betapa paniknya aku sa
Edo menepis tangan Jessy dengan kasar. "Bukankah kamu sudah punya kekasih baru? Kenapa kamu masih mencariku?"Jessy segera menyadari sesuatu. Kemudian, dia memiringkan kepalanya, lalu menatap Edo dan bertanya, "Apa kamu baru saja pergi ke kamar 808? Apa yang kamu lihat?"Edo tidak berbicara. Namun, keheningan itu telah mengungkapkan segalanya.Jessy menunjukkan ekspresinya yang menawan. Dia tersenyum sambil membantu Edo merapikan pakaiannya. "Awalnya, aku berencana mencarimu. Tapi, siapa suruh kamu menjawab telepon dan pergi?""Bagaimana kamu tahu aku menjawab telepon dan pergi?"Jessy berkata sambil tersenyum, "Karena aku punya indera keenam.""Dasar pembohong.""Dik, hubungan kita ini hanya main-main. Apa kamu menganggapnya serius?"Edo langsung merasa bersalah. "Siapa yang menganggapnya serius? Aku nggak menganggapnya serius.""Baguslah. Wanita sepertiku nggak cocok untuk jatuh cinta dan menikah. Kalau kamu ingin bermain-main denganku, aku akan meladeninya. Tapi, kalau kamu ingin me
Edo menutup panggilan itu, lalu dia segera mencari di kamar.Setelah mencari-cari, Edo menemukan mural yang menghadap ranjang. Tampaknya mural itu sedikit aneh.Edo melepas mural itu, lalu dia menemukan sesuatu yang aneh dengan mata boneka di mural tersebut.Ternyata ada kamera yang tersembunyi di mata boneka itu.Edo benar-benar tercengang.Kamar hotel adalah tempat paling pribadi bagi seseorang. Namun, Edo menemukan kamera tersembunyi di dalamnya. Edo bahkan tidak tahu tentang itu.Edo segera berlari ke ranjang, lalu membangunkan Jessy."Bagunlah.""Apa yang kamu lakukan? Aku sangat lelah," kata Jessy dengan linglung."Katakan padaku, apa kamu yang memasang kamera ini?"Edo telah melepas kamera itu. Saat ini, dia meletakkan buktinya tepat di depan Jessy.Jessy menggosok matanya. Setelah melihat kamera itu dengan jelas, dia tidak panik. Sebaliknya, dia tersenyum tipis dan berkata, "Ah, kamu sudah menemukannya."Edo sangat marah. "Bagaimana kamu bisa melakukan ini? Aku nggak punya priv
"Di mana Tiano?""Oh, maksudmu pria itu? Dia sibuk setiap hari. Bagaimana mungkin dia punya waktu untuk menemani Helena?""Kalau begitu, kenapa dia meminta Nona Helena kembali?""Posesif! Dia takut Helena akan main-main di luar. Dia takut Helena akan kabur. Dia lebih takut lagi Helena akan mengkhianatinya. Jadi, dia ingin membatasi Helena dan membiarkannya menjadi simpanan yang patuh."Jessy selesai merokok. Dia mengambil ponselnya, lalu melakukan panggilan video pada Helena.Selain itu, Jessy juga mengarahkan kamera ke arah Edo.Edo segera menutupi wajahnya. "Apa yang kamu lakukan?""Apa yang kamu takutkan? Bukankah kita hanya tidur sekali? Helena bukan orang luar."Namun, Edo merasa canggung.Selain itu, jika Helena mengetahui semua ini, dia pasti bertanya panjang lebar.Benar saja, Helena menunjukkan ekspresi terkejut. "Ada apa dengan kalian berdua? Apa kalian bermesraan? Keterlaluan sekali. Jessy, kamu sengaja membuatku cemburu, 'kan?"Jessy mengarahkan kamera ke arahnya dan berkat
Edo benar-benar tidak ingin berbicara dengan Helena lagi. Dia yang terus mengganggu Edo. Sekarang, setelah sesuatu terjadi, dia malah berkata seperti itu.Jessy mengobrol sebentar dengan Helena, kemudian dia menutup teleponnya.Karena mendengar masalah tadi, Edo merasa sedikit tidak nyaman.Jessy sudah mengenakan pakaiannya, lalu dia berjalan ke belakang Edo sambil tersenyum. "Kenapa? Apa kamu ketakutan?""Nggak!" bantah Edo dengan tegas.Jessy tersenyum, lalu dia mencubit lengan Edo. "Kamu masih bilang nggak takut. Lihatlah dirimu, seberapa panik dirimu?"Sebenarnya, Edo sangat gugup dan gelisah. Namun, dia tidak mau mengakuinya di depan Jessy.Tindakan itu akan membuat Edo terlihat seperti pengecut.Meskipun Edo berpura-pura berani, penampilannya itu terlihat jelas oleh Jessy.Jessy menyilangkan tangannya di depan dada dan berkata sambil tersenyum, "Edo, meskipun kamu ketakutan, itu normal. Lagi pula, siapa yang nggak takut ketika menghadapi masalah seperti itu?""Tapi, kamu nggak pe
Mungkin Edo salah paham. Orang itu hanya lewat. Dia tidak mendekati Edo sama sekali.Jadi, Edo tidak terlalu memikirkannya.Namun, saat Edo melihat ke arah pria itu lagi, dia menemukan bahwa pria itu sedang menatapnya.Selain itu, tatapan matanya dingin dan menakutkan, seolah-olah itu bukan mata manusia, melainkan mata dewa kematian.Tatapan itu membuat sekujur tubuh Edo bergidik.Edo berpikir jika dia tidak melihat orang itu, dia tidak akan merasa takut.Namun, orang itu jelas-jelas mengincar Edo.Hal ini karena pria itu berhenti di depan Edo.Jantung Edo tiba-tiba berdetak kencang. Pikirannya menjadi kosong sehingga tubuhnya terasa mati rasa.Edo tidak berani berkonflik dengannya, jadi dia berpikir untuk segera pergi dan mencari bala bantuan.Namun, ketika Edo berjalan ke kiri, pria itu berjalan ke kiri. Saat Edo berjalan ke kanan, pria itu juga berjalan ke kanan.Jelas sekali dia sengaja menghalangi jalan Edo.Edo tahu dia tidak bisa melarikan diri, jadi dia hanya bisa gigit jari da
Jadi, Edo menguatkan dirinya untuk berlari kembali. Setelah Edo mengambil ponselnya, dia langsung menerima tendangan keras di lengannya.Tiba-tiba, Edo merasa lengannya sangat sakit seakan telah patah.Edo tidak dapat memegang ponselnya lagi. Saat ini, punggung tangan Edo memar.Hal ini karena lengan Edo tiba-tiba dipukul dengan keras hingga memar.Edo menggertakkan giginya dan menatap Larto dengan ekspresi masam. "Kamu diutus oleh Pak Tiano untuk menyelidiki masalah antara aku dan Nona Helena, 'kan? Aku dan Nona Helena nggak memiliki hubungan apa pun."Ekspresi Larto tampak datar dan acuh tak acuh. Kemudian, dia bertanya dengan kaku, "Karena kalian nggak memiliki hubungan apa pun, kenapa kamu baru saja berbohong?"Edo membalas, "Dari penampilanmu, menurutku siapa pun akan takut saat pertama kali melihatmu. Secara naluri, aku ingin melindungi diriku sendiri.""Bajingan!"Ekspresi Larto masih acuh tak acuh. Namun, kata-katanya penuh dengan penghinaan dan ejekan.Edo menggertakkan gigi s
Posenya tampak sangat seksi. Selain itu, penampilannya itu sangat sugestif.Edo hampir mimisan.Edo benar-benar tidak menyangka Agnes yang tampak pendiam itu akan begitu terbuka.Bukankah dia sedang menggoda Edo untuk berbuat dosa?Edo tidak tahu apa yang terjadi. Kedua tangannya terus gemetar. Dia tidak bisa menahan diri untuk menyimpan foto itu.Lalu, Edo menjawab Agnes, "Apa yang kamu lakukan? Kalau Kiki tahu, dia akan salah paham. Kamu cepat hapus fotonya."Agnes tidak hanya tidak menghapusnya, dia bahkan mengirimi Edo foto lain. Foto itu bahkan terlihat lebih seksi.Agnes mengenakan pakaian pramugari dan stoking hitam. Dia duduk di bangku dengan kaki terbuka lebar. Rok di bawahnya sedikit terbuka hingga Edo memikirkan hal yang aneh-aneh.Terutama ekspresinya seperti guru yang sedang mengajar.Hanya melihatnya saja sudah membuat Edo ingin berbuat dosa.Tangan Edo semakin gemetar. Kemudian, dia segera menyimpan foto itu.Agnes bertanya pada Edo, "Apa kamu menyukainya?"Edo menjawab
Faktanya, Agnes dan Edo tidak terlalu mengenal satu sama lain. Mereka hanya pernah makan malam bersama beberapa kali.Kiki tiba-tiba meminta Edo untuk membujuknya. Edo tidak tahu bagaimana cara membuka mulutnya.Pertama-tama, Edo mengirim pesan perkenalan pada Agnes, "Halo Agnes. Aku Edo, teman sekelas Kiki. Kiki memberitahuku apa yang terjadi di antara kalian. Aku juga merasa sedih. Tapi, demi kamu dan Kiki, menurutku kalian harus berpisah sebentar untuk merenungkan hubungan kalian."Setelah Edo mengirim pesan teks itu, Agnes segera membalasnya, "Kiki menghubungimu? Kenapa dia nggak membalas pesanku, tapi dia malah menghubungimu? Apa dia nggak mencintaiku lagi?"Edo segera menjawabnya, "Bukan, bukan, dia mungkin nggak tahu bagaimana membalasmu. Jangan terlalu memikirkannya."Agnes mengirimi Edo serangkaian emotikon menangis. "Aku merasa dia nggak mencintaiku lagi. Kalau dia masih mencintaiku, kenapa dia rela membiarkanku berpikir macam-macam? Bagaimana dia tega membuatku merasa nggak
Kiki mengirimi Edo beberapa pesan. Pesan pertama adalah menanyakan kabar Edo sekarang.Mungkin karena Edo tidak membalasnya. Dia bertanya apa yang Edo lakukan?Edo membalasnya, "Maaf, aku terlalu sibuk. Aku baru melihat pesanmu sekarang. Bagaimana kabarmu sekarang? Di mana kamu bekerja?"Kiki segera membalasnya, "Aku di Kota Jimba. Aku nggak bekerja sekarang. Apa foto yang kamu kirim tadi malam di Vila Dragonfly?"Ternyata Kiki juga ada di Kota Jimba. Kebetulan sekali.Edo segera menjawabnya, "Yah, di Kota Jimba dekat mana? Bagaimana kalau kita keluar makan dan mengobrol bersama?"Kiki membalas, "Oke, bagaimana kalau kita bertemu malam ini?"Edo membalas, "Malam ini nggak bisa. Lain kali kalau aku punya waktu, aku akan memberitahumu."Kiki membalas, "Oke. Kalau begitu, aku akan menunggu kabarmu."Setelah mengobrol dengan Kiki, Edo merasa sedikit mengantuk. Dia ingin tidur siang.Saat ini, ponsel Edo bergetar lagi. Edo menyalakan ponselnya dan menemukan bahwa itu adalah pesan yang dikir
Dokter itu tidak mau bekerja sama dengan Edo, jadi dia tidak punya pilihan selain berbalik dan pergi.Saat Edo keluar dari rumah sakit, Nia dan yang lainnya langsung mengepung Edo.Mereka terus bertanya apakah Edo baik-baik saja?"Aku baik-baik saja. Aku baik-baik saja." Sekarang, pikiran Edo tertuju pada Bella dan yang lainnya. Dia benar-benar ingin tahu apakah pertarungan sudah usai atau belum? Siapa yang kalah dan siapa yang menang?Namun, para wanita ini terus mengelilingi Edo dan mengobrol dengannya. Hal ini membuat Edo sangat tidak berdaya.Untuk pertama kalinya, Edo merasa dikelilingi oleh wanita cantik juga sangat meresahkan."Kak, aku baik-baik saja. Aku ingin melihat bagaimana situasi pertempuran di sana?"Jessy tersenyum dan berkata, "Kamu nggak perlu pergi lagi. Larto sudah kabur.""Benarkah? Bagus sekali!"Edo tidak hanya senang karena Larto melarikan diri. Dia juga senang Andre berhasil mengalahkan Larto. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan Andre lebih hebat daripada Lart
"Meskipun terlihat normal, siapa yang tahu apakah bagian itu bermasalah?""Bagaimanapun, ini terkait dengan kebahagiaan masa depan Nona Bella. Tentu saja aku harus memeriksanya dengan cermat."Kenapa Edo merasa wanita ini sedang mengujinya?Edo menggertakkan gigi dan berkata, "Sayangnya, kamu salah. Aku dan Nona Bella nggak memiliki hubungan apa pun.""Ha? Nggak memiliki hubungan apa pun? Lalu, kenapa Nona Bella selalu membeli pil KB di tempatku?"Ah?Edo tertegun. Dia tidak menyangka ada masalah seperti itu."Cepat lepaskan. Aku hanya melakukan pemeriksaan."Dokter wanita itu menepuk punggung tangan Edo dengan lembut. Kelihatannya tidak terlalu kuat, tetapi pukulannya cukup menyakitkan.Edo tanpa sadar menarik tangannya.Dokter itu membuka kancing celana Edo dengan cepat.Kemudian, dia menelanjangi Edo.Edo menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Dia merasa dirinya seperti ikan yang siap disembelih.Bella suka menggodanya seperti ini, begitu pula dokter ini.Dosa apa yang telah Edo
Dokter itu memutar bola matanya. "Apa bagusnya berkelahi? Kamu lebih baik melihatku.""Kalau dulu, aku pasti akan berpikir kamu lebih cantik daripada berkelahi. Tapi, setelah kejadian barusan, menurutku berkelahi jauh lebih bagus daripada wanita."Dokter itu berkacak pinggang dan menatap Edo dengan marah. "Maksudmu, aku lebih jelek dari dua pria itu?""Kamu salah paham. Aku hanya ingin melihat mereka bertarung dan belajar. Aku ingin menjadikan diriku lebih kuat.""Lihatlah bagaimana aku dikalahkan oleh Larto. Selain itu, dia pasti nggak akan menyerah. Aku harus membuat diriku semakin kuat."Dokter itu menoleh. Saat ini, ekspresi menjadi lebih bersahabat. "Mudah sekali. Aku akan memberi tahu Andre nanti. Aku akan memintanya menjadi gurumu.""Apa kamu kenal dengan Andre?" Edo sangat bersemangat sehingga tanpa sadar dia meraih lengan dokter itu.Dokter itu tersenyum dan berkata, "Ini bukan hanya familier, tapi kami sangat akrab."Apa maksudnya?Apakah mereka berpacaran?Jika itu masalahny
Saat Edo mendengar dia mengatakan ini, matanya langsung tertuju pada dada dokter itu.Tidak ada cara lain. Dokter itu sangat terbuka. Jika Edo bersikap malu-malu, dia akan terlihat terlalu feminin.Edo mengukurnya dengan cermat. "Aku merasa ukurannya seperti B, tapi seharusnya C ... ah.""Ini metode yang bagus .... Harus kuakui, kamu benar-benar hebat."Saat Edo memperhatikan dadanya, dokter itu telah memperbaiki hidungnya.Dokter itu membusungkan dadanya dengan bangga, lalu berkata sambil tersenyum, "Tepatnya, ukurannya C plus.""Wow, besar sekali."Segera setelah Edo berbicara, lengannya dicubit beberapa kali.Edo tidak dicubit oleh satu orang.Seketika, Edo menyadari situasinya. Edo dikelilingi oleh begitu banyak wanita, tetapi dia memuji dokter ini. Edo benar-benar luar biasa.Edo segera berkata, "Maksudku, matanya sangat besar, berair dan berkaca-kaca ...."Nia menatap Edo dengan tajam dan berkata, "Aku nggak percaya apa yang kamu katakan. Kamu benar-benar menyebalkan. Kamu sudah
Kemudian, Edo mendengar suara perkelahian.Edo segera membuka mata, lalu dia melihat Andre dan Larto bertarung bersama.Keduanya bertarung dengan semangat hingga Edo merasa sangat seru.Bella berlari mendekat, lalu membantu Edo berdiri.Orang yang datang bersama Bella adalah Yuna.Yuna memperhatikan tangan Edo yang terluka dan berseru, "Edo, tanganmu ....""Luka di wajahnya lebih parah dari tangannya," kata Bella menekankan. Kemudian, dia mengeluarkan saputangan untuk menyeka noda darah di wajah Edo.Saat ini, Edo mengabaikan cederanya. Dia fokus menonton pertarungan di sana.Edo ingin belajar.Dia ingin menjadi sekuat dan sehebat Andre!Dengan begitu, ketika Edo menghadapi bahaya di lain waktu, dia dapat menyelesaikan masalah tersebut.Andre benar-benar hebat. Dia bahkan menekan Larto dengan kuat. Hal yang terpenting adalah Andre tidak menggunakan senjata.Bukankah dia akan lebih hebat jika menggunakan senjata?"Kak Andre, kamu sangat hebat!" teriak Edo pada Andre.Namun, teriakan ini
Jadi, Edo menguatkan dirinya untuk berlari kembali. Setelah Edo mengambil ponselnya, dia langsung menerima tendangan keras di lengannya.Tiba-tiba, Edo merasa lengannya sangat sakit seakan telah patah.Edo tidak dapat memegang ponselnya lagi. Saat ini, punggung tangan Edo memar.Hal ini karena lengan Edo tiba-tiba dipukul dengan keras hingga memar.Edo menggertakkan giginya dan menatap Larto dengan ekspresi masam. "Kamu diutus oleh Pak Tiano untuk menyelidiki masalah antara aku dan Nona Helena, 'kan? Aku dan Nona Helena nggak memiliki hubungan apa pun."Ekspresi Larto tampak datar dan acuh tak acuh. Kemudian, dia bertanya dengan kaku, "Karena kalian nggak memiliki hubungan apa pun, kenapa kamu baru saja berbohong?"Edo membalas, "Dari penampilanmu, menurutku siapa pun akan takut saat pertama kali melihatmu. Secara naluri, aku ingin melindungi diriku sendiri.""Bajingan!"Ekspresi Larto masih acuh tak acuh. Namun, kata-katanya penuh dengan penghinaan dan ejekan.Edo menggertakkan gigi s